• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN CARDIOMEGALI

N/A
N/A
PUTRA AGUNG

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN CARDIOMEGALI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN CARDIOMEGALI

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan Dasar Profesi di Ruang Melati

Rumah Sakit Paru Jember

NAMA : PUTRA AGUNG NATALISWANTO

NIM : 23101159

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER

2023/2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Putra Agung Nataliswanto Kasus Laporan Pendahuluan : Cardiomegali

Ruang Praktik : Ruang Melati

Rumah Sakit : Rumah Sakit Paru Jember

Pembimbing Akademik

(………..………..) NIK/NIDN……….………….

Jember, November 2023 Pembimbing Klinik

(………..……….) NIP………

LAPORAN PENDAHULUAN

(3)

1.1 Pengertian

Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari 55% besar rongga dada. pada Kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia sinistra).

Kardiomegali adalah suatu kondisi dimana jantung membesar dengan rasio kardiotoraks lebih dari 0,50. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak penyebab, tapi sebagian besar karena output jantung yang rendah, jika tidak disebut sebagai gagal jantung. Sebuah rasio kardiotoraks adalah cara untuk mengukur ukuran hati seseorang. Dalam hal ini, kardiomegali terjadi jika jantung lebih dari 50 persen lebih besar dari diameter bagian dalam tulang rusuk seseorang (Mahmood, 2014).

1.2 Etiologi

Penyebabnya ada banyak sekali, hampir semua keadaan yang memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada otot jantung sehingga jantung akan membesar. Penyebab yang terbanyak:

1) Penyakit Jantung Koroner

Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga otot-otot jantung berusaha bekerja lebih keras dari biasanya menggantikan sebagian otot jantung yang lemah atau mati karena kekurangan pasokan darah (Smeltzer, 2011).

2) Kardiomiopati (infeksi)

(4)

Yakni penyakit yang mengakibatkan gangguan atau kerusakan langsung pada otot-otot jantung. Hal ini dapat bersifat bawaan atau karena penyakit metabolisme seperti diabetes atau karena infeksi. Akibatnya otot jantung harus kerja ekstra untuk menjaga pasokan darah tetap lancer (Smeltzer, 2011).

3) Penyakit Katup Jantung

Pada jantung terdapat 4 katup yang mengatur darah yang keluar masuk jantung. Apabila salah satu atau lebih dari katup ini mengalami gangguan seperti misalnya menyempit (stenosis) atau bocor (regurgitasi), akan mengakibatkan gangguan pada curah jantung (kemampuan jantung untuk memopa jantung dengan volume tertentu secara teratur). Akibatnya jantung juga perlu kerja ekstra keras untuk menutupi kebocoran atau kekurangan darah yang dipompanya (Smeltzer, 2011).

4) Penyakit Paru Kronis

Mengapa penyakit paru kronis juga bisa menyebabkan kardiomegali?

Karena pada penyakit paru kronis dapat timbul keadaan di mana terjadi perubahan sedemikian rupa pada struktur jaringan paru sehingga darah menjadi lebih sulit untuk melewati paru- paru yang kita kenal dengan nama "Hipertensi Pulmonal". Karena itu bilik jantung kanan yang memompa darah ke paru-paru perlu kerja ekstra keras, sehingga tidak seperti kebanyakan kardiomegali bukan bilik kiri yang membesar tapi bilik kanan, tapi jika sudah berat bahkan bilik kiri pun akan ikut membesar.

Kardiomegali itu sering kali disertai dengan keadaan gagal jantung. Oleh

(5)

karena itu kardiomegali seringkali menunjukkan bahwa jantung telah lama mengalami kegagalan fungsi yang sudah berlangsung cukup lama dan berat.

Selain itu kardiomegali cenderung membuat jantung mudah terkena penyakit jantung koroner karena jantung yang besar perlu pasokan darah dan oksigen yang besar sedangkan pasokan darah belum tentu lancar. Kardiomegali berpotensi berbahaya tapi yang lebih berbahaya adalah penyakit yang menyebabkannya, karena seringkali timbul gejala-gejala klinis lain yang berpotensi fatal seperti gagal jantung dan stroke (Smeltzer, 2011).

