• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG A.2

N/A
N/A
ISTIKOMAH

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG A.2"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK POTONG

PENGGEMUKAN SAPI POTONG

OLEH KELOMPOK A.2

AKHSONY OKTARIANDA FASA E10021002 MUHAMMAD NAILUL RIDHA E10021007

FINA AMELIA E10021017

DANIEL HAPOSAN PRAMONANGAN. P E10021032

ISTIKOMAH E10021033

MISYE KURNIA SARI E10021040

GILANG ADITIYA RAMADHAN E10021042

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Mingguan Praktikum Nutrisi Ternak Potong ini dengan tepat waktu.

Dalam penulisan laporan praktikum ini, banyak pihak yang telah membantu hingga laporan ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada para asisten dosen, , Sabilul Mardha, Isnainun Rizky Hidayah, Rahmad Sirumapea, Panji Cakra, selaku penanggung jawab yang telah membina dan membantu penulis dan juga rekan-rekan yang lain saat praktikum berlangsung, semoga Allah Ta’ala memberikan kesehatan dan rezeki yang melimpah kepada beliau. Dan tak lupa ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu selama berlangsungnya praktikum dan penulisan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Karnanya, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang sifatnya membangun.

Jambi, November 2022

Kelompok 2

(3)

ii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Mencampur Ransum Sapi Potong ... 4

2.2 Penggemukan Sapi Potong ... 5

2.3 Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong ... 6

2.4 Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong ... 7

2.5 Konversi Pakan Sapi Potong ... 8

BAB III. MATERI DAN METODA ... 10

3.1 Tempat dan Waktu ... 10

3.2 Materi ... 10

3.3 Metoda ... 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1 Mencampur Ransum Sapi Potong ... 12

4.2 Penggemukan Sapi Potong ... 13

4.3 Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong ... 13

4.4 Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong ... 16

4.5 Konversi Pakan Sapi Potong ... 17

BAB V. PENUTUP ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(4)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Konsumsi Pakan Harian (Hijauan)... 14

2. Konsumsi Pakan Harian (Konsentrat) ... 15

3. Pertambahan Bobot Badan Harian ... 16

4. Konversi Pakan Hijauan ... 17

5. Konversi Pakan Konsentrat ... 18

(5)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mencampur Ransum ... 12

2. Konsumsi Hijauan ... 14

3. Konsumsi Konsentrat ... 15

4. Pengukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan Sapi Bali 1 ... 17

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, dan merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia terutama berasal dari, daging sapi, daging kerbau serta daging kambing dan domba.

Konsumsi daging sapi di Indonesia setiap tahun selalu meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani.Erat kaitanya antara kebutuhan daging dan strategi dalam penggemukan ,dimana daging yang baik didapat dari sapi sapi yang berkualitas selain berkulalitas dalam mencukupkan akan kebutuhan daging maka di perlukan suatu usaha penggemukann sapi potong secara skala besar atau kecil di suatu daerah tertentu. Pertumbuhan industri sapi potong nasional, sangat didukung oleh usaha peternakan sapi potong rakyat. Usaha peternakan rakyat ini memiliki skala usaha yang kecil dan tersebar di seluruh daerah di Indonesia dengan laju pertumbuhan usaha yang sangat rendah, bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Data dari Badan Pusat Statistik (2018) bahwa poduksi daging sapi menurun pada tahun 2017 yaitu 486 230 ton sedangkan tahun 2016 adalah 518 848 ton. Berbagai strategi teknis telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk menanggulangi penurunan populasi, tetapi belum mampu meningkatkan pertumbuhan populasi sapi potong.

Kebutuhan daging sapi didalam negeri belum mampu dicukupi oleh peternak di Indonesia sebagai produsen lokal.Kondisi ini menyebabkan Indonesia melakukan impor daging sapi maupun ternak sapi, Selain itu banyak terjadi pemotongan ternak produktif untuk memenuhi permintaan daging sapi.sehingga populasi ternak sapi semakin menurun. Sistem penggemukan sapi potong yang biasa dilakukan oleh peternak adalah sistem kereman. Sistem ini merupakan sistem penggemukan yang dilakukan dengan menempatkan sapi dalam kandang secara terus menerus selama beberapa bulan. Pemberian pakan dan minum dilakukan dalam kandang, tidak dilakukan penggembalaan selama proses berlangsungnya penggemukan.Pakan

(7)

2 yang diberikan pada sistem ini terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan tergantung dengan ketersedian pakan hijauan dan konsentrat.Dijelaskan lebih lanjut bahwa apabila hijauan tersedia banyak maka hijauanlah yang lebih banyak diberikan, sebaliknya apabila pakan konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak dan harga relatif murah maka pemberian konsentrat yang diperbanyak. Usaha penggemukan sapi potong berhubungan erat dengan pertanian. Hasil pertanian tanaman pangan semakin tinggi, limbah pertanian yang dihasilkan juga semakin tinggi sehingga memungkinkan kepemilikan ternak yang semakin tinggi pula. Hal ini terjadi karena fungsi ternak sapi potong sebagai penunjang usaha tani dalam menghasilkan pupuk organik, penambahan pendapatan, tenaga kerja ternak dan berfungsi juga sebagai tabungan. Ternak sapi potong juga mempunyai nilai ekonomis untuk bermacam-macam tujuan yaitu sebagai ternak pertanian, ternak pengangkut, ternak potong dan kerja, sumber bahan industri.

Sektor pertanian menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat terutama di pedesaan.

Menyempitnya lahan pertanian yang ada mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan dengan kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan tersebut adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi.

Penggemukan sapi potong rata rata di desa masih menggunakan sistem semi intensif, sapi dikandangkan secara terus menerus dengan pemberian pakan masih mengandalkan ketersediaan hijauan pakan berupa jerami padi alami tanpa diolah lebih dahulu dan tidak dikombinasikan dengan hijauan rumput atau leguminose yang berkualitas serta belum membudidayakan rumput yang produktif dan unggul.

Ternak sapi sudah diberikan pakan konsentrat tetapi hanya berupa bekatul plus garam yang disajikan dalam bentuk comboran, karena hanya satu bahan pakan sehingga pakan yang dikonsumsi belum mencukupi standar kebutuhan nutrisi untuk hidup pokok dan pertumbuhan sehingga produktivitasnya masih rendah. Potensi sapi potong lokal sudah beradaptasi dengan baik, berkembangbiak, pertumbuhan dan produksi.

Untuk menetukan tercapainya suatu usaha penggemukan yang akan kita lakukan kita harus memperhatikan jenis sapi yang akan kita lakukan penggemukan

(8)

3 cara kita memanajemen pakan yang akan kita berikan,memperkirakan biaya dari pakan serta dapat menganalisis akan ketersediaanya dan kualitasnya.adapun hal hal yang menjadi parameter dalam penggemukan sapi potong kita harus memperhatikan beberapa nilai sebagai berikut Mencampur ransum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian,dan Konversi ransum.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini ialah agar praktikan dapat melakukan proses penggemukan sapi potong sesuai dengan apa yang di tentukan mulai dari menuyusun bahan pakan,konsentrat,lama pemeliharaan, serta dapat mengetahui kendala apa saja yang terjadi di lapanagn saat melakukan pemeliharaan.

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukan praktikum ini praktikan dapat mengetahui bagaimana manajemen pemberian pakan,cara mengelola pakan ransum yang sesuai dibutuhkan,serta dapat mengetahui kendala apa saja yang akan dihadapi selama pemeliharaan berlangsung,dan dapat menjadi ilmu yang dapat digunakan di waktu yang akan datang jika ingin melakukan usaha penggemukan sapi potong.

(9)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mencampur Ransum Sapi Potong

Tata cara pemberian pakan ternak sapi potong dimulai dari pembuatan menu pakan, pencampuran hijauan dan konsentrat yang akan dikirim ke masing-masing lumbung, dan meratakan pakan (Fadila.,2020). Konsentrat merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan atau imbuhan pakan. Pembuatan konsentrat akan mahal jika semua komponen bahan pakan diperoleh dari luar daerah atau diimpor, serta konsentrat tidak akan memberikan hasil yang baik jika tidak dikomposisi secara benar. Potensi bahan pakan di daerah tersebut sebenarnya cukup melimpah diantaranya jagung, dedak padi, dan singkong (Hernaman, I. 2018). Salah satu cara untuk memacu pertumbuhan bobot badan sapi potong melalui pencampuran ransum, konsentrat pemacu pertumbuhan merupakan konsentrat yang dibuat dengan mencampur berbagai bahan pakan sumber protein, lemak dan energi sesuai yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan sapi potong (Riyanto, et al.,2010). Bahan pakan konsentrat pemacu pertumbuhan berasal dari bahan limbah pertanian seperti menir kedelai, dedak, bungkil sawit, limbah kulit kopi dan molases. Menir kedelai merupakan limbah dari hasil grading kedelai utuh yang digunakan sebagai sumber protein (Riyanto, et al.,2016). Untuk meminimalkan biaya pakan kita dapat menggunakan limbah limbah dari produk- produk di lingkungan sekitar seperti ampas tahu.Pemberian pakan dapat menggunakan limbah sisa pertanian dengan mencampurkan bahan pakan. Salah satu limbah pertanian tersebut adalah terak dan ampas tahu (Rachma., 2019) Sapi potong membutuhkan sumber protein dalam ransum yang dikonsumsinya tiap hari.

Sumber protein tersebut dapat berasal dari protein nabati ataupun dapat pula berasaldari protein hewani. Untuk menarik minat konsumsi ternak dapat kita campurkan dengan garam dapur, sesuai dengan pernyataan Aziz (2021) bahwa saat pemberian konsentrat peternak biasanya mencampur dengan garam (NaCl). Siregar (2008) menyatakan bahwa pakan yang baik adalah pakan yang mengandung zat makanan yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein,

(10)

5 karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang sehingga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.

2.2 Penggemukan Sapi Potong

Penggemukan sapi merupakan memelihara sapi dengan bertujuan untuk menggemukkan dan menjualnya sebagai ternak potong (Putra., 2022). Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong tergantung pada pola usaha yang digunakan. Pola usaha merupakan pendekatan tata cara pengelolaan usaha. Pada usaha penggemukan sapi potong pertambahan bobot badan merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai. Bobot hidup akhir sangat dipengaruhi oleh jenis,jumlah dan mutu pakan yang diberikan. Jumlah dan kualitas pakan yang baik akan membantu ternak untuk tumbuh dan berproduksi (Mulijanti., 2014). Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak dapat mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih muda. Manajemen pakan, pengalaman dalam penggemukan sapi potong akan mempengaruhi produktivitas ternak. Hal ini terlihat dari peningkatan PBBH yang lebih tinggi pada UKM yang menerapkan manajemen pakan yang lebih baik (Anggraeni., 2019). Dalam memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain mengandung zat gizi/nutrisi yang dibutuhkan ternak. Mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat didaerah sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah ongkos transportasi dan kesulitan mencarinya. Selain pakan memilih bakalan juga tak kalah penting. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sapi yang akan digemukkan dalam waktu yang singkat untuk menghasilkan kualitas daging dan berat badan yang maksimal. Sumber utama sapi bakalan untuk usaha penggemukan adalah kegiatan pembibitan sapi potong di dalam negeri oleh peternak kecil, sedangkan produksi sapi bakalan sangat dipengaruhi oleh problem dan prospek usaha pembibitan itu sendiri (Hadi., 2002).

Salah memilih bakalan, bisa membuat biaya pakan membengkak, namun pertambahan bobot badan tidak seberapa. Salah satu factor penunjang penggemukan sapi potong selain pemberian hijauan yaitu konsentrat. Konsentrat sendiri merupakan pakan yang memiliki kandungan serat kasar rendah. Nutrisi

(11)

6 utama dari pakan konsentrat berupa energi dan protein. Konsentrat bagi ternak bermanfaat untuk meningkatkan mutu gizi pakan sehingga mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ternak. Walaupun belum memberikan PBB ternak sapi penggemukan yang optimal, namun inovasi teknologi pakan konsentrat ini sudah dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya (Ratnawaty., 2012).

Pertambahan bobot badan yang tinggi adalah harapan dari seluruh peternak.

Pertambahan bobot badan merupakan penentu berhasil tidak nya suatu usaha ternak potong. Karena vriabel yang diamati pada usaha penggemukan dan pembibitan selama 5 bulan adalah rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan penggunaan input dan output (Ahmad., 2004). Cara penggemukan sapi yang paling efisien adalah penggemukan sapi yang dikurung didalam kandangn atau lazim disebut system kereman. Penggemukan sapi potong layak di usahakan namun capaian efisiensi teknis usaha sapi potong masih rendah dengan nilai indeks efisiensi ratarata sebesar 0,690. Faktor yang mempengaruhi produksi sapi potong yaitu tenaga kerja, pakan hijauan dan bobot bakalan (Rouf., 2016).

4.3 Konsumsi Ransum Sapi Potong

Konsumsi pakan pada sapi potong sangat berpengaruh terhadap bobot badan yang didapat selama melakukakn pemeliharaan dapat kita analisis secara logika jika konsumsi menurun maka bobot badan akan menurun , Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi lebih rendah dari kebutuhannya, ternak akan kehilangan bobot badannya (Kartadisastra,1997).untuk mendapat kan bobot sapi yang unggul maka kita harus memperhatikan kualitas pakan dengan kebutuhannya. Pada umumnya pakan hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas sangat rendah, yang ditandai dengan kandungan protein kasar 7 persen, kandungan mineral esensial dan kecernaannya rendah, sebaliknya tanaman leguminosa memiliki kandungan mineral dan protein kasar tinggi (Ibrahim et al., 1987). Penambahan leguminosa dalam ransum sapi penggemukan, selain dapat memenuhi kebutuhan hijauan juga dapat meningkatkan kualitas ransum (Rasyid et al., 1996; Daniel et al., 2000). Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup (Tilman, 2008). Jumlah kebutuhan pakan setiap ternak berbeda tergantung pada jenis ternak, umur, fase

(12)

7 (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembapan udara) serta bobot badannya (Winugroho,2002).biasanya dalam melihat sebanyak apa ternak mengkonsumsi pakan dapat di pengaruhi oleh beberapa hal seperti. Soebarinoto et al (1991) bahwa bentuk fisik suatu bahan pakan dapat mempengaruhi palatabilitas bahan pakan tersebut. Selain itu pemberian dedak padi pada ransum sapi penggemukan sangat menentukan dalam pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan (Preston dan Willis, 1974). Sementara pemanfaatan dedak padi sebagai pakan konsentrat, baru dilakukan oleh sebagian peternak. Untuk menggantikan sebagian pakan konsentrat, dapat digunakan tanaman leguminosa, dengan perbandingan 75 persen konsentrat dan 25 persen leguminosa (Nasrullah et al., 1996) Ayuni (2005) menyatakan bahwa konsumsi ransum antara lain ditentukan oleh palatabilitas (bau, warna dan tekstur), sistem tempat dan pemberian pakan serta kepadatan. Untuk meningkatkan daya pakan ternak dan terpenuhinya kebutuhan biasanya peternak menggunakan hijauan dan konsentrat. kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi dengan pakan hijauan segar (sebagai pakan utama) dan konsentrat (sebagai pakan penguat) untuk berproduksi (Nista et al., 2007) Menurut Sugeng (2002), sapi potong mampu mengkonsumsi bahan kering ransum sebanyak 2,5 ± 3,2% dari bobot tubuhnya.

4.4 Pertumbuhan Bobot Badan Harian Sapi Potong

Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen) dengan bobot badan awal pada saat tertentu. Pertambahan bobot badan pada usaha penggemukan sapi potong merupakan salahsatu tujuan penting yang ingin dicapai (Juwita., 2018).

Pemberian pakan hijauan berupa rumput gajah dan jerami padi juga didasarkan berat badan sapi kemampuan sapi dalam mengonsumsi ransum diukur dalam bentuk bahan kering. Semakin tinggi bobot badan sapi akan semakin menurun persentase kemampuannya mengonsumsi bahan kering ransum (Wahyuni., 2020).

Kombinasi pakan daun gamal dan dedak padi mampu memberikan pertambahan bobot badan yang cukup tinggi, tetapi nilai kecernaan pakan yang mengandung

(13)

8 daun gamal mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu pemberian daun gamal (Saily., 2007). Factor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi potong yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah energi yang terkandung didalam pakan. Selain itu, jenis sapi juga berpengaruh. Ciri-ciri sapi potong memiliki pertambahan bobot badan baik, berbadan besar dan efisiensi pakan tinggi. Pertambahan bobot badan harian sapi Bali nyata lebih rendah yaitu 0,303 kg/ekor/hari dibandingkan dengan sapi Pernakan Ongole (Handiwirawan.,2015).

Konsumsi, PBBH, Konversi dan Efisiensi penggunaan pakan ternak sapi Bali yang diberi pakan 100% lamtoro tidak perpengaruh nyata (P < 0,05) dengan ternak yang diberi pakan campuran 85% lamtoro dan 15% gamal yang cukup banyak. (Yusuf., 2018). Jenis sapi yang biasa dipelihara adalah Brahman Cross, Peranakan Limosin, Peranakan Brangus. Brahman cross banyak diminati oleh feedloter sebab pertambahan bobot badan harian (Average Daily Gain = ADG) dan persentase karkas lebih tinggi dengan komponen tulang lebih rendah dibanding sapi lokal (Hadi, 2002). Lama waktu pemberian jerami padi fermentasi yang mensubtitusi rumput gajah (Penissetum purpureum) berpengaruh secara signifikan terhadap pertambahan berat badan (PBB) sapi Bali jantan dengan pertambahan badan absolut rata-rata 0, 68 kg/hari, serta pertambahan badan relatif 0,033 kg/hari (Alimuddin., 2018).

4.5 Konversi Pakan

Konversi ransum adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertumbuhan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan dengan efisien (Jaelani, 2011). Banyak hal hal yang dapat mempengaruhi nilai konversi ransum. Konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan pertambahan bobot badan dankecernaan, yang artinya semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan bobot yang lebih tinggi dan lebih efisien penggunaan pakannya (Martawidjaja, 2001). Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan (Sutardi., 1990). Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, juga

(14)

9 faktor lingkungan (Sutardi., 1990). Nilai konversi dapat mempengaruhi kecernaan pada ternak. Konversi ransum dapat memperlihatkan seberapa Jauh efisiensi perubahan makanan menjadi daging (Rasyaf, 1995). Dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ayam, kualitas ransum, kondisi kandang dan jenis kelamin (Irawan, 1996). Konversi pakan untuk sapi yang baik adalah 8,56 sampai dengan 13,29 (Siregar, 2008). Jika ratio konversi kecil maka bobot badan juka akan menurun.Semakin kecil rasio konversi pakan berarti semakinefisien pakan tersebut untuk menghasilkan pertambahan bobot badan (Mide, 2007).

(15)

10 BAB III

MATERI DAN METODA

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Nutrisi Ternak Potong dilaksanakan di Kandang B Fakultas Peternakan Universitas Jambi, dimulai pada hari Senin, 31 Oktober 2022 s/d Minggu, 6 November 2022.

3.2 Materi

Materi yang digunakan pada praktikum Nutrisi Ternak Potong yang berjudul Penggemukkan Sapi Potong ini adalah Terpal ukuran 4x4 m, Tali Rafia, Meteran Kain, Baskom, Rumput Lapang, Rumput Gajah, Gamal, Dedak, Gaplek, Molases, Garam dan Air. Parameter yang diamati yaitu Mencampur Ransum Sapi Potong, Penggemukan Sapi Potong, Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong, Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong, dan Konversi Pakan Sapi Potong.

3.3 Metoda

Metoda yang dilakukan dalam Mencampur Ransum Sapi Potong adalah yang pertama siapkan bahan bahan pakan yang telah di sebutkan diatas, kemudian timbang sesuai perhitungan yang telah dibuat sebelumnya, lalu campurkan ketiga bahan pakan tersebut hingga homogen.

Metoda yang dilakukan dalam Penggemukan Sapi Potong adalah dengan memberikan hijauan dan konsentrat secara teratur. Konsentrat diberikan lebih awal pada pukul 08.00 WIB, lalu pada pukul 10.00 WIB konsentrat ditarik kemudian diberi hijauan yang telah ditimbang. Lalu pada pukul 15.00 WIB, hijauan ditarik kemudian diberi konsentrat. Yang terakhir pada pukul 17.00 WIB konsentrat ditarik diberi hijauan kembali, dan hijauan ditarik lagi pada pukul 19.00 WIB.

Metoda yang dilakukan dalam Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong adalah menimbang pakan yang akan diberikan dan juga sisa pakan nya. Sisa hijauan langsung ditimbang setelah ditarik, apabila sisa konsentrat harus di keringkan terlebih dahulu baru bisa ditimbang. Adapun rumus mencari Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong yaitu 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 =jumlah pakan yang diberikan−sisa pakan

Lama waktu pemeliharaan

(16)

11 Metoda yang dilakukan dalam Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong adalah menimbang berat badan awal sapi yang akan digemukkan dan menimbang berat badan akhir sapi tersebut. Adapun rumus dalam mencari Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong yaitu 𝑃𝐵𝐵 =Berat badan akhir−berat badan awal

Lama waktu pemeliharaan

Metoda yang dilakukan dalam Konversi Pakan Sapi Potong adalah terlebih dahulu mencari konsumsi pakan harian dan pertambahan bobot badan sapi yang di gemukkan tersebut. Adapun rumus mencari Konversi Pakan Sapi Potong yaitu 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = konsumsi pakan harian

PBB

(17)

12 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mencampur Ransum Sapi Potong

Mencampur ransum merupakan kegiatan pencampuran bahan pakan dengan memperhatikan upaya-upaya dalam mengefisienkan penggunaan input bahan- bahan pakan yang tersedia dengan perbandingan pakan, baik jumlah pakan maupun untuk mutu dari pakan tertentu agar campura tersebut dapat memenuhi pemeliharaan ternak yang akan mengkonsumsinya, yang tentu saja akan mempengaruhi pendapatan kebutuhan.

Dalam mencampur ransum harus mengetahui bahan mana yang akan di campur terlebih dahulu agar hasilnya homogen. Apabila ransum dibuat dalam jumlah kecil, maka pencampura ransum harus dilakukan secara manual. Namun, apabila ransum dibuat dalam jumlah besar, maka pencampuran ransum dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur.

Gamabar 1. Mencampur Ransum

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwasannya konsentrat merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan atau imbuhan pakan. Pembuatan konsentrat akan mahal jika semua komponen bahan pakan diperoleh dari luar daerah atau diimpor, serta konsentrat tidak akan memberikan hasil yang baik jika tidak dikomposisi secara benar. Potensi bahan pakan di daerah tersebut sebenarnya cukup melimpah diantaranya jagung, dedak padi, dan singkong. Bahan pakan konsentrat pemacu pertumbuhan berasal dari bahan limbah pertanian seperti menir kedelai, dedak, bungkil sawit, limbah kulit kopi dan molases. Bahan bahan tersebut ketika diberikan kepada ternak, juga dicampurkan garam dapur atau NaCl untuk menarik minat konsumsi ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aziz (2021) bahwa saat pemberian konsentrat peternak biasanya mencampur dengan garam (NaCl).

(18)

13 4.2 Penggemukan Sapi Potong

Efektivitas dan efisisensi usaha penggemukan tergantung pada faktor pemilihan sapi bakalan, kontinuitas penyediaan pakan dan keberhasilan penanggulangan penyakit. Pakan merupakan faktor yang sangat penting pada usaha penggemukan sapi, baik hijauan maupun konsentrat. Kontonuitas penyediaan pakan sangat menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi kreman.

Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan usaha penggemukan sapi adalah penanggulangan penyakit menular, khususnya parasit cacing.

Penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sehingga perlu dilakukan rekayasa dalam pemberian pakan dengan menggunakan bahan pakan berkualitas dan mengoptimalkan pemanfaatannya.

Penambahan pakan konsentrat pada ransum sapi penggemukan harus memperhatikan aspek teknis dan ekonomis. Pemberian konsentrat yang berlebih pada sapi-sapi lokal (Madura, Ongole, Bali dan Grati) kurang ekonomis, karena sapi-sapi lokal kurang responsif terhadap pakan bermutu tinggi.

Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong tergantung pada pola usaha yang digunakan. Pola usaha merupakan pendekatan tata cara pengelolaan usaha.

Pada usaha penggemukan sapi potong pertambahan bobot badan merupakan salah satu tujuan penting yang ingin dicapai. Bobot hidup akhir sangat dipengaruhi oleh jenis, jumlah dan mutu pakan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulijanti (2014) bahwa jumlah dan kualitas pakan yang baik akan membantu ternak untuk tumbuh dan berproduksi. Dalam memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain mengandung zat gizi/nutrisi yang dibutuhkan ternak.

Mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat didaerah sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah ongkos transportasi dan kesulitan mencarinya. Selain pakan memilih bakalan juga tak kalah penting.

4.3 Konsumsi Pakan Harian Sapi Potong

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktorpenentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi. Konsumsi

(19)

14 merupakan selisi antara jumlah pemberian dan jumlah sisa pakan,besarnya konsumsi pakan berpengaruh terhadap jumlah nutrisi yang masuk kedalam tubuh ternak.

Gamabar 2. Konsumsi Hijauan

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda. Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging.

Hari Jumlah Pakan yang Diberikan (kg)

Sisa Pakan (kg) Konsumsi Pakan (gr)

1 21,25 3,4 2550

2 21,25 4,6 2370

3 21,25 3 2600

4 21,25 4,8 2350

5 21,25 5,8 2200

6 21,25 6 2170

7 21,25 0,9 2900

Tabel 1. Konsumsi Pakan Harian (Hijauan)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil konsumsi pakan hijauan dalam seharinya akan berbeda beda walaupun dengan jumlah pakan yang diberikan sama setiap harinya. Hal ini terjadi karena faktor lingkungan. Tidak semua hijauan dapat di sukai oleh ternak. Hal ini dikarenakan, kurangnya pengenalan makanan hijauan tersebut terhadap ternak, dan bisa juga diakibatkan karena kandungan nutrisi yang

(20)

15 terdapat pada hijauan tersebut tidak memenuhi kebutuhan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim et al (1987) yang menyatakan bahwa pada umumnya pakan hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas sangat rendah, yang ditandai dengan kandungan protein kasar 7 persen, kandungan mineral esensial dan kecernaannya rendah, sebaliknya tanaman leguminosa memiliki kandungan mineral dan protein kasar tinggi.

Hari Jumlah Pakan yang Diberikan (gr)

Sisa Pakan (gr) Konsumsi Pakan (gr)

1 1842 15 261

2 1842 90 250,28

3 1842 0 263,14

4 1842 140 243,14

5 1842 0 263,14

6 1842 140 243,14

7 1842 0 263,14

Tabel 2. Konsumsi Pakan Harian (Konsentrat)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil konsumsi konsentrat berbeda-beda pada setiap harinya, dengan jumlah pakan yang diberikan sama pada setiap harinya.

Perbedaan hasil konsumsi konsetrat ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti gangguan dari sapi lain. Sama halnya seperti hijauan, konsetrat juga perlu di adaptasi kepada ternak. penggunaan konsentrat dapat memenuhi kebutuhan ternak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nista et al (2001) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya pakan ternak dan terpenuhinya kebutuhan biasanya peternak menggunakan hijauan dan konsentrat.

