SMK TRIATMA JAYA JEMBRANA BALI
LAPORAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SMK TRIATMA JAYA
JEMBRANA - BALI
KATA PENGANTAR
Laporan perencanaan struktur bangunan gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali
yang berisikan tentang perilaku, analisis, dan desain struktur secara keseluruhan dan detail sehingga membentuk satu kesatuan struktur bangunan gedung yang aman (Safety) sehingga memenuhi standar bangunan yang berlaku di indonesia. Dilengkapi dengan Metode dan Cara perancangan struktur atas, dan struktur bawah bangunan.Laporan hasil perancangan ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan bagi pelaksana konstruksi dan keperluan teknis lainnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi pengguna (User) dalam pelaksanaan pembangunan
Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali.
Kartasura, September 2023 Hormat Kami,
Setyawan Tri Lakson
Direktur Teknik
SMK TRIATMA JAYA JEMBRANA BALIi
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ...1
1.1 DATA UMUM GEDUNG ... 1
1.2 PERATURAN DAN STANDARD ...2
1.3 MATERIAL ...4
1.3.1 Beton...4
1.3.2 Baja Tulangan... 6
1.3.3 Baja Profil ...6
2. PERENCANAAN BEBAN ...7
2.1 GENERAL ...7
2.2 BEBAN MATI ...7
2.3 BEBAN HIDUP...7
2.3.1 Beban Hidup Pada Atap ...7
2.4 BEBAN LINGKUNGAN ... 7
2.5 BEBAN GEMPA ...8
2.5.1 Faktor Keutamaan Gempa ...8
2.5.2 Klasifikasi Situs ... 10
2.5.3 Klasifikasi Situs ... 11
2.5.4 Pemilihan Sistem Penahan Gaya Gempa ...12
2.5.5 Koefisien Situs ... 13
2.5.6 Parameter Percepatan Spektra Desain ...14
2.5.7 Kategori Desain Seismik ...14
2.5.8 Distribusi Gaya Lateral Ekuivalen ... 15
3. ANALISIS STRUKTUR ATAS ... 18
3.1 GENERAL ...18
3.2 MODEL KOMPUTER... 18
3.3 DAFTAR MATERIAL...18
3.4 FRAME SECTION ...19
3.5 PEMODELAN STRUKTUR...22
3.5.1 Struktur Utama... 22
3.5.2 Denah Struktur... 22
3.6 APLIKASI BEBAN GRAVITASI STRUKTUR ATAS...24
3.6.1 Beban Hidup (Live Load)...24
3.6.2 Beban SDL (Super Dead Load) ...24
3.6.3 Beban SDL (Frame) ...25
3.6.4 Beban Pada Rangka Atap ...25 Laporan Perecanaan Struktur Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali ii
3.7 BEBAN GEMPA (EARTHQUAQE)...26
3.7.1 Metode Statik Ekivalen ...28
3.8 KONTROL ANALISIS ... 31
3.8.1 General ...31
3.8.2 Cek Waktu Getar Struktur ...31
3.8.3 Kombinasi Pembebanan ...34
3.8.4 Gaya - Gaya Dalam ...35
4. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS...38
4.1 DESAIN STRUKTUR BAJA...38
4.1.1 Input Parameter Desain Struktur Baja Pada Program... 38
4.1.2 Input Kombinasi Beban Untuk Perancangan ...38
4.1.3 Cek Rasio Tegangan (Stress Ratio) ... 39
4.1.4 Cek Detail Pada Elemen Balok ...40
5. PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH ...41
5.1 GENERAL ...41
5.2 DESAIN PONDASI ...41
5.2.1 Desain Pondasi Tiang Pancang ...41
6. PENUTUP ... 43
Laporan Perecanaan Struktur Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali 3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Denah Lantai 1 ...1
Gambar 1-2 Denah Lantai 2 ...1
Gambar 1-3 Denah Lantai 3 ...2
Gambar 2-1 Koefisien Angin berdasarkan SKBI 1.3.53.1987 ...8
Gambar 2-2 Respon Gempa Percepatan 0,2 detik (Ss) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 tahun ... 11 Gambar 2-3 Respon Gempa Percepatan 1.0 detik (S1) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 tahun ... 12 Gambar 3-1 Material Beton Struktur ...18
Gambar 3-2 Material Baja...19
Gambar 3-3 SL1 20/40 Gambar 3-4 SL2 20/30 ...19
Gambar 3-5 PD1 35/35 Gambar 3-6 WF 150.75.5.7 ...20
Gambar 3-7 WF 200.100.5,5.8 Gambar 3-8 WF 200.100.5,5.8 ... 20 Gambar 3-9 WF 300.150.6,5.9 ... 20 Gambar 3-10 H 200.200.8.12 Gambar 3-11 H 250.250.9.14 ... 21 Gambar 3-12 Model 3D Struktur ... 22 Gambar 3-13 Denah Lantai 1 & Sloof (Tie Beam) ...22
Gambar 3-14 Denah Lantai 2 (Beam) ...23
Gambar 3-15 Denah Lantai 3 (Beam) ...23 Gambar 3-16 Denah Ring Balok ...
23
Gambar 3-17 Aplikasi Beban Hidup ...
24
Gambar 3-18 Aplikasi Beban SDL... 24 Gambar 3-19 Aplikasi Beban SDL Wall ...25 Gambar 3-20 Aplikasi Beban SDL Roof (Genteng Penutup Atap) ...25
Gambar 3-21 Aplikasi Beban Hujan ... 26
Gambar 3-22 Input Data Massa Struktur ...27
Gambar 3-23 Input Diafragma pada masing-masing lantai ...27
Gambar 3-24 Koordinat pusat massa pada masing-masing diafragma lantai ...27
Gambar 3-25 Gaya Gempa ASCE 7-10 X-Dir ...30
Gambar 3-26 Gaya Gempa ASCE 7-10 Y-Dir ...31
Gambar 3-27 Mode 1 (Translasi arah X) dengan T = 1,466 sec ...32
Gambar 3-28 Mode 2 (Translasi arah Y) dengan T = 1,072 sec ...32
Gambar 3-29 Mode 3 (Rotasi) dengan T = 0,907 sec ... 32
Gambar 3-30 Input Parameter (T) untuk pembebanan gempa Statik Ekivalen ...34
Gambar 3-31 Axial Force Diagram (Envelove) ...35
Gambar 3-32 Shear 2-2 Diagram (Comb 3)...35
Gambar 3-33 Shear 3-3 Diagram (Comb 3)...36
Gambar 3-34 Torsion Diagram (Comb 3)...36
Gambar 3-35 Momen 2-2 Diagram (Comb 3) ...36
Gambar 3-36 Momen Diagram 3-3 (Comb 3) ...37
Gambar 4-1 Parameter Desain Struktur Baja Non-Komposit ...38
Gambar 4-2 kombinasi Beban Desain ...39
Gambar 4-3 Stress Ratio Struktur Baja ...39
Gambar 4-4 Stress Ratio Detail Elemen Balok ...40
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Kontrol Lendutan pada Elemen Beton Bertulang ...4
Tabel 1-2 Lebar Retak Ijin pada Elemen Beton Bertulang (ACI Committee) ... 5 Tabel 1-3 Tebal Minimum Beton Bertulang Biasa ...5
Tabel 1-4 Karakteristik Baja Tulangan ...6
Tabel 1-5 Sifat Mekanis baja Profil... 6 Tabel 2-1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa ...9
Tabel 2-2 Faktor Keutamaan Gempa ...10
Tabel 2-3 Klasifikasi Situs...11
Tabel 2-4 Koefisien situs Fa ...13
Tabel 2-5 Koefisien situs Fv ...13
Tabel 2-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012 ...14
Tabel 2-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012... 15
Tabel 2-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726- 2012 ...15
Tabel 2-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012 ...16
Tabel 3-1 Kategori desain seismic ... 28 Tabel 3-2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie) ...28
Tabel 3-3 Klasifikasi Situs SNI 1726-2012. ...28
Tabel 3-4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
...28
Tabel 3-5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
...29
Tabel 3-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
...29
Tabel 3-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012... 29
Tabel 3-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012 ...29
Tabel 3-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012 ...29
Tabel 3-10 Waktu Getar Alami Fundamental (T) hasil Software ...33
Tabel 3-11 Kontrol nilai T...33
Laporan Perecanaan Struktur Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali vii
1. PENDAHULUAN
1.1 DATA UMUM GEDUNG
Gedung SMK
Triatma Jaya Jembrana Bali
ini direcanakan dengan bentuk persegi panjang. Berikut gambar umum denah gedung:Gambar 1-1 Denah Lantai 1
Laporan Perecanaan Struktur Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali 1
Gambar 1-2 Denah Lantai 2
Laporan Perecanaan Struktur Gedung SMK Triatma Jaya Jembrana Bali 2
1.2 PERATURAN DAN STANDARD
Berikut adalah peraturan dan standar desain yang digunakan sebagai acuan/referensi dalam perencanaan desain :
1. ACI Committee 318, "Building Code Reinforcements for Structural Concrete (ACI318-08) and commentary (ACI318R-08)," American Concrete Institute, Michigan, USA.
2. AISC Committee, "Specification for Structural Steel Building: Load Resistant Factor Design with commentary (AISC-LRFD-2010)," American Institute of Steel Construction, Chicago, USA.
3. AISC Committee, "Seismic Provisions For Structural Steel Buildings: American Institute of Steel Construction, Chicago, USA.
4. "Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013),"
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung, Indonesia.
5. “
Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
” (SNI 1729-2015),"6. Panitia Bangunan dan Konstruksi, "
Peraturan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012)”
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung, Indonesia.
7. Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia-HAKI, "Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (
8. SKBI - 1.3.53.1987)," Departemen Pekerjaan Umum, Indonesia
9. UBC Committee, "Uniform Building Code 1997 Volume 2 Structural Engineering Design Provisions (UBC97)," International Conference of Building Officials, California, USA.
10. ASCE Committee, "Minimum Design Loads for Buildings and other Structures (ASCE 7-05)," American Society of Civil Engineers, Virginia, USA.
11. Fisher, James A., and Kloiber, Lawrence A., (2006), "AISC Steel Design Guide vol. 1 - 24," American Institute of Steel Construction, Inc., Chicago, USA;
12. MacGregor, James G., (2005), "Reinforcement Concrete Mechanics and Design Fourth Edition," Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.
13. Salmon, Charles G., Johnson, John E., and Malhas, Faris A., (2009),
"Steel Structures Design and Behavior Fifth Edition," Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.
14. Das, Braja M., (1999), "Principles of Foundation Engineering Fourth Edition," Brooks/Cole Publishing Company, USA.
15. Das, Braja M., (2002), "Principles of Geotechnical Engineering Fifth Edition," Brooks/Cole Publishing Company, USA.
16. United States Steel Corporation, (1984), "USS Steel Sheet Piling Design Manual," U.S. Department of Transportation, USA.
17. Peraturan-peraturan ekivalen lainnya.
1.3 MATERIAL
Material yang digunakan dalam perencanaan ditetapkan sebagai berikut.
1.3.1 Beton
Beton dalam hal ini merupakan beton bertulang biasa.
1. Karakteristik Material Beton
Spesifikasi kuat tekan dengan benda uji silinder untuk beton 28 hari Mutu Beton : f’c 24.9 Mpa K300
Modulus Elastisitas : 4700 √Fc’ = 23.500 Mpa
2. Kontrol Lendutan
Kontrol lendutan pada elemen beton bertulang dibatasi dengan mengacu kepada SNI -2847-2013, dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 1-1 Kontrol Lendutan pada Elemen Beton Bertulang
Tipe Komponen Struktur Lendutan yang
diperhitungkan
Batas Lendut
an Atap datar tidak menahan atau berhubungan
dengan komponen non struktural yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan akibat beban
hidup (L) l /180
Lantai tidak menahan atau berhubungan dengan komponen non struktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan akibat beban
hidup (L) l /360
Konstruksi atap atau lantai yang menahan atau berhubungan dengan komponen nonstruktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
Bagian dari lendutan total yang terjadi setelah pemasangan komponen non-struktural (jumlah dari lendutan jangka panjang akibat semua beban yang bekerja dan lendutan seketika yang terjadi akibat penambahan sebarang beban hidup)
l /480
Kontruksi atap atau lantai yang menahan atau berhubungan dengan komponen non struktural yang mungkin rusak akibat lendutan yang besar
l /240
3. Kontrol Retak
Kontrol terhadap retak pada struktur beton bertulang dilakukan dengan membatasi terhadap lebar retak. Lebar retak dibatasi dengan mengacu kepada ACI committee yakni sebagai berikut.
Tabel 1-2 Lebar Retak Ijin pada Elemen Beton Bertulang (ACI Committee)
Exposure Condition Maximum Allowable
Crack Width in (mm)
Dry air or protective membrane 0.016 (0.41)
Humidity, moist air, soil 0.012 (0.30)
Deicing chemicals 0.007 (0.18)
Seawater and seawater spray, wetting and drying 0.006 (0.15)
Water-retaining structures 0.004 (0.10)
Dari tabel di atas, lebar crack yang terjadi pada elemen struktur hanya pada daerah momen positif dengan batasan 0.15 mm.
4. Selimut Beton
Selimut beton pada pekerjaan ini ditetapkan sebagai berikut.
Tabel 1-3 Tebal Minimum Beton Bertulang Biasa
Tebal Selimut Minimum (mm) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah 75
Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca : Batang D 19 hingga D57
Batang D 16, kawat M-16 ulir atau polos dan yang lebih kecil
50 40
Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau berhubungan dengan tanah :
Slab, dinding, balok usuk : Batang tulangan D 44 dan D 57 Batang D 36 dan yang lebih kecil Balok, kolom :
Tulangan utama, pengikat, sengkang, spiral Komponen struktur cangkang, pelat lipat : Batang D 19 dan yang lebih besar
Batang D 16, M-16 ulir atau polos, dan yang lebih kecil
40 20 40 20 13
Selimut beton ini penting untuk dipenuhi mengingat kebutuhan penulangan sangat dipengaruhi oleh jarak antara titik pusat tulangan utama terhadap sisi depan. Selimut ini juga diperhitungkan sebagai perlindungan terhadap korosi akibat air laut.
1.3.2 Baja Tulangan
Baja tulangan pada pekerjaan ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
Tabel 1-4 Karakteristik Baja Tulangan
Tulangan polos (BJTP) fy = 240 MPa
Es = 200000 MPa Tulangan deformed (BJTD) fy = 400 MPa
Es = 200000 MPa
Tendon D 12.5 mm fy = 1840 MPa
Es = 196000 MPa
1.3.3 Baja Profil
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa Modulus geser : G = 80.000 MPa Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6 /Cº
Tabel 1-5 Sifat Mekanis baja Profil
2.PERENCANAAN BEBAN
2.1 GENERAL
Analisis struktur dilakukan untuk memperoleh gaya-gaya dalam elemen struktur dengan memperhitungkan beban-beban sebagai berikut.
2.2 BEBAN MATI
Beban mati adalah berat sendiri dari struktur. Berat jenis bahan yang digunakan dalam model komputer (Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987) adalah sebagai berikut:
Berat jenis Beton : 2.4 ton/m3; Berat Jenis Baja : 7.85 ton/m3;
Dalam model komputer, beban ini untuk diaplikasikan sebagai Beban Mati (Self
Weight).
2.3 BEBAN HIDUP
Beban hidup adalah semua beban bergerak termasuk orang, peralatan, perlengkapan lain, partisi yang bergerak, bagian dari peralatan yang dibongkar dan material-material yang sifatnya disimpan sementara. Beban hidup dapat berupa beban hidup merata ataupun beban terpusat.
Beban hidup tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.3.1 Beban Hidup Pada Atap
Model atap akan menggunakan 100 kg / titik untuk beban atap hidup berdasarkan (Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.) Beban hidup pada dak beton ditetapkan sebagai beban orang diatasnya. Beban hidup untuk fungsi ini dalam desain adalah 100 kg/m2 (Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.).
2.4 BEBAN LINGKUNGAN
Kecepatan dasar untuk beban angin diambil 33 m/s. Perhitungan beban angin pada struktur sesuai dengan Indonesia Kode SKBI 1.3.53.1987.
Gambar 2-1 Koefisien Angin berdasarkan SKBI 1.3.53.1987
Menurut SKBI 1.3.53.1987 Hal 19, desain untuk beban angin adalah sebagai berikut:
V
2P (kg / m
2) 16
Dimana :
V = Kecepatan angin ( m/s ) P = 78 kg/m2 dari basic desain
Cq = Koefisien tekanan angin untuk struktur P = 78 kg/m2
V = 35.33 m/sec
= 127.18 km/hr.
2.5 BEBAN GEMPA
Pembebanan gempa sesuai dengan SNI 1726-2012, “
Peraturan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
”.2.5.1 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung ditentukan berdasarkan Tabel 2-1, dan faktor keutamaan gempa ditentukan berdasarkan Tabel 2-2 Pada perancangan ini bangunan yang dirancang adalah bangunan
Gedu n g s e k o l a h d a n f a s i l i t a s pe n di di k a n
sehingga termasuk kategori risiko IV
(Tabel 1 SNI 1726-2012) dan untuk kategori risiko tersebut maka nilai faktor keutamaan gempa ialah 1,5.
Tabel 2-1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Jenis pemanfaatan Kategori
risiko Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan - Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
I
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor - Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun - Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri - Fasilitas manufaktur - Pabrik
II
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan - Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak - Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
III
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi padasaat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Tabel 2-2 Faktor Keutamaan Gempa
Kategori keutamaan
gempa Faktor keutamaan gempa, I
eI atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50
2.5.2 Klasifikasi Situs
Klasifikasi situs ditentukan berdasarkan jenis/kondisi tanah pada daerah
dimana bangunan ini dibangun. Berdasarkan jenis/kondisi tanah tersebut, maka
kondisi tanah dimana bangunan dibangun termasuk kelas situs SD (Tanah
Sedang).
Tabel 2-3 Klasifikasi Situs
Kelas situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai
1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat padat dan batuan lunak)
350 sampai 750 >50 τ 100
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 > 50
2.5.3 Klasifikasi Situs
Sumber : SNI 1726-2012
Gambar 2-2 Respon Gempa Percepatan 0,2 detik (Ss) untuk Probabilitas Terlampaui 2%
dalam 50 tahun
Sumber : SNI 1726-2012
Gambar 2-3 Respon Gempa Percepatan 1.0 detik (S1) untuk Probabilitas Terlampaui 2% dalam 50 tahun
Parameter percepatan batuan dasar
Parameter
��(percepatan batuan dasar pada periode pendek) dan
�1(percepatan batuan dasar pada periode 1 detik) harus diterapkan masing-
masing dari respons spectra percepatan 0,2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik yang terdapat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 dengan kemungkinan 2 % terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
2.5.4 Pemilihan Sistem Penahan Gaya Gempa
Sistem penahan gaya gempa ditentukan dari Tabel-9 SNI 1726-2012, parameter yang digunakan dalam desain yaitu:
- Koefisien Modifikasi Respons (R) : 5
- Faktor Kuat Lebih Sistem (Ω) : 3
- Faktor Pembesaran Defleksi (C
u) : 5.5
2.5.5 Koefisien Situs
Untuk penentuan respons spectra percepatan gempa dipermukaan tanah diperlukan suatu faktor amplifikasi seismic pada periode 0,2 detik dan periode 1 detik. Berdasarkan SNI 1726-2012, faktor amplifikasi meliputi terkait percepatan pada getaran periode pendek (F
a) dan faktor terkait percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (F
v). koefisien situs
Fadan
Fvditentukan berdasarkan Tabel 2-4 dan Tabel 2-5.
Tabel 2-4 Koefisien situs Fa
Kelas situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCE) terpetakan pada perioda pendek T = 0.2 detik, Ss
Ss < 0.25 Ss = 0.50 Ss = 0.75 Ss = 1.00 Ss >
1.25 SA
SB SC SD SE
0.8 1.0 1.2 1.6 2.5
0.8 1.0 1.2 1.4 1.7
0.8 1.0 1.1 1.2 1.2
0.8 1.0 1.0 1.1 0.9
0.8 1.0 1.0 1.0 0.9
SF SSb
Tabel 2-5 Koefisien situs Fv
Kelas situs
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCE) terpetakan pada perioda pendek T = 1.0 detik, S1
S1 < 0.10 S1 = 0.2 S1 = 03 S1 = 0.4 S1 > 0.5 SA
SB SC SD SE
0.8 1.0 1.7 2.4 3.5
0.8 1.0 1.6 2.0 3.2
0.8 1.0 1.5 1.8 2.5
0.8 1.0 1.4 1.6 2.4
0.8 1.0 1.3 1.5 2.4
SF SSb
Ket:
a. Nilai-nilai Fa maupun Fv yang tidak terdapat pada tebel dapat dilakukan proses interpolasi linear
b. Ss merupakan situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respon situs spesifik
2.5.6 Parameter Percepatan Spektra Desain
Parameter percepatan spektra desain untuk periode pendek (S
DS) dan periode 1 detik (S
D1), kemudian parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (S
MS) dan periode 1 detik (S
M1) disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs harus ditentukan dengan persamaan berikut:
��� = �� . ��
��� = 2 3 ���
���1 = �� . �1
��1 = 2
���1 3
2.5.7 Kategori Desain Seismik
Kategori desain seismik berdasarkan parameter percepatan respons pada periode 1 detik (S
D1) dan parameter percepatan respons spektra pada periode pendek (S
DS) berdasarkan SNI 1726-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7.
Tabel 2-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai S
DSKategori risiko I atau II atau III IV
SDS< 0,167
0,167 ≤ S
DS< 0,133 0,133 ≤ S
DS< 0,50
0,50 ≤ S
DSA B C D
A
C
D
D
Tabel 2-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai S
D1Kategori risiko I atau II atau III IV
SD1< 0,067
0,067 ≤ S
D1< 0,133 0,133 ≤ S
D1< 0,20
0,20 ≤ S
D1A B C D
A C D D
2.5.8 Distribusi Gaya Lateral Ekuivalen a) Perioda fundamental struktur (T)
Perioda fundamental struktur (T) didapat dari hasil analisis struktur dengan menggunakan bantuan program (
ETABS 2015) dimana nilai (T) dibatasi dengan persamaan berikut:
=
��������� ℎ�
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
��� � ��
(2.1)
maksimum = . minimum (2.2)
� �� �
Tabel 2-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726-2012
Tabel 2-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012
b) Menentukan Gaya Geser Dasar Seismik
Perhitungan gaya lateral desain dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
���
���������
�� ℎ������ℎ � ℎ �ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ��
arah x =
�� ℎ������ℎ � ℎ �ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ�ℎ��
arah y =
���
� � � � � � � � �
����������� ��
���
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�� 1
arah
�� �����
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�� ��
x =
arah y =
�� �����
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�� ��
��� �������
�. �
��
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
� �
�� 1
�. �
��
�
�� �𝑖�𝑖��� arah x = 0,044 ��� ��� ≥ 0,01
arah y = 0,044 ≥ 0,01
�� ����� ��� ��
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����� �
Jadi, dengan persamaan berikut didapat nilai gaya lateral ekivalen untuk masing-masing arah adalah:
Vx = Csx . Wt
Vy = Csy . Wt
Dimana:
V = Gaya Geser Dasar Nominal Statik
Cs = nilai faktor Respone Gempa yang didapat dari spektrum respon; Wt = Berat dari struktur;
c) Pengaruh Beban Gempa
Pengaruh beban gempa (E) harus ditentukan dengan persamaan berikut:
E = �ℎ + ��
Pengaruh Beban Gempa Horisontal
�ℎ = ���
= (1.3) ���
Pengaruh Beban Gempa Vertikal
�� = 0.2 ��� D
= (0.2) (0
.
8
)
Pengaruh beban gempa, nantinya akan dimasukkan pada kombinasi
�pembebanan untuk beban gempa. Yaitu:
1.2 D + 1.0 L ± 0.3 (��� + 0.2��� D) ± 1 (��� + 0.2��� D) (((((((((((((((((((((((((( ( (
1.2 D + 1.0 L ± 1 (��� + 0.2��� D) ± 0.3 (��� + 0.2��� D) ((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
(( ( (
0.9 D ± 1 (��� + 0.2��� D) ± 0.3 (��� + 0.2��� D) ((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
(( ( (
0.9 D ± 0.3 (��� + 0.2��� D) ± 1 (��� + 0.2��� D) ((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
((
(( ( (
3.ANALISIS STRUKTUR ATAS
3.1 GENERAL
Analisis struktur dilakukan dengan menggunakan bantuan program analsis struktur
ETABS 2015
3.2 MODEL KOMPUTER
Penyusunan model 3D struktur yang digunakan dalam analisis ini akan dijelaskan di bagian bawah ini. Struktur akan dianalisa secara keseluruhan pada kombinasi yang kritis, dari beban vertikal, longitudinal dan lateral. Dimensi pada model 3D akan dibangun menjadi satu komponen yang utuh, kaku dan terhubung. Data output yang dapat dihasilkan dari program ini antaralain gaya aksial maksimum dan minimum, gaya geser dan lendutan untuk masing-masing unsur yang akan didesain dan diperiksa.
3.3 DAFTAR MATERIAL
Daftar material yang digunakan dalam model, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3-1 Material Beton Struktur
Gambar 3-2 Material Baja
3.4 FRAME SECTION
Daftar properti yang digunakan dalam model, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3-3 SL1 20/40 Gambar 3-4 SL2 20/30
Gambar 3-5 PD1 35/35 Gambar 3-6 WF 150.75.5.7
Gambar 3-7 WF 200.100.5,5.8 Gambar 3-8 WF 200.100.5,5.8
Gambar 3-9 WF 300.150.6,5.9
Gambar 3-10 H 200.200.8.12 Gambar 3-11 H 250.250.9.14
3.5 PEMODELAN STRUKTUR 3.5.1 Struktur Utama
Pemodelan struktur 3-D dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3-12 Model 3D Struktur
3.5.2 Denah Struktur
Denah pemodelan struktur pada masing-masing lantai dapat dilihat ada gambar di bawah ini:
Gambar 3-13 Denah Lantai 1 & Sloof (Tie Beam)
Gambar 3-14 Denah Lantai 2 (Beam)
Gambar 3-15 Denah Lantai 3 (Beam)
Gambar 3-16 Denah Ring Balok
3.6 APLIKASI BEBAN GRAVITASI STRUKTUR ATAS 3.6.1 Beban Hidup (Live Load)
Gambar 3-17 Aplikasi Beban Hidup
3.6.2 Beban SDL (Super Dead Load)
Gambar 3-18 Aplikasi Beban SDL
3.6.3 Beban SDL (Frame)
Gambar 3-19 Aplikasi Beban SDL Wall
3.6.4 Beban Pada Rangka Atap
Gambar 3-20 Aplikasi Beban SDL Roof (Genteng Penutup Atap)
Gambar 3-21 Aplikasi Beban Hujan
3.7 BEBAN GEMPA (EARTHQUAQE)
Beban gempa dihitung berdasarkan "Peraturan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726-2012)” dengan metode yaitu cara static ekivalen. Dari hasil analisis tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya/momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Dalam analisis struktur terhadap gempa, massa bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Dalam analisis modal (Modal Analysis) untuk penentuan waktu getar alami/fundamental struktur massa tambahan yang diinput pada Program meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 seperti pada gambar di bawah. Dalam hal ini massa akibat berat sendiri elemen struktur (Kolom, balok, dan Pelat lantai) sudah dihitung secara otomatis karena faktor pengali berat sendiri (Self Weight Multiplier) pada static load case untuk DEAD adalah 1.
Gambar 3-22 Input Data Massa Struktur
Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, pelat lantai dapat dianggap sebagai diafragma yang kaku pada bidangnya, sehingga masing-masing lantai tingkat didefinisikan sebagai diafragma kaku seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3-23 Input Diafragma pada masing-masing lantai
Pusat massa lantai tingkat yang merupakan titik tangkap beban gampa static ekivalen pada masing-masing lantai diafragma, koordinatnya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah.
Story Diaphragm Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y XCCM YCCM XCR YCR
kg kg m m kg kg m m m m
Lantai 1 D1 322918.35 322918.35 19.892 7.0479 322918.35 322918.35 19.892 7.0479 18.0193 9.0892
Lantai 2 D2 0 0 19.905 7.058 0 0 0 0
Ring Balok D3 13622 13622 18.4375 7.8073 13622 13622 18.4375 7.8073 17.2016 9.4805
Ring Balok D4 0 0 19.5498 7.144 0 0 0 0
Gambar 3-24 Koordinat pusat massa pada masing-masing diafragma lantai
3.7.1 Metode Statik Ekivalen
Tabel di bawah ini adalah Parameter-parameter input untuk analisis terhadap gaya gempa menurut SNI 1726-2012.
Tabel 3-1 Kategori desain seismic Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
Tabel 3-2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Kategori keutamaan gempa Faktor keutamaan gempa, I
eIV 1,5
Tabel 3-3 Klasifikasi Situs SNI 1726-2012.
Kelas situs Vs (m/detik) N atau Nch Su (kPa) SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
Tabel 3-4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Det Det Percepatan batuan dasar pada periode
pendek Ss 0.683
Percepatan batuan dasar pada periode 1
detik S1 0.288
Tabel 3-5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Det Det Det
Det
Tabel 3-6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode pendek berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai S
DSKategori risiko I atau II atau III IV
SDS< 0,167
0,167 ≤ S
DS< 0,133 0,133 ≤ S
DS< 0,50
A B C
A C D
0,50 ≤ S
DSD D
Tabel 3-7 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada periode 1 detik berdasarkan SNI 1726-2012
Nilai S
D1Kategori risiko I atau II atau III IV
SD1< 0,067
0,067 ≤ S
D1< 0,133 0,133 ≤ S
D1< 0,20
A B C
A C D
0,20 ≤ S
D1D D
Tabel 3-8 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI 1726- 2012
Tabel 3-9 Nilai parameter metode pendekatan Ct dan x berdasarkan SNI 1726-2012 faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda
pen
Fa 1.254
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 d
Fv 1.800
Parameter percepatan spektra desain untuk 2 / 3 * Sms Sds 0.571 Parameter percepatan spektra desain untuk 3 / 3 * Sm1 Sd1 0.346
Input Beban gempa otomatis dengan memilih Auto lateral load pattern ASCE 7-10, yang selanjutnya akan dikontrol dengan hitungan empiris. Input beban
gempa otomatis seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3-25 Gaya Gempa ASCE 7-10 X-Dir
Gambar 3-26 Gaya Gempa ASCE 7-10 Y-Dir
Dalam analisis gempa static ekivalen harus dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gaya arah X dan 30 % gempa arah Y, dan sebaliknya.
3.8 KONTROL ANALISIS 3.8.1 General
Kontrol analisis dilakukan untuk memeriksa hasil input beban, analisis dan output hasil program, agar sesuai dengan peraturan (Code) yang di tetapkan.
Kontrol analisis terdiri dari :
Nilai Waktu Getar Alami Fundamental (T);
Gaya-gaya dalam;
3.8.2 Cek Waktu Getar Struktur
Waktu getar alami dapat diperoleh dari hasil modal analysis dengan program ETABS 2015 untuk mode 1 (Gambar 3-45), mode 2 (Gambar 3-46) dan mode 3 (Gambar 3-47). yang berprilaku elasto plastis.
Gambar 3-27 Mode 1 (Translasi arah X) dengan T = 1,466 sec
Gambar 3-28 Mode 2 (Translasi arah Y) dengan T = 1,072 sec
Gambar 3-29 Mode 3 (Rotasi) dengan T = 0,907 sec
Waktu getar alami fundamental (T) hasil analisis program harus berada di antara nilai TaMin dan TaMax hasil hitungan. Apabila Waktu getar alami fundamental (T) hasil analisis program lebih besar dari TaMax, maka untuk perhitungan koefisien gempa digunakan nilai TaMax hasil hitungan, Namun bila nilai waktu getar hasil analisis program berada di antara rentan nilai TaMin dan TaMax maka untuk perhitungan koefisien gempa, harus menggunakan nilai (T) hasil analisis program. Tabel dibawah adalah nilai waktu getar struktur (T) hasil analisis program ETABS 2015, maka dari itu dapat disimpulkan dari table di bawah, bahwa nilai waktu getar (T) hasil analisis program lebih besar dari nilai TaMax.
Untuk perhitungan nilai koefisien gempa digunakan nilai TaMax hasil hitungan.
Tabel 3-10 Waktu Getar Alami Fundamental (T) hasil Software
Case Mode Period
sec
Modal 1 1.466
Modal 2 1.072
Modal 3 0.907
Modal 4 0.617
Modal 5 0.46
Modal 6 0.374
Modal 7 0.37
Modal 8 0.317
Modal 9 0.306
Modal 10 0.236
Modal 11 0.053
Modal 12 0.036
Tabel dibawah ini menunjukan nilai TaMin dan TaMax periode struktur hasil hitungan:
Tabel 3-11 Kontrol nilai T
> Waktu Getar Alami Fundamental Sistem Ganda Type long period acceleration
Type long period acceleration
Det Det
Det Det
Cek Waktu Getar X Use 0.640 Det
Cek Waktu Getar Y Use 0.640 Det
Maka, untuk parameter input beban gempa, menggunakan nilai (T) hasil hitungan.
Waktu Getar Alami Minimum (X)
X Ct * hn^x T a M i ni mum (X) 0.457
Waktu Getar Alami Maksimum (X Cu * Ta Maksimum T a M a k si mum (X) 0.640 Waktu Getar Alami Minimum (Y)
Y Ct * hn^x T a M i ni mum (Y) 0.457
Waktu Getar Alami Maksimum (Y Cu * Ta Maksimum T a M a k si mum (Y) 0.640
Gambar 3-30 Input Parameter (T) untuk pembebanan gempa Statik Ekivalen
3.8.3 Kombinasi Pembebanan
Semua komponen struktur dirancang memiliki kekuatan minimal sebesar kekuatan yang dihitung berdasarkan kombinasi beban sebagai berikut :
Combo 1 Combo 2 Combo 3 A Combo 3 B
1.4 DL 1.2 DL 1.348 DL 1.052 DL
+ + +
1.6 LL 0.5 LL 0.5 LL
+ -
0.39 Ex -0.39 Ex
+ -
1.3 Ey -1.3 Ey
Combo 3 C 1.120 DL + 0.5 LL + 0.39 Ex - -1.3 Ey
Combo 3 D 1.280 DL + 0.5 LL - -0.39 Ex + 1.3 Ey
Combo 4 A 1.348 DL + 0.5 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
Combo 4 B 1.052 DL + 0.5 LL - -1.3 Ex - -0.39 Ey
Combo 4 C 1.280 DL + 0.5 LL + 1.3 Ex - -0.39 Ey
Combo 4 D 1.120 DL + 0.5 LL - -1.3 Ex + 0.39 Ey
Combo 5 A 0.752 DL + 0 LL + 0.39 Ex + 1.3 Ey
Combo 5 B 1.048 DL + 0 LL - -0.39 Ex - -1.3 Ey
Combo 5 C 0.980 DL + 0 LL + 0.39 Ex + -1.3 Ey
Combo 5 D 0.820 DL + 0 LL - -0.39 Ex - 1.3 Ey
Combo 6 A 0.752 DL + 0 LL + 1.3 Ex + 0.39 Ey
Combo 6 B 1.048 DL + 0 LL - -1.3 Ex - -0.39 Ey
Combo 6 C 0.820 DL + 0 LL + 1.3 Ex - -0.39 Ey
Combo 6 D 0.980 DL + 0 LL - -1.3 Ex + 0.39 Ey
Kombinasi Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien
3.8.4 Gaya - Gaya Dalam
Rangkuman gaya dalam hasil analisis struktur pada kondisi pembebanan yang direncanakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3-31 Axial Force Diagram (Envelove)
Gambar 3-32 Shear 2-2 Diagram (Comb 3)
Gambar 3-33 Shear 3-3 Diagram (Comb 3)
Gambar 3-34 Torsion Diagram (Comb 3)
Gambar 3-35 Momen 2-2 Diagram (Comb 3)
Gambar 3-36 Momen Diagram 3-3 (Comb 3)
4. PERANCANGAN STRUKTUR ATAS
4.1 DESAIN STRUKTUR BAJA
4.1.1 Input Parameter Desain Struktur Baja Pada Program
Perencanaan struktur baja mengacu pada Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729-2015) yang mengadopsi code standar Amerika yaitu AISC 360-10 dan AISC 341-10. Gambar di bawah menunjukan parameter desain struktur baja yang telah di sesuaikan dengan kondisi struktur yang akan di rancang.