1.3 Klasifikasi

Kardiomegali dapat dikategorikan berdasarkan lokasi utama dari pembesaran jantung itu sendiri, dan/atau didasarkan pada struktur pembesaran.

Terdapat pula subtipe tambahan khusus. Contohnya, sindrom jantung atletik yakni kondisi nonpatologis yang biasa terlihat dalam ilmu kedokteran olahraga saat jantung manusia membesar, dan detak jantung istirahat lebih rendah dari biasanya.

1) Berdasarkan lokasi a. Hipertrofi ventrikel

- Kiri

- Kanan / Cor pulmonal

b. Pembesaran atrium - Kiri

- Kanan

2) Berdasarkan struktur

Kardiomiopati dilatasi merupakan salah satu jenis kardiomegali yang paling umum. Pada kondisi ini, dinding ventrikel kiri dan/atau kanan jantung menipis dan meregang, menyebabkan pembesaran jantung.

(6)

Pada kardiomegali lainnya, ventrikel kiri jantung menjadi tebal secara abnormal. Hipertrofi ini biasanya menyebabkan pembesaran pada ventrikel kiri. Kardiomiopati hipertrofik ini biasanya merupakan kondisi bawaan.

1.4 Patofisiologi

1.5 Pathway/ W.O.C

(7)

1.6 Manifestasi Klinis

1) Tampak gejala yang berhubungan dengan kegagalan pompa jantung untuk bekerja dengan baik (Tergantung dari derajat keparahannya) 2) Pusing berputar atau vertigo

3) Sesak nafas

(8)

4) Terdapat cairan di rongga perut (ascites) 5) Kaki (tungkai, pergelangan kaki) membengkak

6) Disertai demam Demam yang disertai kardiomegali mengindikasikan penyakit jantung rematik (rheumatic heart disease) dan bacterial endocarditis. Atau juga mengindikasikan penyakit otot jantung akut (acute myocarditis) atau acute pericarditis

7) Nyeri dada. Kardiomegali dengan nyeri dada mengindikasikan adanya infark miokard (myocardial infarction), dan juga acute pericarditis.

8) Kebiruan di mukosa kulit (cyanosis) Kardiomegali dengan cyanosis, terutama jika disertai “associated murmur”, maka mengindikasikan penyakit jantung bawaan tipe sianotik (congenital heart disease of the cyanotic type) (Smeltzer, 2011).

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Jika memiliki gejala masalah jantung, maka harus melakukan pemeriksaan dan ketertiban tes fisik untuk menentukan apakah jantung membesar dan untuk menemukan penyebabnya. Tes-tes ini antara lain :

a) Foto Dada X-ray

Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru dan jantung.

Jika jantung membesar pada sinar-X, tes lainnya biasanya akan diperlukan untuk menemukan penyebabnya (Masengi, 2016).

b) Tes Electrocardiogram

Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda menempel pada kulit.

Impuls dicatat sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor atau dicetak di atas kertas. Tes ini membantu mendiagnosa masalah irama jantung dan kerusakan jantung dari serangan jantung (Prasetyo dan Sofyan, 2015).

(9)

c) Tes Echocardiogram

Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar video dari jantung. Dengan tes ini, empat bilik jantung dapat dievaluasi (Nurarif, 2015).

d) Tes darah

Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang mungkin mengarah ke masalah jantung (Nurarif, 2015).

e) Kateterisasi jantung dan biopsy

Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di pangkal paha dan berulir melalui pembuluh darah ke jantung, di mana contoh kecil (biopsi) dari jantung, jika diindikasikan, dapat diekstraksi untuk analisis laboratorium (Nurarif, 2015).

f) Tekanan dalam ruang jantung

Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah memompa melalui jantung. Gambar arteri jantung dapat diambil selama prosedur (angiogram koroner) untuk memastikan bahwa tidak memiliki penyumbatan (Nurarif, 2015).

1.8 Diagnosa Banding 1) Gagal jantung 2) Astma 3) Stroke 4) Pneumonia

(10)

1.9 Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

Pengobatannya adalah kita obati penyakit dasarnya, tapi jantung yang membesar tidak serta merta akan mengecil kembali (seringkalipermanen) yang perlu kita cegah adalah komplikasi yang mungkin timbul dari kardiomegali tersebut. Sesuai dengan penyebab yang mendasarinya (underlying causes).

a. Obat golongan diuretic b. Obat golongan ACE inhibitor c. Obat golongan beta blocker d. Golongan nitrat (Siregar, 2014).

2) Penatalaksanaan Keperawatan : a. Diet Seimbang

Diet yang seimbang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda dan juga mencegah penyakit jantung. Hal terbaik adalah menghindari makanan berlemak sama sekali atau menjaga mereka untuk minimum.

Lemak meningkatkan kadar kolesterol Anda dan membuat Anda rentan terhadap gangguan jantung (PAPDI, 2014).

b. Hindari Merokok dan Minum

Merokok dan konsumsi alkohol menempatkan stres yang tidak perlu pada jantung Anda dan mengurangi asupan oksigen. Menghindari nikotin dan alkohol dapat sangat bermanfaat untuk sistem kardiovaskular Anda (Nurarif, 2015).

c. Latihan Reguler

Moderat berolahraga secara teratur meningkatkan asupan oksigen dan meningkatkan fungsi jantung (Nurarif, 2015).

(11)

1.10 Komplikasi

Komplikasi jantung membesar (kardiomegali) dapat mencakup : a) Gagal jantung

Salah satu jenis yang paling serius dari pembesaran jantung, ventrikel kiri membesar, meningkatkan risiko gagal jantung. Pada gagal jantung, otot jantung melemah, dan peregangan ventrikel (membesar) ke titik bahwa jantung tidak dapat memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh (Prasetyo dan Sofyan, 2015).

b) Pembekuan darah

Memiliki pembesaran jantung dapat membuat lebih rentan terhadap pembentukan bekuan darah di selaput jantung. Jika gumpalan memasuki aliran darah, maka dapat memblokir aliran darah ke organorgan vital, bahkan menyebabkan serangan jantung atau stroke. Gumpalan yang berkembang di sisi kanan jantung dapat melakukan perjalanan ke paru- paru, kondisi berbahaya yang disebut emboli paru (Prasetyo dan Sofyan, 2015).

c) Jantung murmur

Bagi penderita yang memiliki pembesaran jantung, dua dari empat katup jantung - mitral dan katup trikuspid - katup tidak menutup dengan benar karena melebar, yang mengarah ke aliran balik darah. Aliran ini menciptakan suara yang disebut murmur jantung (Prasetyo dan Sofyan, 2015).

d) Serangan jantung dan kematian mendadak

Beberapa bentuk pembesaran jantung dapat menyebabkan gangguan dalam pemukulan irama jantung. Irama jantung terlalu lambat untuk bergerak atau terlalu cepat untuk memungkinkan jantung dapat mengakibatkan pingsan atau, dalam beberapa kasus, serangan jantung atau kematian mendadak (Prasetyo dan Sofyan, 2015).

1.11 Proses Keperawatan

(12)

1.12 Pengkajian

1) Identitas pasien dan penanggung jawab meliputi nama, TTL, umur, alamat, goldar, pekerjaan dan pendidikan.

2) Keluhan utama

Pada pasien ini biasanya di temukan nyeri dada pertama kali dan berlanjut hingga tak berhenti.

3) Riwayat penyakit

Pada penyakit ini biasa ditemukan adanya riwayat infeksi atau riwayat gangguan jantung pada keluarga dan adanya gangguan pada saat lahir.

4) Pola kebutuhan sehari-hari a. Aktivitas/istirahat

Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, penyakit jantung , bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.

Tanda : TD : mungkin rendah, irama jantung : disritmia, frekuensi jantung : takikardia, bunyi jantung : S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolic, warna : kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat dan bunyi napas: krekels, ronkhi dan edema : mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.

c. Integritas ego

Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).

(13)

Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.

d. Eliminasi

Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.

e. Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.

Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

f. Higiene

Gejala : Keletihan/ kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.

Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal g. Neurosensori

Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.

h. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.

Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.

i. Pernapasan

Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.

Tanda : Pernapasan: takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan. Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.

(14)

Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar. Fungsi mental:

Mungkin menurun, kegelisahan, letargi dan Warna kulit : Pucat dan sianosis.

j. Keamanan

Gejala: Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/

tonus otot, kulit lecet.

1.13 Diagnosa Keperawatan

1) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi 2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan gejala penyakit

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

1.14 Perencanaan

Intervensi Keperawatan (SLKI, 2018 & SIKI, 2019)

Diagnosa Tindakan Keperawatan

(15)

No. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1 Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil:

a. Asupan cairan meningkat b. Haluaran urin

meningkat c. Edema menurun d. Asites menurun

Manajemen

Hipervolemia Observasi:

1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis, ortopea, dyspnea, edema, JVP/CVP meningkat, suara napas tambahan) 2. Identifikasi penyebab hypervolemia 3. Monitor status hemodinamik (mis,

frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PCWP) jika tersedia 4. Monitor intake dan ouput cairan 5. Monitor intake dan output cairan 6. Monitor kecepatan infuse secara

ketat Terapeutik:

7. Timbang berat badan setiap hari di waktu yang sama

8. Tinggikan kepala tempat tidur 30-400 Edukasi:

9. Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran urin 10.Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi

11.Kolaborasi pemberian diuretic

(16)

2 Gangguan rasa nyaman nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:

a. Keluhan nyeri menurun

b. Meringis menurun

c. Gelisah menurun d. Pola

tidur membaik

Manajemen Nyeri Observasi:

1. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respons nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat

dan memperingan nyeri Terapeutik:

5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) Edukasi:

6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3 Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tingkat Intolerasnsi aktifitas meningkat dengan kriteria hasil:

a. Keluhan lelah menurun

b. Dispena saat aktivitas menurun

Manajemen Energi Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Monitor kelelahan fisik dan

emosional

3. Monitor pola dan jam tidur 4. Monitor lokasi dan

Ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

(17)
(18)

c. Dyspnea setelah aktivitas menurun d. Perasaan lemah

menurun e. Kemudahan

dalam melakukan aktivitas sehari- hari

Terapeutik

5. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus

6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktiv

7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

8. Anjurkan tirah baring

9. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

10.Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

Kolaborasi

11.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam tingkat ansietas menurun dengan keriteri hasil:

a. Perilaku gelisah menurun

b. TTV dalam batas normal

c. Pola

tidur membaik d. Verbalisasi

Reduksi Ansietas Observasi

1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)

2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

4. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

5. Temani pasien yang mengurangi

(19)

e. Verbalisasi

khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

kecemasan, jika memungkinkan 6. Motivasi mengidentifikasi situasi

yang memicu kecemasan Edukasi

7. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

8. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis

9. Latih teknik relaksasi Kolaborasi

10. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Soekresno, Emmy (2017). Mengenali kardio faskuler. Sumber:

Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

Mahmood S.S., Levy D., Vasan R.S., Wang T.J., 2014. The Framingham Heart Study and the Epidemiology of Cardiovascular Diseases: A Historical Perspective. The Lancet. 383(9921): 999-1008

Masengi, Keishi G. D., Ongkowijaya, Jeffrey, & Wantania, Frans E.

(2016). Hubungan hiperurisemia dengan kardiomegali pada pasien gagal jantung kongestif. Jurnal e- Clinic, 4 (1), hlm 296301.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi VI).

Jakarta:InternaPublishing.

Prasetyo, Andy Sofyan. (2015). Keadaan Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, 2 (3) Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi.

(2015). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Medis Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction Jogja Siregar,C.J.P. (2014). Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran. ECG:

Jakarta

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner &Suddarth. Vol. 2. Jakarta: EGC

Tim Pokja DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit Jantung koroner adalah] penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembuluh darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan perhatian serta pengenalan

Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (PJK) dan kerusakan otot jantung

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran uatu penyakit dimana tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat

Penyakit Jantung Koroner atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner dan

Selain penyakit jantung koroner dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah termasuk gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, perdarahan

Penyakit Jantung Koroner atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner dan

Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh.. koroner),dan hal ini lama kelamaan

score dengan kompleksitas lesi pembuluh darah koroner pada penderita penyakit jantung