1
PERENCANAAN GEDUNG TOSERBA
DENGAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA
BRESING KONSENTRIK TIPE – V TERBALIK
JURNAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat akademik Menempuh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu
Oleh :
GUSTI HENDRAWAN
NIM : 077011027
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2013
2 ABSTRAK
PERENCANAAN GEDUNG TOSERBA DENGAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK TIPE – V TERBALIK
Gusti Hendrawan (077011027)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 2013
Kebutuhan akan struktur bangunan tahan gempa semakin meningkat seiring dengan perkembangan kebutuhan fasilitas berupa gedung-gedung tinggi. Bangunan gedung tinggi sangat rawan terhadap keruntuhan akibat beban lateral, terutama gempa. Maka dibutuhkan perencanaan khusus dalam mengantisipasi keruntuhan yang mungkin terjadi. Salah satunya dengan menggunakan struktur baja yang diberikan pengaku lateral berupa tahanan bresing pada bagian tertentu sehingga terjadi peningkatan kekakuan struktur dalam menyerap beban gempa.
Tugas akhir ini merencanakan pembangunan perluasan gedung toserba dengan penambahan bresing konsentrik Tipe – V terbalik sebagai elemen struktur penahan beban lateral. Model struktur berupa bangunan toserba 4 lantai yang dibebani oleh beban-beban vertikal dan beban lateral dengan metode analisis statik ekivalen dan di analisis menggunakan program ETABS yang selanjutnya dilakukan optimasi kekuatan elemen struktur melalui perencanaan secara manual.
Dari hasil analisis diketahui bahwa bresing mampu secara efektif menyerap distribusi beban gempa yang diterima struktur, terlihat pada simpangan antar lantai yang terjadi yang masih jauh dari batas yang disayaratkan.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan masyarakat perkotaan yang dinamis perlu diimbangi dengan sarana dan prasarana yang mendukung, salah satunya adalah membuat bangunan – bangunan yang difungsikan sebagai sarana bisnis, hunian, hiburan, dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada semakin sempitnya lahan yang tersedia, sehingga pembangunan gedung bertingkat menjadi salah satu solusinya.
Suatu kontruksi bangunan merupakan gabungan dari elemen – elemen struktur seperti balok, kolom, plat, yang masing – masing elemen memikul gaya – gaya yang persentasenya mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya sebagai akibat dari bekerjanya beban – beban pada suatu struktur bangunan, baik yang diakibatkan oleh beban vertikal maupun beban lateral.
Beban lateral, dalam hal ini gempa yang mana dalam besaran tertentu getarannya dapat mempengaruhi kestabilan pada struktur gedung hingga menyebabkan kegagalan struktur, maka untuk mengantisipasi hal tersebut dalam hal ini struktur yang menggunakan material baja sebagai struktur utamanya diperlukan adanya pengekang lateral yaitu bresing.
Maka dalam tugas akhir ini, akan meninjau pembangunan perluasan gedung Toserba Yogya, berlokasi di kota Ciamis. Dengan struktur utamanya menggunakan material baja, secara fiktif akan direncanakan kembali dengan penambahan elemen bresing sebagai pengaku terhadap gaya lateral.
1.2 Permasalahan
1) Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok, kolom, dan
bresing.
2) Bagaimana merencanakan sambungan yang sesuai.
3) Bagaimana merencanakan fondasi sesuai dengan besar beban dan kondisi
tanah di lapangan.
4) Bagaimana mengaplikasikan hasil perhitungan kedalam bentuk gambar teknik.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan tugas akhir ini adalah agar dapat menghasilkan struktur gedung yang stabil, kuat, mapu layan, serta memenuhi tujuan lainnya seperti ekonomis dan aspek kemudahan pelaksanaan.
1.4 Batasan Masalah
Untuk lingkup bahasan masalah pada tugas akhir ini meliputi: 1) Perencanaan struktur atas meliputi balok, kolom, pelat dan bresing.
2) Perencanaan struktur bawah meliputi perencanaan base plate, balok sloof, fondasi, pedestal, dan pile cap.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggunaan Material Baja Sebagai Elemen Struktur Gedung
Perencanaan struktur bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil, kuat, mampu layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lain yang telah direncanakan seperti ekonomis dan kemudahan dalam pelaksanaan. Salah satu tahapan penting dalam perencanaan bangunan struktur adalah pemilihan jenis material yang akan digunakan.
Kelebihan baja sebagai material konstruksi :
1. Memiliki kekuatan yang tinggi sehingga bisa mengurangi ukuran dimensi penampang elemen struktur yang akan berdampak [ada berkurangnya berat sendiri struktur.
2. Keseragaman bahan penyusun dan keawetan yang lebih lama jika perawatan dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai ketentuan. 3. Daktilitas baja yang cukup tinggi ketika menerima tegangan tarik yang
tinggi maka baja akan mengalami regangan yang besar sebelum terjadi keruntuhan.
4. Waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi akan lebih cepat.
2.2 Komponen Struktur Lentur
Sebuah balok yang memikul beban lentur murni terfaktor Mu, harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan : Mu ≤ ϕMn
Di mana :
Mu = adalah momen lentur terfaktor
ϕ = adalah faktor reduksi = 0,9
Mn = adalah kuat nominal dari momen lentur penampang
2.3 Komponen Struktur Tekan
2.3.1 Perencanaan akibat gaya tekan
Suatu komponen struktur yang megalami gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor (Nu) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
Nu < ϕn Nn
Dimana:
ϕ n = faktor reduksi kekuatan
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur
Keruntuhan batang tekan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu ;
1. Keruntuhan yang diakibatkan tegangan lelehnya dilampui. Hal
semacam ini terjadi pada batang tekan yang pendek (stocky column). 2. Keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya tekuk. Hal semacam ini
terjadi pada batan tekan yang langsing (slender column).
5
Kelangsingan batang tekan bergantung dari jari-jari kelembaban (r) dan panjang tekuk (Lk).
Karena batang mempunyai 2 jari-jari kelembaban, umumnya akan terdapat 2 harga λ. Kelansingan batang tekan yang menentukan adalah harga λ yang terbesar atau dengan jari-jari kelembaban (r) yang terkecil.
2.4 Batas-Batas Lendutan
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
2.5 Komponen Struktur Komposit
Penggunaan balok baja untuk menopang suatu pelat beton sudah ditemukan sejak lama, namun pada saat itu pelat beton dan balok baja tidak dihubungkan dengan suatu penghubung geser sehingga yang dihasilkan adalah penampang non komposit, namun seiring dengan berkembangnya metode pengelasan menjadi lebih baik dan ditemukan penghubung geser untuk menahan gaya geser horisontal maka kemampuan lekatan antara balok baja dan pelat beton dapat ditingkatkan menjadi satu kesatuan komponen struktur yang disebut komponen struktur komposit.
2.6 Penghubung Geser
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dengan profil baja harus dipikul oleh sejumlah penghubung geser sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur
dalam SNI-03-1729-2002 pasal 12.6.2 yang menyatakan bahwa untuk aksi
komposit dimana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser total yang bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik momen positif maksimum dan momen nol yang berdekatan harus diambil nilai terkecil dari : As.fy, 0,85f’c.Ac . 2.7 Sambungan Baut
Sambungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam (momen, lintang/geser, dan/atau aksial) antar komponen-komponen struktur yang disambung, sesuai dengan perilaku struktur yang direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja untuk bekerja dengan mekanisme yang direncanakan sangat tergantung oleh keandalan sambungan.
Berdasarkan perilaku struktur yang direncanakan, sambungan dapat dibagi menjadi :
1. Sambungan kaku adalah sambungan yang memiliki kekakuan cukup untuk mempertahankan sudut-sudut di antara komponen-komponen struktur yang disambungkan. Hal ini disebabkan sambungan mampu memikul momen yang bekerja, sehingga deformasi titik kumpul tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya dalam maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur. 2. Sambungan semi-kaku adalah sambungan yang tidak memiliki kekakuan
yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut antara komponen struktur yang disambung. Akan tetapi memiliki kapasitas yang cukup untuk
6
memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut tersebut.
3. Sambungan sederhana adalah sambungan yang tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut di antara komponen struktur yang disambung. Ujung komponen struktur yang disambung dianggap tidak menahan kekangan sehingga dianggap bebas momen.
2.8 Perencanaan Fondasi Tiang Pancang
2.8.1 Kapasitas Daya Dukung Aksial Fondasi Tiang
Fondasi tiang dapat dibedakan menjadi :
- Tiang pancang yang dipancang masuk sampai mencapai lapisan tanah keras, sehingga daya dukungnya lebih dipengaruhi pada tahanan ujungnya. Tiang pancang seperti ini disebut End Bearing Pile.
- Apabila tiang pancang tidak mencapai lapisan tanah keras, maka untuk menahan beban yang diterima, mobilisasi tahanan sebagian besar ditimbulakan oleh gesekan antara tiang pancang dengan tanah (Skin Friction), yang disebut dengan Friction Pile.
2.8.2 Kapasitas Daya Dukung Fondasi Tiang Dalam Grup
Jarak antara tiang dalam grup sangat mempengaruhi perhitungan kapasitas garup tiang. Untuk bekerja sebagai grup, jarak anatar tiang (S) biasanya tunduk pada peraturan bangunan daerah masing - masing.
Pada umumnya S bervariasi antara :
- Jarak minimum S = 2d
- Jarak maksimum S = 6d
Tergantung dari fungsi tiang, misalnya : - Sebagai friction pile, minimum S = 3d - Sebagai end bearing pile, minimum S = 2,5d Tergantung dari klasifikasi tanah :
- Kalau terletak pada lapisan tanah liat keras, minimum S = 3,5d - Kalau didaerah lapis padat, minimum S = 2d
7
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bagan Alur Penyelesaian Tugas Akhir
Gambar 3.1 Langkah – Langkah Penyelesaian Tugas Akhir Mulai
Pengumpulan Data
Studi literatur
Preliminary Desain Dan Pembebanan
Perencanaan Struktur Atas
Pemodelan Dan Analisis Struktur
Selesai Kontrol Desain
Perencanaan Pondasi OK
Not OK
8 3.2 Data Umum Bangunan
Berikut data umum perencanaan perluasan gedung Toserba Yogya :
Nama gedung : Toserba Yogya
Lokasi : Kota Ciamis
Fungsi gedung : Toserba
Banyak Tingkat : 4 Lantai
Panjang gedung : 59,28 meter
Lebar gedung : 8 meter
Tinggi gedung : 15,15 meter
Struktur utama : Baja
Gambar 3.2 Tampak depan gedung
Gambar 3.3 Tampak samping gedung
9 Gambar 3.5 Denah penempatan bresing
10
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR ATAS
4.1 Pre Liminary Design
Penentuan dimensi penampang elemen pada struktur seperti kolom, balok, bresing, dan balok anak dipilih dengan cara trial and error, dimensi tersebut dipilih dengan pertimbangan kemampuannya dalam menahan beban dengan rasio tegangan yang mencukupi, dengan cara mensubstitusi elemen struktur yang menunjukan kegagalan dengan elemen yang lebih kuat. Hasil akhir dimensi penampang yang dipilih tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1a Dimensi elemen struktur kolom
Lantai Kolom Profil A (cm2) 4 WF 500 × 300 163,5 3 WF 500 × 300 163,5 2 WF 500 × 300 163,5 1 WF 500 × 300 163,5
Tabel 4.1b Dimensi elemen struktur balok
Lantai Balok Induk 1 Balok Induk 2
Profil A (cm2) Profil A (cm2)
4 WF 500 × 200 101,3 WF 400 × 200 84.12
3 WF 500 × 200 101,3 WF 400 × 200 84.12
2 WF 500 × 200 101,3 WF 400 × 200 84.12
1 WF 500 × 200 101,3 WF 400 × 200 84.12
Tabel 4.1c Dimensi elemen struktur balok
Lantai Balok Anak 1 Balok Anak 2
Profil A (cm2) WF 350 × 250 88,15
4 WF 400 × 200 84.12 WF 350 × 250 88,15
3 WF 400 × 200 84.12 WF 350 × 250 88,15
2 WF 400 × 200 84.12 WF 350 × 250 88,15
1 WF 400 × 200 84.12 WF 350 × 250 88,15
Tabel 4.1d Dimensi elemen struktur bresing
Lantai Bresing Profil A (cm2) 4 WF 200 × 200 63,53 3 WF 200 × 200 63,53 2 WF 200 × 200 63,53 1 WF 200 × 200 63,53
11 4.2 Perencanaan Pelat Lantai dan Balok Anak
4.2.1 Perencanaan Pelat Lantai
Pelat direncanakan sebagai sistem pelat komposit, dimana dalam perencanaan ini memakai bondek produk dari PT. Alsun Suksesindo dengan ketebalan 0,75 mm.
Gambar 4.1 Tabel perencanaan praktis
Gambar 4.2 Properties metal deck Pembebanan
a. Beban Hidup = 250 kg/m2
12
Panjang balok anak adalah 8 m.
Dengan beban hidup yang dipakai 300 kg/m2 Dari gambar 4.1 didapat :
Tebal pelat beton diambil = 10 cm
Luas tulangan negatif = 2,06 cm2/m
b.
Beban mati = 334,1 kg/m2
direncanakan memakai tulangan dengan Ø = 10 mm (As = 78,50 mm2 = 0,7850 cm2)
banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m = A
As = 2,06
0,7850 = 2,7 buah ≈ 4 buah
Jarak antar tulangan negatif per-meter = 1000mm/4 = 250 mm. Jadi, dipasang tulangan negatif Ø 10-250
Gambar 4.3 Potongan Pelat lantai
4.2.2 Perencanaan Balok Anak Pembebanan :
Beban Hidup = 500 kg/m2
Beban Mati = 668,2 kg/m2
Perhitungan qu, Mu max, da, Vu max
qu = 1,2.qd + 1,6 ql = 1889,84 kg/m2 Mu max = 1 8 x qu x l 2 = 15118,72 kgm Vu max = 1 2 x qu x l Tulangan ϕ10 – 250 Pelat bondek t = 0,75
13
= 7559,36 kg
Perhitungan Ix Perlu untuk memenuhi syarat lendutan
∆ = 5.𝑞.𝐿 4 384 .𝐸𝐼 = 5.𝑀.𝐿2 48.𝐸𝐼 ∆ = 5.𝑀.𝐿 2 48.𝐸𝐼 = 5×15,11872 .107×80002 48×200000 ×23700 .104 ∆ = 21,3 mm< 𝐿 360 (22,22 mm)
Perencanaan profil WF untuk balok anak
Dipakai profil WF 400.200.8.13 A = 84,12 cm2 tf = 13 mm W = 66 kg/m tw = 8 mm d = 400 mm h = 342 mm b = 200 mm Zx = 1290,458 cm3 ix = 16,8 cm Zy = 5204,79 cm3 iy = 4,54 cm r = 16 mm Ix = 23700 cm4 Iy = 1740 cm4 Mutu baja BJ 41 fu = 4100 kg/cm2 fy = 2500 kg/cm2 Kontrol kuat geser
h = d – 2.(tf + r) = 400 – 2.(13 + 16) = 342 mm h/tw = 342/8 = 42,75 kn = 5 + 5 a h 2 = 5 + 5 8000 342 2 = 5,009 1,10 𝑘𝑛 .𝐸 𝑓𝑦 = 1,10 5,009×200000 250 = 69,63 Dengan, (h/tw)≤ 1,10 𝑘𝑛 .𝐸 𝑓𝑦
maka kuat geser nominal pelat badan adalah: Vn = 0,6 fy. Aw = 0,6 × 2500 × 34,2 = 51300 kg
Vu ≤ϕ Vn
7559,36 ≤ 0,9 × 51300 = 46170 ok Kontrol Kuat Rencana Lentur
Cek kelangsingan penampang
Pelat sayap λ = 𝑏 2𝑡𝑓 = 200 2.13 = 7,69 λp = 170 𝑓𝑦 = 170 250 = 10,75
14 ke = 4 𝑡𝑤 = 4 342 8 = 0,612 0,35 < 0,612 < 0,763 … OK λr = 420 ( 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )/𝑘𝑒 = 420 ( 250 − 70 )/0,612 = 24,49 λ≤λp Penampang kompak Pelat badan λ = 𝑡𝑤 342 8 = 42,75 λp = 1680 𝑓𝑦 = 1680 250 = 106,25 λr = 2550 𝑓𝑦 = 2550 250 = 161,28 λ≤λp Penampang kompak
Karena penampang profil kompak, maka Mn = Mp
Mn = Mp = fy × Zx = 2500 × 1290,458 = 3226145 kgcm = 32261,45 kgm Tekuk lateral Lb = 8000 mm Lp = 1,76 ry 𝐸 𝑓𝑦 = 1,76 × 20,69 × (200000 250 ) = 1029,96 mm Lr = ry 𝑋1 𝑓𝐿 1 + 1 + 𝑋2 𝑓𝐿 Lr = 20,69 15168 ,84 180 1 + 1 + 1,36889. 10 −4 × 180 Lr = 2473,33 mm
Karena Lr < Lb, maka balok termasuk bentang panjang, Mn = Mcr ≤ Mp Mcr = Cb 𝜋 𝐿 𝐸 𝐼𝑦 𝐺 𝐽 + 𝜋𝐸 𝐿 2 𝐼𝑦 𝐼𝑤 < Mp Cb = 12,5 𝑀𝑚𝑎𝑥 2,5 𝑀𝑚𝑎𝑥+ 3 𝑀𝐴+ 4 𝑀𝐵+ 3 𝑀𝐶 ≤ 2,3
15 Cb = 12,5 × 15118 ,72 2,5 × 15118 ,72 + 3 ×11339 ,04 + 4 × 15118 ,72 + 3 ×11339 ,04 = Cb = 1,136 ≤ 2,3 Mcr = 1,136× 3,14 800 2. 10 6× 1740 × 8. 105× 49,1077 + 3,14×2.106 800 2 × 1740 × 648999 = 2025215,988 kgcm = 20252,15988 kgm Mcr = 20252,16 < Mp = 32261,45 Mu ≤ϕ Mn 15118,72 ≤ 0,9 × 20252,16 = 18226,95 ok
Kondisi balok induk setelah komposit Menghitung momen nominal
kontrol kriteria penampang Pelat sayap λ = 𝑏 2𝑡𝑓 = 200 2.13 = 7,69 λp = 170 𝑓𝑦 = 170 250 = 10,75 ke = 4 𝑡𝑤 = 4 342 8 = 0,612 0,35 < 0,612 < 0,763 … OK λr = 420 ( 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 )/𝑘𝑒 = 420 ( 250 − 70 )/0,612 = 24,49 λ≤λp Penampang kompak Pelat badan λ = 𝑡𝑤 342 8 = 42,75 λp = 1680 𝑓𝑦 = 1680 250 = 106,25 λr = 2550 𝑓𝑦 = 2550 250 = 161,28 λ≤λp Penampang kompak
Profil penampang kompak, dengan 𝜙𝑏 = 0,85 dan 𝑀𝑛
dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit (SNI 03-1729-2002 : 12.4.2.1).
Mencari lebar efektif untuk balok interior : bE = L 4= 800 4 = 200 cm
16 Ebeton = 4700 𝑓′𝑐 = 4700 25 = 23500 MPa Ebaja = 200000 MPa n = 𝐸𝑏𝑎𝑗𝑎 𝐸𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 200000 23500 = 8,51 ≈ 8
pelat beton ditransformasi ke penampang baja, sehingga : Lebar efektif ekivalen : 𝑏𝐸
𝑛 = 2000
8 = 250 mm = 25 cm
Menentukan lokasi sumbu netral transformasi: Luas Transformasi A (cm2) Lengan Momen y (cm) A.y (cm3) Pelat beton 225 5 1125 Profil WF 84,12 30 2523,6 Σ 309,12 3648,6 𝑦 = 𝛴𝐴.𝑦 𝛴𝐴 = 3648 ,6
309 ,12 = 11,8 cm (dari tepi atas)
Besarnya gaya tekan :
𝐶 = As.fy = 84,12 × 2500 = 210300 kg
Cc = 0,85.f’c.Ac = 0,85 × 250 × (200 × 10) = 425000 kg
Karena Cc > C, maka garis netral jatuh pada pelat beton.
Maka gaya tekan C dalam beton, karena balok diasumsikan berperilaku komposit penuh maka diambil nilai terkecil dari As.fy
dan 0,85.f’c.Ac
a = 𝐶
0,85.𝑓′𝑐.𝑏𝐸 =
210300
0,85×250 ×200 = 4,95 cm
Gaya tekan resuktan C terletak pada jarak a/2 dari serat atas beton. Gaya tarik resultan T terletak pada titik berat profil WF, lengan momen dari momen kopel C dan T adalah sebesar :
y = d/2 + t – a/2 = (400/2) + 100 – (49,5/2) = 275,25 mm kuat lentur nominal dari struktur komposit tersebut : Mn = C.y = 210300×27,525 = 5788507,5 kg.cm
Kuat lentur rencana :
ϕbMn = 0,85 × 5788507,5= 4920231,38 = 49202,3138 kg.m
Maka : Mu ≤ϕb. Mn
17
Mu = 15118,72 ≤ϕb. Mn = 49202,3138 OK
Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Perhitungan perencanaan penghubung geser
Data : Balok anak IWF 400.200.8.13 f’c = 25 MPa
t = 100 mm L = 8000 mm
Gaya geser Vh akibat aksi komposit penuh adalah :
Vh = C = 210300 kg
Diameter maksimum stud yang diizinkan : 2,5.tf = 2,5×10 = 25 mm
Digunakan stud ∅19,05 mm × 50mm.
Luas penampang melintang satu buah stud connector : Asc =
𝜋×19,052
4 = 285,03 mm
2
Modulus elastisitas beton :
Ec = 0,041.𝑤1,5 𝑓′𝑐 = 0,041.(2400)1,5 25 = 24102,98 MPa
Kuat geser satu buah stud connector : Qn = 0,5.Asc 𝑓′𝑐. 𝐸𝑐 ≤ Asc. fu
Qn = 0,5×285,03 25 × 24102,98 = 110628,23 N
= 11062,823 kg
Asc. fu = 285,03×400 = 114012 N
Qn ≤ Asc. fu
Jumlah stud yang diperlukan : N = 𝑉
𝑄𝑛 = 210300
11062 ,823 = 19,1 ≈ 20 buah
Digunakan minimum 20 stud untuk setengah bentang balok,atau 40 buah untuk keseluruhan bentang. Jika satu buah stud dipasang tiap penampang melintang, jarak antar stud adalah :
s = 8000 40/2 = 400 mm
4.3 Analisis Struktur
4.3.1 Input Beban Gempa
Analisis struktur untuk mendapatkan gaya – gaya dalam dilakukan
dengan menggunakan program ETBAS. Besaran beban gempa Fi yang
18 Tabel 4.2 Nominal beban gempa tiap lantai
Lantai (kg) Wi (kg) Hi (m) Wi.Hi Fi 4 134452.71 15,15 2036958.481 25195,468 3 150682.19 12 1808186.232 22365,747 2 150682.19 7,5 1130116.395 13978,592 1 147346.35 3 442039.062 5467,652 Σ Wi.Hi 5417300.170
Beban Fi kemudian diaplikasikan pada pusat eksentrisitas massa bangunan, yang disajikan dalam table berikut :
Tabel 4.3a Eksentrisitas rencana bangunan arah X
Lantai XCM YCM XCR YCR e b 1,5e+0,05b e-0,05b ed x y
4 29650.2 4000 30853.05 4000 0 5928 296.40 -296.40 296.40 30853.05 3703.60
3 29712.39 4000 30835.26 4000 0 5928 296.40 -296.40 296.40 30835.26 3703.60
2 29727.41 4000 30821.77 4000 0 5928 296.40 -296.40 296.40 30821.77 3703.60
1 29710.75 4000 30840.28 4000 0 5928 296.40 -296.40 296.40 30840.28 3703.60
Tabel 4.3b Eksentrisitas rencana bangunan arah Y
Lantai XCM YCM XCR YCR e b 1,5e+0,05b e-0,05b ed x y
4 29650.20 4000 30853.05 4000 1202.85 8000 2204.28 802.85 2204.28 28648.77 4000
3 29712.39 4000 30835.26 4000 1122.87 8000 2084.30 722.87 2084.30 28750.96 4000
2 29727.41 4000 30821.77 4000 1094.35 8000 2041.53 694.35 2041.53 28780.24 4000
1 29710.75 4000 30840.28 4000 1129.54 8000 2094.30 729.54 2094.30 28745.98 4000
4.3.2 Kombinasi pembebanan
Berikut kombinasi pembebanan yang di aplikasikan pada struktur dalam tugas akhir ini :
COMB1 =1,4DL
COMB2 = 1,2DL + 1,6LL
COMB3 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (0,3Ex + 1,0 Ey) COMB4 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (0,3Ex - 1,0 Ey) COMB5 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (-0,3Ex + 1,0 Ey) COMB6 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (-0,3Ex - 1,0 Ey) COMB7 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (1,0 Ex + 0,3 Ey) COMB8 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (1,0 Ex - 0,3 Ey) COMB9 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (-1,0 Ex + 0,3 Ey) COMB10 = 1,2 DL + 1 LL + 2,2 (-1,0 Ex - 0,3 Ey) COMB11 = 0,9 DL – 2,2 (0,3Ex + 1,0 Ey)
COMB12 = 0,9 DL – 2,2 (0,3Ex - 1,0 Ey) COMB13 = 0,9 DL – 2,2 (-0,3Ex + 1,0 Ey) COMB14 = 0,9 DL – 2,2 (-0,3Ex - 1,0 Ey) COMB15 = 0,9 DL – 2,2 (1,0 Ex + 0,3 Ey)
19 COMB16 = 0,9 DL – 2,2 (1,0 Ex - 0,3 Ey) COMB17 = 0,9 DL – 2,2 (-1,0 Ex + 0,3 Ey) COMB18 = 0,9 DL – 2,2 (-1,0 Ex - 0,3 Ey) Dimana : DL :beban mati LL : beban hidup
EX : beban gempa arah X EY : beban gempa arah Y
4.3.3 Waktu Getar Alami Gedung
Analisis waktu getar struktur dilakukan dengan cara
membandingkan waktu getar yang telah didapatkan dengan cara empiris yaitu TE = 0,65 harus lebih kecil dari waktu getar yang dihitung dengan
cara T-RAYLEIGH :
Tabel 4.4a T-rayleigh dalam arah X (Tx)
Lantai Wi (kg) di-x2 (cm) Fi (kg) di-x(cm) Wi.di-x2 Fi.di-x
4 134452,705 0,1947 25195,468 0,4413 26184,085 11118,760
3 150682,186 0,1537 22365,747 0,3921 23166,242 8769,609
2 150682,186 0,0653 13978,592 0,2556 9844,272 3572,928
1 147346,354 0,0090 5467,652 0,0947 1321,415 517,787
60516,015 23979,084
Tabel 4.4b T-rayleigh dalam arah Y (Ty)
Lantai Wi (kg) di-y2 (cm) Fi (kg) di-y(cm) Wi.di-y2 Fi.di-y
4 134452,705 0,6542 25195,468 0,8088 87953,237 20378,094 3 150682,186 0,4560 22365,747 0,6753 68715,611 15103,589 2 150682,186 0,1612 13978,592 0,4015 24290,307 5612,405 1 147346,354 0,0128 5467,652 0,1131 1884,797 618,391 182843,953 41712,479 TR-x = 6,3 𝑊𝑖 .𝑑𝑖 −𝑥2 𝑛 𝑖=1 𝑔 𝑛𝑖=1𝐹𝑖 .𝑑𝑖 −𝑥 TR-y = 6,3 𝑊𝑖 .𝑑𝑖 −𝑦2 𝑛 𝑖=1 𝑔 𝑛𝑖=1𝐹𝑖 .𝑑𝑖 −𝑦 TR-x = 6,3 60516 ,015 981 × 23979 ,084 = 0,32 TR-y = 6,3 182843 ,953 981 × 41712 ,479 = 0,42 TE < TR-x + 20% TR-x 0,65 > 0,384 TE < TR-y + 20% TR-y 0,65 > 0,504
Karena waktu getar alami fundamental yang dihitung dengan Rumus T-Rayleigh lebih kecil dari waktu getar struktur bangunan yang didapat dengan rumus empiris (TE = 0,65), maka perlu dilakukan
perhitungan ulang untuk penentuan distribusi beban gempa pada struktur portal tinjauan. dengan mengambil nilai TR.
C = 0,70 V = C.I
20
= 0,70.1
5,6 . 583163,43
= 72895,429 kg
Sementara beban gempa static ekivalen untuk tiap lantai disajikan dalam table berikut :
Tabel 4.5 Nominal beban gempa tiap lantai Lantai (kg) Wi (kg) Hi (m) Wi.Hi Fi 4 134452,71 15,15 2036958,481 27409,403 3 150682,19 12 1808186,232 24331,033 2 150682,19 7,5 1130116,395 15206,896 1 147346,35 3 442039,062 5948,097 Σ Wi.Hi 5417300,170
Tabel 4.6a T-rayleigh dalam arah X (Tx)
Lantai Wi (kg) di-x2 (cm) Fi (kg) di-x(cm) Wi.di-x2 Fi.di-x
4 134452,705 0,3158 27409,403 0.562 42466,080 15404,084
3 150682,186 0,2465 24331,033 0.4965 37145,005 12080,358
2 150682,186 0,1037 15206,896 0.322 15623,332 4896,620
1 147346,354 0,0132 5948,097 0.1147 1938,502 682,247
97172,919 33063,310
Tabel 4.6b T-rayleigh dalam arah Y (Ty)
Lantai Wi (kg) di-y2 (cm) Fi (kg) di-y(cm) Wi.di-y2 Fi.di-y
4 134452,705 1,3825 27409,403 1.1758 185881,623 32227,976 3 150682,186 0,9696 24331,033 0.9847 146106,584 23958,768 2 150682,186 0,3494 15206,896 0.5911 52648,237 8988,796 1 147346,354 0,0294 5948,097 0.1716 4338,843 1020,693 388975,287 66196,234 TR-x = 6,3 𝑊𝑖 .𝑑𝑖 −𝑥2 𝑛 𝑖=1 𝑔 𝑛𝑖=1𝐹𝑖 .𝑑𝑖 −𝑥 TR-y = 6,3 𝑊𝑖 .𝑑𝑖 −𝑦2 𝑛 𝑖=1 𝑔 𝑛𝑖=1𝐹𝑖 .𝑑𝑖 −𝑦 TR-x = 6,3 60516 ,015 981 × 26086 ,135 = 0,35 TR-y = 6,3 182843 ,953 981 × 45377 ,770 = 0,49 TR-x < TR-x + 20% TR-x 0,32 < 0,42 OK
TR-y < TR-y + 20% TR-y 0,42 < 0,588 OK 4.3.4 Kinerja Batas Layan (∆s)
Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, hal itu dimaksudkan untuk menjaga kenyamanan penghuni gedung, mencegah kerusakan non struktur, membatasi pelelehan baja dan beton yang berlebihan. Untuk
21
memenuhi persyaratan ∆s, SNI 03-1726-2002 Pasal 8.1 membatasi
simpangan antar tingkat tidak boleh lebih besar dari
0,03
R*hi atau 30 mm
Dimana hi adalah tingkat yang ditinjau, diambil mana yang mempunyai nilai terkecil. Simpangan anatar tingkat dihitung dalam table berikut:
Tabel 4.7a Analisa ∆s akibat gempa arah X
Lantai hi (mm) ∆s (mm) Drift ∆s antar tingkat (mm) Syarat drift ∆s (mm) Keterangan 4 3150 2,65 0,33 16,88 OK 3 4500 2,32 0,82 24,11 OK 2 4500 1,50 0,97 24,11 OK 1 3000 0,53 0,53 16,07 OK
Tabel 4.7b Analisa ∆s akibat gempa arah Y
Lantai hi (mm) ∆s (mm) Drift ∆s antar tingkat (mm) Syarat drift ∆s (mm) Keterangan 4 3150 6,51 1,07 16,88 OK 3 4500 5,44 2,14 24,11 OK 2 4500 3,30 2,32 24,11 OK 1 3000 0,98 0,98 16,07 OK
4.3.5 Kinerja Batas Ultimit (∆m)
Kinerja batas ultimit ∆m ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat gempa rencana dalam kondisi struktur gedung tersebut dalam ambang keruntuhan. Dimaksudkan untuk membatasi kemungkinan adanya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa dan benturan dengan gedung lain.
Sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 8.2 simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur grdung akibat pembebanan beban gempa nominal, dikalikan dengan suatu factor pengali
ξ.
∆ = ξ x ∆s
Dimana ξ = 0,7 x R (untuk gedung beraturan)
Untuk memenuhi persyaratan, kinerja batas ultimit ∆m tidak boleh lebih besar dari 0,02.hi, dihitung dalam table berikut :
Tabel 4.8a Analisa ∆m akibat gempa arah X
Lantai hi (mm) Drift ∆s antar tingkat (mm) Drift ∆m antar tingkat (mm) Syarat drift ∆m (mm) Keterangan 4 3150 0,33 1,29 63,00 OK
22
3 4500 0,82 3,21 90,00 OK
2 4500 0,97 3,80 90,00 OK
1 3000 0,53 2,08 60,00 OK
Tabel 4.8b Analisa ∆m akibat gempa arah Y
Lantai hi (mm) Drift ∆s antar tingkat (mm) Drift ∆m antar tingkat (mm) Syarat drift ∆m (mm) Keterangan 4 3150 1,07 4,19 63,00 OK 3 4500 2,14 8,39 90,00 OK 2 4500 2,32 9,09 90,00 OK 1 3000 0,98 3,84 60,00 OK 4.4 Perencanaan Sambungan
4.4.1 Sambungan balok anak dengan balok induk
Hasil perhitungan sambungan terlihat pada gambar berikut :
23 4.4.2 Sambungan balok induk dengan kolom
Hasil perhitungan sambungan terlihat pada gambar berikut :
24 4.4.3 Sambungan kolom dengan kolom
25 4.4.4 Sambungan balok induk ke flens kolom
Gambar 4.6 Detail sambungan Balok induk pada flens kolom
4.4.5 Sambungan Bresing
26 Gambar 4.7b Detail sambungan bresing di titik 2
27
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH
5.1 Perencanaan Pelat Dasar Kolom ( Column Base Plate)
fc’ beton = 30 MPa
Pu = 170004,46 kg.
Mu = 1700591 kgcm
Kolom = Profil IWF 500.300..11.18
Plat BJ41, fy = 250 MPa
Direncanakan dimensi base plate 70×70 cm, dengan tebal 2,4 cm. hasil perhitungan ditampilkan dalam gambar berikut :
28 5.2 Perencanaan Fondasi Tiang Pancang
Direncanakan fondasi tiang pancang yang dipancang sampai kedalaman 15 meter dari permukaan tanah. Digunakan tiang pancang pra-tekan tipe pencil shoe produk dari WIKA beton dengan spesifikasi sebagai berikut :
Diameter = 50 mm
Class = A2
Bending momen crack = 12,50 ton.m
Bending momen ultimate = 18,75 ton.m
Allowable axial load = 181,70 ton
Gambar 5.2 Denah rencana fondasi
Dari hasil perhitungan fondasi didapat hasil akhir seperti tergambar berikut ini :
29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.3 Kesimpulan
- Walaupun bentuk gedung simetris, tetapi pada aktualnya pusat massa gedung tidak berada ditengah – tengah akibat distribusi beban pada masa layan, maka dari itu perlu direncanakan eksentrisitas rencana terhadap titik tangkap gaya gempa.
- Struktur rangka baja dengan pengekang bresing mampu memberikan
kekakuan yang cukup pada struktur terbukti pada simpangan antar lantai yang masih cukup jauh dari batas maksimum yang di ijinkan.
- Dimensi elemen struktur masih bisa diperkecil lagi, mengingat rasio kapasitas penampang terhadap gaya yang bekerja masih sangat aman.
- Fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang pancang yang mana untuk jumlah kebutuhan jumlahnya lebih dipengaruhi oleh gaya aksial.
5.4 Saran
Untuk studi lebih lanjut, bisa dibuat beberapa model struktur gedung dengan penempatan bresing yang berbeda. Sehinggga setelah proses analisis bisa di simpulkan model struktur yang paling baik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Aditya C. (2012). Perencanaan Struktur Rumah Sakit Dengan Konstruksi Dinding Geser. Program S1 Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tidak Diterbitkan.
Departemen Pekerjaan Umum (1987). Pedoman Perencanaan Pembebanan Unutk
Rumah Dan Gedung (SKBI 1.3.53.1987). Jakarta: Yayasan Badan
Penerbit PU.
Departemen Pekerjaan Umum (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Jakarta: Yayasan
Badan Penerbit PU.
Departemen Pekerjaan Umum (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002). Jakarta: Yayasan Badan
Penerbit PU.
Departemen Pekerjaan Umum (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Jakarta: Yayasan Badan
Penerbit PU.
Gunawan, Rudy. Dengan Petuntuk Ir. Morisco. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta: Penerbit Ka
Hadihardaja, Joetata. Rekayasa Fundasi II (ISBN : 979 – 8382 – 50 – 1). Jakarta: Penerbir Gunadarma
Hardiyatmo, H.C. (20008). Teknik Fondasi 2. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Salmon, Charles G., dan Johnson John E. (1996). Struktur Baja Desain dan Perilaku 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Setiawan, Agus. (1996). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Semarang: Penerbir Erlangga