• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Lapangan Teknik Pemijahan Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus) di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali

N/A
N/A
DARWAN

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Lapangan Teknik Pemijahan Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus) di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK PEMIJAHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR

(BBIAT) SEPPONG MATAKALI

ST. TAFRIYYAH HM G0218326

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVESITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2021

(2)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK PEMIJAHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) DI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR

(BBIAT) SEPPONG MATAKALI

ST. TAFRIYYAH HM G0218326

Laporan Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Akuakultur

Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVESITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2021

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah yang dia berikan, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan PKL yang sederhana ini. Shalawat dan salam penulis kirimkan kehadapan Nabiullah Muhammad SAW, manusia pilihan yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia di atas bumi ini dan seizin Allah kelak akan memberikan syafaat bagi pengikutnya di hari kemudian. Laporan PKL ini berjudul Teknik Pemijahan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali disusun sebagai persyaratan dan rangkaian akhir dari kegiatan PKL dan sekaligus sebagai pertanggung jawaban dan sebagai indikator dalam mengetahui sejauh mana program kegiatan mahasiswa dalam melakukan PKL dapat terealisasi dengan baik.

Saat penulis mengumpulkan pustaka untuk memulai menyusun laporan PKL ini, terlintas wajah orang-orang yang telah membekali penulis pengetahuan, Dalam laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik selama PKL maupun dalam penyusunan laporan ini terutama kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak H. Hamzah Yunus, S.Pd., M.Si dan Ibu Hj.

Patriana Pattoeng, S.Pd serta saudara St. Hadratin HM, S.Pd dan teman- teman atas segala dukungan dan do’a sehingga PKL dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.

2. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Polewali Mandar atas bantuan dan fasilitasnya selama menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL).

3. Drs. Ir. Salmin, MP Selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan selaku pimpinan di Fakultas yang telah memberikan nasehat dan arahan serta fasilitas selama penyelesaian studi

4. Dr. Indah Sari Arbit, S.Pi., M.Si Ketua Prodi Akuakultur beserta seluruh jajaran pengajar atau dosen Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi

(4)

Barat serta staf yang telah memberikan bantuannya secara khusus dalam penyelesaian urusan adrimistrasi dan pengurusan PKL.

5. Dr. Muhammad Nur, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya, memberikan petunjuk, arahan, serta saran dan masukan dalam proses penyusunan laporan PKL.

6. Andi Riqiq Ridwan Saleh, S.Pi, sebagai pembimbing lapangan atas bantuan moril dan material serta arahan dalam PKL.

7. Segalah pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini dan tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, di ucapakan pula banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki laporan PKL ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan PKL yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Majene, Oktober 2021

ST. TAFRIYYAH HM

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : ST. TAFRIYYAH HM

Nim : G0218326

Judul : Teknik Pemijahan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Di Balai Benih Ikan Air Tawar Seppong Matakali

Prodi : Akuakultur

Fakultas : Peternakan dan Perikanan

Majene, Oktober 2021 Telah disetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Dr. Muhammad Nur, S.Pi, M.Si NIP. 19901224 201803 1 001

Andi Riqiq Ridwan Saleh, S. Pi

Diketahui oleh:

Dekan

Fakultas Peternakan dan Perikanan Koordinator Prodi Akuakultur

Dr. Ir. Salmin, MP

NIP. 19670313 199403 1 001

Dr. Nur Inda h Sari Arbit, S. S i., M. Si NIDN. 19890119 201504 002

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan dan Manfaat PKL ...2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi ...3

2.2. Morfologi Lobster Air Tawar ...4

2.3. Penyebaran dan Habitat Lobster Air Tawar ...5

2.4. Kebiasaan Makan ...6

2.5. Molting ...6

2.6. Calon Induk yang Baik ...7

2.7. Pemijahan Lobster Air Tawar ...8

2.8. Parameter Kualitas Air ...9

2.9. Bersembunyi dan Berlindung (Shelter) ...10

3.0. Pakan ...11

BAB III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat...13

3.2. Lokasi di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong...13

3.3.Struktur Organisasi BBIAT Seppong...14

3.4. Sarana dan Prasarana ...15

3.5. Metode Praktek ...17

3.6. Alat dan Bahan ...18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Kolam Pemijahan ...19

4.2. Pemasangan Blower ...20

4.3. Pemasangan Shelter ...21

(7)

