LAPORAN PEMICU KELOMPOK
“Pak Anies galau …..”
PEMICU 3 BLOK 20
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
NARASUMBER:
Ariyani, drg.,MDSc.,Sp.Pros(K) Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros(K)
Nurdiana drg.,Sp.PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2024
Ketua : Asmi Khoirina Harahap (210600112) Sekretaris : Lana Azizah Pramono (210600018) Anggota :
1. Putri Azzura Vannia (210600012) 2. Naia Nasywa Putri Zein (210600013) 3. Priskila Dewi Simanjuntak (210600014) 4. Hanna Febiola Yaremia Pasaribu (210600015) 5. Tasyfina Hanan Fajar (210600016) 6. Vira Audina Tanjung (210600017) 7. Putri Artanti Parinduri (210600019) 8. Rhena Fitria Khairunnisa (210600020) 9. Khalis Annisa Putri (210600021) 10. Verina Angelique (210600108) 11. Annesley Patio AB Aruan (210600109) 12. Aisyah Adli Hasibuan (210600110) 13. Gresi Amelia Sihotang (210600111) 14. Farahdita Azhara (210600113) 15. Dwi Intan Pratiwi (210600114)
16. Ade Nur Zahara (210600115)
17. Achmad Dzaki Hidayat (210600117) 18. Dewi Pingce Situmorang (210600118)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah Laporan Diskusi Pemicu 3 Blok 20 ini, kami persembahkan dan selesaikan dengan judul “Pak Anies galau …..”. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang membagi pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dan turut membantu dalam berdiskusi hingga menemukan jawaban dari permasalahan dari skenario pemicu ini sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Mohon maaf atas ketidaksempurnan dari penulisan makalah ini. Maka dari itu, untuk kesempurnaan makalah di masa mendatang, saran dan pendapat yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Terjadinya kehilangan gigi dapat mempengaruhi struktur orofasial, seperti jaringan tulang, persarafan, otot-otot, dan berkurangnya fungsi orofasial. Selain itu juga, mukosa rongga mulut akan mengalami perubahan pada struktur, fungsi, dan juga elastisitas jaringan mukosa rongga mulut.
Kehilangan gigi dapat terjadi karena adanya interaksi faktor kompleks seperti karies, penyakit periodontal, dan trauma, serta kasus yang paling sering terjadi diakibatkan karena adanya karies.
Kehilangan gigi yang dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan migrasi patologis gigi geligi yang tersisa, penurunan tulang alveolar pada daerah yang edentulous, penurunan fungsi pengunyahan hingga gangguan berbicara dan juga dapat berpengaruh terhadap sendi temporomandibular. Karena idealnya oklusi yang baik harus memungkinkan mandibula bertranslasi tanpa hambatan oklusal saat terjadi gerakan fungsional terutama pada segmen posterior sehingga distribusi beban lebih merata.
1.2.Deskripsi Topik
Nama pemicu : Pak Anies galau …..
Penyusun : Ariyani, drg.,MDSc.,Sp.Pros(K), Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros(K) dan Nurdiana drg.,Sp.PM
Hari/Tanggal : Rabu/ 17 April 2024 Pukul : 07.00-09.00 WIB
Skenario
Seorang laki-laki berusia 68 tahun datang ke RSGM USU, mengeluhkan gigi tiruannya sudah longgar sehingga sulit di gunakan untuk makan dan berbicara serta rasa perih pada bagian dalam rongga mulutnya sejak 1 minggu yang lalu. Hasil anamnesismenunjukkan pasien sudah menggunakan gigi tiruan lengkap selama ± 6 tahun. Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus yang terkontrol. Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru, namun tidak ingin terlihat ompong.
Pemeriksaan intra oral menunjukkan terdapat lesi yang meluas pada daerah vestibulum labial rahang bawah (Gambar 1)
Hasil Pemeriksaan GTL yang lama menunjukkan :
- Permukaan oklusal anasir gigi tiruan RA-RB mengalami keausan (Gambar 2) - Free way space = 5 mm
- Tidak ada post dam pada GTL RA
More info:
Dokter gigi mengevaluasi adaptasi GTL lama menggunakan Pressure Indicating Paste (PIP) dan terlihat kontak yang tidak merata pada permukaan intaglio GTL rahang atas dan rahang bawah.
Pertanyaan :
1. Jelaskan prosedur diagnosis keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
2. Jelaskan kemungkinan penyebab keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
3. Apakah diagnosis dan diagnosis banding yang paling tepat keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
4. Jelaskan penyebab gigi tiruan longgar dan sulit digunakan untuk makan serta berbicara pada kasus di atas! (Prosto)
5. Apakah rencana perawatan untuk kelainan jaringan lunak mulut tersebut dan jelaskan alasannya ! (PM, Prosto)
6. Apakah rencana perawatan untuk GTL yang lama pada pasien tersebut dan jelaskan prosedurnya ! (Prosto)
7. Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi retensi dan resistensi yang harus diperhatikan untuk pembuatan GTL baru pada kasus di atas ? (Prosto)
8. Jelaskan metode untuk mengevaluasi free way space gigi tiruan lama pada kasus di atas ! (Prosto)
9. Apakah pengaruh tidak adanya post dam pada GTL RA pada kasus di atas ! (Prosto)
10. Jelaskan teknik penentuan PPS dan cara pembuatan post dam untuk pembuatan GTL yang baru pada kasus di atas ! (Prosto)
Learning Issue:
1. Anatomi makroskopis struktur pendukung dan pembatas gigi tiruan
2. Border molding, pencetakan fisiologis dan pembuatan sendok cetak fisiologis 3. Prosedur pembuatan basis gigi tiruan dan oklusal rim
4. Pemilihan anasir gigi tiruan 5. Reparasi, reline dan rebase 6. Pemasangan GTL
7. Kelainan mukosa akibat pemakaian GTL
BAB II PEMBAHASAN
1. Jelaskan prosedur diagnosis keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
Prosedur diagnosis keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas adalah:
a. Pemeriksaan subjektif
Anamnesis dapat dilakukan dengan metode The Fundamental Four dan dengan metode The Sacred Seven.
Identitas pasien: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
Keluhan utama:
a) Riwayat penyakit sekarang
Pertanyaan yang dapat diberikan mencakup the sacred seven antara lain:
1) Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2) Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?) 3) Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?) 4) Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6) Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7) Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
b) Riwayat penyakit Dahulu
Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita dan pengobatan yang pernah didapat.
c) Riwayat keluarga
Untuk mencari ada tidaknya penyakit serta keadaan keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, maloklusi dll) atau riwayat penyakit yang menular.
d) Riwayat dental
Informasi riwayat dental diperoleh dengan menanyakan pertanyaan yang meliputi kunjungan terakhir ke dokter gigi, perawatan gigi dan mulut yang pernah diterima oleh pasien, riwayat
kebersihan rongga mulut seperti kebiasaan menyikat gigi, jenis pasta gigi serta riwayat penggunaan gigi tiruan.
b. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan Ekstra oral: meliputi pemeriksaan pada bibir, circum oral, kelenjar getah bening, TMJ (temporomandibular joint), mata, tangan, kulit. Adapun yang perlu diamati adalah apakah ada perubahan warna, tekstur, pembengkakan, kelainan/lesi, dan rasa sakit pada tempat-tempat tersebut. Pada kasus tidak diberitahukan mengenai pemeriksaan ekstra oral pasien.
Pemeriksaan Intra Oral (IO)
a. Pemeriksaan kondisi rongga mulut secara menyeluruh. Dicatat semua kondisi ataupun lesi yang ditemukan, baik itu berupa lesi patologis atau merupakan variasi-variasi yang masih ditetapkan sebagai keadaan normal (variasi normal).
b. Untuk dapat menegakkan diagnosis lesi rongga mulut dan menentukan prognosisnya, maka harus dibuat deskripsi lesi secara rinci dan jelas, meliputi:
· Jenis lesi: eritema, erosi, ulkus, papula, vesikel, bulla, plak, deskuamasi, dsb
· Jumlah: singel, dua, tiga atau multipel
· Warna: putih, merah, kekuningan, kebiruan dll.
· Lokasi: tentukan dengan tepat, misal pada mukosa bukal regio gigi 37
· Bentuk: bulat, oval, linear, memanjang atau irregular
· Batas tepi jelas/tidak, rata dengan sekitar, meninggi, menggulung, halo eritematus, dll.
· Ukuran
· Konsistensi: lunak, keras, kenyal, kaku
· Tekstur permukaan: halus, seperti beludru, bergelombang, kasar dll.
· Indurasi
· Bertangkai, fluktuatif, movable (untuk lesi pembesaran jaringan) c. Pemeriksaan penunjang
Melakukan biopsy pada massa hiperplastik jaringan konektif fibrous ditutupi lapisan epitel skuamosa berlapis dengan ketebalan normal/akantosis.1
2. Jelaskan kemungkinan penyebab keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya antara lain:
1. Trauma akibat pemakaian gigi tiruan.
Gigi tiruan yang tidak stabil atau tidak beradaptasi dengan mukosa menyebabkan trauma kronis karena adanya tekanan-tekanan yang berlebihan. Seiring waktu penggunaan gigi tiruan, tulang alveolar dapat mengalami penurunan densitas dan resorpsi yang disebabkan oleh distribusi
tekanan oklusal yang tidak merata hingga tidak mampu menyangga gigi tiruan dan membuatnya tidak stabil dan retentif.
2. Gigi tiruan yang longgar.
Gigi tiruan yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada mukosa yang tertutup gigi tiruan. Hal tersebut ditandai dengan adanya reaksi inflamasi dan eritema pada area mukosa oral terutama bagian yang berkontak dengan gigi tiruan. Peradangan yang terjadi dapat menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi mikroorganisme sehingga menyebabkan infeksi.
3. Faktor predisposisi lainnya adalah diabetes mellitus, defisiensi nutrisi seperti asam folat dan B12 dan penggunaan obat – obatan imunosupresif. Lalu pada pasien DM juga sering dijumpai adanya kandidiasis yang terjadi sebagai akibat dari kondisi rongga mulut yang kering (xerostomia) sehingga memberikan peluang bagi jamur candida untuk tumbuh secara tidak terkendali karena kesesuaian dengan kondisi lingkungan tersebut.
4. Keausan permukaan oklusal gigi tiruan.
Permukaan oklusal yang aus dapat menyebabkan gigi tiruan tidak berfungsi dengan baik, sehingga pasien mungkin memaksa gigi tiruan untuk melakukan fungsi pengunyahan dan berbicara. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan rasa perih pada jaringan di sekitar gigi tiruan.
5. Epulis fissuratum
Ketika gigi tiruan yang bermasalah dilepas, akan terlihat fisura khas yang dibatasi oleh jaringan lunak hiperplastik pada kedua sisinya. Sifat kronis dari proses ini berarti bahwa rasa tidak nyaman sering kali bukan merupakan gambaran yang menonjol dan oleh karena itu pasien dapat terus memakai gigi tiruan sampai timbul lesi hiperplastik dengan ukuran yang cukup besar. Namun, lesi mungkin disertai rasa sakit dan ketidaknyamanan saat terjadi ulserasi. Hal ini tidak hanya menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, namun berdampak negatif terhadap pengunyahan, estetika, dan kesejahteraan pasien secara keseluruhan.2
3. Apakah diagnosis dan diagnosis banding yang paling tepat keluhan rasa perih pada bagian dalam rongga mulut pasien pada kasus di atas! (PM)
Diagnosis untuk lesi pada kasus ini adalah epulis fissuratum yang terjadi akibat iritasi kronis pemakaian gigi tiruan. Epulis fissuratum, yang juga dikenal sebagai hiperplasia fibrosa inflamasi, adalah modifikasi jaringan reaktif sebagai tanggapan terhadap ketidakcocokan gigi tiruan dengan mukosa mulut vestibulum. Pertumbuhan berlebih fibrosa disebabkan oleh iritasi kronis pada flensa gigi tiruan (tepi) pada area pertemuan gusi dengan pipi bagian dalam (mukosa vestibular alveolar).
Karena tulang di bawah gigi tiruan terus berubah akibat pengeroposan tulang, maka penyangga tulang
pada dasar gigi tiruan menjadi tidak stabil yang mengakibatkan gigi tiruan tidak pas dan epulis fissuratum. Tanda dan gejala terjadinya Epulis Fissuratum antara lain:
Pertumbuhan berlebih yang jinak biasanya merah muda dan asimtomatik,
Lesi dapat tumbuh sebesar gigi tiruan atau terbentuk di bawah gigi tiruan,
Tumor berukuran besar dapat menyebabkan kesulitan makan dan ketidaknyamanan mulut3
Sedangkan, pada diagnosis banding yang dialami pasien ialah Human Papilloma Virus (HPV), Pyogenic Granuloma (Lobular Capillary Hemangioma), dan Denture Induced
Squamous Cell Carcinoma.4
4. Jelaskan penyebab gigi tiruan longgar dan sulit digunakan untuk makan serta berbicara pada kasus di atas! (Prosto)
Gigi tiruan longgar dan sulit digunakan untuk makan serta berbicara menandakan bahwa GTL pasien memiliki stabilisasi dan retensi yang tidak baik. Berikut penyebab hal tersebut terjadi pada kasus diatas:
Tidak ada postdam pada RA
Post dam memastikan kontak yang erat antara dasar gigi tiruan dengan palatum lunak dan meningkatkan retensi gigi tiruan. Apabila tidak terdapat postdam pada GTL RA tersebut terdapat kemungkinan gigi tiruannya akan longgar karena kegunaan postdam :
a) Sebagai retensi GT karena berkontak dengan bagian anterior palatum lunak (mukosa bergerak yang aktif saat mengunyah, menelan & berbicara)
b) Mencegah masuknya udara di antara jaringan & basis GT yang akan mengurangi retensi dari gigi tiruan dengan palatum
c) Mengkompensasi jika terjadi penyusutan saat polimerisasi resin akrilik GT.
d) Mencegah akumulasi makanan pada bagian posterior GTL & palatum lunak yang lama kelamaan akan mengurangi retensi gigi tiruan juga.5
Keadaan xerostomia pada pasien DM juga akan mengurangi retensi GTL yang dapat mengurangi stabilitas, terjadi iritasi pada mukosa dan kesulitan pasien beradaptasi dengan gigi tiruannya.
Resorpsi tulang: pada kasus diketahui bahwa pasien berumur 68 tahun, dimana pada usia ini tentunya akan terjadi kemunduran sel sel, ataupun tulang. Resorpsi linggir alveolar dapat menyebabkan berkurangnya ukuran linggir sehingga luas daerah dukungan gigi tiruan penuh menjadi lebih kecil. Berkurangnya luas jaringan pendukung gigi tiruan dapat mempengaruhi faktor faktor retensi yang bekerja pada permukaan basis gigi tiruan penuh antara lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan, dan tekanan atmosfer. Jika linggir alveolar masih tinggi, gigi tiruan akan
tertahan karena jaringan pendukungnya masih cukup luas tetapi pada linggir yang sudah datar, gigi tiruan akan mudah lepas karena perlekatan otot terletak dekat puncak linggir.
Permukaan basis yang tidak rata menciptakan adaptasi yang buruk antara gigi tiruan dengan mukosa mulut yang berpengaruh terhadap retensi dan stabilitas gigi tiruan.
Gigi tiruan yang aus pada kedua rahang mempengaruhi perubahan pada dimensi vertical, oklusi dari gigi tiruan yang tidak lagi berkontak dengan baik. Kontak oklusi yang berkurang mempengaruhi stabilitas dan retensi dari gigi tiruan.6
5. Apakah rencana perawatan untuk kelainan jaringan lunak mulut tersebut dan jelaskan alasannya ! (PM, Prosto)
- Perawatan Konservatif
Instruksikan pasien untuk mengistirahatkan keadaan rongga mulut dengan tidak menggunakan gigi tiruan selama kurang lebih 1 minggu. Melakukan desain ulang pada gigi tiruan lengkap yang digunakan pasien agar stabil di dalam rongga mulut. Dengan memendekkan sayap gigi tiruan agar tidak mengenai lesi epulis fissuratum yang menyebabkan rasa sakit dan lesi semakin parah. Tidak menggunakan gigi tiruan pada malam hari.7 Seperti pada kasus Permukaan oklusal anasir gigi tiruan RA-RB mengalami keausan yang menyebabkan oklusi pasien terganggu sehingga tekanan mekanis dari gigi tiruan tidak stabil dan menekan jaringan lunak di daerah tertentu secara berlebihan.
