• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan penelitian - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan penelitian - SIMAKIP"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

Ikan guppy (Poecilia reticulata Peters) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak digemari oleh masyarakat penghobi khususnya ikan guppy jantan, karena memiliki warna yang lebih cerah dan ekor yang lebar dengan corak warna yang berbeda-beda sehingga membuatnya lebih menarik dibandingkan betina. . Hal ini membuat budidaya guppy jantan secara monokultur menguntungkan karena daya tarik dan daya jualnya yang tinggi. Kekurangan saat ini adalah ketersediaan ikan gupi jantan sangat sedikit dibandingkan ikan guppy betina, karena perbandingan jumlah ikan jantan yang diambil tidak dapat dikontrol oleh hasil telur.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari fenotipe ikan guppy, mengetahui perubahan jenis kelamin pada ikan guppy dengan pemberian larutan natural aromatase inhibitor, memperoleh data jumlah ikan guppy akibat pengaruh natural aromatase inhibitor. Perlakuan propolis memberikan efek perubahan jenis kelamin pada morfologi fenotipe ikan guppy, mengakibatkan maskulinisasi ikan guppy betina menjadi lebih cemerlang dibandingkan jantan, terbukti dengan serit fenotipe sirip ekor yang membesar, dan frekuensi selama pertumbuhan jantan dewasa adalah melebihi jumlah wanita dengan rasio 3:1. Hal ini membuat budidaya guppy jantan secara monokultur menguntungkan karena daya tarik dan daya jualnya yang tinggi (Perkasa, 2009).

Pada ikan Guppy, diferensiasi kelamin terjadi pada saat ikan dilahirkan, sehingga pemberian hormon harus terjadi pada tahap embrio dalam tubuh induknya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap lama perendaman induk ikan guppy dengan propolis inhibitor aromatase alami pasca pembuahan terhadap sex ratio benih/larva ikan guppy (Poecilia reticulata Peters). Memberikan khasanah ilmu dalam kajian ichthyology air tawar Ichthyology adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan, dan ikan Guppy (Poecilia reticulate Peters) merupakan ikan hias air tawar yang banyak dipelihara setelah ikan cupang.

Dengan memelihara guppy, anda akan mempelajari ichthyology ikan secara lebih detail (baik morfologi, anatomi, fisiologi, genetik ikan) sehingga pemeliharaan ikan menjadi lebih baik.

KAJIAN PUSTAKA 2.1 State Of The Art

  • Sex Reversal
  • Aromatase Inhibitor
  • Inhibitor Alami
  • Roadmap Penelitian

Ikan guppy merupakan jenis ikan air tawar dengan tampilan morfologi yang cukup menarik dan toleransi yang tinggi terhadap kondisi air yang kurang baik. Selain hidup di air tawar, ikan guppy juga dapat beradaptasi di air payau (Nelson, 1984) dan pada kisaran suhu 25-280 C dengan pH sekitar ± 7,0. Ikan guppy memiliki gonad yang berkembang pesat, yaitu 3 minggu setelah larva lahir, gonopodium pada jantan sudah berkembang, itulah sebabnya ikan guppy dikenal sebagai ikan cepat tumbuh.

Dalam satu perkahwinan, ikan guppy separa beranak sehingga 3 kali dengan selang masa 1 bulan (Fernando dan Phang, 1985). Ikan guppy boleh menghasilkan anak dengan purata terendah 30-80, tetapi ada juga yang boleh. Ikan guppy boleh mempunyai pertumbuhan yang optimum di kawasan yang mempunyai pencahayaan yang cukup baik, selain mempengaruhi aktiviti dan kilauan warna badan.

Guppy jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari ikan betina, guppy jantan memiliki ekor yang lebih lebar dan warna ekor yang lebih terang dari betina.Pada ikan guppy jantan, sirip dubur telah berubah menjadi gonopodium (Mozart, 1996). . Ikan guppy dapat mencapai ukuran maksimal 7 cm di habitat aslinya untuk ikan betina, lebih banyak daripada ikan jantan yang panjangnya kurang dari 4 cm (Lingga dan Susanto, 2007). Pada ikan gupa, diferensiasi seksual terjadi sebelum ikan lahir hingga menjadi larva.

Menurut Wozniak et al., (1992) ada dua jenis inhibitor aromatase yaitu inhibitor aromatase steroid dan inhibitor aromatase non steroid. Contoh inhibitor aromatase steroid adalah 1,4,6-androstatriene-3,17-dione (ATD dan 4-hydroxyandrostenedione (4-OH-A), sedangkan inhibitor aromatase non-steroid termasuk imidazole (Hutchison et al., 1997) ) dan fadrozole (Affonso et al., 2000). Inhibitor aromatase nonsteroid lebih efektif dalam menghambat aktivitas aromatase daripada inhibitor aromatase steroid (ATD atau 4-OH-A).

Pada salmon, inhibitor aromatase berhasil menghasilkan pejantan fungsional sebesar 20% dengan merendam telur selama 2 jam dengan dosis 10 mg/l (Piferrer et al., 1994). Chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang disukai sebagai inhibitor aromatase atau disebut inhibitor aromatase alami (Dean, 2004). Menurut Syaifuddin (2004), pemberian suplemen madu pada ikan nila GIFT berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan kelamin dari betina menjadi jantan, hal ini diduga disebabkan oleh kandungan kalium yang tinggi pada madu.

Gambar 1. Roadmap Penelitian  Ikan Guppy
Gambar 1. Roadmap Penelitian Ikan Guppy

METODE PENELITIAN

  • Bagan Alir Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Alat dan Bahan Penelitian 1 Alat
    • Bahan
  • Prosedur Penelitian 1 Pengujian Lethal Dosis
    • Penentuan Dosis Aromatase Inhibitor Alami (Propolis) pada Pakan
    • Pembuatan Pakan
    • Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Guppy
    • Sampling Larva Ikan
    • Pengukuran Variabel
  • Analisis Data

Berdasarkan dosis yang diuji selama 10 hari, ditentukan dosis propolis untuk perlakuan yaitu 10, 20 dan 30 µl/kg pakan dan kontrol (tanpa propolis). Dosis inhibitor aromatase alami dalam hal ini propolis yang digunakan untuk penelitian adalah 0 (kontrol), 10, 20 dan 30 µl/kg pakan. Persiapan perakitan peralatan bekas membutuhkan waktu satu atau dua bulan, yang meliputi persiapan akuarium dan pemasangan ventilasi.

Air yang akan digunakan diolah dengan metilen biru 10 ppt untuk mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit pada ikan dan diangin-anginkan selama 3 hari sebelum digunakan. Masa adaptasi ikan dilakukan selama 4 hari dengan pemberian pakan berupa pelet Mangalindo sebanyak 2-3 kali sehari dan ulat sutera pada siang hari. Ikan jantan dan betina kemudian dikawinkan selama 4 hari dalam akuarium dengan perbandingan jantan dan betina 1:2.

Untuk proses pembuahan, ikan jantan dipisahkan dari induk betina segera setelah kawin agar tidak memakan larva yang akan dilahirkan. Ikan betina selanjutnya diberi pakan yang mengandung propolis dengan dosis µl/kg pakan selama 10 hari secara sex reversal dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Setelah perlakuan pakan pelet dan ulat sutera diberikan tanpa perlakuan propolis sampai induk betina melahirkan anak (larva/benih ikan).

Larva ikan dipelihara selama 2-3 bulan hingga menunjukkan ciri kelamin sekunder dan diberi pakan pelet dan cacing. Pengambilan sampel larva ikan dilakukan dua bulan setelah lahir.Parameter pengamatan meliputi jumlah larva hidup (SR) dan jenis kelamin jantan atau betina berdasarkan pengamatan morfologi karakter kelamin sekunder, serta pemeriksaan jaringan gonad dengan metode acetocarmine. Karakter sekunder pada ikan jantan dapat dilihat pada gonopodium yang memiliki warna lebih terang dan bentuk tubuh yang lebih indah.

Metode acetocarmine digunakan untuk melihat jaringan gonad yaitu Go dilakukan pada sampel sebanyak 30% dari populasi masing-masing perlakuan dari jumlah jantan dan betina yang teridentifikasi. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop majemuk.Untuk gonad ikan jantan sel sperma pada ovarium akan tampak bercak-bercak. Pengukuran kualitas air lingkungan tumbuh dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada masa pertumbuhan induk, sebelum perlakuan (awal), selama perlakuan (tengah) dan pada akhir perlakuan pada lingkungan tumbuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

  • Penentuan Dosis Propolis
  • Keberhasilan Sex Reversal
  • Pengamatan Gonad Ikan Guppy Jantan dan Betina
  • Jumlah Intake per Hari
  • Kualitas Air
  • Pembahasan

Secara morfologi, ikan guppy dapat dibedakan ciri kelamin jantan dan betina berdasarkan ukurannya, yaitu ikan jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan ikan betina. Rerata pakan yang dikonsumsi ikan guppy untuk semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa indukan ikan guppy mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang hampir sama dan tidak terganggu dengan perbedaan rasa pakan selama perlakuan yang berbeda dengan propolis.

Pada penelitian ini jumlah ikan guppy jantan yang dihasilkan selama perlakuan propolis dengan dosis 30 µl propolis/kg pakan, data menunjukkan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena faktor penentu jenis kelamin betina dan jantan tidak seimbang seperti yang dilaporkan oleh Yamamoto (1969) bahwa terdapat perbedaan persentase keturunan jantan dan betina pada ikan guppy dan berbagai ikan lainnya seperti flatfish, congo tetra fish, rainbow tetras, neon tetra. , marmer, molly hitam, cupang dan jenis ikan hias lainnya tidak normal. Proporsi ikan guppy jantan pada perlakuan dosis propolis 10, 20, 30 µl/kg secara sementara menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Kemampuan propolis untuk meningkatkan proporsi ikan gupi jantan terkait dengan bahan aktif bioflavonoid dalam chrysin yang berfungsi sebagai inhibitor aromatase. Orientasi alat kelamin jantan pada ikan guppy juga diyakini berkaitan dengan adanya kandungan potasium dan mineral pada propolis. Pada dosis propolis 30 µL/kg, ikan guppy jantan menjadi lebih agresif untuk sementara waktu dan proporsi ikan betina yang mendekat menjadi tinggi.

Perlakuan pemberian dosis berlaku baik pada perlakuan pembenihan maupun pada benih guppy agar ikan guppy jantan lebih dominan matang kelaminnya. Selama penelitian, parameter kualitas air masih dalam kisaran yang wajar untuk ikan guppy (Tabel 4). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mazida (2002) untuk menurunkan tingkat kematian ikan guppy.

Ikan guppy yang dipelihara dan diberi propolis dosis rendah dapat menghasilkan ikan guppy jantan berkualitas bersaing. Nilai keindahan ikan guppy kualitas bersaing dilihat dari bentuk sirip ekor dan bentuk tubuhnya. Warnanya sudah menunjukkan tingkat kecerahan, kilau dan komposisi warna yang merata sebagai nilai tambah dalam kompetisi kategori kualitas ikan guppy.

Gambar 4. Akuarium Pemeliharaan Burayak Ikan Guppy
Gambar 4. Akuarium Pemeliharaan Burayak Ikan Guppy

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Saran

IDENTITAS JURNAL

Pengaruh fadrozole penghambat aromatase pada steroid reproduksi dan spermiasi pada salmon jantan (Onycorlychus kisutch) selama pematangan seksual. Efikasi hormon metiltestosteron dengan metode parental immersion terhadap sex ratio dan fertilitas anakan ikan Gappi. Dasar Fisiologi Ikan Proyek Peningkatan Penelitian Teknologi Perikanan Dikti Ditjen Dikti.

Lama perendaman Larva Ikan Cupang (Betta splendens) umur 5 hari dengan hormon 17α-methyltestosterone terhadap keberhasilan monosex jantan. Maskulinisasi genetik ikan nila betina (Oreochromis niloticus) dengan pemberian diet inhibitor aromatase selama diferensiasi seksual. Perawatan singkat dengan inhibitor aromatase selama diferensiasi jenis kelamin menyebabkan salmon betina kromosom berkembang sebagai pejantan fungsional normal.

Pengaruh suplementasi madu pada larva ikan nila (Oreochromis niloticus) pada nisbah kelamin. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Keguruan Universitas Pasundan Bandung dengan ini menjelaskan hal tersebut. Menyerahkan makalah penelitian berjudul “Studi Fenotipe Ikan Guppy (Poecilia reticulate Peters) Dengan Pengaruh Inhibitor Aromatase Alami Terhadap Gametic Sex Reversal Ikan”.

Gambar 1.a-b-c Tempat Pemeliharaan Ikan
Gambar 1.a-b-c Tempat Pemeliharaan Ikan

Gambar

Gambar 1. Roadmap Penelitian  Ikan Guppy
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Induk Ikan Guppy pada Uji Dosis Propolis (%)  Dosis Propolis  Jumlah Ikan Awal  Jumlah Ikan Akhir  SR (%)
Foto Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Energy Sources Coal, oil, gas Nuclear Combustion Boiler HEAT Potential Energy Mechanical energy Turbin Electricity Generator Light Calor Termal Rotor