4.4. Seleksi Induk ...22

4.5. Proses Pemijahan ...23

4.6. Pengeraman Telur ...25

4.7. Fekunditas ...27

4.8. Pakan dan Pemberian Pakan ...28

4.9. Kualitas Air ...29

5.0. Pencegahan Hama dan Penyakit ...32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...36

5.2. Saran ...36 DAFTAR PUSTAKA ...

(8)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alat yang digunakan selama PKL ...18

2. Bahan yang digunakan selama PKL ...18

3. Ukuran induk ...23

4. Fase perkembangan telur ...26

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Cherax quadricarinatus ...3

2. Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ...5

3. Induk Jantan dan Betina ...5

4. Molting ...7

5. Lokasi UPTD BBIAT Seppong ...14

6. Struktur Organisasi BBIAT Seppong...15

7. Mesin Blower ...17

8. Persiapan Wadah Budidaya ...20

9. Pemasangan Aerasi dan Sistem Airlip ...21

10. Pembuatan dan Pemasangan Shelter ...22

11. Ciri-ciri Induk Betina Gendong Telur ...24

12. Pengeraman Telur ...26

13. Fase perkembangan telur ...27

14. Pakan (Pellet Tenggelam) ...29

15. Suhu Air ...31

16. pH Air ...32

17. Penyakit Saproligniasis Pada Lobster Air Tawar...33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman 1. Dokumentasi PKL ...37 2. Jurnal harian ...41

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lobster air tawar atau Cherax quadricarinatus dikenal dengan nama red claw (capit merah), termasuk dalam anggota Famili Parastacidae yang habitatnya berasal dari Queensland, Australia yang diintroduksi ke Indonesia. Lobster air tawar merupakan udang komsumsi yang mulai dikembangkan untuk dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 2000 (Sukmajaya & Suharjo, 2003).

Lobster air tawar termasuk dalam jenis krustasea yang sangat potensial untuk dikembangkan di Sulawesi Barat yang memiliki perairan tawar yang cukup luas. Selain Lobster ini dapat dijadikan sebagai komoditas konsumsi juga dapat dijadikan hias. Lobster ini pun tidak membutuhkan penanganan yang rumit dalam pembudidayaannya. ssSemakin tinggi permintaan lobster air tawar membuat harga cukup tinggi (Wiyanto dan Hartono, 2007). Untuk saat ini benih lobster air tawar di Sulawesi Barat mencapai Rp. 5.000 per ekor.

Pengembangan lobster air tawar sangat bergantung pada teknik budidayanya. Selama ini berbagai teknik pembudidayaan telah diterapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian, selalu ditemukan kendala- kendala tertentu yang menghambat aktivitas pemijahan. Informasi yang terbatas tentang proses reproduksi serta siklus hidup menjadi salah satu kendala utama dalam pembudidayaan spesies ini. Penentuan umur induk yang tepat untuk di pijahkan serta tata kelola anakan hasil perkawinan induk menjadi kunci pokok dalam usaha meningkatkan produksi lobster air tawar, baik untuk dijadikan sumber bahan makanan maupun untuk dijadikan organisme hias (Agung Lukito &

urip Prayoga, 2007).

Lobster air tawar mempunyai prospek yang cukup cerah dalam sektor perikanan. Selain mudah dibudidayakan, hewan ini tidak mudah terserang penyakit, bersifat omnivora, pertumbuhan cepat dan memiliki daya bertelur tinggi (Iskandar, 2003). Berdasarkan tinjauan aspek teknis budidaya dan potensi pasar,

(13)

lobster air tawar layak dikembangkan secara luas di masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan tetap terjaga kelestariannya.

Keberhasilan lobster air tawar sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pada teknis pemijahan yang dilakukan dan ketersediaan benih yang berkualitas.

Pemijahan lobster air tawar saat ini telah dikembangkan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali, Sulawesi Barat. Oleh karena itu, melihat peluang dan prospek pengembangan budidaya lobster air tawar ini maka dilakukan PKL dengan judul teknik pemijahan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) di balai benih ikan air tawar (BBIAT) Seppong Matakali.

1.2. Tujuan dan Manfaat PKL

Tujuan pelaksanaan PKL ini adalah untuk mengetahui dan memahami teknik pemijahan lobster air tawar (Cherax quadrucarinatus) secara alami di BBIAT Seppong Matakali.

Manfaat kegiatan PKL ini adalah untuk menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan dalam pemijahan lobster air tawar (Cherax quardicarinatus) secara alami dan dapat di terapkan kemasyarakat dan menjadi bekal dalam bersaing di dunia kerja nantinya. Laporan PKL ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah bagi para pembaca tentang teknik pemijahan lobster air tawar (Cherax quardicarinatus).

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Lobster Air Tawar

Klasifikasi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus), menurut Wiyanto &

Rudi (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Famili : Parastacidae Genus : Cherax

Spesies: Cherax quadricarinatus

Gambar 1. Cherax quadricarinatus

Genus Cherax merupakan udang air tawar yang mempunyai bentuk seperti lobster karena memiliki capit yang besar dan kokoh, serta rostrum picak berbentuk segitiga yang meruncing (Lowery, 1988). Di Indonesia, jenis udang ini belum banyak dikenal masyarakat karena menurut Sabar (1975), genus Cherax masih hidup liar di sungai-sungai di Irian Jaya dan Papua.

(15)

2.2. Morfologi Lobster Air Tawar

Tubuh lobster secara morfologi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalothoraks (bagian kepala dan dada) dan bagian abdomen (perut/badan). Layaknya krustasea yang lain, Cherax memiliki kerangka luar dan tidak memiliki kerangka dalam. Sefalotoraks terdiri atas sepasang antena, sepasang antenulla, sepasang maksila, mandibula, maksilipedia dan 4 pasang kaki jalan pereipoda sedangkan abdomen terdiri atas 6 pasang kaki renang pleopoda, 2 pasang ekor samping uropoda dan satu buah telson (Lukito & Prayugo, 2007). Anggota badan tersebut mulai dari ruas badan terdepan hingga ruas badan terakhir terdiri atas: tangkai mata, antenulla, antena, mandibula, maksila, maksiliped, periopoda, pleopoda, dan uropoda (Mulis, 2012). Secara garis besar struktur tubuh Cherax tidak terlalu berbeda dengan struktur tubuh udang jenis lainnya. Morfologi lobster air tawar dapat dilihat pada Gambar 2.

Secara umum tentunya akan sulit untuk membedakan jantan dan betina jika dilihat secara sekilas karena secara fisik bentuk lobster air tawar hampir sama, namun jika diamati dengan saksama akan terlihat perbedaannya.

Pada lobster air tawar berkelamin jantan terutama jenis cherax quadricarinatus umumnya memiliki tandah merah pada bagian luar kedua ujung capitnya, akan tetapi jika lobster itu masih berukuran kecil atau dibawah umur 2 bulan maka yang dapat dijadikan patokan yaitu jantan memiliki ciri spesifik adanya sepasang tonjolan pada kaki pertama dari bagian ekor, namun pada lobster betina tidak ada tanda merah pada ujung capitnya (Iskandar, 2003). Untuk membedakannya, lobster betina ditandai dengan adanya dua lubang transparan pada kaki ketiga di hitung dari ekornya. Lobster air tawar tidak hanya sebatas pada jenis kelamin jantan betina, akan tetapi ada juga yang memiliki kelamin ganda atau yang disebut dengan intersex dimana ditandai dengan adanya dua kelamin dalam satu lobster, penyebab terjadinya kelamin ganda

(16)

ialah akibat dari perkawinan sedarah (inbreeding). Morfologi lobster air tawar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Morfologi lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) (Departement of Primary Industries, 1989)

Gambar 3. Jantan dan betina lobster air tawar 2.3. Penyebaran dan Habitat Lobster Air Tawar

Lobster air tawar merupakan salah satu jenis udang (crustacea).

Berdasarkan daerah penyebarannya, lobster air tawar dibagi ke dalam 3 famili, yakni Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae(Horwitz, 1995). Famili Astacidae dan Cambaridae tersebar di belahan bumi utara seperti Amerika dan Eropa, sedangkan famili Parastacidae tersebar di belahan bumi selatan seperti Asia dan Australia (Iskandar, 2003). Salah satu jenis Lobster air tawar yang dapat dijadikan usaha adalah lobster air tawar jenis Cherax

Betina Betina

Jantan

Jantan

(17)

quadricarinatus (Rosmawati et al., 2019).

Distribusi asli Cherax quadricarinatus di Australia adalah bagian barat dan utara Teluk Carpentaria, Queensland, bagian timur dan utara Northern Territory, sedangkan di Papua Nugini terdapat di bagian selatan (Ruscoe, 2002). Menurut Raharjo (2013), bahwa di Indonesia penyebaran lobster air tawar terdapat di wilayah perairan Jayawijaya, Papua. Habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa-rawa dan daerah sungai yang banyak terdapat tempat pelindung. Lobster air tawar cenderung bersembunyi dicelah- celah dan rongga-rongga seperti bebatuan, potongan-potongan pohon, dan diantara akar tanaman rawa-rawa (Iskandar, 2003). Di habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal) (Hadijah, 2015).

2.4. Kebiasaan Makan

Lobster air tawar di habitat alaminya biasa mengonsumsi pakan berupa biji-bijian, ubi-ubian, tumbuhan, hewan yang mati (scavenger), sekaligus memangsa hewan hidup lain dari kelompok udang. Kebiasaan nyata yang sering dilakukan adalah mengonsumsi udang-udang kecil yang hidup di habitatnya atau memangsa hewan anggota Cherax itu sendiri, sehingga lobster air tawar memiliki sifat kanibal Sukmajaya & Suharjo (2003).

Lobster memangsa makanannya lewat beberapa tahapan kerja.

Diawali dengan mendeteksi makanan menggunakan antena panjang yang terletak di kepala lobster. Jika sesuai mangsa akan ditangkap menggunakan capit lobster yang kuat dan kokoh. Selanjutnya, mangsa diserahkan pada kaki jalan pertama untuk memegang mangsa yang siap dikonsumsi. Lobster air tawar memiliki gigi halus yang terletak di permukaan mulut, sehingga untuk memakan mangsanya dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit (Setiawan, 2010).

2.5. Molting

Molting merupakan salah satu proses yang menunjukkan bahwa lobster tersebut mengalami pertambahan berat maupun panjang. Frekuensi

(18)

ganti kulit pada lobster berkurang sejalan dengan bertambahnya umur.

Frekuensi ganti kulit pada juvenile terjadi 1 kali setiap 10 hari, pada pra- dewasa antar 4–5 kali/tahun dan pada lobster dewasa 1–2 kali/tahun (Mulis, 2012).

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan sintasan/kelulusan hidup lobster air tawar diantaranya adalah kualitas benih, jenis pakan, kualitas air, dan tingkat keberhasilan molting. Peran molting sangat penting dalam pertumbuhan lobster, karena lobster hanya bisa tumbuh melalui molting (Hakim, 2012). Cherax quadricarinatus pada saat molting dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Cherax quadricarinatus pada saat molting

Selama proses molting, lobster akan cenderung tidak aktif dan akan sering berdiam diri dalam tempat persembunyiannya. Kalaupun bergerak mereka akan tampak lamban. Ada baiknya pada kondisi demikian mereka jangan dipindahkan, atau dibawa ke tempat lain. Setelah molting terjadi, kulit lobster akan lembut dan perlu beberapa waktu untuk menjadi keras kembali.

Lobster air tawar molting pada siang hari pada saat yang lain bersembunyi, Setelah cangkangnya mengeras kembali mereka kembali aktif, kecenderungan makan lebih banyak serupa dengan kepiting (Fujaya, 2007).

2.6. Calon Induk Yang Baik

(19)

Kualitas induk sangat berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Menurut Ernawati et al, 2014, lobster yang dipilih sebagai calon induk panjang tubuhnya harus sudah mencapai 5-6 cm agar didapat lobster yang sudah matang gonad. Selain itu lobster indukan harus memiliki nafsu makan yang tinggi, fisik bongsor, capit lengkap, gerakan lincah dan warna tubuhnya cerah.