- Perawatan bedah
Apabila perawatan konservatif tidak dapat mengurangi keluhan pasien maka dilakukan pembedahan terlebih dahulu lalu dilakukan tissue conditioning pasca pembedahan. Teknik pembedahan dapat berupa eksisi dengan scalpel, elektrokauterisasi, soft tissue laser, atau liquid nitrogen cryosurgery. Eksisi dengan scalpel yang dilanjutkan dengan suturing dapat menurunkan kedalaman dari vestibulum dan permukaan pendukung mukosa yang mengganggu retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Maka ini, dapat dilakukan vestibuloplasty submukosa atau vestibuloplasti cangkok (grafting). Di sisi lain, dapat digunakan electrosurgery yang memiliki kelebihan dari pembedahan konvensional yakni kehilangan darah yang lebih sedikit dan nyeri awal pasca operasi yang kurang. Setelah pembedahan dilakukan, pasien dapat diberikan antibiotik dan analgesik lalu dilanjutkan dengan perawatan tissue conditioning setelah luka pembedahan sembuh.8
6. Apakah rencana perawatan untuk GTL yang lama pada pasien tersebut dan jelaskan prosedurnya ! (Prosto)
Pada kasus diketahui pada GTL pasien tidak ada postdam, dan tepi basis gigi tiruan tidak membulat dan pada RB, basis gigi tiruan di daerah labial dan bukal terlihat tipis serta tepi basis gigi tiruan tidak membulat sehingga retensi dan stabilisasinya berkurang, serta gigi tiruan sudah 6 tahun lamanya.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki GTL pasien adalah rebasing. Rebasing adalah proses adaptasi dari gigi tiruan ke jaringan di bawahnya dengan mengganti bahan basis gigi tiruan dengan bahan yang baru tetapi tidak mengubah relasi oklusalnya. Indikasi rebasing adalah membuat postdam, resorpsi menyeluruh atau lokal pada tulang alveolar, gigi tiruan longgar, basis gigi tiruan sudah tidak memadai karena pemakaian untuk jangka waktu lama, dsb.
Prosedur rebasing:9
- Bagian perifer sayap gigitiruan dikasarkan
- Mencetak rahang pasien dengan mengunakan gigitiruan lama sebagai sendok cetak dan bahan mukostatik zinc oxyde eugenol
- Membuat model kerja dengan dental gipsum lalu dibuat box
- Meletakkan gigitiruan dan model kerja pada bagian artikulator dan diberi indeks oklusal dari gips pada bagian bawah
- Gigitiruan dilepas dari model kerja
- Bahan cetak dibuang dan di-trim basis akrilik gigitiruannya dan disisakan secukupnya untuk menahan geliginya
- Membuat basis gigitiruan baru dari malam
- Uji coba dalam mulut pasien dan pemeriksaan estetik, fonetik, dan dimensi vertikal - Lalu flasking, packing, curing, deflasking dan remounting
- Gigitiruan dipolis dan dipasang di dalam mulut pasien
7. Apakah faktor – faktor yang mempengaruhi retensi dan resistensi yang harus diperhatikan untuk pembuatan GTL baru pada kasus di atas ? (Prosto)
Faktor mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan adalah:
1) Adhesi.
Adhesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul yang berbeda. Pada Gigi tiruan lengkap terjadi pada saliva terhadap permukaan basis gigi tiruan dan mukosa.
2) Kohesi.
Kohesi adalah daya tarik fisik satu sama lain antara molekul-molekul yang sama. Hal ini terjadi pada lapisan tipis saliva di antara basis gigi tiruan dan mukosa.
3) Kapilaritas (daya tarik kapiler).
Kapilaritas (daya tarik kapiler) adalah gaya yang dihasilkan dari tekanan permukaan yang dapat menyebabkan naik turunnya permukaan cairan saat berkontak dengan benda padat.
4) Peripheral seal
Peripheral seal adalah kontak yang rapat antara tepi basis gigi tiruan dengan jaringan lunak/mukosa pendukung gigi tiruan. Peripheral seal mencakup posterior palatal seal, perluasan tepi sayap bukal, lingual dan labial, Dimana periperal seal sangat berperan dalam memperoleh retensi gigi tiruan yang baik. Efektifitas peripheral seal mempengaruhi sifat retentif dan tekanan atmosfer. Pentingnya penutupan tepi yang kedap udara di sekeliling gigi tiruan tidak dapat diabaikan. Tidak adanya postdam pada kasus menjadi salah satu faktor berkurangnya kekuatan peripheral seal GT.
5) Pada proses pencetakan rahang, seluruh jaringan pendukung harus tercetak untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang maksimal. Ukuran pada linggir alveolar memengaruhi retensi, terutama ukuran linggir yang kecil karena semakin kecil ukuran linggir semakin sulit retensi yang didapatkan. Pada linggir alveolar yang berukuran kecil dapat diatasi dengan memperhatikan teknik pencetakan. Pencetakan harus dilakukan dengan tepat untuk mendapatkan hasil cetakan yang akurat yang dapat mendukung retensi gigi tiruan. Keakuratan pencetakan diperoleh dengan menggunakan sendok cetak individu dan border moulding untuk mendapatkan peripheral seal.
Efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah. Postdam area atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas) diletakkan tepat diletakkan tepat disebelah anterior disebelah anterior garis getar dari palatum dari palatum molle dekat fovea palatine.10
8. Jelaskan metode untuk mengevaluasi free way space gigi tiruan lama pada kasus di atas ! (Prosto)
Metode mengevaluasi freeway space:
Teknik Willis dengan menggunakan alat pengukuran Willis bite gauge. Pengukur Willis diposisikan agar lengan atas bersentuhan dengan pangkal hidung dan lengan bawah bersentuhan erat dengan batas bawah dagu. Pasien diinstruksikan untuk mencoba dan mencapai orientasi dan tingkat tekanan yang sama untuk setiap pembacaan. Pembacaan yang dilakukan adalah tinggi wajah oklusal (dengan gigi rapat) dan tinggi wajah istirahat (dengan mandibula rileks dan gigi terpisah), selisih kedua pengukuran tersebut adalah free way space. Skala milimeter bertingkat di sisi pengukur memungkinkan pembacaan pengukuran dengan mudah.
Pengamatan Fungsional : Selain pengukuran statis, dokter gigi juga dapat mengamati fungsi mulut pasien, seperti gerakan pengunyahan dan berbicara, untuk mengevaluasi bagaimana free way space mempengaruhi fungsi gigi tiruan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan apakah pasien mengalami kesulitan dalam mengunyah atau berbicara akibat free way space yang tidak sesuai.
Sprung dividers
Metode dividers dilakukan dengan menempelkan selotip kecil pada hidung dan dagu pasien.
Free way space ditentukan sebagai selisih antara kedua pengukuran.11
9. Apakah pengaruh tidak adanya post dam pada GTL RA pada kasus di atas ! (Prosto) Apabila tidak ada post dam pada gigi tiruan penuh, maka tidak ada retensi dan stabilitas gigi tiruan karena tidak terjadi adhesi, kohesi, dan tegangan permukaan melalui otot-otot oral dan lapisan saliva antara gigi tiruan dan mukosa yang berfungsi untuk menahan dislodging force yang bekerja tegak lurus terhadap basis. Maka dari itu, tidak adanya post dam dapat menyebabkan:
1. Ketidakstabilan Gigi Tiruan: Post dam berfungsi untuk menciptakan kedap udara di bawah gigi tiruan, sehingga membantu meningkatkan stabilitas dan retensi gigi tiruan. Tanpa post dam, gigi tiruan mungkin menjadi kurang stabil saat digunakan untuk makan dan berbicara.
2. Pasien mudah merasa mual (gagging reflex) karena lidah dapat merasakan tepi posterior dari gigi tiruan dimana pada beberapa orang dapat memicu refleks muntah.
3. Makanan dapat masuk di antara mukosa dan basis gigi tiruan karena tidak terjadi seal antara mukosa dan gigi tiruan. Adaptasi dan stabilitas gigi tiruan tidak baik sehingga dapat
menyebabkan gigi tiruan terlepas saat makan dan menimbulkan trauma pada mukosa.
4. Risiko gigi tiruan patah lebih besar karena post dam memberikan daerah pada tepi posterior yang menonjol atau menebal sehingga mampu mencegah shrinkage resin akrilik dan
meningkatkan kekuatan tekan serta fleksibiltas gigi tiruan.12
10. Jelaskan teknik penentuan PPS dan cara pembuatan post dam untuk pembuatan GTL yang baru pada kasus di atas ! (Prosto)
Teknik pencatatan posterior palatal seal/postdam dengan Teknik conventional technique:
- Dilakukan setelah pencetakan fisiologis dan mendapatkan model fisiologis.
