• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN DAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN DAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Kelas 3B

Di Susun Oleh : Kelompok 4

1. DHIKA HARIYA .A. (201501054)

2. RIZKY ARDIANSYAH (201501074)

3. MEINIA NUR ISLAMI (201501089)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AJARAN 2015/2016

Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat – Nya, sehingga kami telah menyelesaikan makalah kami berjudul “Sistem Perkemihan Laporan Pendahuluan & Asuhan Keperawatan Lansia dengan Penyakit Jantung Koroner” untuk memenuhi tugas dari Dosen Komunitas 2.

Adapun penyelesaian makalah ini tak luput dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang ikut serta dalam membantu menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Mojokerto, 25 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...2

1.3 TUJUAN...2

1.4 MANFAAT...3

BAB II : PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI...4

2.2 ETIOLOGI...6

2.3 PATOFISIOLOGI...7

2.4 MANIFESTASI KLINIS...8

2.5 KOMPLIKASI...9

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG...10

2.7 PENATALAKSANAAN...10

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA 3.1 TRIGGER CASE...18

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN...20

BAB IV : PENUTUP 4.1 KESIMPULAN...24

4.2 SARAN...24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.

Usia lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu. Penyakit jantung koroner pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif.

Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.

Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.

(5)

keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain.

Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner? Apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner?

Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner? Apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner?

Apa saja komplikasi yang dapat terjadi dari Penyakit Jantung Koroner? Apa saja penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Koroner?

Bagaimana asuhan keperawatan lansia dengan diagnosa Penyakit Jantung Koroner?

1.3

TUJUAN 1.3.1 Umum

Memahami tentang Penyakit Jantung Koroner dan Asuhan Keperawatannya pada lansia.

1.3.2 Khusus

Mengetahui apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner Mengetahui apa saja etiologi dari Penyakit Jantung Koroner

Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Koroner Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Penyakit Jantung Koroner

(6)

Mengetahui apa saja yang dilakukan penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Koroner

Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa Penyakit Jantung Koroner

1.4

MANFAAT

1.4.1 Teoritis

Memberikan pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner kepada masyarakat.

Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan untuk lebih mengenalkan askep lansia Penyakit Jantung Koroner kepada peserta didiknya.

Sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan khususnya yang berkaitan dengan masalah kardiovaskular

1.4.2 Praktis

Sebagai wacana untuk masukan/ pertimbangan dalam membuat standar prosedur dalam melaksanakan perawatan pengidap Penyakit Jantung Koroner guna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

(7)

BAB 2

KONSEP DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1

DEFINISI

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.

Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. (Medicastore.com,2008)

2.2

ETIOLOGI

(8)

koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Ø Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner : 1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

2. Kadar Kolesterol HDL rendah 3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 4. Merokok

5. Diabetes Mellitus 6. Kegemukan

7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga 8. Kurang olah raga dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.

Ø Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:

(9)

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.

Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).

(10)
(11)

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)

2. Nyeri bag. dada

3. Sesak napas

4. Berdebar-debar

5. Denyut jantung lebih cepat

6. Pusing

7. Mual

8. Kelemahan yang luar biasa

9. Resiko dan insidensi

10. Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

11. Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:

1. Sifat pribadi Aterogenik.

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).

2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.

(12)

yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).

3. Faktor resiko kecil dan lainnya.

Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.

Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

Pencegahan

a. Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.

b. Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia

c. Gagal jantung kongestif

d. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)

e. Diabetes.

2.6

PEMERIKSAAN

PENUNJANG

Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.

(13)

PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.

Ø Foto Rontgen Dada

Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.

Ø Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

Ø Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.

Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.

(14)

Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.

Ø Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner. (Carko, 2009)

2.7

PENATALAKSANAAN

Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.

a. Perubahan gaya hidup :

(15)

Ø Olah raga

Ø Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas Ø Kurangi stress

b. Obat :

Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.

Ø Obat penurun kolesterol Ø Anti koagulan

Ø Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri Ø Penyekat ACE

Ø Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.

Ø Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung

Ø Latihan / exercise d. Pencegahan :

(16)
(17)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

1.1 PENGKAJIAN

1.1.1 Identitas

Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi

1.1.2 Riwayat Keperawatan

1.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang

Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.

1.1.2.2 Riwayat Keperawatan Dahulu

Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala tumor wilms

1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya

1.1.3 Pemeriksaan Fisik

Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat adanya : massa tumor pada abdomen, kaji manifestasi tumor wilm, kaji hasil pemeriksaan laboratorium.

a. Pola nutrisi dan metabolik

(18)

mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.

b. Pola eliminasi :

Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

c. Pola Aktifitas dan latihan :

Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses perawatan klien perlu istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu.

d. Pola tidur dan istirahat :

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.

e. Persepsi diri :

Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula

f. Hubungan peran :

(19)

1.2 ANALISA DATA

Data – data Masalah Keperawatan

Data subjektif :

Anak mengatakan tidak mau makan

Data objektif :

 Terjadi penurunan berat badan

 Makanan tidak di habiskan

Kekurangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Data subjektif :

Anak mengatakan lemas dan lelah

Data objektif :

(20)

2. Kekurangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake

(21)

1.4

INTERVENSI KEPERAWATAN

diadaptasikan, skala nyeri berkurang

- Dapat mengidentifikasi

1. Kaji tingkat nyeri

2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri non farmakologis

3. Berikan analgesik sesuai ketentuan 4. Berikan obat dengan jadwal

preventif

5. Hindari aspirin atau senyawanya

1. Menentukan tindakan selanjutnya 2. Sebagai analgesik tambahan

3. Mengurangi rasa sakit

4. Untuk mencegah kambuhnya nyeri

(22)

aktifitas yang

1. Catat intake dan output makanan secara akurat

2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi,

hipoproteinemia. 3. Beri diet yang bergizi

4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering

5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi

1. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

2. Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan

3. Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat memperburuk status nutrisi

4. Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

(23)

metaboli

1. Pertahankan tirah baring bila terjadi edema berat

2. Seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi

3. Intrusikan pada anak untuk istrahat bila anak merasa lelah

1. Mengurangi pengeluaran energi.

2. Mengurangi kelelahan pada pasien

(24)

aktifitas sehari-hari.

- Mampu memenuhi

(25)

BAB IV PENUTUP

4.1

KESIMPULAN

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih.

Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.

Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian

4.2 SARAN

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA LANSIA. http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-pada-lansia_26.html. (Diakses: 11 agustus 2014)

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui distribusi frekuensi antibiotik yang sensitif pada uji sensitifitas bakteri penderita rinosinusitis kronis dengan dan tanpa polip. 1.4

Pendekatan pembiasaan dilakukan agar semua siswa terbiasa dengan segala kegiatan keagamaan yang telah dijadwalkan oleh.. Pada awalnya memang terasa berat karena ada

Nilai-nilai Keagamaan yang Ditanamkan pada Siswa Di MTs Negeri Tulungagung dan MTs Negeri Tunggangri.. Sejumlah tata aturan yang menjadi dasar atau pedoman manusia

[r]

Disertasi Viktimisasi Politik Di Indonesia (Suatu Studi Perlindungan Hukum... ADLN Perpustakaan

Hasil yang ingin dicapai terhadap rancangan tampilan berbasiskan multimedia ini agar dapat membantu semua pihak yang berkepentingan dengan ITC Kuningan, baik itu pihak

The standard FDTD scheme permits the use of explicit wave source conditions wherein specific electric and/or magnetic field components at source points in the grid are updated

Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetepkan