LAPORAN HASIL
PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
ANGGOTA :
ATHIYYAH RAHMA MUSTAFA (2011012) DIMAS HARDIYANTO SAPUTRO (2011023)
SAL SABILLA (2011056) WIKA ARTIKA (2011070)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TERPADU PUTRA JAYA BATAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
iii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
JURUSAN FARMASI SMK TERPADU PUTRA JAYA BATAM DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) 2022/2023
ATHIYYAH RAHMA MUSTAFA (2011012) DIMAS HARDIYANTO SAPUTRO (2011023)
SAL SABILLA (2011056) WIKA ARTIKA (2011070) Telah disetujui dan disahkan:
Batam, Juli 2022
Pembimbing Lapangan, Guru Pembimbing,
apt. Dra. Emi Sukaemi.
Kepala Jurusan Farmasi,
apt. Dra. Emi Sukaemi.
Kepala SMK Terpadu Putra Jaya Batam,
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laproan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan baik. Penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini adalah salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2022/2023. Sekaligus menambah wawasan penulis terhadap dunia kerja dan dapat lebih mempersiapkan diri saat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan bantuan para pembimbing baik materi maupun teknis, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. dr. Widya Putri, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Awal Bros Batam.
2. dr. Irwin Kurniadi, selaku Manajer Pelayanan dan Penunjang Medis Rumah Sakit Awal Bros Batam.
3. Ibu Masitah Amaliah Iskandar S. Tr.Keb, selaku Kepala Sekolah SMK TERPADU PUTRA JAYA BATAM,
4. apt. Dra. Emi Sukaemi, selaku Kepala Jurusan Farmasi dan Guru Pembimbing.
5. apt. Rhesty Winanda, S.Farm., dan apt. Nur Azlin, S.Farm., selaku pembimbing Praktik Kerja Lapangan di Rumah Sakit Awal Bros yang telah membimbing penulis dalam penulisan laporan ini mengenai materi kefarmasian.
v
6. Bapak Andi Sukriadi selaku Koordinator Diklat.
7. Seluruh Petugas Farmasi di Rumah Sakit Awal Bros Batam yang telah membimbing penulis selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Awal Bros Batam.
8. Keluarga yang telah memberikan doa, dukungan, baik moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Pihak Pihak di atas telah memberikan bantuan dengan senang hati dan mau meluangkan waktu pada penulis dalam pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Namun, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Semoga laporan akhir Praktik Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi yang membacanya.
Batam, 23 Juli 2022
Penulis
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Ruang Lingkup ... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ... 3
1.3.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ... 3
1.3.2 Manfaat Praktik Lapangan Kerja ... 3
1.3.2.1 Manfaat bagi Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 3
1.3.2.2 Manfaat bagi Sekolah ... 4
1.3.2.3 Manfaat bagi Peserta Praktik Kerja Lapangan ... 4
BAB II TINJAUAN UMUM ... 6
2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 6
2.2 Struktur Organisasi Unit Farmasi ... 7
2.3 Sejarah Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 8
2.4 Visi dan Misi Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 9
2.4.1 Visi Rumah Sakit Awal Bros... 9
2.4.2 Misi Rumah Sakit Awal Bros ... 9
vii
2.5 Profil Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 9
2.6 Kebijakan Mutu dan Lingkungan ... 10
2.7 Lambang Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 10
2.8 Moto Rumah Sakit Awal Bros ... 12
BAB III URAIAN KEGIATAN ... 14
3.1 Seleksi Obat dan Alat Kesehatan ... 14
3.1.1 Perencanan Pengadaan Perbekalan Farmasi ... 15
3.2 Pengadaan ... 16
3.2.1 Alur Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 16
3.2.2 Prosedur Pengadaan ... 17
3.2.2.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi ... 17
3.2.2.2 Pengadaan Obat Narkotika ... 18
3.2.2.3 Pengadaan Obat Psikotropika dan Prekursor ... 20
3.2.2.4 Pengadaan Perbekalan Farmasi yang Tidak Tersedia di Supplier ... 21
3.3 Penerimaan ... 22
3.3.1 Penerimaan Obat di UPF ... 22
3.3.2 Retur Perbekalan Farmasi ke Supplier ... 24
3.3.3 Recall Perbekalan Farmasi (Penarikan Obat) ... 24
3.4 Penyimpanan Obat di Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 24
3.4.1 Penyimpanan Perbekalan Farmasi ... 24
3.4.2 Penyimpanan Produk Nutrisi di Instalasi Farmasi ... 40
viii
3.4.3 Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ... 42
3.5 Resep dan Salinan Resep ... 43
3.5.1 Pengertian Resep ... 43
3.5.2 Penulisan Resep ... 44
3.5.3 Pengertian Salinan Resep ... 47
3.5.4 Penulisan Salinan Resep ... 48
3.5.5 Penyimpanan dan Pemusnahan Resep ... 51
3.6 Pelayanan Resep Rawat Jalan dan Rawat Inap ... 53
3.6.1 Pelayanan Resep Rawat Jalan... 53
3.6.2 Pelayanan Resep Rawat Inap ... 64
3.7 Peracikan ... 73
3.7.1 Penyiapan Obat Racikan ... 73
3.7.2 Standar Prosedur Operasional Peracikan ... 74
3.7.3 Peracikan Obat Kemo ... 78
3.7.3.1 Syarat Meracik Obat Kemoterapi ... 78
3.7.3.2 Alur Meracik Obat Kemoterapi ... 79
3.8 Penyerahan Obat Rawat Jalan dan Rawat Inap ... 81
3.8.1 Penyerahan Obat Pasien Rawat Jalan ... 81
3.8.2 Penyerahan Obat Pulang Pasien Rawat Inap ... 89
3.8.3 Tata Cara Penyerahan Obat Kepada Pasien (Edukasi) ... 91
3.9 Pelayanan Permintaan Obat atau Alat Kesehatan Pasien UGD ... 93
3.9.1 Prosedur ... 93
3.10 Pelayanan Perbekalan Farmasi Orthopedi di Depo Kamar Operasi ... 94
ix
3.10.1 Prosedur ... 94
3.11 Stock Opname ... 96
3.11.1 Stock Opname di Unit Farmasi ... 96
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH ... 101
4.1. Permasalahan ... 101
4.2. Usulan Pemecahan Masalah... 101
4.2.1. Tidak Dapat Membaca Resep dengan Jelas ... 101
4.2.2. Habisnya Stok Obat yang Terdapat di Apotik Sehingga Sulit dalam Penyiapan Obat ... 102
4.2.3. Belum mengetahui atau hafal sepenuhnya beberapa letak obat sehingga masih kesulitan dalam mencari obat ... 103
BAB V PENUTUP ... 104
5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 6
Struktur Organisasi Unit Farmasi... 7
Gambar 2.2 Lambang Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 10
Alur Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 16
Gambar 3.1 Rak Obat ... 25
Gambar 3.2 Lemari Alat Kesehatan ... 25
Gambar 3.3 Obat Generik ... 25
Gambar 3.4 Obat Generik Berlogo ... 25
Gambar 3.5 Tablet ... 25
Gambar 3.6 Sirup ... 25
Gambar 3.7 Gel ... 26
Gambar 3.8 Krim ... 26
Gambar 3.9 Salep ... 26
Gambar 3.10 Inhalasi ... 25
Gambar 3.11 Tetes Mata ... 26
Gambar 3.12 Tetes Telinga ... 26
Gambar 3.13 Infus ... 26
Gambar 3.14 Injeksi ... 26
Gambar 3.15 Suppositoria ... 27
Gambar 3.16 Insulin ... 27
Gambar 3.17 Penyimpanan Obat pada Suhu 2o – 8oC ... 28
xi
Gambar 3.18 Penyimpanan Obat pada Suhu 8o – 15oC ... 29
Gambar 3.19 Penyimpanan Obat pada Suhu 15o – 25oC ... 29
Gambar 3.20 Stiker Obat HAM ... 30
Gambar 3.21 Stiker Obat LASA ... 30
Gambar 3.22 Obat Psikotropika dan Lemari Obat Psikotropika... 31
Gambar 3.23 Obat Narkotika ... 32
Gambar 3.24 Lemari Obat Kemo, Stiker Obar Kemo, dan Obat Kemo ... 33
Gambar 3.25 Obat Anestesi ... 35
Gambar 3.26 Obat Aritmia ... 35
Gambar 3.27 Obat Antikoagulan ... 36
Gambar 3.28 Obat Insulin ... 37
Gambar 3.29 Obat Elektrolit Pekat ... 38
Gambar 3.30 Produk Nutrisi ... 42
Gambar 3.31 Lemari B3 ... 43
Gambar 3.32 B3 ... 43
Gambar 3.33 Contoh Resep Online ... 47
Gambar 3.34 Salinan Resep ... 51
Gambar 3.35 Etiket Obat Kemoterapi ... 81
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Arti – Arti Lambang Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 10 Tabel 2.2 Arti – Arti Moto Rumah Sakit Awal Bros Batam ... 12 Tabel 3.1 Identifikasi ... 92
1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kurikulum pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa/I melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan secara langsung di dunia kerja sesuai dengan program kurikulum untuk mencapai keahlian kerja sehingga menghasilkan keahlian yang rofessional dan juga berkualitas.
Pada dasarnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian rofessional yang memadukan secara utuh dan terintegrasi kegiatan belajar siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian kejuruan melalui bekerja langsung di lapangan kerja.
Metode tersebut dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai relevansi antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja.
1.2. RUANG LINGKUP
Kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) bagi siswa-siswi SMK TERPADU PUTRA JAYA BATAM meliputi:
1. Observasi situasi depo farmasi :
a. Keadaan singkat depo-depo farmasi yang ada di Rumah Sakit Awal Bros.
2. Melaksanakan tugas harian meliputi:
a. Mengikuti tata tertib yang berlaku.
b. Mengisi lembar kerja siswa yang ada pada jurnal kegiatan siswa.
c. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan memperhatikan:
Disiplin.
Kerjasama.
Inisiatif.
Tanggung jawab.
Kreatifitas yang tinggi.
Kerajinan.
Sikap.
Prestasi.
3. Menyusun laporan hasil kegiatan PRAKERIN
Laporan ini dibuat berkelompok berdasarkan bimbingan :
apt. Nur Azlin, S.Farm.
apt. Rhesty Winanda, S.Farm.
apt. Dra. Emi Sukaemi.
Ibu Laras Dien Hutami, S.Pd.
1.3.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
1. Meningkatkan dan memperluas keterampilan yang membentuk kemampuan siswa/I sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mendapatkan pengalaman kerja yang sesungguhnya di dunia kerja.
3. Dapat meningkatkan kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja sesuai yang disyaratkan oleh dunia kerja.
4. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan rofessional.
5. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan antara SMK dan dunia kerja.
6. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
1.3.2. Manfaat Praktik Lapangan Kerja
1.3.2.1. Manfaat bagi Rumah Sakit Awal Bros Batam
1. Dapat membantu kebutuhan tenaga kerja yang berwawasan akademi dari praktik lapangan tersebut.
2. Membantu meringankan pekerjaan dalam pelaksanaan di Instalasi Farmasi.
3. Terciptanya kerjasama dalam melakukan pekerjaan.
1.3.2.2. Manfaat bagi Sekolah
1. Sekolah dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah dan memperluas kerjasama dalam proses pembelajaran di sekolah dengan Rumah Sakit Awal Bros.
2. Mengikat kerjasama yang baik antar sekolah dan instansi atau rumah sakit terkait.
3. Menjadikan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidang kefarmasian.
4. Dapat mengembangkan proses belajar mengajar di sekolah menjadi lebih baik.
1.3.2.3. Manfaat bagi Peserta Praktik Kerja Lapangan 1. Mengetahui jenis pelayanan farmasi di rumah sakit.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi didalam dirinya melalui praktik kerja lapangan.
3. Dapat melatih kedisiplinan siswa/I dalam dunia kerja 4. Tidak ragu lagi dengan kemampuan yang dimilikinya
karena telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai.
5. Dapat mengetahui faktur dan buku defecta.
6. Mengetahui mengenai cara penggunaan obat.
petugas kerja lainnya.
6
TINJAUAN UMUM
2.1 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
Gambar 2.1 Rumah Sakit Awal Bros Batam
Rumah Sakit Awal Bros Batam merupakan rumah sakit swasta Tipe B non Pendidikan yang berdiri pada tanggal 26 Juni 2003 yang berlokasi di Jl.
Gajah Mada Kav. 1, Baloi Indah, Kec. Lubuk Baja, Kota Batam, Kepulauan Riaudan hingga saat ini sudah melayani banyak pasien, baik dari Batam maupun dari daerah sekitarnya.
Rumah Sakit Awal Bros Batam didukung dengan fasilitas Unit Gawat Darurat 24 Jam, Pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, Medical Check Up, Farmasi, Laboratorium, Radiologi serta berbagai perangkat teknologi lainnya untuk membantu mempermudah tindakan medis. Rumah sakit ini juga memiliki beberapa layanan unggulan,seperti Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah (Heart Center), Pusat Stroke, Pusat Trauma dan Kecelakaan Kerja, Pusat Layanan Geriatri Terpadu dan Moms Care, Klinik Fertilitas
Endokrinologi Reproduksi, Orthopedic Sport Clinic, dan Pusat Kesehatan Wanita dan Anak.
2.2 STRUKTUR ORGANISASI UNIT FARMASI
KOORDINATOR PENUNJANG MEDIS
KA UNIT FARMASI
PELAKSANA ASISTEN APOTEKER PELAYANAN
PELAKSANA
ADMINISTRASI FARMASI PELAKSANA ASISTEN APOTEKER IV ADMIXTURE
PELAKSANA APOTEKER FARMASI KLINIS PELAKSANA APOTEKER
PELAYANAN
APOTEKER PENANGGUNG JAWAB PERBEKALAN FARMASI DIREKTUR
MANAGER
PELAYANAN & PENUNJANG MEDIS
PELAKSANA PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI PELAKSANA PENERIMAAN
PERBEKALAN FARMASI PELAKSANA GUDANG APOTEKER PENANGGUNG
JAWAB PELAYANAN
2.3 SEJARAH RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
RS Awal Bros merupakan salah satu grup rumah sakit di Indonesia yang saat ini memiliki 18 cabang rumah sakit yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Berdirinya Rumah Sakit Awal Bros Batam ini bermula dari keinginan Alm. H. Awaloeddin untuk turut berpartisipasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan rumah sakit Awal Bros dimulai dengan peletakkan batu pertama pada tanggal 24 Januari 2002. Rumah sakit Awal Bros sendiri berkapasitas 245 tempat tidur, memiliki lahan ±16.656 m2, memiliki 9 lantai yang dilengkapi dengan area Basement dan memilki heliped (landasan helikopter) yang terletak di atap lantai 7.
Dan pada 21 April 2003 yang bertepatan dengan hari jadi pernikahan Haji Awaloeddin dengan Hajjah Muslamah Ali yang ke-57, RS Awal Bros Batam diresmikan secara soft opening. Untuk mensyukuri hari jadi pernikahan ke-79 RS Awal Bros Batam diresmikan secara grand opening oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, yaitu Bapak Achmad Sujudi pada tanggal 26 Juni 2023. Sejak RS Awal Bros Batam diresmikan hingga saat ini RS Awal Bros telah berkontribusi sangat tinggi dalam pelayanan kesehatam terhadap masyarakat.
Sesuai dengan nilai nilai yang dimiliki oleh Grup Awal Bros, RS Awal Bros selalu memberikan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan staff dan pasien, serta menjunjung tinggi rasa profesionalisme.
Nilai nilai yang dianut RS Awal Bros yaitu PRIMA (Profesional, Rapi, Ibadah, Mendengarkan, Asertif).
2.4 VISI DAN MISI RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM 2.4.1 Visi Rumah Sakit Awal Bros
“Mewujudkan Rumah Sakit Awal Bros Batam menjadi Rumah Sakit Unggulan dibidang Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Sumatera (Kepulauan Riau, Jambi)”
2.4.2 Misi Rumah Sakit Awal Bros
“Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan penuh kepedulian”
2.5 PROFIL RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM 1. Resmi beroperasi pada tanggal 26 Juni 2003.
2. Sukses akreditasi internasional ISO 14001 tahun 2004 dari SGC dalam bidang Pengelolaan Sistem Lingkungan.
3. Sukses akreditasi internasional ISO 9001 tahun 2008 dari SGS dalam bidang Sistem Manajemen Mutu.
4. Upgrade sertifikasi internasional ISO 9001:2000 menjadi TUV NORD ISO 9001:2008 dalam bidang sistem Sistem Manajemen Mutu.
5. Sukses akreditasi Dinas Kesehatan Republik Indonesia penuh tingkat lengkap, 16 pelayanan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
6. Sukses akreditasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada 16 Juni 2014 sampai dengan 15 Juni 2017
7. Sukses akreditasi internasional JCI (Joint Commission Internasional), Pada 2 Juli sampai dengan 1 Juli 2017
2.6 KEBIJAKAN MUTU DAN LINGKUNGAN
“Memberikan pelayanan yang terbaik untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui upaya peningkatan mutu dan lingkungan dengan perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran melalui kerjasama tim dengan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang relevan”.
2.7 LAMBANG RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
Gambar 2.2 Lambang Rumah Sakit Awal Bros Batam
1. Gambar palang Melambangkan sebagai simbol profesional pada bidang medis.
2. Huruf Awal diambil dari nama pendiri
Rumah Sakit Awal Bros, yaitu “H.
Awaloeddin” dan kata Bros adalah
sebuah peniti perhiasan yang dimana hiasan bros itu selalu bersinar dan berkilau dengan harapan bahwa Rumah Sakit Awal Bros selalu bersinar dan berkilau.
3. Lingkaran Yang berarti sebuah perputaran tanpa batas
yang diartikan sebagai dunia yang mendunia.
4. Warna Warna yang dipilih dominan berwarna
hijau teduh yang memiliki visualisasi dari sebuah pohon yang cenderung selalu tumbuh, berkembang dan memberikan keteduhan atau kepedulian terhadap sesama.
5. Jenis Huruf yang dipilih Modern, futuristik dan cenderung bulat yang memberikan kesan yang makmur.
Tabel 2.1 Arti-Arti Lambang Rumah Sakit Awal Bros Batam
2.8 MOTO RUMAH SAKIT AWAL BROS
“Service With Love”
1. Service for everyone Melayani setiap orang
2. Excellence in everything wed Memberikan yang terbaik dalam semua hal
3. Reaching out to every guest Berusaha mengenal setiap pasien dengan baik
4. Viewing every guest as special Memandang semua pasien dengan istimewa tanpa perbedaan
5. Inviting guest to return Mengundang pasien agar kembali sewaktu waktu
6. Creating a warm atmosphere Menciptakan suasana hangat dan nyaman
7. Eye contact that member we are caren
Memberi kontak mata yang menunjukkan bahwa kami peduli
8. Loving Melayani setiap pasien dengan
sepenuh cinta dan kasih 9. Outstanding Berusaha melayani berbagai
kalangan luas, tidak hanya kalangan tertentu
10. Value Menerapkan nilai-nilai kemanusiaan
dalam pelayanan kami
11. Extraordinary Memberikan pelayanan luar biasa yang sesuai dengan visi Rumah Sakit Awal Bros
Tabel 2.2 Arti-Arti Moto Rumah Sakit Awal Bros Batam
14
URAIAN KEGIATAN
3.1 SELEKSI OBAT DAN ALAT KESEHATAN
Seleksi obat di rumah sakit bertujuan untuk menjamin obat yang terdapat di rumah sakit terjamin mutu dan kualitasnya, menyediakan suplai obat dalam jumlah yang cukup serta mengetahui berapa banyak item obat yang dikonsumsi dan dibutuhkan di rumah sakit. Di Rumah Sakit Awal Bros Batam seleksi obat harus melalui KFT (Komite Farmasi dan Terapi) yang diketuai oleh dokter dan Apoteker sebagai sekretaris serta beranggotakan perwakilan dokter dari masing-masing spesialis, dan farmasi. Pengajuan obat baru yang belum ada di dalam formularium oleh dokter spesialis dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun pada rapat Addendum, yang mana biasanya rapat ini dilakukan di bulan Juni dan Desember. Dokter akan melampirkan formulir pengadaan obat baru dengan berkas yang dilampirkan terdiri dari produk obat teregistrasi BPOM, Certificat Of Analysis (COA), Data Biovaiibilitas dan Bioequivalen (BABE), Material Safety Data Sheets (MSDS), Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), serta referensi ilmiah mengapa obat tersebut harus ada di rumah sakit. Apabila formulir pengajuan obat baru memenuhi semua persyaratan, berkas-berkas tersebut akan diperiksa terlebih dahulu oleh koordinator farmasi dan Komite Farmasi Terapi. Setelah itu, semua formulir pengajuan obat baru akan didiskusikan lolos atau tidaknya obat yang diajukan. Untuk obat-obat yang sudah ada (me
too) di Rumah Sakit Awal Bros Batam kemungkinan kecil akan lolos, sedangkan obat-obat yang tidak ada sama sekali di Rumah Sakit Awal Bros Batam kemungkinan besar akan lolos.
3.1.1 Perencanan Pengadaan Perbekalan Farmasi.
1. Apoteker menghitung rata-rata pemakaian barang selama 1 bulan setelah mendapatkan data rekapitulasi pemakaian barang selama 1 tahun terakhir.
2. Apoteker membuat perencanaan yang diperoleh untuk satu bulan untuk satu bulan menjadi beberapa kali pengadaan dalam satu bulan per item perbekalan farmasi dengan mempertimbangkan metode analisa VEN (Vital, Essensial, Non Essensial) dan lead time termasuk untuk barang yang mutasinya jarang, tapi untuk satu kali peresepan membutuhkan jumlah yang banyak, perhitungannya dilakukan dengan memperhatikan jumlah yang tercantum dalam resep.
3. Apoteker melakukan setting minimal dan maksimal stok barang disistem komputer berdasarkan analisa tersebut.
4. Apoteker melakukan pemantauan minimal dan maksimal stok secara dinamis dengan memperhatikan pola peresepan untuk masing masing item barang, dimana nilai minimal dan maksimal stoki barang yang disetting akan muncul secara otomatis dalam defecta
5. Apoteker/Asisten apoteker pengelolaan perbekalan farmasi akan mencetak defecta setiap hari sebagai pedoman pengadaan perbekalan farmasi.
3.2 PENGADAAN
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Pengadaan obat-obatan biasanya dilakukan melalui pembelian/pemesanan yang dilakukan melalui jalur resmi sesuai dengan peraturan perundang-undangan medis. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
3.2.1 Alur Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit Awal Bros Batam
Pengajuan obat baru dari dokter
Masuk addendum untuk dilakukan
pemesanan
Pembelian
Penerimaan : 1. No. Faktur 2. Nama barang 3. Suhu
penyimpanan 4. Kemasan/fisik 5. Sediaan 6. Jumlah 7. Kedaluwarsa 8. No. Batch Rapat
kft
Pembelian rutin Pembuatan PO
berdasarkan defecta
Pembuatan Purchase Order
Pembuatan delivery order
Pembuatan Receiving Order
3.2.2 Prosedur Pengadaan
3.2.2.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi
1. Apoteker atau Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi bagian pembelian membuat surat pesanan perbekalan farmasi untuk supplier di dalam program komputer.
2. Apoteker atau Asisten Apoteker memilih program komputer modul normal, dan memasukkan username, serta password.
3. Apoteker atau Asisten Apoteker memilih menu purchase order, dan memilih tombol “buat PO baru”.
4. Apoteker atau Asisten Apoteker memasukkan nama departemen tempat barang langsung didistribusikan.
5. Apoteker atau Asisten Apoteker menginput nama username pada kolom “disetujui oleh”
6. Apoteker atau Asisten Apoteker memilih tanggal saat pembuatan surat pesanan pada kolom “tanggal disetujui”
7. Apoteker atau Asisten Apoteker mengklik tombol simpan untuk menyimpan data.
8. Apoteker atau Asisten Apoteker menginput nama perbekalan farmasi yang akan dipesan dan jumlahnya. Lalu, tekan enter/tombol simpan.
9. Apoteker atau Asisten Apoteker memasukkan diskon bila ada pada kolom diskon, dan PPN bila ada pada kolom PPN.
10. Apoteker membuat catatan bila diperlukan pada kolom catatan.
11. Setelah selesai, Apoteker atau Asisten Apoteker menekan tombol cetak untuk mencetak surat pesanan pada kertas 3 rangkap, dengan pembagian kertas putih untuk supplier, kertas merah untuk keuangan, dan kertas kuning untuk arsip. Surat Pesanan Barang (SPB) ditandatangani oleh Apoteker penanggungjawab, Manager Pelayanan dan Penunjang Medis dan Direktur.
12. Asisten Apoteker melakukan pemesanan ke supplier berdasarkan surat pesanan yang dibuat melalui telepon ataupun menyerahkan langsung surat pesanan ke pihak sales supplier.
3.2.2.2 Pengadaan Obat Narkotika
1. Apoteker atau Asisten Apoteker melakukan pemesanan obat golongan narkotika dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika sebanyak 4 rangkap dengan pembagian :
Lembar ke-1 (asli), ke-2, dan ke-3 untuk supplier PT.
Kimia Farma.
Lembar 4 untuk arsip RS. Awal Bros Batam.
2. Apoteker penanggungjawab farmasi menandatangani surat pesanan khusus narkotika yang telah berisi obat narkotika yang akan dipesan, dimana satu rangkap surat pesanan narkotika hanya berlaku untuk satu obat narkotika.
3. Asistan Apoteker menghitung biaya yang dibutuhkan untuk membeli obat narkotika, dan melakukan kasbon ke bagian keuangan. Bila uang sudah diperoleh, Asisten Apoteker memesan obat narkotika ke supplier PT. Kimia Farma.
4. Apoteker penanggungjawab farmasi menerima obat narkotika dari supplier disertai pemeriksaan terhadap kesesuaian nama obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah tanggal kedaluwarsa, dan kemasan obat narkotika yang diterima.
5. Apabila barang sudah sesuai dengan pesanan, baik kualitas dan kuantitasnya, maka faktur dicap dengan cap receiving medis dan ditandatangani oleh Apoteker penanggungjawab farmasi dan dilakukan pembayaran.
6. Asisten Apoteker menyerahkan dokumen surat pesanan secara sistem komputer, tanda terima barang, dan faktur asli kepada bagian keuangan untuk pelunasan kasbon.
3.2.2.3 Pengadaan Obat Psikotropika dan Prekursor
1. Apoteker atau Asisten Apoteker membuat surat pesanan perbekalan farmasi untuk supplier di dalam program komputer.
2. Apoteker atau Asisten Apoteker memilih program komputer modul normal, dan memasukkan username, serta password.
Lalu, memilih menu purchase order, dan memilih tombol
“buat PO baru”.
3. Apoteker atau Asisten Apoteker memasukkan nama departemen tempat barang langsung didistribusikan.
Kemudian, menginput nama username pada kolom
“disetujui oleh” serta memilih tanggal saat pembuatan surat pesanan pada kolom “tanggal disetujui”. Lalu, klik tombol simpan.
4. Apoteker atau Asisten Apoteker menginput nama perbekalan farmasi yang akan dipesan dan jumlahnya. Lalu, tekan enter/tombol simpan.
5. Apoteker atau Asisten Apoteker memasukkan diskon bila ada pada kolom diskon, memasukkan PPN bila ada pada kolom PPN, dan membuat catatan bila diperlukan pada kolom catatan.
6. Setelah selesai, Apoteker atau Asisten Apoteker menekan tombol cetak untuk mencetak surat pesanan pada kertas 3 rangkap, dengan pembagian kertas putih untuk supplier, kertas merah untuk keuangan, dan kertas kuning untuk arsip. Surat Pesanan Barang (SPB) ditandatangani oleh Apoteker penanggungjawab, Manager Pelayanan dan Penunjang Medis dan Direktur.
7. Asisten Apoteker melakukan pemesanan ke supplier berdasarkan surat pesanan yang dibuat melalui telepon ataupun menyerahkan langsung surat pesanan ke pihak sales supplier.
3.2.2.4 Pengadaan Perbekalan Farmasi yang Tidak Tersedia di Supplier
1. Asisten Apoteker perbekalan farmasi melakukan pemesanan barang ke supplier
2. Jika stok barang tidak tersedia di supplier, maka yang dilakukan adalah :
a. Mencari di supplier lain apakah barang yang kosong tersebut juga tersedia di supplier lain, jika dilakukan pembelian.
b. Mencari ke rumah sakit, apotek rekanan/outlet resmi lain jika barangnya dibutuhkan segera.
c. Memeriksa apakah ada barang dengan isi/komposisi yang sama dengan barang yang kosong disupplier, jika ada maka petugas farmasi menginformasikan kepada user/pengguna tentang kekosongan barang dan meminta untuk mengganti barang yang kosong tersebut dengan barang yang sama untuk sementara.
d. Jika barang cito yang dicarikan kerumah sakit, apotek rekanan atau outlet resmi lain atau outlet resmi lain juga tidak tersedia maka petugas farmasi segera menginformasikan kepada user/dokter, agar dicarikan alternatif lain, golongan/jenis lain yang dapat dipakai.
3. Asisten apoteker perbekalan farmasi membuat surat keterangan barang kosong dari supplier.
3.3 PENERIMAAN
3.3.1 Penerimaan Obat di UPF
Berikut prosedur penerimaan obat dari supplier di UPF :
1. Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi menerima dan memastikan faktur/surat pengantar barang (SPB) atas nama RS.
Awal Bros Batam.
2. Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi memeriksa barang yang datang meliputi nama barang, suhu penyimpanan untuk obat/alkes penyimpanan suhu khusus, kemasan/fisik, sediaan, jumlah, tanggal kedaluwarsa barang, nomor batch, dan disesuaikan dengan faktur dan surat pesanan barang.
3. Bila sesuai, Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi memberi cap/stempel receiving medis pada faktur/surat pengantar barang dengan mencantumkan tanggal penerimaan, jam terima, suhu terima, suhu keluar gudang, waktu pengiriman sejak pesanan, kesesuaian jenis, kesesuaian jumlah, kedaluwarsa produk apakah kurang dari 1 tahun atau lebih dari 1 tahun, apakah tertera no. batch dan tanggal kedaluwarsa, kondisi barang, apakah termasuk B3 atau tidak, jenis kendaraan, nama dan tandatangan petugas penerima dan pengirim.
4. Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi menyerahkan faktur/surat pengantar barang kepada pengantar barang untuk supplier di dalam kota, dan mengambil copy faktur/surat pengantar barang untuk dokumen pembelian.
5. Asisten Apoteker pengelolaan perbekalan farmasi menginput terima barang dalam program komputer menu receiving order.
3.3.2 Retur Perbekalan Farmasi ke Supplier
Retur obat adalah pengembalian obat atau alat kesehatan karena adanya kerusakan, kedaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, keamanan produk serta kesalahan administratif yang menyangkut jumlah dan jenis.
3.3.3 Recall Perbekalan Farmasi (Penarikan Obat)
Pengeluaran perbekalan farmasi dari gudang farmasi ke pihak ketiga (supplier) karena ada pemberitahuan resmi bahwa ada penarikan suatu produk dengan nomor produksi tertentu dikarenakan tidak sesuai dengan standar wajib yang telah ditentukan pemerintah, adanya temuan yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan konsumen, adanya kasus/kejadian/peristiwa terhadap produk tersebut yang telah berakibat membahayakan keselamatan konsumen.
3.4 PENYIMPANAN OBAT DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM 3.4.1 Penyimpanan Perbekalan Farmasi
1. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas berdasarkan:
a. Jenis (obat dan alat kesehatan)
Gambar 3.1 Rak Obat Gambar 3.2 Lemari Alkes
b. Golongan obat (generik dan generik berlogo)
Gambar 3.3 Obat Generik Gambar 3.4 Obat Generik Berlogo
Obat generik dan paten dipisahkan dan disusun berdasarkan abjad dan berdasarkan bentuk sediaan.
c. Bentuk Sediaan (tablet, sirup, salep, krim, injeksi dan lain-lain) yang disusun secara alfabetis.
Gambar 3.5 Tablet Gambar 3.6 Sirup
Gambar 3.7 Gel Gambar 3.8 Krim
Gambar 3.9 Salep Gambar 3.10 Inhalasi
Gambar 3.11 Tetes Mata Gambar 3.12 Tetes Telinga
Gambar 3.13 Infus Gambar 3.14 Injeksi
Gambar 3.15 Suppositoria Gambar 3.16 Insulin
d. Kelas Terapi Obat
Obat dikelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal golongan antibiotika dikelompokkan menjadi satu dengan golongan antibiotika.
e. Stabilitas (Suhu)
Penyimpanan obat juga perlu memperhatikan suhu penyimpanan untuk menjaga stabilitas obat. Suhu penyimpanan obat dibagi menjadi 4 kelompok, yakni:
1) Penyimpanan suhu beku (-20° dan -10° C) yang umumnya digunakan untuk menyimpan vaksin
2) Penyimpanan suhu dingin (2° – 8° C) pada almari pendingin seperti suppositoria, insulin dan serum.
Gambar 3. 17 Penyimpanan Obat Pada Suhu 2° – 8° C 3) Penyimpanan suhu sejuk (8° – 15° C) pada obat-obat tertentu
seperti Propyretic Suppositoria (obat yang di gunakan sebagai penurun demam dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan).
Gambar 3.18 Penyimpanan Obat Pada Suhu 8° – 15° C
4) Penyimpanan suhu ruangan (15° – 25° C) pada ruangan AC seperti tablet, beberapa sediaan injeksi, dan tetes mata.
Gambar 3.19 Penyimpanan Obat Pada Suhu 15° – 25° C
f. Obat-obat yang perlu diwaspadai terbagi atas High Alert Medication (Obat dengan kewaspadaan tinggi) dan Look Alike Sound Alike (Obat yang mirip bentuk dan pengucapannya). Untuk obat-obat HAM harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas
dan diberi tanda khusus (misalnya: areapenyimpanan ditandai dengan selotib berwarna merah dan diberi stiker “High Alert”.
Untuk obat LASA, perlu diberikan penandaan khusus (misalnya dengan stiker berlogo “LASA” pada wadah obat) dan penyimpanan obat LASA tidak diletakkan berdampingan. Hal ini dilakukanuntuk menghindari kemungkinan salah ambil akibat kemiripan tampilan obat.
Gambar 3.20 Stiker Obat HAM Gambar 3.21 Stiker Obat LASA
Yang termasuk obat HAM antara lain:
1. Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yaitu: “Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.” Penyimpanan obat psikotropika di dalam lemari berkunci yang kuncinya dipegang oleh apoteker/asisten apoteker penanggung jawab yang juga memegang kunci pertama obat narkotika.
Gambar 3.22 Obat Psikotropika dan Lemari Obat Psikotropika
2. Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu: “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.” Penyimpanan
obat narkotika di dalam lemari double lock yang kuncinya dipegang oleh penanggung jawab yang berbeda, kunci pertama dipegang oleh penanggung jawab yang juga memegang kunci psikotropika sedangkan kunci kedua dipegang oleh penanggung jawab yang satunya.
Gambar 3.23 Obat Narkotika
3. Obat Kanker
Penyimpanan obat kanker dalam lemari berkunci yang kuncinya dipegang oleh penanggung jawab pemegang kunci dan diberi stiker ungu bertuliskan “Obat Kanker, tangani dengan hati- hati”.
Gambar 3.24 Lemari Obat Kemo, Stiker Obat Kemo & Obat Kemo
4. Obat Agonis Adrenergik
Obat agonis adrenergik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang saraf simpatis (simpatomimetik). Salah satu efeknya adalah peningkatan tekanan darah. Yang termasuk dalam golongan obat agonis adrenergik diantaranya adalah epinephrine, norepinephrine, dobutamine, dan dopamine.
5. Obat Antagonis Adrenergik
Obat ini sering digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau nyeri dada. Contoh obat Antagonis
Adrenergik yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam adalah Harnal Ocas, Bisoprolol, dan Propranolol.
6. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh dokter khusus bagi penderita diabetes. Obat-obatan ini dapat membantu penyandang diabetes melitus untuk menggunakan insulinnya sendiri dengan lebih baik dan menurunkan pelepasan glukosa oleh hati.Contoh Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam adalah metformin, glibenklamid dan lain-lain.
7. Anestetik
Anestesi atau pembiusan, secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Gambar 3.25 Obat Anastesi
8. Antiaritmia
Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan untuk menangani gangguan irama jantung yang bisa berupa detak jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.Beberapa jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antiaritmia, yaitu digoxin, diltiazem dan amiodarone.
Gambar 3.26 Obat Aritmia
9. Antithrombotic (antikoagulan)
Antikoagulan adalah obat yang berfungsi mencegah penggumpalan darah. Contoh obat antikoagulan yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam adalah Warfarin, Inviclot, dan Thrombophob.
Gambar 3.27 Obat Antikoagulan
10. Insulin
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas untuk membantu mengendalikan kadar gula darah.
Selainmengaturkadar gula darah, hormon ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Contoh obat insulin di Rumah Sakit Awal Bros Batam antara lain Novorapid, Levemir, dan Sansulin.
Gambar 3.28 Obat Insulin
11. Total Parenteral Nutrition (TPN) atau Total Nutrition Admixture (TNA)
(TPN) atau (TNA) merupakan terapi pemberian nutrisi secara intravena kepada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut. Tujuannya adalah mengganti dan mempertahankan nutrisi-nutrisi penting tubuh melalui infus intravena ketika (dan hanya ketika) pemberian makanan secara oral bersifat kontraindikasi atau tidak mencukupi. Produk TPN atau TNA yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam antara lain Clinimix N9G15E, Renxamin 9%, dan Clinoleic.
12. Steril Water
Sterile Water For Injection merupakan air dengan kualitas ekstra tinggi tanpa kontaminasi yang ditujukkan sebagai pengencer sediaan injeksi.
13. Elektrolit Konsentrat Pekat
Penyimpanan obat elektrolit konsentrat pekat dilakukan dalam lemari penyimpan obat yang bertanda khusus (penandaan warna merah dan stiker high alert) serta tidak tercampur dengan obat lainnya dengan akses terbatas. Obat elektrolit konsentrat pekat hanya boleh disimpan di Gudang Farmasi, Apotek Sentral, Depo Rawat Inap dan dapat disimpan dalam jumlah terbatas di Troli Emergensi. Contoh elektrolit konsentrat pekat misalnya Meylon dan KCL.
Gambar 3.29 Obat Elektrolit Pekat
14. Oxytocin
Oxytocin adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran. Contoh obat oxytocin yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam yaitu Induxin.
15. Radiocontrast Agents
Agen radiokontras adalah zat yang menyerap atau memantulkan radiasi sinar-X. Salah satu contoh obat Agen radiokontras yang terdapat di Rumah Sakit Awal Bros Batam yaitu Iohexol injeksi.
2. Penyimpanan obat juga berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) yang dimana obat yang baru datang diletakan di posisi paling belakang dan yang pertama masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu dan FEFO (First Expired First Out) yang dimana obat yang tanggal kedaluwarsanya sudah dekat adalah obat yang harus diletakan paling depan dan keluar terlebih dahulu.
3. Petugas farmasi mengisi kartu stok dengan cara:
a. Menuliskan tanggal barang masuk pada kolom yang tertera.
b. Menuliskan asal barang yang masuk pada kolom yang tertera.
c. Menuliskan jumlah barang yang masuk pada kolom yang tertera d. Menuliskan jumlah fisik yang terdapat pada rak pada kolomyang
tertera.
e. Menuliskan nama/paraf yang bertugas memasukan barang pada kolom yang tertera.
4. Petugas farmasi meletakan kartu stok dalam rak obat tersebut.
Apabila terdapat obat yang tanggal kedaluwarsanya sudah dekat (6 bulan maksimal) maka petugas farmasi akan memberi label hijau agar petugas lebih berhati-hati dan memperhatikan tanggal kedaluwarsa obat tersebut apabila obat tersebut akan diberikan kepada pasien.
3.4.2 Penyimpanan Produk Nutrisi di Instalasi Farmasi
1. Penyimpanan produk nutrisi atau Total Parenteral Solution yang dilakukan di instalasi farmasi antara lain:
a. Aminofusin Hepar 500 ml b. Aminofusin Paed 250 ml c. Aminofluid 1000 ml d. Aminofluid 500 ml
e. Aminosteril infant 6% 100 ml f. Clinimix infus 1 liter
g. Comafusin Hepar 500 ml h. Renxamin 200 ml
i. Benutrion VE infus 250 ml j. Tutofusin Ops infus k. Plasbumin
l. Octalbin
m. Ringer Fundin n. Albumin Human o. Clinoleic
p. Livamin q. Glutamin r. Manitol s. Gelafusal t. Gelofusin
2. Untuk penyimpanan no. a-t di lemari pada suhu kurang 25° C. Untuk penyimpanan Albumin Human di kulkas pada suhu 8-15° C.
3. Untuk produk nutrisi atau Total Parenteral Solution dari ruangan IV Admixture antara lain :
a. PG 1 b. PG 2 c. Clinoleic
4. Untuk produk nutrisi atau Total Parenteral Solution dari ruangan IV Admixture akan disimpan dalam kulkas dengan suhu 2-8° C.
Penyimpanan dilakukan sebelum produk nutrisi tersebut diserahkan kepada perawat ruang rawat inap dalam waktu maksimal 24 jam.
Gambar 3.30 Produk Nutrisi
3.4.3 Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Disimpan dengan menggunakan rak dan lemari besi dimana masing- masing rak hanya terdapat satu jenis B3 atau lebih dengan syarat B3 yang ditempatkan dalam 1 rak tidak akan bereaksi satu dan lainnya.
2. Maksimum tumpukan 3 lapis, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam wadah botol, tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun.
3. Jarak kemasan terluar tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter dari atap.
4. Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak dalam satu blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang membahayakan.
5. Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan tumpah ke kemasan lain.
6. Dalam menyimpan dan menggunakan B3 petugas harus memperhatikan petunjuk dari MSDS (Material Safety Data Sheet).
Gambar 3.31 Lemari B3 Gambar 3.32 B3
3.5 RESEP DAN SALINAN RESEP 3.5.1 Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep tersebut.
Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya.
Resep asli tersebut harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali diminta oleh:
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya, 2. Pasien yang bersangkutan,
3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa, serta
4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya pasien.
3.5.2 Penulisan Resep
1. Dalam penulisan resep online, maka resep yang lengkap harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Nomor Resep b. Tanggal Resep c. Penjamin d. Perusahaan e. Ruangan f. Kelas
g. Dokter Peresep h. DPJP
i. Riwayat Alergi
j. Nama Pasien k. Tanggal Lahir l. No. Rekam Medis m. No. Registrasi n. Diagnosa Kerja o. TB/BB
p. Keadaan Fisiologi q. Status Resep
2. Dalam hal obat yang diminta maka harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Nama obat ditulis dengan jelas, lengkap dan tidak ada singkatan.
Contoh: Paracetamol tidak boleh disingkat PCT, Antasida Doen tidak boleh disingkat ANTSD.
b. Ditulis dengan jelas mengenai jenis obat (larutan tablet, kapsul, sirup dan lain-lain).
c. Ditulis rute pemberian, misalkan oral, iv, im, rectal dan lain lain.
d. Ditulis dengan jelas kekuatan (konsentrasi) sediaan mengikuti sistem metrik kecuali obat yang menggunakan standar unit, seperti insulin dan vitamin. Obat kombinasi yang tidak mencantumkan kekuatan sediaaan, tidak perlu dicantumkan kekuatan sediaannya. Contoh : Aldisa SR kapsul
e. Ditulis dengan jelas mengenai jumlah obat.
f. Ditulis dengan jelas mengenai aturan pakai dan cara pemakaian (sebelum makan, sesudah makan, pagi hari, malam hari dan lain lain). Aturan pakai "bila perlu" (prn) harus menyertakan indikasi yang jelas dan dosis maksimum perhari.
g. Penulisan indikasi lebih baik dicantumkan untuk membantu persepsi farmasi terutama untuk obat yang dapat menimbulkan kesalahan persepsi farmasi, selain itu membantu pasien untuk mengingat kegunaan obat tersebut.
h. Penulisan angka nol (0) tidak diperbolehkan setelah decimal (7 mg bukan 7,0 mg karena dapat terbaca 70 mg).
3. Bila ada beberapa macam obat dalam satu resep maka masing- masing ditulis dengan diskripsi yang jelas.
4. Resep obat racikan dalam bentuk pulvis sebaiknya dibuat dengan sistem "tiap-tiap dosis" (dtd) racikan dituliskan nama setiap jenis bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat: mikrogram, milligram, atau gram) dan untuk bahan cair menggunakan tetes, mililiter (ml), atau liter (1).
5. Resep obat injeksi sebaiknya ditulis untuk diserahkan kepada dokter (kecuali bila penderita sudah sering mempergunakan obat tersebut atau obat tersebut telah diketahui penggunaannya dengan jelas misalnya resep insulin).
6. Resep obat luar dibuat dengan ketentuan menyebutkan dengan jelas untuk pemakaian luar (sue). Sebaiknya menuliskan cara pemberian secara jelas misalnya oleskan, teteskan, tempelkan dan lain-lain kecuali apabila penderita sudah tau cara penggunaannya.
Gambar 3.33 Contoh Resep Online
3.5.3 Pengertian Salinan Resep
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil fotokopi. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli harus memuat pula:
1. Nama dan alamat apotek.
2. Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek.
3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek.
4. Tanda "det" = "detur" untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda "nedet" = "ne detur " untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
Salinan resep harus sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter dengan tetap mengikuti ketentuan penulisan resep yang baik. Istilah lain dari salinan resep adalah apograph, exemplum, afschrtif dan copy resep.
Apabila apoteker berhalangan melakukan tugasnya, penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud dilakukan oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.5.4 Penulisan Salinan Resep
1. Apoteker atau asisten apoteker menyalin kembali instruksi dokter ke dalam bentuk copy resep
2. Apoteker atau asisten apoteker menyalin kembali instruksi dokter tersebut ke dalam copy resep dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dokter menuliskan instruksi “iter” dalam resep (resep dapat di ulang).
b. Obat yang ditebus sebagian atau tidak ditebus sama sekali sehingga perlu dituliskan sehingga pasien dapat menebus sisa obat tersebut.
c. Obat kosong atau tidak tersedia sehingga apoteker atau asisten apoteker perlu menyalin kembali sebagai dokumentasi pasien mengambil obat tersebut jika telah tersedia
3. Apoteker atau asisten apoteker menyalin kembali instruksi dokter (tidak mengubah instruksi) dengan tetap mengacu pada syarat-syarat penulisan resep yang benar antara lain :
a. Tanggal, bulan dan tahun pembuatan copy resep b. Nama dokter
c. Tanggal, bulan, tempat dan tahun penulisan resep oleh dokter d. Nama dan no.medrec pasien
e. Tanda R/ untuk setiap permintaan
f. Nama, dosis, bentuk sediaan dan jumlah obat g. Aturan pakai obat
h. Tanda det (telah diserahkan) dan nedet (belum diserahkan) i. Tanda PCC (sesuai dengan resep aslinya)
j. Tanda tangan pembuat copy resep
k. Stempel Farmasi untuk setiap copy resep
l. Tanda telah diperiksa dengan mencantumkan nama dan paraf 4. Copy resep harus sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter
dengan tetap mengikuti ketentuan penulisan resep yang baik
5. Apoteker atau asisten apoteker menulis dengan jelas informasi/keterangan pada copy resep untuk pengambilan obat. Jika obat telah diambil seluruhnya petugas menuliskan “det”, bila obat telah diambil sebagian petugas menuliskan “det” diikuti jumlah yang telah diambil, jika obat telah diambil seluruhnya dan instruksi dokter dapat diulang (iter), maka petugas menuliskan “det orig” dan jumlah
“iter” yang sesuai dengan resep dokter, jika pasien hanya mengambil obat sebagian (setengah), maka petugas menuliskan “did”. Penulisan istilah tersebut dibubuhkan untuk setiap item obat.
6. Penyalinan kembali dan pengulangan kembali instruktur dokter pada resep (iter) tidak diberlakukan untuk obat narkotika oral dan injeksi.
7. Setelah copy resep ditulis, apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menyerahkan copy resep tersebut kepada petugas QC3 atau yang didelegasikan untuk dilakukan pemeriksaan kembali (verifikasi) terhadap kesesuaian antara resep dengan copy resep yang telah dibuat. Bila telah sesuai, petugas QC3 atau yang didelegasikan menuliskan nama dan paraf pada copy resep sebagai bentuk pemeriksaan telah dilakukan.
8. Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menyerahkan copy resep yang asli kepada pasien atau perawat dan pertinggalnya ditempel di resep asli.
Gambar 3.34 Salinan Resep
3.5.5 Penyimpanan dan Pemusnahan Resep a. Penyimpanan Resep :
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep.
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibundel sesuai dengan kelompoknya.
5. Bundel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bundel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep yang diambil dari bundel pada saat penelusuran harus dikembalikan pada bundel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama dari tiga tahun dapat dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan
b. Pemusnahan Resep dan Obat Kedaluwarsa atau Rusak di Apotek : 1. Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan.
2. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
4. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
5. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
6. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep, dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.6 PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP 3.6.1 Pelayanan Resep Rawat Jalan
a. Pengertian :
Suatu prosedur pelayanan resep rawat jalan dari poliklinik dan Unit Gawat Darurat (UGD) meliputi penerimaan resep, penginputan obat atau alkes yang dibeli pasien rawat jalan di dalam program komputer, penyiapan resep pasien sampai obat dikemas, dan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan yang telah memenuhi persyaratan administrasi.
b. Penerimaan Resep :
1. Apoteker atau asisten apoteker menerima resep atau stiker untuk resep online dari pasien dan melakukan identifikasi
2. Apoteker atau asisten apoteker melakukan identifikasi pasien dan menanyakan riwayat alergi obat pasien, saat menerima resep dan menyerahkan antrian yang sudah dicetak saat transaksi farmasi ditutup
3. Apoteker atau asisten apoteker menanyakan kembali riwayat alergi obat pasien tersebut dan menuliskan pada kolom alergi di resep
4. Apoteker atau asisten apoteker melakukan klik tombol proses untuk tanda resep sudah dikerjakan
5. Apoteker atau asisten apoteker membubuhkan stempel Q1, Q2, dan HK (harga, kemas) di resep
6. Apoteker atau asisten apoteker melakukan pengkajian resep sebelum diinput antara lain pemeriksaan Quality Control 1merujuk pada SPO Pengkajian Resep.
7. Jika resep yang diterima tidak jelas, tidak lengkap, tidak terbaca, atau masalah lainnya terkait resep diselesaikan sesuai dengan SPO Penanganan Resep Yang Tidak Lengkap, Tidak Jelas Atau Tidak Terbaca.
c. Penginputan Resep :
1. Petugas akan menginput Resep menggunakan program komputer HIS.
2. Petugas akan memilih gudang apotek yang dituju 3. Petugas akan memilih menu penjualan farmasi
4. Petugas akan memilih menu Pasien Rawat Jalan kemudian pilih Tambah (F1)
5. Petugas akan mengisi nomor rekam medis pasien, maka data akan terisi otomatis
6. Petugas akan memilih tombol Tambah Item (F4)
7. Petugas akan menginput nama obat, jumlah item, jika ada diskon diisi sesuai dengan ketentuan diskon dalam bentuk persentase (%), signa, keterangan, dan simpan. Begitu seterusnya untuk input item yang kedua dan selanjutnya
8. Untuk obat racikan, petugas akan memilih menu Tambah Racikan (F5). Dilanjutkan mengisi jumlah racikan, jumlah, dosis, dan catatan. Apoteker atau asisten apoteker memilih tombol buat Racikan
9. Petugas menginput nama obat dengan memilih R1 untuk jenis racikan pertama, R2 untuk jenis racikan kedua, dan seterusnya.
10. Petugas memilih tombol Simpan, nomor antrian otomatis akan tercetak.
11. Struk obat otomatis tercetak. Pasien membayar di kasir (khusus untuk pasien umum dan pembayaran obat yang tunai).
12. Petugas menuliskan nama di kolom harga.
13. Petugas menyerahkan resep ke pasien untuk diserahkan ke farmasi.
d. Penyiapan Obat :
1. Apoteker atau asisten apoteker mengambil resep yang telah selesai diinput dan sudah distempel Q1, Q2, HK (harga, kemas).
2. Apoteker atau asisten apoteker memotong bincard (kartu stok) khusus untuk obat-obatan tergolong HAM sesuai dengan jumlah obat yang diambil dan nama petugas yang mengambil obat di kolom tanda tangan.
3. Penyiapan obat Non Racikan adalah sebagai berikut :
a. Apoteker atau asisten apoteker mengambil obat berdasarkan resep dan nama obat yang telah diinput pada struk.
b. Apoteker atau asisten apoteker mengemas obat dengan memeriksa kesesuaian obat yang diambil dengan inputan pada struk dan resep.
c. Apoteker atau asisten apoteker menuliskan nama yang mengemas pada kolom Kemas.
d. Apoteker atau asisten apoteker mencetak etiket aturan pakai obat sesuai dengan nomor resep pasien yang tercantum pada struk dengan ketentuan untuk obat minum (oral) ada penandaan “obat luar”.
e. Apoteker atau asisten apoteker menempelkan etiket pada kemasan obat dengan melakukan Quality Control 2 (QC 2) merujuk pada SPO Pengkajian Resep.
4. Penyiapan obat Racikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk resep obat racikan, pemeriksaan Quality Control 2 (QC 2) dilakukan sebelum obat diracik dan setelah obat diracik.
b. Apoteker atau asisten apoteker menempelkan etiket pada kemasan obat dengan melakukan Quality Control 2 (QC 2) pertama merujuk pada SPO Pengkajian Resep.
c. Setelah QC 2 pertama sesuai, Apoteker atau asisten apoteker menyerahkan resep dan obat yang akan diracik kepada apoteker atau asisten apoteker yang meracik obat.
d. Apoteker atau asisten apoteker memakai Alat Pelindung Diri (APD) untuk peracikan.
e. Apoteker atau asisten apoteker menyiapkan mortir- stamfer/blender, dan peralatan lain yang diperlukan.
f. Apoteker atau asisten apoteker memeriksa kembali obat yang akan diracik setelah dilakukan QC 2 yang pertama termasuk dosis dan jumlah obat yang diminta pada resep.
g. Bila obat berupa bahan baku, petugas menimbang sebanyak yang diminta dalam resep.
h. Asisten apoteker meracik obat sampai homogen.
i. Asisten apoteker memasukkan obat yang telah diracik ke dalam kemasan obat yang diminta.
j. Tuliskan nama petugas yang meracik pada kolom Timbang.
k. Apoteker atau asisten apoteker melakukan Quality Control 2 (QC 2) terhadap obat yang selesai diracik, merujuk pada SPO Pengkajian Resep. Setelah memenuhi Quality Control 2 (QC 2), Apoteker atau asisten apoteker memberikan centang sesuai atau tidak sesuai dengan menuliskan nama petugas dikolom sampingnya.
l. Jika ditemukan ketidaksesuaian, Apoteker atau asisten apoteker melakukan tindak lanjut sesuai dengan hasil pemeriksaan tersebut.
m. Obat diserahkan kepada apoteker/asisten apoteker yang didelegasikan yang bertugas di penyerahan obat.
5. Penyerahan obat :
1) Sebelum apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menyerahkan obat kepada pasien, dilakukan pemeriksaan kembali (verifikasi) antara lain :
a. Kesesuaian etiket yang tertera dengan obat dan resep dokter meliputi nama pasien, nama obat, jumlah obat, dosis, rute pemberian, aturan pakai, dan cara pemakaian.
b. Kesesuaian obat dengan resep dokter meliputi nama obat, dosis, rute pemberian obat, dan jumlah obat.
c. Kesesuaian antara hasil inputan dalam struk pasien dengan resep dokter yang meliputi nama pasien, nama dokter, kategori pasien (jaminan atau umum), jumlah harga obat.
2) Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan untuk menyerahkan mengkonfirmasikan kepada apoteker atau asisten apoteker yang mengemas obat untuk dilakukan perbaikan, kemudian akan diperiksa kembali oleh apoteker atau asisten apoteker yang menyerahkan obat.
3) Setelah dilakukan pemeriksaan dan diperoleh obat yang sesuai dengan yang diresepkan dokter, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan melakukan penyerahan obat.
4) Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan memanggil pasien berdasarkan nomor antrian di awali dengan menekan tombol yang terhubung dengan monitor display nomor antrian.
5) Setelah pasien atau keluarga pasien datang, apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan melakukan verifikasi pasien sebelum menyerahkan obat melalui beberapa konfirmasi antara lain :
a. Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menanyakan nomor antrian yang ada pada pasien dan mencocokkan dengan nomor antrian yang tertera di resep/inputan resep.
b. Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menanyakan identitas pasien (nama dan tanggal lahir) dan mencocokkan dengan identitas pasien yang tertera pada resep dan hasil inputan resep.
c. Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan juga melakukan konfirmasi dokter yang dikunjungi, nama jaminan atau asuransi (jika pasien merupakan pasien jaminan). Konfirmasi dinyatakan sesuai apabila pasien membenarkan dan menjawab “Ya”. Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menanyakan riwayat alergi pasien dan mencocokkan dengan informasi alergi yang telah dituliskan dokter pada kolom alergi di resep untuk menghindari tidak terdatanya riwayat alergi pasien selain yang ditulis oleh dokter. Jika dokter tidak menuliskan informasi alergi, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan juga tetap menanyakan kepada pasien dan mengkonfirmasi kepada dokter penulis resep.
d. Bila ditemukan pasien tidak membawa nomor antrian yang telah diberikan apoteker atau asisten apoteker yang menerima resep, maka verifikasi identitas pasien dilakukan dengan meminta pasien menunjukkan Kartu Identitas Pasien atau bukti tagihan dengan tetap melakukan verifikasi pada point “b”.
e. Apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan akan menindaklanjuti sehingga obat diterima oleh pasien yang tepat.
f. Jika pasien menerima obat dalam bentuk sirup kering, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menanyakan kepada pasien apakah obat tersebut ingin dilarutkan di farmasi atau tidak. Jika pasien bersedia obat dilarutkan maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan melarutkan sesuai dengan takaran yang direkomendasikan pada kemasan obat dan jika pasien ingin melarutkan sendiri, maka apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan memberikan informasi cara melarutkan obat tersebut dan stabilitas penyimpanannya.
6) Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menyerahkan obat dengan memberikan informasi obat
menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, akurat, tidak bias, dan mudah dimengerti oleh pasien atau keluarga atau penerima obat meliputi nama obat, jenis, aturan pakai (contoh interval waktu minum obat), cara pemakaian (oral, rectal, inhalasi, dan lain-lain), cara penyimpanan (contoh di lemari es), kegunaan obat sesuai dengan indikasi yang dituliskan dokter pada resep.
7) Khusus untuk penjelasan informasi mengenai cara penyimpanan obat, apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan memberikan informasi penyimpanan obat-obat dengan memperhatikan stabilitas nya misalnya untuk sirup kering disimpan hanya dalam waktu 7 hari setelah dilarutkan, penyimpanan obat-obat yang pemberiannya dalam bentuk racikan (serbuk, krim, sirup dengan tambahan racikan) diinformasikan untuk disimpan selama tidak mengalami perubahan fisik seperti perubahan bentuk (konsistensi), bau, warna dan rasa.
8) Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan memberikan edukasi apabila selama penggunaan obat, timbul interaksi obat dan efek samping yang mungkin terjadi seperti gatal, sesak, berdebar-debar, sembab atau bengkak, pasien dapat menghubungi Rumah Sakit melalui Farmasi maupun dokter.
9) Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan melakukan verifikasi dengan menanyakan kepada pasien apakah informasi yang diterima sudah jelas atau apakah ada pertanyaan yang ingin disampaikan.
10) Bila pasien menyatakan sudah jelas, apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan menyerahkan obat kepada pasien menggunakan lembar bukti penyerahan obat bahwa apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan telah memberikan penjelasan mengenai kesesuaian obat dengan resep, kondisi kemasan (dalam keadaan baik), cara pemakaian (aturan pakai), dan expired date obat dan apotekeratau asisten apoteker yang didelegasikan membubuhkan tanda check (✓) pada point-point tersebut di lembar bukti penyerahan obat yang tercantum pada struk pasien.
11) Apoteker atau asisten apoteker yang didelegasikan membubuhkan tanda tangan dan nama pada lembar bukti penyerahan obat di bagian “yang menyerahkan obat” dan pasien di bagian “yang menerima obat” sebagai bukti obat telah diserahkan sesuai dengan benar. Khusus untuk pasien jaminan, pasien membubuhkan tanda tangan di bagian nama pasien untuk prosedur tagihan.