- Anterior dan posterior vibrating line dilapisi dengan ball burnisher.
- Anterior dan posterior vibrating line ditandai menggunakan pensil copy dengan menginstruksikan pasien mengucapkan “AH” keras-pendek, dan lemah-pendek.
- Basis sementara dimasukkan ke mulut pasien agar pensil copy dapat ditransfer ke basis percobaan.
- Basis sementara dipasangkan ke model fisiologis untuk mentransfer tanda yang didapat dari mulut pasien ke model fisiologis.
- Daerah antara anterior-posterior vibrating line diradir 1-1,5mm pada sisi kanan dan kiri dari mid- palatina raphe dan semakin landai ke arah anterior.
- Batas posterior dari Posterior Palatal Seal sebaiknya tapered agar dapat menyatu dengan palatum lunak.
- Basis sementara sebaiknya dilunakkan dan diadaptasikan kembali ke mulut pasien.13
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Kurangnya retensi GTL dapat disebabkan oleh karena kondisi GTL yang kurang baik, kondisi penderita pemakai GTL, dan bisa dikarenakan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Diagnosis yang tepat mengenai penyebab tidak cekatnya GTL dapat diperoleh dengan mendengarkan keluhan, jawaban penderita dan observasi yang teliti. Bila diagnosis tidak dilakukan dengan tepat, maka tindakan relining tidak dapat memperbaiki retensi dan stabilitas. Bahan material yang digunakan harus akurat dengan permukaan GTL, mudah dipoles, tidak mengiritasi jaringan mukosa dan mempunyai daya mekanik yang baik. Pencetakan dengan menggunakan teknik mulut tertutup memberikan hasil kecekatan yang baik bagi GTL karena dapat membuat panjang sayap GTL yang sesuai dengan aktivitas kontrol neuromuscular dan relasi rahang GTL yang lama.
Daftar Pustaka
1. Setyawan FEB. Komunikasi medis: Hubungan dokter-pasien. MAGNA MEDIKA: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan 2017; 1(4): 51-7.
2. Suwal P, Singh RK. General Systemic Evaluaton of Prosthodontic Patients. J Nepal Dent 2013;
13(2): 90-4.
3. Muslim M, Hadira, Gazali M. Management of epulis fissuratum with excision and vestibuloplasty.
Makassar Dental Journal 2023; 12(3): 442-4.
4. Veena KM, Jagadishchandra H, Sequria J, et. al. A extensive denture-induced hyperplasia of maxilla. Annals of Medical and Health Sciences Research 2013; 3(1): 7-9.
5. Oetami S, Handayani M. Gigi tiruan lengkap resin akrilik pada kasus full edentulous. JIKG 2021;
4(2):53-7.
6. Leepel MB. Epulis fissuratum akibat pemakaian gigi tiruan lengkap yang longgar. J Ked Gi UI 1966; 3(4): 54-8.
7. Siahay AJ, Habar ID. Clinicians Need a Relining or Rebasing Procedure. Makassar Dental Journal 2020; 9(2):101-4.
8. Assraoui KE, Oubbaih A, Kaoun K, Bellemkhannate S. Management of Denture-induced Hyperplasia. Eur J Dent Or Health 2023; 4(2): 23-6.
9. Falatehan N. Relining gigi tiruan rahang bawah secara langsung dengan pencetakan mulut tertutup (Laporan Kasus). JITEKGI 2018; 14(1): 27-32.
10. Zarb, GA, Hobkirk, Eckert, Jacob. Prosthodontic treatment for edentulous patients complete dentures and implant-supported prostheses.13th ed. St.Louis: Mosby, 2012: 68, 100 – 2.
11. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa Nyeri pada Mukosa Jaringan Pendukung GTP dan Penanggulangannya. Dentofasial 2011; 10(3): 190-5.
12. Phukela SS, Sunita, Prasad R, et al. Post dam area its role in completely edentulous patients a literature review. Journal of Oral and Dental Health 2019; 5(1): 1-5.
13. Patel M, Ponnanna AA, Tripathi G. Guiding intellect for occlusal errors. J Clin Diagn Res.
2013;7(11):2619-22.