• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKKUM PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK 1D

N/A
N/A
H@05_GADING ARYA SAPUTRA

Academic year: 2024

Membagikan " LAPORAN PRAKTIKKUM PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK 1D"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKKUM PENGUKURAN TEKNIK MODUL I DAN MODUL II

Anggota Kelompok 1D

Achmad Azis Rahmanto 2110631150002

Ahmad Raffi 2110631150005

Ardiansyah Arum 2110631150009 Chanisa Mutiara Azhari 2110631150011 GADING ARYA SAUTRA 2110631150015 Khafidh Deedat Alnurrasyid 2110631150017 Pahmi Muhamad Padilah 2110631150024

SAHLURRIZKI 2110631150028

Sebagai Pemenuhan Tugas

Mata Kuliah Praktikkum Pengukuran Teknik Dosen Pengampu : AA Santosa, S.T., M.T.

Asisten Laboratorium : Abdul Muis, S.T.

TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

KARAWANG 2022

(2)

Kata Pengantar

Pertama, kami panjatkan puja dan syukur kehadirat Allah Tuhan semesta alam yang selalu memberikan limpahan berkahnya yang taka da habisnya kepada setiap hambanya dalam segala urusan. Shalawat, serta salam tak lupa kami sampaikan kepada Rasullullah Nabi Muhammad yang merupakan pembawa lentera yang merubah dari zaman gelap gulita hingga terang benderang dengan ilmu.

Kedua, kami haturkan terimakasih kepada Bapak AA Santosa, S.T., M.T., yang merupakan dosen pembimbing kami ada mata kuliah Pengukuran Teknik, serta kepada kang Abdul MuiD, S.T., selaku asisten lab yang telah membimbing kami dalam Praktikkum Pengukuran Teknik.

Tak hentinya kami ucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya kami dapat Menyusun laporan praktikkum pengukuran teknik ini dengan lancer dan tanpa permasalahan berarti. Kami juga berterima kasih kepada tiap anggota kami yang telah mau berkontribusi dalam praktikkum atau penyusunan laporan praktikkum ini. Dengan penyelesaian penyusunan laporan praktikkum ini sebagai parameter kepahaman kelompok kami dalam memahami materi praktikkum.

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Studi Pustaka

1.1 Pengertian Pengukuran

Mengukur (kata kerja) untuk menentukan kuantitias, masa, panjang, atau derajat/tingkatan sesuatu dalam batasan suatu unit standar atau jumlah yang pasti, biasanya dengan menggunakan instrument atau proses; misalnya untuk mengetahui ukuran suatu benda melalui pengukuran dimensinya; memperkirakan panjang benda, kekuatan, harga atau sifat dari benda: dalam hal ini melakukan pengukuran.

Nunnally & Bernstein, 1994 : Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.

Secara umum, pengukuran merupakan suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis dan dipakai sebagi satuan. Definisi pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur.

Disamping itu, pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas dan disepakati. Dalam pengukuran, terdapat dua jenis satuan yaitu pengukuran dengan satuan tidak tidak baku dan pengukuran dengan satuan baku.

1.2 Besaran dan Satuan

1.2.1 Besaran pokok adalah besaran yang tidak berasal dari besaran lain, melainkan besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Dengan kata lain, besaran pokok tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.

Besaran pokok memiliki satuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh para fisikawan terdahulu. Beberapa besaran pokok dan satuannya ada pada tabel berikut.

Tabel 1. Besaran Pokok dan Satuannya (SI) Source : superpof.co.id

(4)

1.2.2 Satuan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyatakan hasil pengukuran atau pembanding dalam suatu pengukuran tertentu [1]. Satuan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh suatu besaran. Oleh karena itu, setiap besaran dalam fisika memiliki satuan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui besaran dan satuan kita dapat menggunakan alat ukur yang sesuai dalam pengukuran suatu besaran.

1.3 Pengukuran Langsung

Pengukuran langsung adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung dimana hasil pengukuran langsung terbaca pada alat ukur tersebut. Contohnya ketika kita mengukur panjang buku dengan mistar, berarti kita melakukan pengukuran langsung karena hasil pengukuran panjang buku terbaca langsung pada skala mistar tersebut.

1.4 Jangka Sorong

1.4.1 Pengertian

Jangka Sorong adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian tinggi hingga seperseratus mm dan digunakan untuk mengukur satuan Panjang, diameter serta kedalaman.

Biasanya penerapan alat ini pada manufaktur atau industri permesinan sebut saja mesin bubut, CNC, skrup, otomotif hingga elektronik.

Jangka sorong memiliki skala nonius yang berbagai macam, mulai dari skala 0,01, 0,02, 0,05 dan ada beberapa skala lainnya. Selain itu Alat ukur jenis ini juga memiliki dua jenis yaitu Jangka Sorong Analog, Jangka Digital dan Jangka Manual.

1.4.2 Bagian – bagian Jangka Sorong

Secara umum, jangka sorong terdiri dari 2 bagian, yakni rahang tetap dan rahang geser. Selain itu, jangka sorong juga terdiri dari 2 bagian, yakni skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahang geser.

(5)

1. Rahang tetap atas 2. Rahang tetap bawah 3. Rahang sorong / geser atas 4. Rahang sorong / geser bawah

5. Pengunci (bisa berupa baut pengunci) 6. Skala nonius

7. Skala utama

8. Depth probe (tangkai ukur kedalaman)

1.4.3 Cara Penggunaan

Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, artinya jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm.

Sementara sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, artinya jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi, beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau sama dengan 0,1 mm. Kesimpulannya, skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm. Prinsip dasar menggunakan jangka sorong adalah apabila pengunci yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka rahang geser dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran panjang objek, maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit/rahang jangka sorong. Penjang objek dapat ditentukan dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm).

Kemudian tambahkan dengan hasil pembacaan skala nonius. Jangka sorong dikalibrasi dengan mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Apabila

(6)

rahang geser berada di posisi yang tepat di angka nol (angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus), maka jangka sorong sudah terkalibrasi dan siap untuk digunakan. Untuk mengukur diameter luar, Pertama, buka rahang jangka dengan melonggarkan pengunci, geser rahang geser jangka sorong ke kanan, sehingga benda yang akan diukur dapat masuk di antara kedua rahang. Setelah benda yang akan diukur sudah diletakkan di antara kedua rahang, geserlah rahang geser ke kiri hingga benda terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci jangka sorong. Setelah itu, baca dan catat hasil pengukuran. Untuk mengukur diameter dalam, Setelah pengunci dilonggarkan, geserlah rahang geser sedikit ke kanan. Letakkan benda yang akan diukur hingga kedua rahang atas jangka sorong masuk ke dalam benda tersebut. Geserlah rahang geser ke kanan hingga kedua rahang menyentuh kedua dinding dalam benda yang diukur dan kuncilah jangka sorong. Kemudian baca dan catat hasil pengukurannya. Untuk mengukur kedalaman, Letakkan tabung / benda yang akan diukur kedalamannya dalam posisi berdiri tegak. Letakkan / tusukkan tangkai ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya. Geserlah rahang geser ke bawah hingga ujung tangkai pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.

Kencangkan kunci jangka sorong, lalu baca dan catat hasil pengukuran kedalamannya.

1.4.4 Ketelitian Jangka Sorong

Tingkat ketelitian yang dimiliki oleh jangka sorong ialah 0,1 milimeter atau mm atau 0,01 cm. Nilai ketelitian jangka sorong tersebut didapatkan melalui garis skala paling kecil atau skala nonius jangka yang memiliki jarak 0,1 mm di antara satu dengan lainnya.

1.5 Mikrometer Sekrup 1.5.1 Pengertian

Mikrometer merupakan alat ukur langsung dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm.

Fungsi utama mikrimeter adalah untuk mengukur diameter.

Ada 3 macam micrometer yaitu : mikrometer dalam, mikrometer luar, dan mikrometer kedalaman.

1.5.2 Bagian – bagian Mikrometer Sekrup

(7)

1. Frame

Frame (bingkai) mikrometer umumnya berbentuk C, namun juga tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran lain sesuai jenisnya.

2. Anvil

Anvil (rahang tetap) adalah bagian mikrometer yang tetap diam saat pengukuran objek. Anvil terhubung langsung pada frame mikrometer dan bentuknya bervariasi tergantung jenis pengukurannya.

3. Spindle

Spindle (rahang geser) adalah rahang pada mikrometer yang berhadapan dengan anvil. Berbeda dengan anvil yang hanya diam di tempat, spindle dapat digerakkan dengan cara memutar ratchet atau thimble sampai spindle dan anvil mengikat objek yang akan diukur.

4. Thimble

Thimble (tabung putar) adalah bagian mikrometer yang terletak di bagian luar sleeve dan terdiri dari skala nonius. Thimble dapat diputar untuk menggerakkan spindle menyesuaikan objek yang diukur.

5. Sleeve

(8)

Sleeve (tabung ukur) adalah tabung yang berada di antara ujung frame dan thimble, yang menampilkan skala utama.

6. Ratchet

Ratchet (roda bergigi) adalah bagian ujung dari mikrometer yang dapat diputar untuk memastikan spindle menempel dengan benar pada benda kerja.

7. Pengunci

Pengunci pada mikrometer berfungsi untuk mengunci posisi spindle agar tidak bergerak ketika mengukur benda kerja.

1.5.3 Cara menggunakan mikrometer sekrup Cara Menggunakan Mikrometer manual

1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.

2. Setelah itu, bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan poros geser.

3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih presisi dengan menggerakkan poros geser secara perlahan.

4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil pengukuran dapat dibaca di skala utama dan skala nonius

(9)

BAB II PENGERJAAN MODUL I. Modul 1 Jangka Sorong

I.1 Tujuan

a. Melakukan dan membandingkan hasil pengukuran dengan jenis – jenis jangka sorong yang berbeda

b. Memahami bagian – bagian dan cara penggunaan jangka sorong

c. Memahami konsep pengukuran dan pengolahan hasil pengukuran jangka sorong.

I.2 Alat – alat yang digunakan a. Jangka Sorong

b. Benda Kerja I.3 Pelaksanaan

Lakukan pengukuran pada benda kerja yang sudah disiapkan menggunakan jangka sorong manual, analog, dan digital.

Kemudian catat pada tabel hasil pengukuran.

Benda Kerja Yang Diukur

Dengan Jangka Sorong Jangka Sorong

Manual Jangka Sorong

Analog Jangka Sorong Digital

Spidol 15,85 mm 15,08 mm 14,73 mm

Besi kecil 11,90mm 11,90mm 11,93mm

Spesimen Besi Holo 18,80 mm 18,80 mm 18,75 mm

Besi panjang 16,2 mm 16,22 mm 16,26 mm

besi holo besar 45 mm 45 mm 45,98 mm

Besi Lengkung 10,00mm 10,00mm 10,35mm

Mata bor 12,00 mm 12,00 mm 12,01 mm

Besi Lingkaran Merah 79,80 mm 79,82 mm 79,82

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Benda Kerja. Source : Arsip Kelompok 1D

I.4 Pertanyaan dan Pembahasan

I.4.1 Adakah perbedaan hasil pengukuran dengan menggunakan ketiga jenis jangka sorong tersebut?

Jawaban :

Ya, ada sedikit perbedaan hasil pengukuran diantara ketiga jenis jangka sorong yang digunakan walapun dalam mengukur satu benda kerja yang sama. Ketelitian pada jangka sorong manual dengan jangka sorong analog dan digital memiliki ketelitian yang berbeda.

Jika jangka sorong digital bisa tepat mengukurnya, sedangkan manual harus presisi. Namun selama masih

(10)

dibawah 1 mm maka masih dalam batas toleransi pengukuran yang artinya tidak masalah.

I.4.2 Bandingkan hasil pengukuran pengamat A dan pengamat B jika ada perbedaan, mengapa demikian?

Jawaban :

Ada perbedaan ketika pengamatan dilakukan oleh dua orang. Hal ini wajar terjadi jika perbedaan tersebut tidak Selain karena toleransi ketelitian, perbedaan juga bisa disebabkan oleh kesalahan pembacaan alat ukur, permukaan benda yang secara kasat mata tidak berbeda pada pengukuran pertama namun ternyata berbeda dalam pengukuran kedua dan setersunya.

II. Modul II Mikrometer Sekrup II.1Tujuan

a. Mengetahui dan memahami cara pemakaian mikrometer sekrup b. Mencoba dan melakukan pengukuran menggunakan mikrometer

sekrup

c. Memahami fungsi gauge block

d. Menggunakan gauge block untuk melakukan kalibrasi pada mikrometer sekrup.

II.2Alat yang digunakan a. Benda yang diukur b. Mikrometer 0 – 25 c. Mikrometer 25 – 50 II.3Pelaksanaan

a. Ukuralah dimensi pada benda kerja yang disiapkan b. Catat hasil pengukuran tersebut

Benda Kerja Yang Diukur Dengan Mikrometer Mikrometer Manual

Besi 9,86 mm

besi holo 33,85

Spesimen Bearing 17,97 mm

Besi holo kecil 18,87 mm

Besi holo sedang 36,24 mm

HSP Rear Lower Suspension Arm Pin 7,76

hole 18,76mm

Besi Kotak 20,29mm

Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Menggunakan Mikrometer Sekrup

III. Pengerjaan Tugas Penilaian

(11)
(12)
(13)

BAB III PENUTUP I. Kesimpulan

Pengukuran merupakan suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis dan dipakai sebagi satuan.

Definisi pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Disamping itu, pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas dan disepakati.

Besaran pokok merupaka besaran yang berdiri sendiri tanpa dasar besaran lain. Besaran pokok yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (sekon), Suhu (kelvin), Kuat Arus (Ampere), Itensitas Cahaya (Candela), dan Jumlah Zat (mol).

Jangka Sorong adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian tinggi hingga seperseratus mm dan digunakan untuk mengukur satuan Panjang, diameter serta kedalaman. Biasanya penerapan alat ini pada manufaktur atau industri permesinan sebut saja mesin bubut, CNC, skrup, otomotif hingga elektronik.

Mikrometer merupakan alat ukur langsung dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm. Fungsi utama mikrimeter adalah untuk mengukur diameter. Ada 3 macam micrometer yaitu : mikrometer dalam, mikrometer luar, dan mikrometer kedalaman

Pada pengukuran antara pengukuran satu dengan pengukuran dua, atau pengamat satu dengan pengamat dua, bisa saja terjadi perbedaan hasil pengukuran. Hal ini dapat disebabkan oleh perebedaan permukaan yang diukur secara kasat mata sama, namun ternyata memiliki ukuran berbeda. Bisa juga karena adanya perbedaan pembacaan hasil pengukuran antar pengamat.

Perbedaan pengukuran tidak akan menjadi masalah jika perbedaan hasilnya tidak lebih dari batas toleransi yang ditetapkan. Batas toleransi pengukuran tersebut adalah 1 mm.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bibliograf

Fisika ABC. (2017, April 15). Pengukuran: Pengertian, Macam-Macam, dan Instrumen/Alat Ukur Besaran Fisika. Diambil kembali dari fisikabc.com:

https://www.fisikabc.com/2017/04/pengukuran-dan-alat-ukur-besaran- fisika.html

Jannah, R. (t.thn.). Besaran dan Satuan : Pengertian, Pengelompokan, dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari [Lengkap + Contoh Soal]. Diambil kembali dari Warstek.com: https://warstek.com/besaran-dan-satuan/

Kelas Pintar. (2020, Juli 20). Pengertian Pengukuran dan Jenisnya. Diambil kembali dari kelaspintar.id: https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-pengukuran- dan-jenisnya-5901/

Kurniawan. (2022, Juni 29). Kenali Bedanya Besaran, Satuan, dan Dimensi dalam Fisika.

Diambil kembali dari superprof.co.id: https://www.superprof.co.id/blog/besaran- vs-satuan-vs-dimensi/

Seputar Pengetahuan. (2020). Pengukuran : Pengertian dan Berbagai Macam Contohnya . Diambil kembali dari seputarpengetahuan.co.id:

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/pengukuran.html

Referensi

Dokumen terkait

Ketika panjang sebuah benda diukur dengan jangka sorong, tampak posisi skala utama dan skala nonius jangka sorong tersebut seperti pada gambar di bawah ini,

Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda (rahang tetap dan rahang

Jangka Sorong atau dalam bahasa asing disebut vernier caliper adalah alat yang digunakan untuk mengukur besaran panjangyang terdiri atas rahang tetap yang memiliki skala utama dan

Dari hasil kalibrasi jangka sorong nonius II yang telah dilakukan, dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5, jangka sorong nonius II memiliki kesalahan. maksimum

Skala nonius jangka sorong pada Gambar 1.2, memiliki panjang 9 mm dibagi atas 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1 mm?. Nilai 0,1 mm atau

dalam peraktikum yang penulis lakukan dimana dalam mengukur suatu benda dengan jangka sorong, pada skala tetap jangka dalam mengukur suatu benda dengan jangka sorong, pada skala

Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh jam ukur.. Untuk jangka sorong

Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter kedalaman diatas pengukuran paling teliti adalah Tony,