Gambar 4-1 Parameter Desain Struktur Baja Non-Komposit
4.1.2 Input Kombinasi Beban Untuk Perancangan
Kombinasi beban untuk perancangan adalah kombinasi beban terfaktor (ultimate), seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4-2 kombinasi Beban Desain
4.1.3 Cek Rasio Tegangan (Stress Ratio)
Perancangan struktur baja menggunakan metode LRFD, desain stress ratio hasil program ETABS 2015, seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4-3 Stress Ratio Struktur Baja
Gambar di atas menunjukan skema warna yang variatif dari warna cyan sampai warna kuning, hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak adanya stress ratio yang melebihi angka 1 yang ditandai dengan warna merah. Oleh karena itu struktur aman terhadap beban kombinasi yang direncanakan.
4.1.4 Cek Detail Pada Elemen Balok
Gambar 4-4 Stress Ratio Detail Elemen Balok
Dari gambar di atas tidak ditemukannya pesan (Warning) yang menunjukan adanya indikasi kegagalan struktur yang mungkin akan terjadi seperti tekuk local (Local Backling) ataupun over stress, struktur balok masih dalam kondisi aman.
5.PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH
5.1 GENERAL
Hasil analisis struktur terdiri dari:
Reaksi perletakan untuk desain pondasi, jumlah tiang dan penulangan;
5.2 DESAIN PONDASI
Desain pondasi dilakukan dengan cara manual dengan menghitung terlebih dahulu daya dukung ijin 1 tiang (hasil penyelidikan tanah yang dilakukan oleh CV.
GEOTECH, dengan menggunakan data-data hasil penyelidikan tanah dengan Cone Penetration Test (CPT), selanjutnya ditinjau reaksi perletakan dari hasil analisis dibagi jumlah daya dukung per 1 tiang. Pondasi yang digunakan sebagai struktur utama yaitu jenis pondasi dalam tiang pancang mini pile. Dari hasil penyelidikan tanah didapatkan kedalaman tanah keras berada pada kedalaman + 9.60 m. Berikut hasil desain pondasi tiang pancang.
5.2.1 Desain Pondasi Tiang Pancang
Reaksi perletakan untuk desain pondasi, jumlah tiang dan penulangan, berikut data daya dukung yang diijinkan sesuai hasil penyelidikan tanah yang direkomendasikan oleh konsultan geoteknik;
Project :
Perhitungan kapasitas daya dukung Pondasi Tiang dengan metode Meyerhoff pada data sondir (CPT) Layanan Pendidikan Program Studi Kebidanan
Karawang Politeknik Kesehatan Bandung
Client : Made by : Cheked by : Approved by
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG Puji K Deni R
Location: Job No : Date : Revision
Karawang 7/22/2016 0
1 Perlawanan Penetrasi Konus (PPK) qc = 150 kg/cm2 2 Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) JHP = 500 kg/cm
3 Dimensi Tiang Pancang B = 25 cm
H = 25 cm
4 Luas Tiang pancang Ap = 625.0 cm2
5 Keliling Tiang Pancang K = 100 cm
6 Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Tunggal (Qult)
Qult = ( qc * Ap ) + ( JHP * K ) = 143.75 Ton
7 Kapasitas Daya Dukung Ijin Pondasi (Qijin)
Uplift (Ton) Qijin = (qc * Ap) + (JHP * K) = 41.25 Ton 16.7
3 5
8 Tabel perhitungan daya dukung ultimate dan ijin pondasi tiang berdasarkan data sondir
Kedalaman (m) qc JHP
Dimensi Tiang Pancang (cm)
25 45 60
Daya Duk ung Ijin (Qall) & Uplift
9.6 150.0 500 41.3 16.7 119.3 30.0 204.0 18.0
TABLE: Joint Reactions
Joint Com b
Reaks i Kolo
m
Gaya
Uplift D I jin 1 Tiang
Juml a h Tian
g
Tahan an Ujung
Total
Tahan an Uplif t
Dipakai Ket.
Tex
t Text to
n Ton (Ton) to
n to
n Q Up
1 Max 48.5 17.40 25 41.3 2 82.
5 33.
3 1 D 25
cm OK OK
2 Max 20.0 9.0 25 41.3 1 41.
3 16.
7 1 D 25
cm OK OK
(CV. RAJAYA REKAYASA).. Laporan Perecanaan Struktur Gedung Layanan Prodi Kebidanan….. 42 POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
6.PENUTUP
Demikian laporan hasil analisis dan desain struktur bangunan Gedung
Layanan Pendidikan Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Bandung
, kami buat dan sampaikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.Bandung, 2016 CV. RAJAYA REKAYASA
(CV. RAJAYA REKAYASA).. Laporan Perecanaan Struktur Gedung Layanan Prodi Kebidanan….. 43 POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG