• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Tahun 2013 - OJK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Tahun 2013 - OJK"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

Laporan ini diharapkan dapat mendokumentasikan perkembangan yang dihadapi sektor keuangan syariah nasional pada tahun 2013. Perbankan dan keuangan syariah Indonesia diyakini masih tumbuh dan berwawasan ke depan, tercermin dari masih besarnya perkembangan pasar di tanah air.

PENGHIMPUNAN DANA

Pada tahun 2013, ditemukan peningkatan jumlah sukuk dan/atau pinjaman yang diterbitkan bank syariah meningkat sebesar Rp1,1 triliun. Tren melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan syariah yang berlangsung sejak tahun 2012 terus berlanjut pada periode pelaporan.

PENYALURAN DANA

Pembiayaan murabahah tumbuh sebesar 25,6% (year-on-year) pada periode laporan sehingga menempati porsi 60,0% terhadap total pembiayaan BUS dan UUS. Pertumbuhan pembiayaan macet melebihi pertumbuhan pembiayaan, sehingga rasio NPF (gross) BUS dan UUS meningkat dari 2,2% pada tahun 2012 menjadi 2,6% pada tahun 2013 (Grafik 1.10).

PROFITABILITAS DAN PERMODALAN

Demikian pula dengan BUS dan UUS, rasio NPF (gross) BPRS juga mengalami peningkatan dari 6,1% pada tahun 2012 menjadi 6,5% pada tahun 2013. Dari sisi profitabilitas, laba bersih BUS dan UUS pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp3,3 triliun. Meningkat 29,0% dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 1.11.   Grafik 1.12.
Grafik 1.11. Grafik 1.12.

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENGATURAN PERBANKAN SYARIAH 1. Kegiatan Bidang Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Perbankan Syariah (DPbS) dilakukan sehubungan dengan penyusunan kebijakan pengaturan dan pengembangan perbankan syariah (research-based policy). Seperti yang telah dilakukan selama ini, fokus penelitian DPbS setiap tahunnya mengacu pada Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah, kebutuhan industri dan kebijakan Bank Indonesia dalam menyikapi perkembangan terkini industri perbankan syariah.

Kajian Pola Kemitraan Bank Syariah dengan LKM Syariah dan Tatakelola Makrolevel LKM Syariah

BMT yang berukuran besar dan mapan umumnya tidak memerlukan bantuan bank syariah, kemitraan lebih dilakukan untuk menjaga jaringan; dan perlu dilakukan kajian lebih lanjut khususnya mengenai persepsi bank syariah terhadap model kemitraan dengan BMT. Sedangkan bank syariah yang sudah lama mempunyai skor efisiensi teknis murni (PTE) lebih baik dibandingkan bank yang sudah lama tidak berdiri.

Kajian Analisa peralihan praktek perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah dari Prinsip Revenue Sharing ke Profit and Loss Sharing

Kegiatan Bidang Pengaturan

Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) merupakan petunjuk pelaksanaan yang memuat penjelasan lebih lanjut beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan dengan industri perbankan syariah. Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini, maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/26/BPS tanggal 27 Oktober 2003 perihal Penerapan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia dinyatakan tidak berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Kegiatan Bidang Pengembangan Produk dan Edukasi Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Produk dan Pasar Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Produk dan Pasar

Selain itu, dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat, berbagai kegiatan informatif diselenggarakan melalui talkshow produk perbankan syariah. Dalam rangka meningkatkan kompetensi IDIH di bidang perbankan syariah, kerjasama dengan ICDIF-LPPI dilakukan melalui program pelatihan analisis pembiayaan syariah untuk BUS, UUS dan BPRS.

Pengembangan Organisasi Pengawasan

Peningkatan Kualitas Pengawasan Melalui Forum Panel

Penguatan Permodalan Bank Umum Syariah (BUS)

Kebijakan ini mengatur besaran modal inti yang diperlukan untuk jenis kegiatan usaha dan perizinan pembukaan jaringan cabang. Untuk membuka jaringan cabang bank harus memenuhi persyaratan berupa ketersediaan modal inti yang positif, rasio penyaluran pembiayaan kepada UMKM dan rasio efisiensi.

Pelaksanaan Pengawasan Perbankan Syariah

Berdasarkan hasil penilaian TKS Bank Umum Syariah (BUS) selama tahun 2013, jumlah bus yang tergolong “Baik” sebanyak 81,82% dan “Cukup Baik” sebanyak 18,18%. Selama tahun 2013, evaluasi penerapan APU dan PPT pada perbankan berada pada rentang “baik” dan “cukup baik”.

Grafik 1.13. Tingkat Kesehatan BUS 2012  Grafik. 1.14.Tingkat Kesehatan BUS 2013  Penilaian Profil Risiko
Grafik 1.13. Tingkat Kesehatan BUS 2012 Grafik. 1.14.Tingkat Kesehatan BUS 2013 Penilaian Profil Risiko

Uji Kemampuan dan Kepatutan

Secara kumulatif per 30 Desember 2013, terdapat 65 reksa dana syariah yang aktif, meningkat 12,07% dibandingkan akhir tahun 2012 sebanyak 58 reksa dana. Jika dibandingkan dengan total reksa dana aktif, persentase reksa dana syariah aktif mencapai 7,90. % dari total 823 reksa dana aktif. Jika dibandingkan dengan total NAB reksa dana aktif, proporsi NAV reksa dana aktif syariah sebesar 4,90% terhadap NAB total reksa dana aktif sebesar Rp 192,54 triliun.

Dilihat dari nilai pelunasannya, total pelunasan reksa dana syariah per 30 Desember 2013 adalah sebesar Rp5,65 miliar atau 2,94% dari total pelunasan reksa dana sebesar Rp192,17 miliar.

Grafik 2.2. Sektor Industri Saham Syariah di Indonesia
Grafik 2.2. Sektor Industri Saham Syariah di Indonesia

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH Kebijakan pengembangan pasar modal syariah selama tahun 2013 masih Kebijakan pengembangan pasar modal syariah selama tahun 2013 masih

64 Pada bulan September 2013, Pemerintah kembali memasuki pasar keuangan internasional dengan menerbitkan Sukuk Global (SNI19) sebesar US$ 1,5 miliar yang akan berakhir pada tahun 2019. Penerbitan SNI19 ini dilakukan sesuai dengan rencana pembiayaan Pemerintah pada tahun 2013, sekaligus untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar keuangan syariah global dan mendukung pengembangan keuangan syariah di kawasan Asia. Publikasi ini mendapat respon yang sangat baik dari investor global dan lokal dengan penawaran mencapai US$5,7 miliar dari sekitar 300 investor.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH Kebijakan Pengembangan Pasar Modal Syariah selama tahun 2013 masih merupakan Kebijakan Pengembangan Pasar Modal Syariah selama tahun 2013.

Mengembangkan Kerangka Regulasi yang Mendukung Pengembangan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Salah satu implementasi kebijakan pengembangan produk berbasis prinsip syariah di pasar modal adalah dengan penerbitan Daftar Efek Syariah (DES). Pada tahun 2013, reksa dana pasar uang syariah dan exchange traded fund (ETF) syariah diterbitkan untuk pertama kalinya. Dana investasi pasar uang syariah adalah dana investasi syariah yang melakukan penanaman modal secara eksklusif pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri dan/atau sukuk yang diterbitkan dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun dan/atau sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Sedangkan reksa dana syariah ETF merupakan reksa dana syariah yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa.

Mengupayakan Kesetaraan Produk Keuangan Syariah dengan Produk Konvensional

DES periode I diterbitkan pada tanggal 24 Mei 2013 melalui Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-25/D.04/2013 dan DES periode II diterbitkan pada tanggal 19 November 2013 melalui Keputusan Dewan Komisioner Nomor i Otoritas Jasa Keuangan KEP-60/D.04/2013. Penerbitan DES periode I didasarkan pada penelaahan atas laporan keuangan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, sedangkan penerbitan DES Periode II didasarkan pada penelaahan berkala terhadap laporan keuangan enam bulanan emiten. dan perusahaan publik yang berakhir pada 30 Juni 2013. Review Hal ini dilakukan dalam rangka diversifikasi produk syariah dan menarik komunitas investor ritel untuk berinvestasi di pasar modal serta mendukung tercapainya salah satu strategi pendalaman pasar OJK (market pendalaman).

Meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang pasar modal dan industri keuangan non-bank berdasarkan prinsip syariah.

Meningkatkan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Pasal 66 mengatur bahwa emiten yang mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum Obligasi dan Sukuk sekaligus mempunyai pilihan untuk menyampaikan informasi mengenai penawaran umum tersebut dalam satu prospektus atau tersendiri. Dalam pelaksanaan surat edaran tersebut pada tahun 2013, empat emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran penawaran umum obligasi dan Sukuk secara bersamaan dalam satu prospektus.

INDUSTRI KEUANGAN NON BANK SYARIAH

PERKEMBANGAN INDUSTRI KEUANGAN NON BANK SYARIAH

  • Lembaga Pembiayaan Syariah Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha
  • Lembaga Jasa Keuangan Syariah Lainnya Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha

Seiring dengan berkembangnya kegiatan pembiayaan, beberapa perusahaan pembiayaan mulai melakukan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Hingga akhir tahun 2013, lembaga pembiayaan yang menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah hanya mencakup perusahaan pembiayaan syariah dan PMV syariah. Jumlah lembaga pembiayaan syariah mencapai 48 perusahaan pada akhir tahun 2013, terdiri dari 44 perusahaan pembiayaan syariah dan empat PMV syariah.

Pertumbuhan aset perusahaan pembiayaan syariah terbesar dicapai pada tahun 2011-2012 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 427,67% yang dapat dilihat pada grafik 3.3.

Tabel 3.I. Perkembangan Perusahaan Perasuransian Syariah
Tabel 3.I. Perkembangan Perusahaan Perasuransian Syariah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INDUSTRI KEUANGAN NON BANK SYARIAH Perkembangan IKNB Syariah di Indonesia menekankan pada arti pentingnya

  • Pengembangan IKNB Syariah a. Dana Pensiun Syariah
  • Pengaturan IKNB Syariah
  • Layanan Kelembagaan IKNB Syariah

Secara ekonomi yaitu premi produk asuransi mikro dan asuransi mikro syariah harus terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan manfaat asuransi yang optimal. Untuk itu biaya pemasaran dan biaya operasional produk asuransi mikro dan asuransi mikro syariah harus sangat efisien. Pengembangan kapasitas regulasi diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan dan pengawasan asuransi mikro dan asuransi mikro syariah.

Jumlah perusahaan yang menawarkan produk asuransi mikro dan asuransi mikro syariah di Indonesia masih sangat terbatas.

PERKEMBANGAN OPERASI MONETER DAN PASAR UANG SYARIAH PASAR UANG SYARIAH

OPERASI MONETER SYARIAH

  • Pelaksanaan Operasi Moneter Syariah

Peningkatan yang terjadi pada OCD berbeda dengan perkembangan OM konvensional yang justru mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Gambaran perkembangan komposisi OCD dan OM konvensional pada 31/12/2013 dibandingkan keadaan yang sama pada tahun 2012 dapat dilihat dilihat dari grafik 5.1. 93 Penyelenggaraan operasi moneter syariah yang dilakukan BI saat ini terdiri dari Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Instrument Syariah (SFS).

OPT Syariah terdiri atas lelang SBIS reguler tenor 9 bulan dan lelang Reverse Repo SBSN tenor 1 bulan non-reguler.

Grafik 4.1. Komposisi Instrumen Operasi Moneter (Kontraksi)-Syariah vs Konvensional
Grafik 4.1. Komposisi Instrumen Operasi Moneter (Kontraksi)-Syariah vs Konvensional

SBIS

  • Perkembangan Aset Likuid Perbankan Syariah
  • Volume dan Frekuensi Transaksi PUAS
  • Pelaku Transaksi di PUAS

Secara umum perkembangan posisi alat likuid perbankan syariah selama tahun 2013 menunjukkan tren yang meningkat dibandingkan posisi tahun 2012. Namun demikian, alat likuid perbankan syariah mengalami sedikit penurunan dibandingkan akhir tahun 2012 yaitu sebesar 352,45. % (Grafik 5.2 .). Pertumbuhan aktivitas PUAS yang terjadi pada tahun 2013, baik volume maupun frekuensi transaksi, menunjukkan meningkatnya kebutuhan likuiditas jangka pendek pada bank syariah.

Tekanan terhadap pasar keuangan domestik mendorong bank syariah meningkatkan likuiditas jangka pendek dengan meminjam dana ke PUAS.

Grafik 4.2. Perkembangan Rasio Aset Likuid
Grafik 4.2. Perkembangan Rasio Aset Likuid

HUBUNGAN KERJASAMA DOMESTIK DAN INTERNASIONAL 5.1. KERJASAMA LEMBAGA DOMESTIK

Asosiasi Industri

Asosiasi Profesi

Lembaga Terkait Lainnya

  • Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
  • Komite Perbankan Syariah (KPS)
  • Islamic Development Bank (IDB)
  • Islamic Financial Services Board (IFSB)

Tujuan didirikannya KPJKS adalah untuk membantu OJK melaksanakan fatwa MUI dan mengembangkan jasa keuangan syariah. Oleh karena itu, bermanfaat bagi keuangan dan perbankan syariah Indonesia untuk dapat menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan syariah internasional untuk ikut serta dalam pengembangan keuangan syariah internasional. Sejauh ini, IDB telah terlibat dalam berbagai kegiatan mempromosikan perbankan dan keuangan Islam secara internasional, seperti

Dengan demikian, pada tahun 2013 organisasi ini beranggotakan ±55 orang yang terdiri dari otoritas keuangan dan pasar modal, lembaga keuangan syariah dan lembaga terkait lainnya, dimana pada tahun 2013 juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menjadi anggotanya.

PROSPEK DAN ARAH KEBIJAKAN

  • PROSPEK KONDISI PEREKONOMIAN 2014
  • PROSPEK KEUANGAN SYARIAH GLOBAL DAN INDONESIA
    • Industri Keuangan Non Bank Syariah
  • Pengembangan Produk Industri Keuangan Non Bank Syariah
  • Peningkatan Program Edukasi dan Sosialiasi

Lintas sektor/interkonektivitas antar lembaga keuangan syariah, termasuk kerjasama yang lebih erat antara perbankan syariah, asuransi syariah dan penjaminan pembiayaan bank syariah dalam menjalankan bisnisnya, serta pengembangan instrumen likuiditas keuangan syariah seperti pasar uang dan transaksi antar bank syariah . Penelitian ini juga diharapkan dapat merumuskan kebijakan pengembangan pasar modal syariah yang terkait dengan perbankan syariah dan lembaga keuangan non-bank syariah. Kami berharap melalui edukasi dan sosialisasi ini dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang keuangan syariah secara menyeluruh.

Selain itu, melalui Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah (KPJKS) yang dibentuk OJK pada akhir tahun 2013, OJK terus membangun dan meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan jasa keuangan syariah.

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (%)
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (%)

Daftar Istilah

Kajian Pola Kemitraan Bank Syariah dengan LKM Syariah dan Tatakelola Makrolevel LKM Syariah. Akses modal usaha merupakan isu sentral dalam

Tingkat PTE yang tinggi menunjukkan kemampuan manajerial/kompetensi operasional perbankan syariah yang baik dalam menghadapi keterbatasan teknologi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa bank syariah yang sudah lama berdiri memiliki nilai PTE yang lebih baik dibandingkan bank yang sudah lama tidak beroperasi. Meskipun saat ini BUS lama menghadapi tantangan untuk melakukan migrasi sumber daya manusia ke bank syariah baru yang menawarkan remunerasi lebih baik.

Inefisiensi skala efisiensi menunjukkan bahwa bank syariah belum berproduksi pada tingkat kapasitas produksinya.

Kajian Analisa peralihan praktek perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah dari Prinsip Revenue Sharing ke Profit and Loss Sharing

Penyajian laporan dengan prinsip bagi hasil harus dapat membedakan penyajian laporan akad mudharabah dan non mudharabah. Perhitungan bagi hasil dapat diubah dari bagi hasil menjadi bagi hasil dan bagi hasil dengan mengubah ketentuan nisbah bagi hasil. Sebab dalam ketentuan prinsip penerapan bagi hasil dan bagi hasil (PLS) pada PSAK no.

Otoritas perbankan juga harus mengeluarkan kebijakan prinsip bagi hasil bagi bank syariah yang saat ini masih menggunakan bagi hasil.

Kajian Adhoc sebagai Pendukung Pengambilan Kebijakan dan Regulasi

Perbankan syariah harus mampu memiliki sisi teknologi informasi (TI) syariah yang terintegrasi dan handal sehingga dapat mendukung para bankir syariah untuk memudahkan dalam perhitungan akuntansi syariah (khususnya pada saat amortisasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika leverage diterapkan maka kontribusi jaringan kantor BUS dan UUS sangat signifikan dan menentukan pencapaian estimasi total DPK dan pembiayaan perbankan syariah. Namun pada tiga triwulan terakhir tahun 2013, kinerja industri perbankan syariah mulai menurun akibat tekanan perekonomian yang terus berlanjut.

140 (NOM) dan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), salah satu acuan dalam Surat Edaran (SE) BI yang membuka jaringan cabang di perbankan syariah.

Ketentuan yang disusun oleh Departemen Perbankan Syariah

  • Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/8/DPbS tanggal 27 Maret 2013 perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
  • Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/26/DPbS tanggal 10 Juli 2013 perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
  • Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/44/DPbS tanggal 22 Oktober 2013 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum

Bank Indonesia menetapkan biaya investasi pembukaan jaringan kantor berdasarkan jenis kantor bank masing-masing bank berdasarkan kegiatan usaha (BUKU). Bank Indonesia juga akan menilai Posisi Modal Inti Bank pada saat Bank mengajukan permohonan Rencana Pembukaan Jaringan Kantor kepada Bank Indonesia. Pengangkatan, pemberhentian atau penggantian Pejabat Eksekutif serta pembukaan, perubahan status, perubahan alamat dan/atau penutupan kantor UUS dilaporkan oleh BUK yang dimiliki UUS setiap bulan kepada Bank Indonesia paling lambat 5 (lima) hari kerja pada pukul awal bulan laporan berikutnya melalui Sistem Pelaporan Kantor Pusat Bank Umum.

Salah satu pertimbangan Bank Indonesia dalam menyetujui atau menolak rencana pembukaan, perubahan status, pemindahan alamat dan/atau penutupan kantor UUS pada tahun berikutnya adalah perencanaan.

Ketentuan yang dibuat bersama dengan satuan kerja lainnya di lingkungan Bank Indonesia

Dalam memberikan persetujuan/konfirmasi atau penolakan terhadap jaringan cabang UUS, Bank Indonesia mempertimbangkan aspek mikro (individu BUK yang memiliki UUS) dan aspek makroekonomi, antara lain stabilitas sistem keuangan dan keselarasan dengan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional. yang mencakup antara lain upaya pembangunan ekonomi daerah, perluasan kesempatan kerja, penyelarasan dengan prioritas sektor pembangunan, perluasan akses keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan produktif (inklusi keuangan), dan penyelarasan dengan kepentingan nasional. 157 Untuk menyesuaikan perkembangan dengan kondisi perbankan syariah dan/atau memberikan pedoman pelaksanaan ketentuan Bank Indonesia, terdapat juga beberapa ketentuan yang disiapkan oleh unit kerja lain di Bank Indonesia yang juga berlaku bagi perbankan syariah. 30 Seminar dan Expo Ekonomi Islam KPw Bank Indonesia Cirebon Cirebon 31 KPw Bank Indonesia Jember GRES Jalan sehat.

38 Rapat Pembahasan Mahkamah Agung RI Tentang Kerja Sama Mahkamah Agung RI dan Bank Indonesia di Bidang Perbankan.

Gambar

Grafik 1.11.   Grafik 1.12.
Grafik 1.13. Tingkat Kesehatan BUS 2012  Grafik. 1.14.Tingkat Kesehatan BUS 2013  Penilaian Profil Risiko
Grafik 1.15 Profil Risiko BUS 2012  Grafik 1.16 Profil Risiko BUS 2013
Grafik 2.2. Sektor Industri Saham Syariah di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa penerapan prinsip syariah dalam akad pembiayaan murabahah pada perbankan syariah belum sesuai dengan prinsip

Surat Edaran ini merupakan tindak lanjut dari diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/24/PBI/2009 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS)

Prinsip Bagi Hasil ini merupakan karakteristik utama dalam Perbankan Syariah, akan tetapi dalam kegiatan pembiayaan di Perbankan Syariah masih rendah di bandingkan dengan

Aktiva yang termasuk dalam total aktiva perbankan syariah adalah kas, penempatan pada Bank Indonesia, surat berharga dimiliki, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang

Aktiva produktif adalah penempatan bank dalam bentuk kredit (pembiayaan), surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya dengan tujuan untuk memperoleh

Aspek yang diperhatikan dalam pengawasan prinsip-prinsip syariah adalah kepatuhan bank syariah dalam penerapan prinsip syariah, terkait akad, produk, sumber dan

Para pihak yang terlibat dalam pembiayaan ijarah multijasa di Lembaga Keuangan Mikro Syariah KSSU Harum Daha Kediri diharapkan untuk tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, termasuk

Pengaruh Risiko Pembiayaan NPF, Kualitas Aktiva Produktif KAP, Perputaran Piutang ART, Dana Pihak Ketiga DPK, Volume Pembiayaan FDR Terhadap Rentabilitas NOM dengan Total