Gambar 3. Konsumsi Konsentrat

Kebutuhan pakan ternak dapat terpenuhi dengan pakan hijauan segar (sebagai pakan utama) dan konsentrat (sebagai pakan penguat) untuk berproduksi. Menurut

(21)

16 Preston dan Willis (1974) bahwasannya pemberian dedak padi pada ransum sapi penggemukan sangat menentukan dalam pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan.

4.4 Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi Potong

Berat badan merupakan suatu kriteria pengukuran yang penting pada seekor hewan dalam menentukan perkembangan pertumbuhannya, dan juga merupakan salah satu dasar pengukuran untuk produksi disamping jumlah anak yang dihasilkan dalam menentukan nilai ekonominya. Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak.

Pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilaian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi.pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana.

Tabel 3. Pertumbuhan Bobot Badan Harian

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil pertambahan bobot badan dari sapi Bali 1 selama pemeliharaan yang dilakukan selama 7 hari yaitu 0,14 kg/hari atau 140 gr/hari. Berat badan sapi Bali 1 ini, dalam seminggu mengalami pertumbuhan bobot badan 1 kg. Menurut Saily (2007) yang menyatakan bahwa kombinasi pakan daun gamal dan dedak padi mampu memberikan pertambahan bobot badan yang cukup tinggi, tetapi nilai kecernaan pakan yang mengandung daun gamal mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya waktu pemberian daun gamal.

Bobot Badan Awal (kg)

Bobot Badan Akhir (kg)

PBB Harian (gr/ekor)

228 229 140

(22)

17 Gambar 4. Pengukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan Sapi Bali 1 Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi potong yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah energi yang terkandung didalam pakan.

Selain itu, jenis sapi juga berpengaruh. Ciri-ciri sapi potong memiliki pertambahan bobot badan baik, berbadan besar dan efisiensi pakan tinggi.

4.5 Konversi Pakan Sapi Potong

Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut.

konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kenaikan satuan bobot hidup. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi, semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan makin tinggi. Serat kasar yang tinggi dalam pakan akan menyebabkan daya cerna menjadi kecil, sehingga konversi pakan merupakan integrasi dari daya cerna.

Hari ke-

Konsumsi Pakan Harian (gr)

PBB Harian (gr)

Konversi Pakan (gr)

1 2550 140 18,2

2 2370 140 16,9

3 2600 140 18,5

4 2350 140 16,8

5 2200 140 15,7

6 2170 140 15,5

7 2900 140 20,7

Tabel 4. Konversi Pakan Hijauan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil dari konversi pakan sapi Bali 1 yaitu antara 15,5-20,7gr. Konversi ini didapat berdasarkan konversi pakan hijauan per hari. Nilai konversi pakan hijauan hasil praktikum ini sangat jauh perbandingannya

(23)

18 dengan pendapat Siregar (2008) yang menyatakan bahwa konversi pakan untuk sapi yang baik adalah 8,56 sampai dengan 13,29. konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan pertambahan bobot badan dan kecernaan, yang artinya semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan bobot yang lebih tinggi dan lebih efisien penggunaan pakannya.

Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia, dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Kualitas pakan yang baik, akan meningkatkan pertumbuhan ternak dan lebih baik konversi pakannya. Konversi pakan dihitung dengan membandingkan antara konsumsi bahan kering pakan dan pertambahan bobot badan harian sapi.

Hari ke-

Konsumsi Pakan Harian (gr)

PBB Harian (gr)

Konversi Pakan (gr)

1 261 140 1,86

2 250,28 140 1,78

3 263,14 140 1,87

4 243,14 140 1,73

5 263,14 140 1,87

6 243,14 140 1,73

7 263,14 140 1,87

Tabel 5. Koversi Pakan Konsentrat

Dari tabel diatas, dapat dilihat hasil dari konversi pakan konsetrat Sapi Bali 1 yaitu 1,73-1,87. Hal ini sesuai dengan pendapat Mide (2007) yang menyatakan bahwa semakin kecil rasio konversi pakan berarti semakin efisien pakan tersebut untuk menghasilkan pertambahan bobot badan. Konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas pakan, serta faktor lingkungan. Efisiensi pakan untuk produksi daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi dan tingkat produksi serta nilai gizi pakan.

(24)

19 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggemukan sapi potong diawali dengan manajemen pakan yang baik. Mulai dari mencari hijauan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak, menyusun ransum yang tepat. Dalam menyusun ransum perlu diperhatikan jenis dari tiap tiap bahan pakan yang digunakan, yang mana saja yang dicampur terlebih dahulu, agar didapatkan konsentrat yang homogen.

Adapun hasil praktikum dari konsumsi pakan dari praktikum ini untuk hijauan perhari nya yaitu hari 1 2250 gr, hari ke_2 2370 gr, hari ke-3 2600 gr, hari ke-4 2350 gr, hari ke-5 2200 gr, hari ke-6 2170 gr, dan hari ke- 2900 gr. Sedangkan konsumsi pakan konsentrat perhari yaitu hari 1 261 gr, hari ke-2 250,28 gr, hari ke- 3 263,14 gr, hari ke-4 243,14 gr, hari ke-5 263,14, hari ke-6 243,14 dan hari ke-7 263,14.

Adapun hasil praktikum pertambahan bobot badan sapi potong selama pemeliharaan yang dilakukan 7 hari dari sapi bali 1 yaitu pertambahan bobot badan hariannya 140 gr/hari dan 1 kg/minggu.

Adapun hasil dari konversi pakan hijauan hari 1 yaitu 18,2 gr, hari ke-2 16,9 gr, hari ke-3 18,5 gr, hari ke-4 16,8 gr, hari ke-5 15,7 gr, hari ke-6 15,5 gr, dan hari ke-7 20,7 gr. Sedangkan konversi pakan konsentrat yaitu hari 1 1,86 gr, hari ke-2 1,78 gr, hari ke-3 1,87 gr, hari ke-4 1,73 gr, hari ke-5 1,87 gr, hari ke-6 1,73 gr, dan hari ke-7 1,87 gr.

5.2 Saran

Saran dari kami untuk praktikum selanjutnya yaitu diharapkan kepada seluruh praktikan untuk meningkatkan kerja sama antar kelompok. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antar kelompok.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, SN, Siswansyah, DD, & Swastika, OKS (2004). Kajian sistem peternakan sapi potong di Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian , 7 (2), 155-170.

Alimuddin, A., Wajo, M. J., & Lekitoo, M. N. (2018). Kinerja Sapi Bali Jantan yang diberikan pakan Rumput Gajah (Punnisetum purpureum) subtitusi fermentasi Jerami Padi. Cassowary, 1(1), 55-62.

Amien, I. (2013). Pertambahan Berat Badan dan Konversi Pakan Sapi Limousin Cross Dengan Pakan Tambahan Probiotik (Disertasi Doktor, Universitas Brawijaya).

Anggraeni, AS, Istiqomah, L., & Damayanti, E. (2019). Implementasi Sistem

“Kereman” dan Peternakan Terpadu Pada Penggemukan Sapi Potong Pada Dua Kelompok Ternak di Kabupaten Sokaraja. TERNAK TROPIS Jurnal Produksi Ternak Tropis , 20 (2), 100-110.

Aziz, I. A. (2021). TA: MANAJEMEN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI DI PT.

SUPERINDO UTAMA JAYA KELURAHAN BANJAR SARI, METRO UTARA (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Lampung).

Fadilla, D. (2020). TA: MANAJEMEN PAKAN TERSANG POT DI PT JUANG JAYA ABDI ALAM (Disertasi Doktor, Politeknik Negeri Lampung).

Hadi P.U. dan Nyak Ilham. 2000. Peluang Pengembangan Usaha Pembibitan Ternak Sapi Potong di Indonesia Dalam Rangka Swasembada Daging 2005.

PSE. Bogor.

Hadi, P. U., & Ilham, N. (2002). Problem dan prospek pengembangan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 21(4), 148- 157.

Handiwirawan, E., & Tiesnamurti, B. (2015, October). Pertambahan bobot badan sapi Bali dan PO yang digemukkan berdasarkan skor temperamen. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner (Vol.

2015, pp. 27-33).

Hernaman, I. (2018). Perbaikan mutu ransum sapi potong melalui pemberian konsentrat berbasis bahan pakan lokal di sentra peternakan rakyat (spr) purwakarta. Dharmakarya, 7(1), 1-5.

Irawan, A. 1996. Ayam-Ayam Pedaging Unggul. Penerbit. CV. Aneka, Solo.

Jaelani, A. 2011. Performans Ayam Pedaging yang diberi Enzim Beta Mannanase dalam.

Juwita, S. (2018). Aplikasi Formulasi Pakan Konsentrat Untuk Meningkatkan Bobot Badan Ternak Sapi Bali. Jurnal Agrisistem, 14(1), 71-76.

(26)

Martawidjaja, M. 2001. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaan Kambing Kacang Betina Sapihan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Balai Penelitian Ternak. Bogor. 5: 6-8.

Mide MZ. 2007. Konversi Ransum dan Income Over Feed and Chick Cost Broiler yang Diberikan Ransum Mengandung BerbagaiLevel Tepung Rimpang Temulawak(Curcumin Xanthoriza Oxb). BuletinNutrisi dan Makanan Ternak 6(2): 21-26.

Mulijanti, SL, Tedy, S., & Nurnayetti, N. (2014). Pemanfaatan Dedak Padi dan Jerami Fermentasi dalam Penggemukan Sapi Potong di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Peternakan Indonesia , 16 (3), 179-187.

Putra, G. R. A. (2022). Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan, Dan Income Over Feed Cost Sapi Peranakan Ongole Di Berkah Setia Farm Purworejo (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Jember).

RACHMA, FN (2019). PENGARUH PEMBERIAN CHARGE DAN TERLALU TAMBANG TERHADAP TAMBAH BERAT BADAN DAN KONVERSI PAKAN SAPI Potongan DI CV TUNAS MUDA TUBAN (Disertasi Doktor Universitas Airlangga).

Ransum yang Berbasis Bungkil Inti Sawit. Skripsi Peternakan. Jurusan Peternakan.

Fakultas Peternakan. Universitas Islam Kalimantan. Kalimantan.

Rasyaf, H 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ratnawaty, S., & Marawali, H. H. 2012 INOVASI TEKNOLOGI PAKAN KONSENTRAT SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG PERBIBITAN DAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PULAU TIMOR, NUSA TENGGARA TIMUR.

Riyanto, J., S. D. Widyawati, dan A. Pramono. 2016. Pengembangan Konsentrat Omega-3 Dan Omega-6 Berbasis Bahan Pakan Lokal Sebagai Feed Supplement Untuk Percepatan Produksi Dan Kualitas Daging Sapi Potong (Tahun-2). Laporan Penelitian. Riset Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Iptek) DRPM Dikti.

Riyanto, J., S. D. Widyawati, dan W. Pratitis. 2010a. Suplementasi Pufa (Poly Unsaturated Fatty Acid) Dalam Konsentrat Dari Bahan Pakan Lokal Pada Usaha Feedlot Sapi Silangan Berbasis Pakan Basal Jerami Padi Fermentasi Untuk Dihasilkan Daging Sapi Rendah Lemak Dan Kolesterol Serta Tinggi Asam Lemak Tak Jenuh Laporan Penelitian. Strategi Nasional Batch II, DRPM Dikti Diknas.

Rokhayati, UA, Laya, NK, & Pateda, SY (2022). PELATIHAN PEMBUATAN PAKAN ALTERNATIF DARI RESIDU PERTANIAN. Jurnal Jambura Pengabdian Masyarakat Peternakan dan Pertanian (JJHCS) , 1 (2).

(27)

Rouf, A. A., & Munawaroh, S. (2016). Analisis efisiensi teknis dan faktor penentu inefisiensi usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 19(2), 103-118.

Saily, T., Bain, A., & Nafiu, L. (2007). Peningkatan pertumbuhan Sapi Bali jantan muda melalui perbaikan manajemen pakan. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari.

Sutardi, T. 1990. Landasan Ilmu Nutrien Departemen Ilmu Makanan Ternak. IPB, Bogor.

Wahyuni, E., & Amin, M. (2020). Manajemen Pemberian Pakan Sapi Bali. Jurnal Peternakan Lokal, 2(1).

YUSUF, M. (2018). Konsumsi, Pertambahan Berat Badan Harian, Konversi dan Efisiensi Pakan Sapi Bali Jantan Muda yang diberi Pakan Lamtoro dan Campuran Lamtoro dan Gamal (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

(28)

LAMPIRAN

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 =Jumlah pakan yang diberikan − sisa pakan Lama waktu pemeliharaan

Konsumsi Pakan Hijauan :

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 1 =21,25 − 3,4 7 =17,85

7

= 2,55 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.550 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 2 =21,25 − 4,6

7 =16,65

7

= 2,37 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.370 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 3 =21,25 − 3

7 =18,25

7

= 2,6 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.600 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 4 =21,25 − 4,8

7 =16,45

7

= 2,35 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.350 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 5 =21,25 − 5,8

7 =15,45

7

= 2,20 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.200 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

(29)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 6 =21,25 − 6 7 = 15,25

7

= 2,17 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.170 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 7 =21,25 − 0,9

7 =20,35

7

= 2,90 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 = 2.900 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

Konsumsi Pakan Konsentrat :

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 1 =1842 − 15 7 =1827

7

= 261 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 2 =1842 − 90 7 =1752

7

= 250,28 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 3 =1842 − 0

7 =1842

7

= 263,14 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 4 =1842 − 140

7 =1702

7

= 243,14 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖

(30)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 5 =1842 − 0 7 =1842

7

= 263,14 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 6 =1842 − 140

7 =1702

7

= 243,14 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 7 =1842 − 0

7 =1842

7

= 263,14 gr/ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑃𝐵𝐵 =Berat badan akhir − berat badan awal Lama waktu pemeliharaan

=229 − 228 7

= 0,14 𝐾𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 140 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = konsumsi pakan harian PBB

Konversi Pakan Hijauan :

𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 1 = 2550 140

= 18,2 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 2 = 2370

140

= 16,9 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 3 = 2600

140

= 18,5 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

(31)

𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 4 = 2350 140

= 16,8 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 5 = 2200

140

= 15,7 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 6 = 2170

140

= 15,5 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 7 = 2900

140

= 20,7 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

Konversi Pakan Konsentrat :

𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 1 = 261 140

= 1,86 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 2 = 250,28

140

= 1,78 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 3 = 263,14

140

= 1,87 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 4 = 243,14

140

= 1,73 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 5 = 263,14

140

= 1,87 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 6 = 243,14

140

= 1,73 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒 7 = 263,14

140

= 1,87 𝑔𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

(32)

Hijauan yang diberikan 1 hari :

Rumput Lapang Rumput Gajah Daun Gamal

Sisa Pakan Hijauan :

Sisa sore hari ke 1 Sisa pagi hari ke 2 Sisa sore hari ke 2

Sisa sore hari ke 3 Sisa pagi hari ke 4 Sisa sore hari ke 4

Sisa sore hari ke 5 Sisa pagi hari ke 6 Sisa sore hari ke 6

(33)

Sisa pagi hari ke 7 Sisa sore hari ke 7

Konsentrat yang diberikan 1 hari :

Molases Dedak Gaplek

Sisa Pakan Konsentrat :

Sisa pagi hari ke 1 Sisa sore hari ke 1 Sisa pagi hari ke 2 Sisa sore hari ke 2

Sisa pagi hari ke 4 Sisa sore hari ke 4 Sisa pagi hari ke 6 Sisa sore hari ke 6

Gambar

Tabel 1. Konsumsi Pakan Harian (Hijauan)
Tabel 2. Konsumsi Pakan Harian (Konsentrat)
Gambar 3. Konsumsi Konsentrat
Tabel 3. Pertumbuhan Bobot Badan Harian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui performans sapi potong dengan perlakuan dedak fermentasi yang meliputi pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi, konversi dan

Tugas Akhir dengan Judul ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP USAHA SAPI PERAH, BREEDING SAPI POTONG DAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan

Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur

Teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu

Dengan demikian waktu penyapihan pedet umur 20 dan 24 minggu dengan berat badan dan konsumsi pakan yang sama (Tabel 2) tidak berpengaruh terhadap APP, S/C dan CI sapi potong

Setiap peternak punya cara tersediri untuk pengemukan sapi potong / seperti yang terlihat di daerah dongkelan / ternak sapi dikembangkan oleh kepala badan pertanahan nasional sleman

Pembentukan Rumus Sederhana Pendugaan Bobot Hidup Sapi Persilangan Simmental dengan PO Berdasarkan Ukuran Tubuh. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali

“Pengaruh Suplementasi Mineral Organik (Zn dan Se) terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi, dan Konversi Ransum pada Domba Lokal”.. Suparyanto,