• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Perawat Profesional Tentang Ventilator di RSUD Pasar Minggu

N/A
N/A
Merry PM

Academic year: 2024

Membagikan " Laporan Pendahuluan Perawat Profesional Tentang Ventilator di RSUD Pasar Minggu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN MAHASISWA KEPERAWATAN PROFESI NERS

“Ventilator”

Di RSUD Pasar Minggu

Laporan Kerja ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Klinik Semester 2

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Merry Putri Milani

NIM : 41231095000084

Ruang Praktik : Ruang ICU 1 (RSUD Pasar Minggu)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FEBRUARI/2024

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN VENTILATOR

1. Pengertian

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).

Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)

Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama.

Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

2. Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan- negatif dan tekanan-positif.

Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan- positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).

a. Ventilator Tekanan Negatif

(3)

Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.

Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori sering.

Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular.

Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.

Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.

b. Ventilator Tekanan Positif

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.

Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi.

Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:

1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.

Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan

(4)

utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi.

Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan.

Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.

2. Ventilator Waktu-Bersiklus

Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara.

3. Ventilator Volume-Bersiklus

Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif.

3. Indikasi

Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan menggunakan ventilator mekanis.

a. Gagal Napas

Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).

Penyebab Gagal Napas:

1) Penyebab sentral:

a) Trauma kepala : Contusio cerebri

(5)

b) Radang otak : Encepalitis.

c) Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.

d) Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.

2) Penyebab perifer:

a) Kelainan Neuromuskuler:

b) Guillian Bare syndrom c) Tetanus

d) Trauma servikal.

e) Obat pelemas otot.

f) Kelainan jalan napas.

g) Obstruksi jalan napas.

h) Asma broncheal.

i) Kelainan di paru.

j) Edema paru, atelektasis, ARDS k) Kelainan tulang iga / thorak.

l) Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.

m) Kelainan jantung.

n) Kegagalan jantung kiri.

b. Insufisiensi Jantung

Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps.

Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang

c. Disfungsi Neurologis

Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.

d. Tindakan operasi

Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi

(6)

akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

e. KegagalanVentilasi

1) Neuromuscular Disease

2) Central Nervous System disease 3) Depresi system saraf pusat 4) Musculosceletal disease

5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi f. Kegagalan pertukaran gas

1) Gagal napas / Respiratory failure akut maupun kronik 2) Penyakit paru-gangguan difusi

3) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

4. Komplikasi

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

a. Komplikasi pada jalan nafas

Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara adekuat.

Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi meliputi:

1. Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.

2. Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang, meningkatkan laju mortalitas.

3. Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.

Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.

b. Masalah Selang Endotrakeal

Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.

Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus

(7)

atau telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi.

c. Masalah Mekanis

Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.

Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.

d. Barotrauma

Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada, menciptakan tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit.

Tekanan ventilator menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada. Observasi pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan paling menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum, intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan cepat.

e. Penurunan Curah Jantung.

Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat,

(8)

lemah, dan nyeri dada. Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk memperbaiki hipovolemia.

f. Keseimbangan air positif

Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urine melengkapi masalah dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.

5. Pemeriksaan Penunjang

a.

Pemerikasan gas-gas darah arteri Hipoksemia

Ringan : PaO2 < 80 mmHg Sedang : PaO2 < 60 mmHg Berat : PaO2 < 40 mmHg

b.

Pemeriksaan rontgen dada. Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

c.

Hemodinamik

Tipe I : peningkatan PCWP

d.

EKG. Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan.

Disritmia.

6. Setting Ventilator

Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :

a. Frekuensi pernafasan permenit

Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.

b. Tidal volume

(9)

Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.

c. Konsentrasi oksigen (FiO2)

FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.

d. Rasio inspirasi : ekspirasi

Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi Waktu inspirasi + waktu istirahat

Waktu ekspirasi Keterangan :

1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.

2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi 3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan

udara pernapasan

4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.

e. Limit pressure / inspiration pressure

Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.

f. Flow rate/peak flow

Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya.

(10)

g. Sensitifity/trigger

Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.

h. Alarm

Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

i. Positive end respiratory pressure (PEEP)

PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik. Diakses http://JurnalKeperawatan.com/2017/14/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.

html (14 Februari 2017, 16.00)

Basuki, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses http://health and news darul muttaqin .com/2017/14/ventilasi-mekanik.html (14 Februari 2017. 16.20)

Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. EGC:

Jakarta

(11)

Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis. Diakses http://satri adwi priangga.com/2017/14/ventilator-mekanis.html (14 Februari 2014, 15.07) Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses

http://nurainiperawatpjnhk.com/2017/14/ventilasi-mekanik.html (14 Februari, 17.02)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek program profesi (Ners) dengan Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.

Penyusun Laporan Komprehensif ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan program profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Jadwal untuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Sidoarjo sudah baik, namun perlu diberikan penambahan waktu 1 minggu di bangsal supaya mahasiswa

Pembimbing penulisan tugas akhir ners Saudara(i) Andryana Agrevita, S.Kep NIM: 70900120004, mahasiswa program studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai activism yang kurang baik pada Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah , nilai activism tersebut adalah

Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan rawat inap RSUD Pasar Minggu, didapatkan 3 kepala ruangan (60%) kepala ruangan mengatakan supervisi belum berjalan sesuai

Penyusun Laporan Komprehensif ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan program profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

LAPORAN RESUME KEPERAWATAN DI POLIKLINIK ANAK RSUDZA Oleh : SRI AJUHARI JALIL , S.Kep 22175013 PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN