• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

N/A
N/A
Hasna Sholihah

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH : PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Pemeriksaan Saraf Kranial”

Oleh :

Hasna Sholihah (215070207111047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023

ii

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Pemeriksaan Saraf Kranial”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, laporan ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Adapun hasil laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tulisan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan banyak arahan dan petunjuk kepada penulis terkait penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Malang, 27 Agustus 2023

Hasna Sholihah

iii

(3)

Hasna Sholihah

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pencernaan adalah suatu sistem kerja organ untuk mengubah makanan menjadi energi yang diperlukan oleh tubuh, mulai dari mulut hingga anus. Sistem Pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Fungsi utama dari sistem pencernaan yaitu sebagai pencerna nutrisi tubuh. Namun meskipun begitu, bukan berarti sistem pencernaan pada tubuh manusia akan selalu aman karena adanya nutrisi yang banyak. Pintu atau jalan masuknya zat dari luar dengan bebas ternyata akan menimbulkan banyak gangguan atau penyakit pada sistem pencernaan, dimana penyakit tersebut akan menggangu atau mengancam penderitanya yang akan menghambat sistem kerja organ-organ yang lainnya.

Penyakit pencernaan merupakan penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat karena banyaknya orang yang kurang memperhatikan makanan yang kurang baik dari segi kebersihan dan kesehatan, keseimbangan nutrisi, pola makan yang kurang tepat, adanya infeksi, dan kelainan pada organ pencernaan. Semakin tingginya mobilitas seseorang pada era ini tentunya berpengaruh dengan gaya hidup seseorang. Rutinitas yang padat dan tuntutan waktu untuk bekerja dengan cepat, mempengaruhi kepedulian seseorang terhadap gaya hidup sehat. Seharusnya dengan semakin tingginya rutinitas seseorang berbanding lurus juga dengan gaya hidup sehatnya.

Namun realitanya, masih banyak orang yang kurang 2 peduli terhadap kebersihan, contohnya adalah pada saat mau makan orang cenderung jarang mencuci tangan. Selain itu, tidak pedulian terhadap kebersihan makanan yang akan dimakan juga dapat mengakibatkan penyakit pencernaan perut sehingga akan terjangkit beberapa penyakit pencernaan seperti diare, maag, konstipasi atau sembelit, hemaroid atau wasir, usus buntu.

(5)

Gangguan digestif merupakan gangguan yang terjadi pada bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai organ maupun saluran untuk proses pencernaan, dimana pada beberapa kasus tertentu membutuhkan prosedur pembedahan. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat laporan mengenai pemeriksaan digestif agar pelayanan yan diberikan dapat maksimal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

● Menggambarkan pengkajian Pemeriksaan Diagnostik

● Mengetahui konsep dasar pengkajian digestif

● Mengetahui tujuan dilakukannya pengkajian digestif

● Memahami prosedur tindakan pengkajian digestif sesuai dengan prosedur

● Mengetahui manfaat tindakan pengkajian digestif.

2. Tujuan Khusus

Sebagai calon perawat profesional harus mampu melakukan prosedur pengkajian Pemeriksaan Diagnostik

C. Manfaat

Manfaat yang didapatkan dalam membuat laporan pendahuluan praktikum ini yaitu untuk membantu saya sebagai mahasiswa mempelajari dan memahami terkait cara melakukan pengkajian disgetif dengan benar.

Sebagai calon tenaga kesehatan yang profesional maka, saya sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami terkait pengkajian tersebut.

BAB II ISI 1. Sistem Pencernaan

(6)

Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan molekul akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh.

2. Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi.

Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:

1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik

oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan(menelan).

3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang

menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar

menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.

5. Absorpsi adalah penggerakan produk akhir penccernaan dari

lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh tubuh.

6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi/pengeluatan zat-zat sisa

yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan

3. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan organ-organ pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut (oris), kerongkongan (esophagus), lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (colon), rektum dan berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar pencernaan berfungsi menghasilkan enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan.

(7)

Kelenjar pencernaan terdapat di air liur atau ludah, lambung, pankreas, dan hati (hepar).

a. Mulut

Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses pencernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut. Mulut dapat menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Gigi berfungsi menghancurkan makanan. Adapun fungsi lidah adalah membolak balikan makanan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata. Selain itu, lidah berfungsi membantu menelan makanan. Gigi dan lidah termasuk alat pemroses pencernaan secara mekanik.

b. Kerongkongan

Kerongkongan (Esophagus) adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya sekitar 25 cm dan garis tengah sekitar 2 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Pada saat melewati kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung oleh adanya gerak peristaltik otot-otot kerongkongan. Hal ini dikarenakan dinding kerongkongan tersusun atas otot polos yang melingkar dan memanjang serta berkontraksi secara bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-angsur terdorong masuk ke lambung. Di kerongkongan makanan hanya lewat saja dan tidak mengalami pencernaan.

c. Lambung

Lambung merupakan alat pencernaan yang berbentuk kantung.

Dinding lambung tersusun dari otot-otot yang memanjang, melingkar, dan menyerong. Hal ini memungkinkan makanan yang masuk ke dalam lambung dibolak-balik dan diremas lagi sehingga menjadi lebih halus. Agar lambung tidak bekerja terlalu berat, sebaiknya makanan dikunyah sampai benar-benar halus sebelum ditelan. Selain mencerna makanan secara mekanik, lambung juga mencerna makanan secara kimiawi. Lambung menghasilkan suatu cairan yang mengandung air, lendir, asam lambung (HCl), serta enzim renin dan pepsinogen.

(8)

Karena sifatnya yang asam, cairan lambung dapat membunuh bakteri yang masuk bersama makanan. Sementara itu, enzim renin akan menggumpalkan protein susu yang ada dalam air susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton.

d. Usus Halus

Usus halus (Intestinum tenue) adalah tabung yang berukuran kira-kira 2,5 meter panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan 6 meter adalah penemuan setelah meninggal bila otot telah kehilangan tonusnya. Di dalam usus halus inilah proses pencernaan dan absorpsi atau penyerapan zat makanan sebagian besar berlangsung. Usus halus dibagi atas tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

e. Usus Besar

Usus besar (large intestine) atau kolon (colon) berhubungan dengan usus halus pada suatu persambungan berbentuk T, dimana sebuah sfingter (katup berotot) mengontrol pergerakan materi makanan.

Menurut Campbell (2010) menyatakan bahwa salah satu lengan T merupakan kolon sepanjang 1,5 meter yang mengarah ke rektum dan anus. Lengan lain membentuk kantong yang disebut sekum.

Penyerapan zat makanan untuk kebutuhan absorpsi sudah tidak ada lagi dalam usus besar, yang ada hanya penyerapan air dan elektrolit untuk memadatkan kimus yang masih dalam bentuk cair. Kimus dalam usus besar berupa bahan-bahan yang tidak dapat diserap di usus halus misalnya selulosa dari tumbuhan yang nantinya akan memberikan bentuk feses dan dibuang melalui anus. Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan, bahkan bakteri tersebut dapat membantu menyusun vitamin dan asam amino tertentu.

f. Rektum dan Anus

Rektum adalah bagian akhir dari saluran pencernaan yang membuka ke dalam lubang anus. Eektum memiliki panjang sekitar 12 sampai 13

(9)

cm. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

4. Gangguan pada Sistem Pencernaan

1. Diare, adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsistensi lembek atau cair, dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.

2. Sakit Maag, merupakan sakit yang disebabkan oleh adanya

sekresi dalam lambung yang tidak normal sehingga dapat mengakibatkan rasa perih pada dinding lambung.

3. Kanker lambung, disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori.

4. Apendisitis, adalah infeksi pada usus buntu yang dapat merembet

ke usus besar dan menyebabkan peradangan pada 30 selaput rongga perut.

5. Parotitiss atau penyakit gondong, terjadi akibat adanya virus yang

menginfeksi kelenjar air ludah di bagian bawah telinga.

6. Xerostomia, adalah penyakit pada rongga mulut yang ditandai

rendahnya produksi air ludah.

(10)

BAB III PEMBAHASAN

Standar Operasional Prosedur Pengkajian Digestif

Implementasi tindakan pengkajian digestif yang sesuai dengan standar operasional prosedur dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Persiapan klien

1. Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih

2. Minta klien untuk mengganti pakaian periksa

3. Minta klien untuk terbaring dengan posisi supine, posisikan tangan

pada tepi tempat tidur atau menyilang di atas dada

4. Berikan bantal tipis pada kepala

5. Posisikan kaki sedikit fleksi dan berikan bantalan untuk merilekskan

otot abdomen

6. Berikan penutup pada bagian yang tidak dilakukan pengkajian

7. Minta klien untuk nafas dalam untuk meningkatkan relaksasi

8. Kaji adanya respon nyeri pada akhir pengkajian

9. Hangatkan tangan sebelum menyentuh klien

B. Persiapan alat

1. Bantal kecil atau gulungan selimut

2. Penggaris

3. Stetoskop

(11)

4. Bolpoin

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Observasi dan inspeksi kulit secara ukuran, bentuk, kesimetrisan,

pergerakan dan kondisi permukaan kulit abdomen

2. Auskultasi dilakukan setelah inspeksi dan sebelum perkusi dan palpasi

3. Guideline untuk melakukan palpasi -> Hindari mempalpasi area yang

nyeri; lakukan palpasi dangkal sebelum palpasi dalam; hati-hati dalam mengkaji organ normal dapat terasa nyeri saat palpasi; jika pasien terasa geli, minta klien untuk melakukan palpasi sendiri,

4. Panduan untuk melakukan auskultasi -> Gunakan diafragma

stetoskop; tempelkan pada permukaan abdomen sesuai indikasi pemeriksaan; mulai pengkajian dari Right Lower Quadrant, sesuai gerakan jarum jam; dengarkan selama 5 menit (1 menit tiap kuadran), dengarkan dengan seksama berkurangnya atau hilang bunyi bising usus (bunyi usus setiap 5-15 detik atau dapat disamakan dengan satu bunyi usus)

D. Prosedur pemeriksaan

1. Inspeksi

- Observasi warna kulit

- Observasi vaskularisasi kulit

- Observasi striae

- Inspeksi adanya skar, tanyakan riwayat skar dan ukur panjang skar,

catat lokasi skar

- Observasi adanya lesi dan kemerahan

(12)

- Inspeksi umbilicus dengan mencatat warna kulit pada area umbilicus; observasi lokasi umbilicus; kaji kontur umbilicus

- Inspeksi kontur, simetrisitis, gerakan abdomen.

2. Auskultasi

- Auskultasi bunyi usus sesuai dengan petunjuk auskultasi, catat

intensitas, frekuensi BU

- Auskultasi vaskuler dan friction rub. Gunakan bell pada stetoskop

untuk mendengarkan bunyi vaskuler

- Auskultasi friction rub pada atas kanan iga dan kiri bawah untk

mendengarkan friction rub pada hepar dan limpa

3. Perkusi

- Perkusi usus dilakukan pada semua kuadran. Lakukan perkusi

sesuai dengan arah jarum jam atau keatas kebawah.

- Perkusi hepar dilakukan untuk mengetahui ukuran hepar. Batas

bawah dilakukan dengan cara melakukan perkusi pada garis midklavikula (GMK) RLQ, perhatikan pergantian suara timpani menjadi dullness. Batas atas diukur dengan melakukan perkusi pada GMK perhatikan pergantian resonan menjadi dullness dan beri tanda

- Perkusi limpa dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran

limpa. Lakukan perkusi mulai bagian posterior garis mid aksila(GMA) pada interkoste 9 – 11.

- Perkusi tumpul dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri pada

organ yang sukar dipalpasi. perkusi tumpul pada hati dilakukan pada posisi duduk. Letakkan tangan kiri pada bagian iga dan pukulkan kepalan tangan kanan diatas tangan kiri. Perkusi tumpul ginjal dilakukan tindakan yang sama pada costovertebre angle (CVA).

(13)

4. Palpasi

- Palpasi dangkal pada abdomen. Lakukan palpasi sesuai petunjuk

palpasi. Mulai palpasi pada area yang tidak nyeri tekan sedalam 1 cm pada seluruh kuadran

- Palpasi dalam dilakukan untuk mendeteksi kondisi organ yang

lebih dalam dan adanya masa abnormal. Lakukan palpasi sedalam 5 – 6 cm

- Palpasi umbilicus dan kulit sekitar

- Palpasi aorta gunakan ibu jari dan jari telunjuk gunakan dua

tangan. Letakkan pada area epigastrik dan geser kearah kiri garis tengah tubuh

- Palpasi hepar ada 2 metode. Metode pertama dilakukan dengan

mengangkat iga bagian 11 – 12 dengan tangan kiri dan tangan kanan digunakan untuk palpasi pada margin bawah kostae. Metode kedua lakukan dengan posisi pemeriksa sejajar abdomen dan menghadap ke arah kaki klien letakkan tangan pada margin bawah coste

- Palpasi limpa. Letakkan tangan kiri pada koste bagian posterior

kiri. Letakkan tangan kanan pada margin bawah koste kiri, minta klien menarik nafas tekan tangan ke dalam keatas dan tangan kiri mengangkat bagian bawah.

- Palpasi ginjal, letakkan tangan kiri pada bagian bawah pinggang.

Tangan kanan RUQ dibawah margin kostea pada GMK. Minta klien menarik nafas tahan sebentar, angkat bagian posterior dengan tangan kiri dan lakukan palpasi dengan tangan kanan.

- Palpasi bladder. lakukan palpasi bila terdapat riwayat pada klien

atau temuan yang lain yang mengindikasikan palpasi. Mulai dari simpisis pubis keatas keluar batas

(14)

E. Tes asites

Shifting dullnesss test dilakukan dengan melakukan perkusi pada klien dengan posisis terlentang. Perkusi dilakukan mulai bagian bawah menuju atas perhatikan perubahan suara dullness menjadi timpani beri tanda. Selanjutnya klien diminta miring lakukan prosedur yang sama. Cara kedua untuk melakukan tes asites dengan fluid wave test. Minta tangan asisten diletakkan digaris tengah abdomen dengan posisi lateral pada lunar. Letakkan satu tangan pemeriksa pada satu sisi abdomen dan tangan yang lain untuk memberikan hentakan pada sisi abdomen yang lain.

F. Bollotement test.

Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pembesaran pada klien yang asites. Ada dua teknik yaitu satu tangan dan bimanual. Satu tangan gunakan ujung jari, tekan kearah dinding abdomen rasakan adanya masa yang mengembang. Bimanual letakkan satu tangan pada bawah pinggang dan tangan lain menekan dari anterior dinding abdomen.

G. Tes untuk Appendiksitis

1. Rebound tes dan Rovsing’s sign -> Nyeri perut dan terderness bisa

dijadikan indikasi potensi iritasi. Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi dengan sedikit tekanan pada bagian perut yang terasa nyeri, dan lepaskan secara tiba–tiba.

2. Psoas sign -> Angkat kaki klien dari panggul san letakkan tangan

diatas paha bagian bawah. Minta klien untuk menehan kaki selama diangkat dan tekan paha kearea bawah.

3. Obturator Sign Sangga lutut dan engkel kanan klien -> Lakukan fleksi

paha kanan dan lutut dan letakkan rotasi internal dan eksternal kaki.

4. Hypersensitivity test -> Tekanan perut dengan benda tajam atau

dengan cubitan besar pada lipatan kulit dengan menggunakan jempol dan

(15)

jari telunjuk. Setelah itu lepaskan dengan tiba – tiba. Lakukan prosedur ini berkali – kali pada beberapa lapang dinding abdomen.

5. Test for Cholecytitis -> Untuk mengkaji nyeri dan tenderness RUQ

sebagai tanda kolisititis. Tekan dengan menggunakan jari area batas bawah hepar pada garis tengah rusuk kanan dan minta klien menarik nafas dalam

(16)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pencernaan adalah suatu sistem kerja organ untuk mengubah makanan menjadi energi yang diperlukan oleh tubuh, mulai dari mulut hingga anus. Sistem Pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Fungsi utama dari sistem pencernaan yaitu sebagai pencerna nutrisi tubuh. Namun meskipun begitu, bukan berarti sistem pencernaan pada tubuh manusia akan selalu aman karena adanya nutrisi yang banyak. Pintu atau jalan masuknya zat dari luar dengan bebas ternyata akan menimbulkan banyak gangguan atau penyakit pada sistem pencernaan, dimana penyakit tersebut akan menggangu atau mengancam penderitanya yang akan menghambat sistem kerja organ-organ yang lainnya.

Pengkajian digestif bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat keabnormalan pada sistem pencernaan. Pengkajian digestif terdiri dari pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

Kemudian juga terdapat tes asites, bollotementnt tes, dan juga tes untuk apendisitis.

B. Saran

Dengan diadakannya laporan pendahuluan praktikum ini diharapkan nantinya para pembaca dapat lebih memahami terkait pengkajian digestif sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional agar klien merasa nyaman dan aman terhadap layanan yang diberikan. Kami sangat mengharapkan pembaca dapat bertambah ilmunya dan juga wawasasannya.

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Fran, J., Fiatiningsih, I., & Romus, I. (2022). Eumisetoma pada Toraks dan Abdomen: Suatu Kasus Jarang. Jurnal Kesehatan Andalas, 10(3), 189-194.

Ginting, D. S., Andera, N. A., Sendra, E., Rini, D. S., Setiyorini, E., Juwariah, T., ... & Sulupadang, P. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Get Press.

Hidayat, A. A. (2021). Praktik Pemeriksaan Fisik untuk Mahasiswa Keperawatan.

Health Books Publishing.

Hidayati, R. (2019). Teknik Pemeriksaan Fisik. Jakad Media Publishing.

Larasati, A. (2022). PELATIHAN PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK PADA TENAGA KESEHATAN DAN PEMBANTU TENAGA KESEHATAN DI WISMA LANSIA HARAPAN ASRI, BANYUMANIK, SEMARANG. ASMAT: Jurnal Pengabmas, 2(1), 28-34.

Malisa, N., Damayanti, D., Perdani, Z. P., Darmayanti, D., Matongka, Y. H., Suwarto, T., ... & Nompo, R. S. (2021). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Yayasan Kita Menulis.

Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. (2021). Diagnosis akut abdomen akibat peritonitis. e-CliniC, 9(1).

Sumiyati, S., Anggraini, D. D., Kartika, L., Arkianti, M. M. Y., Sudra, R. I., Hutapea, A. D., ... & Sitanggang, Y. F. (2021). Anatomi Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.

Taufik, T. F., & Darmawan, F. (2020). Laporan Kasus: Trauma Tusuk Abdomen Dengan Eviserasi Usus Pada Anak Laki-laki Usia 16 Tahun. MAJORITY, 9(2), 68-72.

Thewakan, J., Bukhari, A., Syam, N., & Ashari, N. (2020). PENGARUH TERAPI NUTRISI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI

(19)

EKSPLORASI THREE OSTOMY DECOMPRESSION, JEJUNOSTOMY FEEDING, PERFORASI GASTER, LASERASI DUODENUM PARS IV ET CAUSA TRAUMA TUMPUL ABDOMEN, FISTEL ENTEROKUTAN DAN HIPOALBUMINEMIA. IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN), 3(1), 29-37.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini teknik pembedahan telah dimodifikasi dengan pendekatan yang sesuai untuk mengurangi resiko trauma saat dilakukan pembedahan pada rongga abdomen.. Pembedahan dengan

Jenis batu yang lain adalah yang terbentuk dari struvit (magnesium, ammonium, dan fosfat), asam urat, kalsium fosfat, dan sistin. 1) Batu struvit dihubungkan

Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala