LAPORAN TUGAS BESAR STRUKTUR KAYU PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
STRUKTUR KUDA – KUDA MODEL POLYNESIAN TRUSS
LEMBAR COVER
Disusun Oleh : Imdadirrahman NIM.2009026043
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2023
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR STRUKTUR KAYU
Oleh :
Telah menyelesaikan Tugas Besar Struktur Kayu sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester tahun 2023
Samarinda, November 2023 Asisten
Aryantha Yunsa Al Fattah NIM.2009026022
Mengetahui, Dosen Pengampu
Ir. Fachriza Noor Abdi, ST.MT NIP. 197110104 200003 1 003
Imdadirrahman
Nama : Imdadirrahman
NIM : 2009026043
Program Studi : Teknik Sipil
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Struktur Kayu ini. Analisa Perencanaan dan Perhitungan Struktur Kuda- Kuda dengan model Polunesian Truss ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Struktur Kayu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Fachriza Noor Abdi, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Struktur Kayu yang telah mengamanahkan untuk membuat laporan ini, sekaligus berterima kasih kepada Aryantha Yunsa Al Fattah selaku Asisten tugas besar yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna meningkatkan kualitas laporan ini dan laporan- laporan lainnya pada waktu yang akan datang. Penulis sangat berharap agar laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.
Samarinda, 10 November 2023
Imdadirrahman
Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
DAFTAR ISI
COVER...i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR STRUKTUR KAYU...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR TABEL...ix
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan...2
1.3 Sasaran...2
1.4 Standar Teknis dan Peraturan...2
1.5 Sistematika Penulisan...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
2.1 Definisi Kayu...4
2.2 Jenis-Jenis Kayu...5
2.3 Mutu Kayu...5
2.4 Pengertian Struktur Kayu...6
2.5 Teori Pembebanan...7
2.6 Tegangan Pada Kayu...8
2.6 Sap 2000...9
2.7 Titik Buhul...10
2.8 Metode Cremona...10
BAB III METODOLOGI...12
3.1 Umum...12
3.2 Algoritma Dan Diagram Alir Perencanaan...12
3.2.1 Algoritma...12
3.2.2 Diagram Alir Perencanaan...14
3.3 Deskripsi Studi Kasus...15
3.4 Ukuran dan bagian struktur...16
BAB IV PERENCANAAN DIMENSI DAN PEMBEBANAN...20 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
4.1 Perencanaan Dimensi Batang...20
4.2 Perhitungan Beban...20
4.2.1 Beban Mati...20
4.2.2 Beban Angin...23
4.2.3 Beban Hidup...25
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisa...26
4.2.5 Rekapitulasi Beban...32
BAB V ANALISA STRUKTUR...42
5.1Analisa SAP 2000...42
5.1.1Pembebanan Tetap...42
5.1.2Pembebanan Sementara Angin Kiri...44
5.1.3Pembebanan Sementara Angin Kanan...46
5.2Analisa Titik Buhul...48
5.2.1Pembebanan Tetap...48
5.2.2Pembebanan Sementara Angin dari Kiri...58
5.3.2Pembebanan Sementara Angin Kanan...80
5.3Analisa Cremona...103
5.3.1Pembebanan Tetap...103
5.3.2Pembebanan Sementara Angin Kiri...104
5.3.3Pembebanan Sementara Angin Kanan...104
5.4Rekapitulasi hasil analisa...105
5.4.1Berdasarkan Metode SAP-2000...105
5.4.2Berdasarkan Metode Titik Buhul...111
5.4.3Berdasarkan Metode Cremona...112
5.4.4 Rekapitulasi Gaya Dalam Batang Kombinasi...113
BAB VI KONTROL TEGANGAN...115
6.1Dasar Perhitungan...115
6.2Perhitungan Batang Tekan...116
6.3Perhitungan Batang Tarik...120
BAB VII PERENCANAAN SAMBUNGAN...122
7.1Sambungan Baut...122
7.2Sambungan Batas Atas...123
7.3Sambungan Buhul A dan O...124 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
7.3.1Sambungan Gigi Tunggal...124
7.3.2Sambungan Gigi Rangkap...124
7.3.3Sambungan Baut...125
7.4Sambungan Buhul B dan N...126
7.4.1Sambungan Gigi...126
7.4.2Sambungan Baut...127
7.5 Sambungan Buhul C dan M...128
7.5.1 Sambungan Gigi...128
7.5.2 Sambungan Baut...129
7.6 Sambungan Buhul P dan U...131
7.6.1 Sambungan Gigi...131
7.6.2 Sambungan Baut...132
7.7 Sambungan Buhul D dan L...136
7.7.1 Sambungan Gigi...136
7.7.2 Sambungan Baut...137
7.8 Sambungan Buhul Q dan T...140
7.8.1 Sambungan Gigi...141
7.8.2 Sambungan Baut...142
7.9 Sambungan Buhul E dan K...145
7.9.1 Sambungan Gigi...145
7.9.2 Sambungan Baut...145
7.10 Sambungan Buhul F dan J...147
7.10.1 Sambungan Gigi...147
7.10.2 Sambungan Baut...148
7.11 Sambungan Buhul R dan S...149
7.11.1 Sambungan Gigi...150
7.11.2 Sambungan Baut...150
7.12 Sambungan Buhul G dan I...152
7.12.1 Sambungan Gigi...152
7.12.2 Sambungan Baut...153
7.13 Sambungan Buhul H...154
7.13.1 Sambungan Gigi...155
7.13.2 Sambungan Baut...155 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
7.14 Sambungan Buhul V...157
7.14.1 Sambungan Gigi...157
7.14.2 Sambungan Baut...158
BAB VIII PENUTUP...160
8.1Kesimpulan...160
8.2Saran...170
Daftar Pustaka...171
Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Kuda-Kuda Model
B………..15
Gambar 3.2 Rencana Batang Kuda-
Kuda……….16
Gambar 4.1 Analisa Gaya Beban Mati Normal………
21
Gambar 4.2 Analisa Gaya Beban Mati Puncak………
22
Gambar 4.3 Beban Angin Dari Arah Kiri………
28
Gambar 5.1 Beban Tetap Pada Setiap Titik Gording………
49
Gambar 5.2 Reaksi Perletakan Beban
Tetap……….50
Gambar 5.3 Gaya-Gaya Batang Akibat Beban Tetap………
50
Gambar 5.4 Diagram Batang Akibat Beban Tetap………
51
Gambar 5.5 Beban Angin Kiri Pada Setiap Titik Buhul.
………..51
Gambar 5.6 Reaksi Perletakan Beban Angin Kiri………
52
Gambar 5.7 Gaya-Gaya Batang Akibat Beban Angin
Kiri………..52
Gambar 5.8 Diagram Gaya Batang Akibat Beban Angin kiri………..53
Gambar 5.9 Beban Angin Kanan Pada Setiap Titik Buhul………
53
Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Gambar 5.10 Reaksi Perletakan Beban Angin
Kanan………..54
Gambar 5.11 Gaya-Gaya Batang Akibat Beban Angin
Kanan……….54
Gambar 5.12 Diagram Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan………
55
Gambar 5.13 Keseimbangan Titik Buhul di
A………..56
Gambar 5.14 Keseimbangan Titik Buhul di
B……….56
Gambar 5.15 Keseimbangan Titik Buhul di
C……….58
Gambar 5.16 Keseimbangan Titik Buhul di P……….58
Gambar 5.17 Keseimbangan Titik Buhul di
D……….59
Gambar 5.18 Keseimbangan Titik Buhul di
E……….61
Gambar 5.19 Keseimbangan Titik Buhul di
Q……….61
Gambar 5.20 Keseimbangan Titik Buhul di
H……….62
Gambar 5.21 Keseimbangan Titik Buhul di
G……….63
Gambar 5.22 Keseimbangan Titik Buhul di F……….64
Gambar 5.23 Keseimbangan Titik Buhul di
R……….65
Gambar 5.24 Keseimbangan Titik Buhul
A………..67
Gambar 5.25 Keseimbangan Titik Buhul
B……….68
Gambar 5.26 Keseimbangan Titik Buhul
C……….69 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Gambar 5.27 Keseimbangan Titik Buhul
P………..70
Gambar 5.28 Keseimbangan Titik Buhul
D………..71
Gambar 5.29 Keseimbangan Titik Buhul
E………..72
Gambar 5.30 Keseimbangan Titik Buhul
Q………..73
Gambar 5.31 Keseimbangan Titik Buhul
H………..74
Gambar 5.32 Keseimbangan Titik Buhul G………...
………..75
Gambar 5.33 Keseimbangan Titik Buhul
F………..76
Gambar 5.34 Keseimbangan Titik Buhul
R………..77
Gambar 5.35 Keseimbangan Titik Buhul
I………...78
Gambar 5.36 Keseimbangan Titik Buhul
O………..79
Gambar 5.37 Keseimbangan Titik Buhul
N……….80
Gambar 5.38 Keseimbangan Titik Buhul
M……….81
Gambar 5.39 Keseimbangan Titik Buhul
U……….82
Gambar 5.40 Keseimbangan Titik Buhul
L………..83
Gambar 5.41 Keseimbangan Titik Buhul
K………..84
Gambar 5.42 Keseimbangan Titik Buhul
T………..85 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Gambar 5.43 Keseimbangan Titik Buhul
J………...86
Gambar 5.44 Keseimbangan Titik Buhul
S………..87
Gambar 5.45 Keseimbangan Titik Buhul di
A………..89
Gambar 5.46 Keseimbangan Titik Buhul di
B……….90
Gambar 5.47 Keseimbangan Titik Buhul di
C……….91
Gambar 5.48 Keseimbangan Titik Buhul di
P………..92
Gambar 5.49 Keseimbangan Titik Buhul di
D……….93
Gambar 5.50 Keseimbangan Titik Buhul di
E……….94
Gambar 5.51 Keseimbangan Titik Buhul di
Q……….95
Gambar 5.52 Keseimbangan Titik Buhul di
H……….96
Gambar 5.53 Keseimbangan Titik Buhul di
G……….97
Gambar 5.54 Keseimbangan Titik Buhul di F……….98
Gambar 5.55 Keseimbangan Titik Buhul di
R……….99
Gambar 5.56 Keseimbangan Titik Buhul di
I……….100
Gambar 5.57 Keseimbangan Titik Buhul di O………
101
Gambar 5.58 Keseimbangan Titik Buhul di N………
102
Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Gambar 5.59 Keseimbangan Titik Buhul di
M………...103
Gambar 5.60 Keseimbangan Titik Buhul di U………
104
Gambar 5.61 Keseimbangan Titik Buhul di L………
105
Gambar 5.62 Keseimbangan Titik Buhul di K………
106
Gambar 5.63 Keseimbangan Titik Buhul di T………
107
Gambar 5.64 Keseimbangan Titik Buhul di J………
108
Gambar 5.65 Keseimbangan Titik Buhul di S………
109
Gambar 5.66 Analisa Cremona Beban
Tetap……….110
Gambar 5.67 Analisa Cremona Beban Sementara Angin Kiri………
111
Gambar 5.68 Analisa Cremona Beban Sementara Angin Kanan………
111
Gambar 7.1 Sambungan Baut di Buhul
A………...133
Gambar 7.2 Sambungan Baut di Buhul
B………...135
Gambar 7.3 Sambungan Baut di Buhul
C………...138
Gambar 7.4 Sambungan Baut di Buhul
P………...142
Gambar 7.5 Sambungan Baut di Buhul
D………...146
Gambar 7.6 Sambungan Baut di Buhul
Q………...150 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Gambar 7.7 Sambungan Baut di Buhul
E………...151
Gambar 7.8 Sambungan Baut di Buhul F………...152
Gambar 7.9 Sambungan Baut di Buhul R………...154
Gambar 7.10 Sambungan Baut di Buhul G……….157
Gambar 7.11 Sambungan Baut di Buhul H……….156
Gambar 7.12 Sambungan Baut di Buhul V……….. …..162
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Modulus Kenyal (E) Kayu Sejajar Serat……….….….8Tabel 2. 1Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A...8
Tabel 3.1 Panjang Batang Horizontal………...17
Tabel 3.2 Panjang Batang Vertikal………..18
Tabel 3.3 Panjang Batang Diagonal Bagian Luar……… 18 Tabel 3.4 Panjang Batang Diagonal Bagian Dalam……….18
Tabel 4.1 Perhitungan Struktur Rangka Kuda-Kuda………...39 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Tabel 4.2 Pembebanan Beban Rangka Setiap Buhul………
40
Tabel 4.3 Pembebanan Beban Atap + Gording Setiap Buhul………..42
Tabel 4.4 Pembebanan Beban Hidup Setiap Buhul……….43 Tabel 4.5 Pembebanan Beban Angin Arah Kiri Pada Sumbu X Setiap Buhul…………
44
Tabel 4.6 Pembebanan Beban Angin Arah Kiri Pada Sumbu Y Setiap Buhul…………
44
Tabel 4.7 Pembebanan Beban Angin Arah Kanan Pada Sumbu X Setiap Buhul………
45
Tabel 4.8 Pembebanan Beban Angin Arah Kanan Pada Sumbu Y Setiap Buhul………
46
Tabel 4.9 Rekap Angin Dari 2 Arah………46
Tabel 4.10 Kombinasi Beban
Tetap……….47
Tabel 4.11 Kombinasi Beban
Sementara……….48
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Gaya Batang Akibat Beban Tetap Dengan SAP2000…...112
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri Dengan SAP2000………113 Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri Dengan SAP2000………115 Tabel 5.4 Hasil Analisa Gaya Dalam Pembebanan Menggunakan Titik Buhul………
117
Tabel 5.5 Hasil Analisa Gaya Dalam Pembebanan Menggunakan Cremona………….118
Tabel 5.6 Kombinasi Gaya
Dalam……….120
Tabel 8.1 Kombinasi Beban
Tetap……….164 Imdadirrahman
Tugas Besar Struktur Kayu Teknik Sipil
Universitas Mulawarman
Tabel 8.2 Perhitungan Batang Akibat Beban Tetap………
165
Tabel 8.3 Perhitungan Batang Akibat Beban Angin Kiri………
167
Tabel 8.4 Perhitungan Batang Akibat Beban Angin Kanan………
168
Tabel 8.5 Hasil Analisa Gaya Dalam Pembebanan Menggunakan Titik Buhul dan Cremona……...……….166 Tabel 8.6 Perhitungan Batang Dengan SAP2000………...167
Tabel 8.7 Jumlah Baut Setiap
Sambungan……….169
Imdadirrahman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan material struktural dan banyak disediakan oleh alam dan diminati di beberapa daerah di Indonesia. Material utama pada bangunan tradisional Indonesia mayoritas adalah kayu. Peminat kayu pada dunia konstruksi meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dari sisi arsitektur dinilai indah, mewah, penuh seni, dan nyaman sebagai tempat tinggal. Bukan hanya untuk tempat tinggal, tetapi kayu masih digunakan untuk konstruksi gedung, jembatan, bantalan kereta api dan lain – lain. Kayu dipilih sebagai bahan konstruksi selain karena alasan mudah didapat, harga yang relatif murah atau terjangkau, serta memiliki nilai-nilai estetika.
Rangka atap adalah suatu komponen penting yang ada dalam suatu bangunan. Rangka atap berfungsi sebagai penopang tekanan atap dan menyalurkan tekanan bangunan ke struktur lainnya yang ada di bawahnya. Dalam perencanaan kudakuda atap, terdapat beberapa macam model seperti Doublehowe Truss, Polynesian Truss, Modified Queen Post Truss. Pada konstruksi kayu akan ditemukan kondisi sambungan yang tidak mungkin rigid seperti pada beton bertulang atau pada konstruksi baja. Untuk alat sambung sendiri ada beberapa macam yaitu alat sambung perekat (epoxy), pasak, paku dan baut. Efektifitas masing – masing alat sambung berbeda – beda tergantung dari karakteristik masing – masing sambungan.
Berdasarkan model dan alat sambungan di atas maka untuk memenuhi Tugas Besar Struktur Kayu, dilakukan perencanaan struktur kuda-kuda model Polynesian Truss dengan sambungan paku untuk mengetahui perhitungan gaya batang, pembebanan dan rancangan sambungan yang terjadi pada setiap rangka kuda-kuda.
Imdadirrahman
1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan
Adapun maksud dan tujuan perencanaan antara lain :
1. Untuk mengetahui perhitungan nilai extream dari batang tekan dan tarik menggunakan metode titik buhul, cremona, dan dengan menggunakan aplikasi SAP 2000.
2. Untuk mengetahui perhitungan jumlah baut yang digunakan dalam pada sambungan.
3. Untuk mengetahui kontrol tegangan yang ada pada struktur kuda-kuda
4. Untuk mengetahui perhitungan jarak antar kuda-kuda yang aman untuk pembangunan atap rumah.
1.3 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam laporan tugas besar struktur kayu ini, yaitu : 1. Dapat mengetahui pembebanan pada perencanaan model Fan Fink Truss
2. Dapat mengetahui hasil analisa strukutur dengan cara keseimbangan titik buhul 3 Dapat mengetahui kontrol tegangan yang ada pada struktur kuda-kuda
4 Dapat mengetahui analisa strukutr dengan cara cremona
1.4 Standar Teknis dan Peraturan
Adapun standar teknis dan peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan Laporan Praktikum Struktur Kayu ini adalah :
1. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961
2. PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)1987 3. SNI (Standar Nasional Indonesia) 7973:2013
1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan pendahuluan yang materinya berisikan tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Imdadirrahman
Pada bab ini menjelaskan teori mengenai definisi kayu, jenis-jenis kayu, mutu kayu, pengertian struktur kayu, dan teori pembebanan. Adapun tinjauan pustaka didapatkan dari berbagai sumber, antara lain : buku, jurnal, dan lain sebagainya.
BAB III METODOLOGI
Menjelaskan langkah-langkah mengenai soal, ukuran dan bagian struktur, serta diagram alir perencanaan.
BAB IV PERENCANAAN DAN DIMENSI PEMBEBANAN
Menjelaskan mengenai perencanaan dimensi batang tekan dan tarik serta memaparkan perhitungan beban struktur, beban angin kiri, beban angin kanan, dan rekapitulasi kombinasi beban.
BAB V ANALISA STRUKTUR
Menjelaskan mengenai analisa struktur dengan SAP2000, metode kesetimbangan titik buhul, metode cremona, dan rekapitulasi hasil analisa perhitungan.
BAB VI KONTROL TEGANGAN
Menjelaskan mengenai perhitungan dan pengontrolan tegangan terhadap pembebanan yang ada pada model konstruksi rangka kuda-kuda atap yang didapat.
BAB VII PERENCANAAN SAMBUNGAN
Menjelaskan mengenai perencanaan dan perhitungan sambungan yang digunakan pada kontruksi kuda-kuda atap dengan model Polynesian Truss .
PENUTUP
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan serta saran dari keseluruhan laporan praktikum struktur kayu model Polynesian Truss.
Imdadirrahman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kayu
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang mudah diproses sesuai dengan keperluan penggunaannya. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.
Disamping itu kayu juga memiliki komponen kimia seperti makromolekul utama dinding sel yaitu selulosa, poliosa dan lignin yang terdapat pada semua kayu dan komponenkomponen yang ringan (ekstraktif dan zat-zat mineral). (Effendi, 2013) Kayu merupakan salah satu bahan penting untuk pembangunan dan kebutuhan industri pengolahan kayu yang hingga saat ini berkembang pesat termasuk industri kerajinan dan mebel. Walaupun saat ini ada bahan konstruksi seperti baja, besi, alumenium dan produk lainnya, tetapi kayu masih digunakan untuk bermacam-macam kebutuhan pembangunan dan industri. Penggunaan kayu harus diketahui sifat-sifat kayu agar dapat dimanfaatkan secara optimal dari segi teknis maupun ekonomis. (Effendi, 2013)
Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan ada habis-habisnya, apabila dikelola/diusahakan dengan cara-cara yang baik. Artinya: apabila pohon-pohon ditebang (di hutan) untuk diambil kayunya, segera tanah hutan harus ditanami kembali, supaya sumber kayu tidak habis. Kayu dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui/diadakan lagi). Berbeda dengan misalnya minyak bumi atau barang-barang tambang lain. Setelah beberapa puluh atau beberapa ratus tahun sumbernya akan habis. Jadi eksploitasi barang-barang tambang dibatasi persediaannya di
dalam tanah, yang diukur dengan satuan waktu. (Frick, 1981)
Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain.
Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah sudah diproses menjadi barang lain. Barang-barang seperti kertas, bahan sintetik, tekstil, bahkan sampai daging tiruan, dibuat dari kayu. (Frick, 1981)
Imdadirrahman
2.2 Jenis-Jenis Kayu
Di Indonesia banyak sekali jenis pohon, kurang lebih 3000 jenis, tetapi baru ±150 pohon yang diselidiki oleh LPPK. Dibawah ini beberapa contoh jenis pohon yang kayunya diperdagangkan sebagi bahan bangunan.
A. Koromandel (Coromandel)
Nama lain adalah “Ebony”, kayu-hitam atau kayu arang. Warnanya ungu dengan garis- garis hitam memanjang. Pohon ini banyak terdapat di Sulawesi dan kepulauan Maluku.
Kekuatan maupun Keawetan Kayu termasuk kelas I. Seratnya dapat dikatakan lurus.
B. Ulin
Kayu jenis ini di Kalimantan dan Riau disebut juga Ulin, di Palembang garubuaya dan Sumatra Barat dan Bengkulu disebut Tusam. Warnanya merah muda kekuning- kuningan. Kekuatan dan keawetan kelas I.
C. Cempaka
Di Jabar disebut manglid atau baros, di Jateng cempaka dan di Sumatera disebut medang. Warna kayu coklat kekuning-kuningan. Kekuatan kayu termasuk kelas III dan kewetan kelas II. Baik untuk segala macam pekerjaan kayu, tapi tidak untuk memikul beban berat.
D. Keruing
Di Sumatera disebut lagan, di Kalimantan kruen atau tampudau dan di Jateng/Jatim palahlar. Warna kayu coklat agak muda. Kekuatan kayu temasuk kelas I – II dan keawetan kelas III.
2.3 Mutu Kayu
Di Indonesia banyak sekali jenis pohon, kurang lebih 3000 jenis, tetapi baru ±150 pohon yang diselidiki oleh LPPK. Dibawah ini beberapa contoh jenis pohon yang kayunya diperdagangkan sebagai bahan bangunan.
Imdadirrahman
A. Mutu Kayu A :
a. Kayu harus kering udara
b. Balok Besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan tak lebih dari 3,5cm.
c. tidak boleh mengandung bidang batas global yang lebih besar dari 1/10tinggibalok
d. Miring arah serat, tg α, tidak boleh lebih dari 1/10.
e. Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari ¼ tebal kayu, dan retakretak menurut linkaran tahunan tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu
B. Mutu Kayu B :
a. Kadar lengas kayu kurang atau sama dengan 30%.
b. Besarnya mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan tak lebih dari 5cm.
c. Balok tidak boleh mengandung bidang batas global yang lebih dari 1/10 tinggi balok.
d. Miring arah serat, tg α, tidak boleh lebih dari 1/7. Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu, dan retak- retak menurut linkaran tahunan tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu
2.4 Pengertian Struktur Kayu
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu.
Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kudakuda, rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan. Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut.
Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah (dekoratif).Namun demikian pada kondisi tertentu Imdadirrahman
(misalnya :pada daerah tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.
2.5 Teori Pembebanan A. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu struktur atap yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur itu. Yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen seperti berat sendiri, berat gording, penutup atap (metal roof), dan plafond. Dalam analisis, semua beban diatas dijadikan beban terpusat.
Dalam Peraturan Muatan Indonesia (PMI), beban mati atap ditetapkan 50 kg/m², sudah berikut genteng, gording, kaso. Karena jarak antar kuda-kuda adalah 10 m, maka diambil nilai beban yang ditransfer ke portal kanan dan kirinya dengan pembagian 1 : 1 dari tengah bentang.
Dengan demikian, beban maksimum dipikul oleh kuda-kuda yang berada di tengah bentang, yang secara total menahan beban sepanjang 10 m per satuan lebar. Maka beban atap yang telah diketahui dikonversikan menjadi beban garis kemudian beban mati tersebut dikonversikan menjadi beban titik yang letaknya pada join atas batang batang vertikal.
PD = qm × �2 × (�/ cos�)
Diambil berat Plafond adalah 18 kg/�2, beban ini merata pada bidang datar rangka kuda-kuda
B. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu struktur, khusus pada atap ke dalam beban hidup termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air dan beban yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak. Beban orang yang merupakan Imdadirrahman
beban hidup(La) menurut PMI adalah sebesar 100 kg yang diletakkan di Titik rangka atap searah dengan arah sumbu global (arah gravitasi).
P = 100 kg
C. Beban Angin (W)
Beban ini merupakan beban tidak permanen yang bekerja pada rangka atap yang disebabkan adanya selisih tekanan udara. Pada beban angin ini terbagi atas tekanan tiup dan tekanan isap. Tekanan tiup angin yang diperhitungkan bangunan berada bukan di tepi laut diambil minimum 25 kg/m2. Tekanan tiup angin yang diperhitungkan bangunan berada di tepi laut dalam struktur rangka atap adalah mininum 40 kg/m².
2.6 Tegangan Pada Kayu
Tegangan ijin kayu tidak ada kaitannya dengan keawetan kayu. Tegangan ijin kayu diperlukan untuk menghitung kekuatan struktur dukung misalnya unluk bangunan gedung, jembatan, acuan dan sebagainya, kayu yang akan dipakai untuk keperluan struktur perlu dihitung berdasarkan tegangan kayu yang diizinkan.
Tabel 2. 2 Modulus Kenyal (E) Kayu Sejajar Serat
Kelas Kuat Kayu E // (kg/cm²)
I 125.000
II 100.000
III 80.000
IV 60.000
Tabel 2. 3Tegangan yang diperkenankan untuk kayu mutu A Kelas Kuat
Jati (Tectonagrandis) KI
I
KI II
KI III
KI IV
KI V σₗ ₜ (kg/m²)
σₜₖ ₙ=¿ σₜ ⊥ ₙ
(kg/m²)
σₜ ₖ⊥ (kg/m²) ᵀₙ (kg/m²)
150 100 75 50 - 130
130 85 60 45 - 110
40 25 15 10 - 30
20 12 8 5 - 15
Imdadirrahman
Menurut (PKKI, 1961) pengaruh keadaan konstruksi dan sifat muatan terhadap tegangan yang diperkenankan adalah:
1. Tegangan-tegangan yang diperkenankan dalam daftar II harus digandakan dengan:
a. Faktor 2/3.
1) Untuk konstruksi yang selalu terendam dalam air.
2) Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung, dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi.
b. Faktor 5/6.
Untuk konstruksi yang tidak terlindung, tetapi kayu itu dapat mengering dengan cepat
2. Tegangan yang diperkenankan dalam daftar II boleh digandakan dengan faktor 5/4.
a. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan angin.
b. Untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan tidak tetap.
2.6 Sap 2000
SAP (Structure Analysis Program) 2000 merupakan metode yang digunakan untuk analisa gaya-gaya dalam pada rangka atap/ kuda-kuda. Gaya-gaya dalam yang dihitung dnegan menggunakan SAP 2000 adalah gaya batang tarik, gaya batang tekan, gaya batang diagonal, dan gaya batang vertikal. (Tampubolon. S. P, 2021).
Sebelum melakukan simulasi SAP 2000 dan analisa perhitungan dengan metode Titik Buhul maka terlebih dahulu ditentukan parameter-parameter yang digunakan dalam rangka kuda-kuda. Parameter-parameter ini direncanakan dan di desain sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI), desain pembebanan, dan menurut Peraturan Perencanaan Kayu Indonesia (PPKI). Parameter yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisa gaya-gaya yang terjadi pada rangka atap/ kuda-kuda dengan SAP-2000 dan metode titik buhul. Parameter yang sudah diperoleh akan di input ke SAP-2000 dan dilakukan simulasi terhadap gaya-gaya batang yang terjadi, sedangkan dalam metode titik buhul dilakukan perhitungan langsung setelah semua parameter yang ditentukan sudah diperoleh. (Tampubolon, 2022).
Imdadirrahman
2.7 Titik Buhul
Pada konstruksi rangka atap/ kuda-kuda, gaya-gaya yang bekerja haruslah dalam keadaan seimbang pada setiap titik simpul/ titik buhul. Dalam hal ini gaya luar (external force) dan gaya batang yang terjadi pada rangka atap/ kuda-kuda saling berpotongan dititik simpul/ titik buhul yang belum diketahui dapat dihitung/ ditentukan dengan menggunakan metode Titik Buhul. Metode analisa titik buhul/ titik simpul diperoleh dari ∑ H = 0 (secara horizontal); ∑V = 0 (secara vertikal); ∑M = 0 (Momen), diabaikan. Untuk itu dalam analisa dan metode perhitungan ini ada 2 persamaan dimana nilai dari setiap titik simpul yang akan dicari gaya batangnya harus hanya 2 (atau 1) batang yang belum diketahui gaya batangnya baru dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ritter. (Tampubolon. S. P, 2022).
Beban luar pada konstruksi rangka batang hanya boleh bekerja pada titik simpul. Beban beban yang bekerja pada struktur rangka batang terdiri dari beban mati dan beban hidup. Beban mati adalah beban beban dari material material yang dipasang secara permanen serta beban itu sendiri atau rangka batangnya itu sendiri. Sedangkan beban hidup adalah beban yang berupa beban bergerak pada pemasangan cremona ini beban yang bergerak ini yang dimaksud adalah bandul. (Tampubolon. S. P, 2022).
2.8 Metode Cremona
Metode cremona adalah metode perhitungan gaya batang pada struktur rangka batang dengan cara grafis dengan yang berdasarkan keseimbangan gaya pada setiap titik kumpul.
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah:
1. Tetapkan skala gaya yang akan digunakan dan arah putaran poligon gaya. (searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam).
2. Hitunglah reaksi peletakannya.
Imdadirrahman
3. Buat poligon gaya, dimulai pada titik buhul yang maksimum mempunyai 2 gaya batang tidak diketahui. Mulailah dari gaya yang diketahui paling awal sesuai arah putaran yang ditetapkan.
4. Posisi gaya tiap batang selalu sama dengan posisi batang, yang berbeda adalah arahnya, apakah meninggalkan titik buhul yang ditinjau atau menuju titik buhul yang ditinjau tersebut.
5. Setelah poligon gaya terbentuk (awal-akhir bertemu pada 1 titik), tentukan titik buhul yang ditinjau dengan pertimbangan arah putaran dan gaya-gaya dari batang yang tidak diketahui.
6. Agar tidak membingungkan, berilah tanda negatif (-) untuk batang tekan jika menuju titik buhul, dan tanda positif (+) untuk batang tarik jika meninggalkan titik buhul.
7. Mulailah lagi dengan langkah ketiga untuk mencari gaya batang lainnya.
8. Jika seluruh gaya batang telah diketahui, maka seluruh poligon gaya yang didapat untuk masing-masing buhul dijadikan satu poligon gaya (diagram Cremona) dengan pertimbangan letak-letak buhul yang telah ditetapkan pada poligon gaya disesuaikan dengan buhul-buhul pada rangka batang.
Imdadirrahman
BAB III METODOLOGI
3.1 Umum
Perencanaan rangka atap kua-kuda harus memperhatiakan segala aspek yang berkaitan dalam sifat fisik dari batang yang digunakan. Perencanaan pada bagian dasar seperti jenis kelas kayu yang sesuai berfungsi sebagai kekuatan pada rangka. Perhitungan pembebanan akan menghasilkan batang yang bersifat tekan dan tarik. Akibatnya pada proses perencanaan selalu memerhatikan pandangannya kepada pembebanan yang sekiranya akan dipikul. Dari hal tersebut, akan dihitung kuat tekan dan tarik pada setiap batang yang kemudian akan dibandingkan dengan faktor keamanan.
Jika menghasilkan kondisi yang tidak aman, maka ukuran dari dimensi penampang batang akan diubah hingga menemukan tegangan kontrol yang lebih kecil daripada tegangan izin. Model Polynesian adalah salah satu jenis struktur truss yang digunakan dalam konstruksi bangunan. Truss adalah kerangka struktural dari balok-balok lurus dan elemen-elemen segitiga yang digunakan untuk mendukung beban-beban seperti atap, lantai, atau beban lainnya dalam suatu bangunan. Truss biasanya dibuat dari bahan seperti kayu, baja, atau beton.
3.2 Algoritma Dan Diagram Alir Perencanaan 3.2.1 Algoritma
Adapun algoritma dari perancangan permodelan struktur kuda-kuda model Polynesian Truss, adalah sebagai berikut:
1. Mulai
2. Dilakukan studi kasus 3. Dimasukkan data;
a. Data model kuda-kuda b. Data bentang kuda-kuda c. Data tinggi kuda-kuda d. Data kelas kuat kayu Imdadirrahman
e. Data jenis kayu f. Data berat jenis kayu g. Data modulus Elastisitas h. Data alat sambung kuda-kuda i. Data tekanan angin
j. Data beban hidup
4. Dilakukan perencanaan dimensi batang.
5. Dilakukan perhitungan beban primer dan sekunder.
6. Dilakukan Analisa struktur menggunakan program SAP2000, metode Cremona, dan metode keseimbangan titik buhul.
7. Dikeluarkan hasil akhir:
a. Jika hasil akhir sama atau mendekati maka proses dilanjutkan b. Jika hasil akhir tidak sama maka kembali ke proses nomor 5 8. Dilakukan kontrol tegangan.
9. Dikeluarkan hasil gaya yang bekerja pada batang:
a. Jika gaya yang bekerja lebih kecil dari batas aman maka proses dilanjutkan b. Jika gaya yang bekerja lebih besar dari batas aman maka kembali ke proses 4 10. Dilakukan perencanaan sambungan baut
11. Selesai
Imdadirrahman
3.2.2 Diagram Alir Perencanaan
Imdadirrahman
3.3 Deskripsi Studi Kasus
Rencanakan dimensi beserta sambungan dari struktur rangka kuda kuda model A yaitu Polynesian Truss seperti pada gambar dibawah ini dengan data yang diketahui sebagai berikut:
Gambar 3.1 Struktur Model Polynesian Truss Data perencanaan, diketahui:
Alat Sambung : Baut
Jenis Kayu : Jati
Kelas Kayu : Kelas Kayu II
Berat Jenis Kayu : 0,7 g/cm3
Lokasi Bangunan : Tepi laut
Jenis Atap : Genting
Berat Jenis Atap : 50 kg/m3
Tumpuan : Sendi-Rol
Modulus Elastisitas : 100.000 kg/cm2 (PKKI 1961 Daftar 1)
Tekanan Angin : 50 kg/m2 (PPIUG Pasal 4.2 (2))
Beban Hidup : 100 kg/m2 (PPIUG Pasal 3.2 (1))
Kemiringan Atap : 28,61 º
Kemiringan Atap Puncak : 63,95 º
Panjang Bentang Kuda-Kuda : 4,9 Meter
Jarak Antar Kuda-Kuda : 1,5 Meter Imdadirrahman
3.4 Ukuran dan bagian struktur
Gambar 3.1 Rencana Batang Kuda-Kuda
Berdasarkan dari gambar rangka atap di atas, maka dapat ditentukan untuk panjang dari setiap batang yang terdaftar dalam sifat batang vertikal, horizontal maupun diagonal.
Dari bentuk rangka yang bersifat simetris, maka dapat dihitung hanya pada setengah sisi saja dan didapat persamaan :
1. V1 = V4.
2. V2 = V3.
3. H1 = H2 = H3 = H4 = H5 = H6 = H7 = H8 = H9.
4. A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A10 = A11 = A12 = A13 = A14 = D1 = D12 5. A6 = A7 = A8 = A9 = D13 = D14
6. D2 = D3 = D10 = D11
7. D4 = D5 = D6 = D7 = D8 = D9.
3.4.1 Perhitungan Kemiringan Atap
Imdadirrahman
1. Arctan
h H1+H2+1
2H3
¿
) = Arctan
1,2 0,8+0,8+1
2x0,8 = Arctan 1,2 2,0 = 30,964°
2. Arctan ( 1,5h
a ) = Arctan 1,5x1, 2
0,8 = Arctan 1,8
0,8 = 66,038°
3.4.2 Perhitungan Batang Horizontal Nilai Panjang H1 = 0,8 meter, maka di dapat:
H1 = H2 = H3 = H4 = H5 = H6 = H7 = H8 = H9 = 0,8 m 3.4.3 Perhitungan Batang Tegak Lurus
V1 = V4 = h
H1+H2+1/2H3x H1= 1,2
0,8+0,8+0,4x0,8=0,48m
V2 = V3 = h
H1+H2+1/2H3x(H1+H3)= 1,2
0,8+0,8+0,4x1,6=0,96m
3.4.4 Perhitungan Batang Diagonal bagian Luar A1 = 1
2
√
H12+V12 = 12√
0,82+0,482 = 0,465 mA6 =
√
(12.1,5h)2+(12. a)2 =√
(12.1,5.1,2)2+(12.0,8)2 = 0,9848 = 0,985 m 3.4.5 Perhitungan Batang Diagonal bagian DalamA1 = D1 = D12 = 0,465 m A6 = D13 = D14 = 0,985 m
D4 =
√
h2+(12. a)2 =√
1,22+(12.0,8)2 = 1,265 mD2 = H2 1 2.¿
¿¿
√¿
=
√
0,42+0,722 = 0,8236 = 0,824 mImdadirrahman
3.4.6 Tabel Panjang setiap batang
Tabel 3.1 Panjang Batang Horizontal No
.
Batang Horizontal Panjang (m)
1. H1 0.7
2. H2 0,7
3. H3 0,7
4. H4 0,7
5. H5 0,7
6. H6 0,7
7. H7 0,7
8. H8 0,7
9. H9 0,7
Tabel 3.2 Panjang Batang Vertikal No
.
Batang Vertikal Panjang (m)
1. V1 0,48
2. V4 0,48
3. V2 0,96
4. V3 0,96
Tabel 3.3 Panjang Batang Diagonal Bagian Luar No
.
Batang Diagonal Panjang (m)
1. A1 0,465
2. A2 0,465
3. A3 0,465
4. A4 0,465
5. A5 0,465
6. A6 0,985
7. A7 0,985
8. A8 0,985
9. A9 0,985
10. A10 0,465
11. A11 0,465
12. A12 0,465
13. A13 0,465
Imdadirrahman
14. A14 0,465
Tabel 3.4 Panjang Batang Diagonal bagian Dalam No
.
Batang Diagonal Panjang (m)
1. D1 0,465
2. D2 0,824
3. D3 0,824
4. D4 1,265
5. D5 1,265
6. D6 1,265
7. D7 1,265
8. D8 1,265
9. D9 1,265
10. D10 0,824
11. D11 0,824
12. D12 0,465
13. D13 0,985
14. D14 0,985
Imdadirrahman
BAB IV
PERENCANAAN DIMENSI DAN PEMBEBANAN
4.1 Perencanaan Dimensi Batang
Batang pada penyusun rangka atap terdiri dari dua jenis, yaitu batang tarik dan batang tekan. Perbedaan ini dikarenakan gaya yang bekerja pada batang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu menjauhi titik atau mendekati titik. Hal sama menjadi dasar dalam perhitungan titik buhul yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Berdasarkan batang penyusun yang telah dikelompokan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditentukan dimensi asumsi untuk rencana preliminary design yaitu dengan menggunakan dimensi 8/12 pada seluruh batang.
4.2 Perhitungan Beban
Berdasarkan beban yang bekerja, pada rangka kuda-kuda terjadi reaksi akibat faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal terdapat beban yang bekerja akibat dari rangka itu sendiri. Pada faktor eksternal terdapat beban yang diterima dari luar.
4.2.1 Beban Mati
Pada rangka terbuat dari balok kayu tentu memiliki berat dari kayu sehingga terdapat beban dari penyusun rangka itu sendiri atau disebut beban struktur. Pada struktur dengan jenis kayu jati, didapat perhitungan berat struktur yaitu berat dari rangka ditambah dengan berat dari atap dan bagian-bagiannya.
4.2.1.1 Berat Sendiri Gording 8/12 qg = 0,08. 0,12. 700
= 6,72 kg/m
4.2.1.2 Berat Sendiri Rangka Atap q = b. h. berat rata-rata kayu jati
= 0,08. 0,12. 700
= 6,72 kg/m Imdadirrahman
4.2.1.3 Berat Sendiri Atap Normal
qn = berat jenis atap sirap + reng + kaso. jarak gording = 40. 0,465
= 18,6 kg/m
4.2.1.4 Berat Sendiri Atap Puncak
qp = berat jenis atap sirap + reng + kaso. jarak gording = 40. 0,985
= 39,4 kg/m
4.2.1.5 Berat Total Atap Normal
qnt = berat sendiri gording + berat sendiri atap normal = 6,72 + 18,6
= 25,32 kg/m
4.2.1.6 Berat Total Atap Puncak
qpt = berat sendiri gording + berat sendiri atap puncak = 6,72 + 39,4
= 46,12 kg/m
4.2.1.7 Proyeksi Gaya Terhadap Beban Mati a. Proyeksi Gaya Beban Total Atap Normal
Analisa Gaya ini diperlukan untuk melakukan kontrol tegangan dan lendutan batang gording nantinya.
Gambar 4.1 Analisa Gaya Beban Mati Normal Imdadirrahman
qxmn = qn sin α = 25,32 sin 30,964º = 13,04 kg/m qymn = qn cos α = 25,32 cos 30,964º = 21,7 kg/m b. Proyeksi Gaya Beban Total Atap Puncak
Analisa Gaya ini diperlukan untuk melakukan kontrol tegangan dan lendutan batang gording nantinya.
Gambar 4.2 Analisa Gaya Beban Mati Puncak qxmp = q sin α = 46,12 sin 66,038º = 42,13 kg/m
qymp = q cos α = 46,12 cos 66,038 ° = 18,76 kg/m 4.2.1.8 Proyeksi Momen Terhadap Beban Mati a. Proyeksi Momen Terhadap Beban Mati Normal Mmaks = 1
8. qnt. l2 = 1
8.25,32.1,52 = 7,121 kg/m Mxmn = 1
8. qymn. l2 = 1
8.21,7.1,52 = 6,103 kg/m Mymn = 1
8. qxmn.l2 = 1
8.13,04.1,52 = 3,667 kg/m b. Proyeksi Momen Terhadap Beban Mati Puncak Mmaks = 1
8. qpt. l2 = 1
8.46,12.1,52 = 12,971 kg/m Mxmp = 1
8. qymp. l2 = 1
8.18,76.1,52 = 5,276 kg/m Imdadirrahman
Mymp = 1
8. qxmp.l2 = 1
8.42,13.1,52 = 11,849 kg/m
4.2.2 Beban Angin
Gambar 4.3 Beban Angin Dari Arah Kiri
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Berdasarkan ketentuan PPIUG 1987 Pencarian Koefisien didapatkan dengan mempertimbangkan posisi tinjau dari arah angin yang datang yaitu dengan mempertimbangkan arah angin yang datang atau tiup dan arah berwalawan atau hisap.
4.2.2.1 Koefisien Beban Angin Tiup a. Atap Normal
Diketahui bidang atap di pihak angin dengan sudut kemiringan 30,964º dengan ketentuan koefisien (α < 65º) maka…
(0,02.30,964º) - 0,4 = 0,22 Cnt = 0,22
b. Atap Puncak
Diketahui bidang atap di pihak angin dengan sudut kemiringan 66,038º dengan ketentuan koefisien (65º< α < 90º) maka didapat + 0,9.
Cpt = 0,9 (Dari Pasal 4.3 nomor 1.b)
Imdadirrahman
4.2.2.2 Koefisien Beban Angin Hisap a. Atap normal
Bidang atap segitiga di belakang angin dengan sudut kemiringan 30,964º dengan ketentuan koefisien semua sudut maka didapat -0,4.
Cnh = -0,4 (Dari Pasal 4.3 nomor 1.b) b. Atap Puncak
Bidang atap di belakang angin dengan sudut kemiringan 66º dengan ketentuan koefisien semua sudut maka didapat -0,4.
Cph = -0,4 (Dari Pasal 4.3 nomor 1.b) 4.2.2.3 Beban Angin Tiup
a. Beban angin di pihak atap normal qnt = Cnt . Pangin . jarak gording
= 0,219 . 40. 0,465 = 4,1 kg/m
b. Beban angin di pihak atap puncak qpt = Cpt . Pangin . jarak gording
= 0,9 . 40 . 0,985 = 35,46 kg/m
4.2.2.4 Beban Angin Hisap
a. Beban angin di pihak atap normal qnh = Cnh . Pangin . jarak gording
= -0,4. 40. 0,465 = - 7,44 kg/m
b. Beban angin di pihak atap puncak qph = Cph . Pangin . jarak gording
Imdadirrahman
= -0,4 . 40. 0,985 = - 15,76 kg/m
4.2.2.5 Perhitungan Momen Tiup Akibat Beban Angin
Arah angin tegak lurus dengan bidang atap sehingga momen yang tedapat pada sumbu y adalah 0.
a. Momen tiup akibat beban angin normal Mnt = 1
8. q nt . l2 = 1
8. 4,079 . 1,52 = 1,153 kgm b. Momen tiup akibat beban angin puncak
Mpt = 1
8. q pt . l2 = 1
8.35,46.1,52 = 9,973 kgm 4.2.2.6 Perhitungan Momen Hisap Akibat Beban Angin
Arah angin tegak lurus dengan bidang atap sehingga nilai momen terhadap sumbu y adalah 0.
a. Momen hisap akibat beban angin normal Mnh = 1
8. q nh . l2 = 1
8.−7,44.1,52 = -2,092 kgm b. Momen hisap akibat beban angin puncak
Mph = 1
8. q ph .l2 = 1
8.−15,76.1,52 = -4,432 kgm
4.2.3 Beban Hidup
4.2.3.1 Beban Hidup Atap Normal Phn = P. jarak gording normal . L = 100. 0,465 . 1,5
= 68,4 kg/m2
Imdadirrahman
4.2.3.2 Beban Hidup Atap Puncak Php = P. jarak gording puncak . L = 100 . 0,985 . 1,5
= 147,75 kg
4.2.3.3 Proyeksi Gaya Terhadap Beban Hidup
a. Proyeksi Gaya Terhadap Beban Hidup Atap Normal Pxhn = Phn sin α = 69,75 sin 30,964º = 35,191 kg
Pyhn = Phn cos α = 69,75 cos 30,964º = 58,652 kg
b. Proyeksi Gaya Terhadap Beban Hidup Atap Puncak Pxhp = Php sin α = 147,75 sin 66,038 ° = 135,016 kg Pyhp = Php cos α = 147,75 cos 66,038 ° = 60,006 kg 4.2.3.4 Proyeksi Momen Terhadap Beban Hidup
a. Proyeksi Momen Terhadap Beban Hidup Atap Normal Mmaks= 1
4 . P . l = 1
4 . 69,75 . 1,5 = 25,65 kg/m Mxhn = 1
4 . Pyhn . l = 1
4 . 59,810 . 1,5 = 21,994 kg/m Myhn = 1
4 . Pxhn . l = 1
4 . 35,886 . 1,5 = 13,196 kg/m b. Proyeksi Momen Terhadap Beban Hidup Atap Puncak Mmaks= 1
4 . P . l = 1
4 . 147,75 . 1,5 = 55,406 kgm Mxhp = 1
4 . Pyhp . l = 1
4 . 60,006 . 1,5 = 22,502 kgm Myhp = 1
4 . Pxhp . l = 1
4 . 135,016 . 1,5 = 50,631 kgm
Imdadirrahman
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisa 4.2.4.1 Perhitungan tegangan Izin
Kombinasi tegangan yang dilakukan terhadap 2 jenis kombinasi, yaitu kombinasi pembebanan primer dan kombinasi pembebanan sekunder.
a. Pembebanan Primer
Kombinasi pembebanan primer dengan beban tetap (β=1) pada konstruksi terlindungi (v=1).
σr = β. V. σn
= 1. 1. 100 = 100 kg/cm2
b. Pembebanan sekunder
Kombinasi pembebanan sekunder dengan beban sementara (β = 1) pada konstruksi terlindung (v = 1).
σr = β. V. σn
= 1. 5/4. 100 = 125 kg/cm2
4.2.4.2 Kombinasi Beban a. pembebanan Tetap Normal
Mtxn = Mxmn + Mxhn
= 6,103 + 21,994 = 28,097 kg/m Mtyn = Mymn + Myhn
= 3,667 + 13,196 = 16,863 kg/m
b. pembebanan Tetap Puncak Mtxp = Mxmp + Mxhp
= 5,276 + 22,502 Imdadirrahman
= 27,778 kgm Mtyp = Mymp + Myhp
= 11,849 + 50,631
= 62,48 kgm
c. Pembebanan Sementara Normal Msxn = Mxmn + Mxhn + Mnt + Mnh
= 6,103 + 21,994 + 1,153 + (-2,092) = 27,158 kg/m
Mstyn = Mymn + Myhn
= 3,667 + 13,196 = 16,863 kg/m
d. Pembebanan Sementara Puncak Msxp = Mxmp + Mxhp + Mpt + Mph
= 5,276 + 22,502 + 9,973 + (-4,432) = 33,319 kg/m
Msyp = Mymp + Myhp
= 11,849 + 50,631 = 62, 48 kg/m
4.2.4.3 Kontrol Tegangan Wx = 1
6. b . h2
= 1
6 . 8. 122
= 192 cm3 Wy = 1
6. b . h2
= 1
6 . 12. 82 Imdadirrahman
= 128 cm3
a. Tegangan akibat pembebanan tetap normal Σmaks = Mtxn
Wx +Mtyn Wy
= 2809,7
192 +1686,3 128 = 27,808 kg/cm3
Perbandingan antara tegangan izin dan tegangan uji dengan satuan σmaks ≤ σizin : σmaks ≤ σizin
27,808 kg/cm3 ≤ 100 kg/cm3………...(Aman) b. Tegangan akibat pembebanan tetap puncak
Σmaks = Mtxp
Wx +Mtyp Wy
= 2777,8
192 +6248 128 = 63,28 kg/cm3
Perbandingan antara tegangan izin dan tegangan uji dengan aturan σmaks ≤ σizin : σmaks ≤ σizin
63,280 kg/cm3 ≤ 100 kg/cm3……….(Aman) c. Tegangan akibat pembebanan sementara normal
σmaks = Msxn
Wx + Msyn Wy
=
2715,8192 + 3200 128=
52,104kg/cm3Perbandingan antara tegangan izin dan tegangan uji dengan aturan σmaks≤ σizin : σmaks≤ σizin
kg/cm3≤ 100 kg/ cm3 ………..(Aman) d. Tegangan akibat pembebanan sementara puncak Imdadirrahman
σmaks = Msxp
Wx + Msyp Wy
=
3947192 + 1686,3 128=
33,731kg/cm3Perbandingan antara tegangan izin dan tegangan uji dengan aturan σmaks≤ σizin : σmaks≤ σizin
33,731kg/cm3≤ 100 kg/ cm3 ………..(Aman) 4.2.4.4 Kontrol Lendutan
Berdasarkan pada PKKI 1961 untuk kontrol lendutan pada gording didapat : fmax ≤ 1
200 . ljarak kuda-kuda
Nilai fmax yang didapat yaitu : fmax = 1
200
.
1,5 = 0,75 cma.
Lendutan Akibat Pembebanan Tetap Atap Normal Ftxn = 5. qymn . L4384.E . Ix + Pyhn . L3 48.E . Ix
= 5.0,217.2004
384.1152.105 + 59,652.2003 48.1152.105 = 0,039 + 0,0848
= 0,124 cm
Ftyn = 5. qxmn . L4
384.E . Iy + Pxhn . L3 48.E . Iy
= 5.0,13027.1504
384.512.105 + 35,886.1503 48.512.105 = 0,053 + 0,114
= 0,167 cm
Imdadirrahman
Ftn =
√
Ftxn2+Ftyn2=
√
0,1242+0,1672= 0,208 cm ≤ 0,75 cm………..(Aman)
b.
Lendutan Akibat Pembebanan Tetap Atap Puncak Ftxp = 5. qymp . L4384.E . Ix + Pyhp . L3 48.E . Ix
= 5.0,1876.1504
384.1152.105 + 60,006.1503 48.1152.105 = 0,034 + 0,087
= 0,121 cm
Ftyp = 5. qxmp . L4
384.E . Iy + Pxhp . L3 48.E . Iy
= 5.0,42145.1504
384.512.105 + 135,016. 1503 48.512.105 = 0,610 cm
Ftp =
√
Ftxp2+Ftyp2=
√
0,1212+0,6102= 0,622 cm ≤ 0,75 cm………..(Aman)
c.
Lendutan Akibat Pembebanan Sementara Atap normal Fsxn = 5. qymn . L4384.E . Ix + Pyhn . L3
48.E . Ix + 5. qnt . L4
384.E . Ix + 5. qnh . L4 384.E . Ix = 0,1159
Fsyn = 5. qxmn . L4
384.E . Iy + Pxhn . L3 48.E . Iy = 0,167 cm
Fsn =
√
Fsxn2+Fsyn2=
√
0,11592+0,1672Imdadirrahman
= 0,203 cm ≤ 0,75 cm………..(Aman)
d.
Lendutan Akibat Pembebanan Sementara Atap Puncak Fsxp = 5. qymp . L4384.E . Ix + Pyhp . L3
48.E . Ix + 5. qpt . L4
384.E . Ix + 5. qph . L4 384.E . Ix
= 0,168 cm
Fsyp = 5. qxmp . L4
384.E . Iy + Pxhp . L3 48.E . Iy = 0,610 cm
Fsp =
√
Fsxp2+Fsyp2=
√
0,1682+0,6102= 0,633 cm ≤ 0,75 cm………..(Aman)
4.2.5 Rekapitulasi Beban 4.2.5.1 Beban Kuda-Kuda a. Panjang Total batang
Total Panjang kuda-kuda, yaitu:
Ptot = 32,46 m b. Volume total batang
Total Volume Kuda-kuda, yaitu:
Vtot = Ptot . l . h = 32,456 . 0,08 . 0,12 = 0,31 m³ c. Berat total kuda-kuda
Total berat kuda-kuda, yaitu:
Wtot = Vtot . Bj = 0,31158 . 700 = 218,0 kgf d. Berat sendiri kuda-kuda
Wk = Wtot / nbuhul = 218 / 15 = 14,54 kgf
Berikut hasil perhitungan yang di dapatkan untuk setiap batang rangka kuda-kuda.
Imdadirrahman
Tabel 4.1 Perhitungan Struktur Rangka Kuda-Kuda No
.
Batang Lebar (m)
Tinggi (m)
Panjang (m)
Volume (m3)
Berat Jenis (Kg/m3)
Berat Batang (kg)
1. H1 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
2. H2 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
3. H3 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
4 H4 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
5. H5 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
6. H6 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
7. H7 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
8. H8 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
9. H9 0,08 0,12 0,800 0,0077 700,00 5,38
10. V1 0,08 0,12 0,480 0,0046 700,00 3,23
11. V2 0,08 0,12 0,960 0,0092 700,00 6,45
12. V3 0,08 0,12 0,960 0,0092 700,00 6,45
13. V4 0,08 0,12 0,480 0,0046 700,00 3,23
14. A1 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
15. A2 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
16. A3 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
17. A4 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
18. A5 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
19. A6 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
20. A7 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
21. A8 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
22. A9 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
23. A10 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
24. A11 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
25. A12 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
26. A13 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
27. A14 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
28. D1 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
29. D2 0,08 0,12 0,824 0,0079 700,00 5,54
30. D3 0,08 0,12 0,824 0,0079 700,00 5,54
31. D4 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
32. D5 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
33. D6 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
34. D7 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
35. D8 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
36. D9 0,08 0,12 1,265 0,0121 700,00 8,50
37. D10 0,08 0,12 0,824 0,0079 700,00 5,54
38. D11 0,08 0,12 0,824 0,0079 700,00 5,54
39. D12 0,08 0,12 0,465 0,0045 700,00 3,12
40. D13 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
41. D14 0,08 0,12 0,985 0,0095 700,00 6,62
Imdadirrahman
42. TOTAL 32,46 0,312 - 218,10 Pada pembebanan titik buhul digunakan ketentuan sebagai berikut :
Wk = 0,5 x berat sendiri kuda - kuda pada pinggir rangka Wk = 1,0 x berat sendiri kuda - kuda pada tengah rangka 218,10 : 15 (jumlah buhul) = 14,54
Tabel 4.2 Pembebanan Beban Rangka Setiap Buhul
Buhul Beban
(kg)
A 14,54 . 0,5 7,27
B 14,54 . 1 14,54
C 14,54 . 1 14,54
D 14,54 . 1 14,54
E 14,54 . 1 14,54
F 14,54 . 1 14,54
G 14,54 . 1 14,54
H 14,54 . 1 14,54
I 14,54 . 1 14,54
J 14,54 . 1 14,54
K 14,54 . 1 14,54
L 14,54 . 1 14,54
M 14,54 . 1 14,54
N 14,54 . 1 14,54
O 14,54 . 0,5 7,27
4.2.5.2 Beban Atap + Gording
Pada beban atap + gording yang menjadi tumpuan dari beban ini yaitu pada gording ke rangka sehingga memberikan bentuk gaya terpusat pada batang dan gording dipasang tepat pada titik buhul rangka kuda-kuda. Terkhusus pada buhul puncak menggunakan 2 gording sehingga memikul 2 kali berat gording.
1. Berat 1 gording Imdadirrahman
Wg = b. h. jarak kuda - kuda . berat rata-rata kayu jati = 0,08. 0,12. 1,5 . 700
= 10,08 kgf
2. Berat atap sirap pada atap normal
Wan = jarak kuda - kuda. jarak gording. berat jenis atap sirap = 1,5 . 0,465 . 40
= 27,72 kgf
3. Berat atap sirap pada atap puncak
Wap = jarak kuda - kuda. jarak gording. berat jenis atap sirap = 1,5 . 0,985 . 40
= 59,1 kgf
Pada perhitungan didapatkan hasil yang akan dicantumkan untuk setiap beban atap + gording pada setiap titik buhul di bawah ini.
Tabel 4.3 Pembebanan Beban Atap + Gording Setiap Buhul Buhul
Beban Atap (kg)
Beban Gording (kg)
Beban (kg)
A 13,86 10.08 23,94
B 27,72 10.08 37,8
C 27,72 10.08 37,8
D 27,72 10.08 37,8
E 27,72 10.08 37,8
F 43,41 10.08 53,49
G 59,1 10.08 69,18
H 59,1 10.08 79,26
I 59,1 10.08 69,18
J 43,41 10.08 53,49
K 27,72 10.08 37,8
L 27,72 10.08 37,8
M 27,72 10.08 37,8
Imdadirrahman
N 27,72 10.08 37,8
O 13,86 10.08 23,94
Buhul A dan O = (beban atap normal)/2 + beban gording
Buhul B, C, D, E, K, L, M, N = beban atap normal + beban gording
Buhul F dan J = (beban atap normal + beban atap puncak)/2 + beban gording Buhul G, I = beban atap puncak + beban gording
Buhul H = beban atap puncak + (beban gording) . 2 4.2.5.3 Beban Hidup
Pada beban hidup diasumsikan gaya bekerja pada setiap titik buhul dengan berat minimal 100 kg/ m2 . Pada pembebanan didapatkan hasil yang akan dicantumkan untuk setiap beban hidup pada setiap titik buhul untuk setiap atap normal dan atap puncak di bawah ini.
Tabel 4.4 Pembebanan Beban Hidup Setiap Buhul No.
Buhul (kg)
Beban Hidup (kg)
1 A 34,2
2 B 68,4
3 C 68,4
4 D 68,4
5 E 68,4
6 F 108,075
7 G 147,75
8 H 147,75
9 I 147,75
10 J 108,075
11 K 68,4
12 L 68,4
13 M 68,4
14 N 68,4
15 O 34,2
Imdadirrahman
4.2.5.4 Beban Angin
Untuk angin diasumsikan akan datang dari kiri ke kanan maka didapat untuk beban pada setiap batang.
1. Beban angin kiri normal (Wnt) = qnt . l = 4,079 . 1,5 = 6,15 kgf 2. Beban angin kanan normal (Wnh) = qnh . l = (-7,44) . 1,5 = -11,16 kgf 3. Beban angin kiri puncak (Wpt) = qpt . l = 35,46 . 1,5 = 53,19 kgf
4. Beban angin kanan puncak (Wph) = qph . l = (-15,76) . 1,5 = -23,64 kgf
Penentuan beban angin dilakukan dengan penjabaran arah x dan y karena angin bekerja pada bidang tegak lurus pada batang.
Tabel 4.5 Pembebanan Beban Angin Arah Kiri pada Sumbu X Setiap Buhul
No. Buhul Arah Kiri Wx
(kg)
1 A Wntsin(30,964°)
2 1,582
2 B Wnt sin 30,964°
¿ ) 3,164
3 C Wnt sin 30,964°
¿ ) 3,164
4 D Wnt sin 30,964°
¿ ) 3,164
5 E Wnt sin 30,964°
¿ ) 3,164
6 F Wntsin(30,964°)+Wptsin(66,038°)
2 25,877
7 G Wpt sin (66,038 ° ) 48,59
8 H Wptsin(66,038°)+Wphsin(66,038°)
2 35,095
9 I Wph sin (66,038 ° ) 21,6
10 J Wnhsin(30,964°)+Wphsin(66,038°)
2 13,675
11 K Wnh sin 30,964°
¿ ) 5,75
12 L Wnh sin 30,964°
¿ ) 5,75
13 M Wnr sin 30,964°
¿ ) 5,75
14 N Wnh sin 30,964°
¿ ) 5,75
Imdadirrahman
15 O Wnhsin(30,964°)
2 2,875
Tabel 4.6 Pembebanan Beban Angin Arah Kiri pada Sumbu Y Setiap Buhul
No. Buhul Arah Kiri Wy
(kg)
1 A Wntcos(30,964°)
2 -2,635
2 B Wnt cos 30,964°
¿ ) -5,27
3 C Wnt cos 30,964°
¿ ) -5,27
4 D Wnt cos 30,964°
¿ ) -5,27
5 E Wnt cos 30,964°
¿ ) -5,27
6 F Wntcos(30,964°)+Wptcos(66,038°)
2 -13,452
7 G Wpt cos (66,038 ° ) -21,634
8 H Wptcos(66,038°)+Wphcos(66,038°)
2 -6,0095
9 I Wph cos (66,038 ° ) 9,615
10 J
Wnhcos(30,964°)+(Wphcos 66,038°)
¿¿
¿
9,5925
11 K Wnh cos 30,964°
¿ ) 9,57
12 L Wnh cos 30,964°
¿ ) 9,57
13 M Wnh cos 30,964°
¿ ) 9,57
14 N Wnh cos 30,964°
¿ ) 9,57
15 O Wnhcos(30,964°)
2 4,785
Tabel 4.7 Pembebanan Beban Angin Arah Kanan pada Sumbu X Setiap Buhul
No. Buhul Arah Kanan Wx
(kg)
1 A
30,964° Wnh¿sin¿
¿
-2,875
2 B Wnh sin 30,964°
¿ ) -5,75
Imdadirrahman