2.7. Pemijahan Lobster Air Tawar

Keberhasilan usaha pemijahan lobster air tawar ditentukan oleh kuantitas dan kualitas induk. Indukan dengan ukuran yang di atas 5 inci (12,5 cm) atau berumur diatas 6 bulan. Pasalnya, lobster diatas 5 inci akan menghasilkan jumlah anakan cukup banyak dan pertumbuhan anakannya lebih cepat dibandingkan dengan anakan yang berasal dari indukan yang berukuran kecil Setiawan (2010).

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Induk yang akan digunakan pada dalam pemijahan ini harus dipindahkan dengan hati-hati sehingga indukan tidak kaget (Lengka et al., 2013).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemijahan menurut Warsidi (2008), yaitu:

1. Ketinggian air 25-30 cm.

2. Tempat bersembunyi (shelter) sebaiknya paralon atau sejenisnya.

3. Suhu air berkisar antara 23–30ᵒC

4. Komposisi indukan yang sesuai dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina.

5. Lingkungan yang tenang.

Dalam proses pemijahan pemijahan, indukan yang telah dimasukan ke

(20)

dalam wadah pemijahan akan memerlukan adaptasi terhadap lingkungan yang barunya. Indukan akan aktif mengelilingi kolamnya, indukan jantan yang matang gonad akan kelihatan aktif dan gelisah mendekati dan berkejar- kejaran dengan betina yang akan dipijah. Jika pada induk betina matang gonad akan terlihat gerakan aktif membersihkan badannya dengan pasangan kakinya, terutama kaki renangnya (Lengka et al. 2013).

Pada saat perkawinan terjadi, lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakkannya di dekat pangkal kaki kedua dari lobster betina.

Induk betina akan mengeluarkan telur secara perlahan-lahan dari alat kelaminnya yang berada pada pangkal kaki ketiga. Telur tersebut selanjutnya di letakkan dibawah perut lobster betina, melekat pada bulu-bulu yang terdapat pada umbai-umbai kaki renang induk betina. Setelah kawin, lobster betina akan meninggalkan induk jantan dan berdiam diri dalam lubang persembunyiannya (Setiawan, 2010).

2.8. Parameter Kualitas Air

Lobster merupakan organisme yang hidup di air, untuk itu Air merupakan media terpenting dalam budidaya lobster air tawar. Untuk memastikan tidak ada kandungan yang berbahaya yang melebihi batas toleransi yang membuat lobster dapat bertahan hidup maka dilakukan pengukuran kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya. Menurut Azis (2008), menyatakan bahwa Cherax quadricarinatus akan mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu air 24-29°C, oksigen terlarut >1 ppm dan pH 6,5–9. Lobster yang sudah dewasa menunjukkan toleransi terhadap kadar oksigen terlarut sampai 1 ppm, tetapi untuk benih lobster air tawar lebih rentan terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah. Lobster air tawar juga toleran terhadap konsentrasi amoniak dengan ambang batas 1,0 ppm dan nitrit sampai 0,5 ppm dalam jangka waktu yang pendek.

Beberapa parameter kualitas air yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut :

(21)

a. Suhu

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal (Putra, 2007). Kisaran suhu yang ideal untuk kehidupan organisme pada umumnya adalah 28-30°C. Menurut pendapat Lengka et al. 2013, bahwa suhu pada habitat aslinya lobster air tawar hidup dan tumbuh optimal pada suhu 26-30°C.

b. Keasaman (pH)

Tingkat keasaman biasanya disebut dengan pH, nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme pada umumnya adalah 6-7-8,5. Sedangkan yang baik untuk budidaya lobster air tawar stabil kisaran 7 – 8,5. Hal ini Sesuai dengan Pendapat (Lengka et al. 2013), bahwa pH pada habitat lobster air tawar hidup kisaran 6,7-7,8. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme pada umumnya adalah 6-7-8,5. Keasaman ini dapat di kontrol dengan membersihkan dasar kolam lobster. Pada saat kondisi pH tinggi maka yang dapat dilakukan dengan pengantian sebagian air dari kolam.

c. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau dapat disingkat DO adalah jumlah oksigen terlarut yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer udara. Nilai DO yang ideal bagi kehidupan organisme pada umumnya adalah 5,0 mg/L.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Lengka et al. 2013), bahwa DO lobster air tawar dihabitat aslinya tumbuh optimal pada Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara > 3–5 mg/l. Semakin banyak oksigen terlarut dalam kolam maka semakin banyak pula lobster yang dapat di budidayakan.

2.9. Tempat Bersembunyi dan Berlindung (Shelter)

Tempat bersembunyi dan berlindung (Shelter) merupakan salah satu bagian yang penting dalam budidaya lobster air tawar. Sifat lobster air tawar

(22)

yang suka bersembunyi menjadikan tempat untuk bersembunyi menjadi penting. Selain terhindar dari pemangsa juga dari sifat kanibalisme lobster yang lain (Hermawati, 2018).

Tempat bersembunyi ini dapat menambah luas permukaan tempat pemeliharaan sehingga lobster dapat leluasa bergerak dan mengurangi frekuensi pertemuan. Jika tanpa menggunakan tempat untuk bersembunyi, ini akan meningkatkan interaksi dan pertemuan lobster satu sama lain menjadi tinggi, sehingga peluang terjadinya saling memangsa sesama lobster (kanibalisme), makin banyak tempat bersembunyi juga akan semakin tinggi tingkat bertahan hidup lobster. Menurut Setiawan (2010), terdapat beberapa fungsi utama pada shelter yaitu sebagai tempat perlindungan, berguna untuk meminimalkan kanibalisme, dan berfungsi untuk menambah jumlah lobster air tawar pada wadah budidaya. Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai tempat untuk bersembunyi dan berlindung untuk lobster air tawar adalah paralon, batu bata, tali plastik atau rafia, waring atau karung bawang, bambu, dedaunan, ban bekas, dan tanaman air.

3.0. Pakan

Lobster air tawar merupakan pemakan segalanya (omnivora), maka semua makanan yang ada dapat dijadikan pakan buat lobster. Pakan yang umumnya diberikan berupa sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian, cacing-cacingan, keong maupun ikan atau makanan buatan pabrikanan (pellet komersil). Jika pakan tidak dapat tenggelam, cukup diseduh dengan air panas atau direbus sebentar untuk melayukannya (Warsidi, 2008)

Dalam pakan nutrisi sebaiknya ada karena sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan. Nutrisi yang baik akan memacu pertumbuhan lobster dan menghasilkan lobster yang sehat. Untuk protein sendiri umumnya diperlukan oleh lobster air tawar berkisar antara 20– 40%. Untuk benih tingginya protein sangat dibutuhkan demi memacu pertumbuhan. Selain dari protein, lemak banyak juga digunakan dalam pakan dengan menggantikan sebagian protein

(23)

karena dapat menekan biaya produksi. Karbohidrat walaupun tidak penting, karbohidrat diperlukan untuk menekan biaya produksi juga (Warsidi, 2008)

Dosis pakan harus sesuai dengan kebutuhan lobster, jumlah pakan yang kurang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan sedangkan pakan yang berlebihan mengakibatkan pemborosan karena tidak termakan oleh lobster sehingga pakan akan membusuk dan biasa menjadi sumber penyakit (Patasik, 2004).

(24)

BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapang (PKL) ini di laksanakan selama 40 hari mulai pada tanggal 3 Agustus sampai dengan 13 September 2021, di Balai Benih Ikan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Polewali Mandar, Kecamatan Matakali, Desa Pasiang, Dusun Seppong.

3.2. Lokasi di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong Matakali

BBIAT Seppong Matakali merupakan satu Unit Pelaksaanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kelautan dan Perikanan, yang berada di Dusun Seppong, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Balai ini berjarak ± 7,2 km dari ibu kota Polewali Mandar. BBIAT Seppong berbatasan dengan Kecamatan Tapango di sebelah Utara, di sebelah Timur dengan Kecamatan Anreapi dan Kecamatan Polewali, sebelah Barat dengan Kecamatan Wonomulyo, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar.

BBIAT memiliki jumlah kolam sebanyak 34 kolam yang terdiri atas, tujuh kolam pembesaran, sepuluh kolam pendederan, sepuluh kolam pembenihan, dan tujuh kolam induk. Untuk memenuhi kebutuhan bibit atau benih ikan air tawar yang berkualitas terjamin bagi pembudidaya ikan, maka Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan telah membangun BBIAT yang akan membantu penyediaan bibit/benih ikan yang dibutuhkan masyarakat.

Adapun komoditas perikanan yang saat ini ada di Balai Benih Ikan Air Tawar Seppong Matakali antara lain ikan nila (Orheocromis niloticus), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan patin (pangasianodon hypophthalmus), ikan bawal (Colossomam macropomum), ikan lele (Clarias bathracus) dan lobster

(25)

air tawar (Cherax quadricarinatus). Peresmian BBIAT Seppong Matakali pada tanggal 28 Juli 2005 yang di resmikan langsung oleh Bupati Polewali Mandar yaitu Bapak Ali Baal Masdar dengan luas lahan 1,4 hektar. Lokasi yang menjadi tempat praktek lapang UPTD BBIAT Seppong dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Lokasi UPTD BBIAT Seppong 3.3. Struktur Organisasi BBIAT Seppong

Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Polewali Mandar No. 41 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Kabupaten Polewali Mandar.

Adapun susunan sub-sub organisasi (seksi) di lingkungan BBIAT Seppong secara garis besar dapat dilihat pada gambar 6.

(26)

Gambar 6 : Struktur organisasi BBIAT Seppong

Adapun nama-nama penanggung jawab setiap seksi-seksi sebagai berikut : a. Kepala Dinas (Muhammad Akbar, S.Ip., M.Si)

b. Kepala UPTD (Imran, S.Sos) c. Sekretaris UPTD (Mulyanti, SP) d. Perekayasa (Nurdin, A. Md. Pi) e. Perkolaman (Muslimin)

f. Pakan (Mustang)

g. Larva (Wahyu Ilham dan Arman Junaedi) h. Pemijahan (Andi Riqiq Ridwan Saleh, S.Pi) 3.4. Sarana dan Prasarana BBIAT Seppong

a). Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sarana Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong di bagi 3 komponen yaitu, sarana pokok, sarana pendukung, dan sarana penunjang.

1. Sarana Pokok

Sarana pokok adalah sarana yang harus ada untuk mendukung berjalannya suatu kegiatan. Sarana pokok yang Bagian

Perkolaman

Pakan Larva Pemijahan Perekayasa

Kepala UPTD

Sekretaris UPTD Kepala Dinas

(27)

dimiliki BBIAT Seppong terdiri atas kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, bak penetasan (akuarium), dan bak fiber.

2. Sarana Pendukung

Sarana pendukung adalah sarana yang ikut mendukung kelangsungan produksi. Adapun sarana pendukung yang dimiliki Balai Benih Ikan Air Tawar Seppong antara lain mesin pompa air, mesin genset, dan aerator.

3. Sarana Penunjang

Sarana penunjang adalah sarana yang menunjang kelancaran kegiatan. Sarana penunjang yang dimiliki BBIAT Seppong, yaitu gudang pakan, kantor, kasebo dan mes karyawan.

b). Prasarana

1. Pengadaan Air

Air yang digunakan di BBIAT Seppong bersumber dari sungai selanjutnya melalui saluran air masuk ke kolam tandon.

Kondisi air di kolam, khususnya kedalaman air dan kelancaran saluran inlet maupun outlet dikontrol setiap kali pemberian pakan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau, inlet ditutup dan dibuka pada saat membutuhkan air untuk menjaga suplai air. Untuk suplai air yang digunakan di ruangan khususnya di dalam bak fiber menggunakan air bor yang di aliri langsung dengan selang air.

2. Sistem Aerasi

Aerasi merupakan prasarana yang sangat penting keberadaannya khususnya dalam penetasan telur dan pemeliharaan serta penampungan udara dengan kapasitas atau debit udara 1 m/detik. Adapun alat/mesin yang digunakan dalam sistem aerasi di BBIAT Seppong dapat dilihat pada gambar 7.

(28)

Gambar 7. Mesin Blower 3.5. Metode Praktek

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan PKL ini adalah sebagai berikut :

a) Observasi, merupakan kegiatan langsung dengan melihat rangkaian kegiatan yang dilakukan pada lokasi PKL dengan tujuan untuk mengetahui secara umum kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi tersebut.

b) Wawancara, kegiatan ini dilakukan dengan bertanya langsung kepada teknisi dan (karyawan) untuk mendapatkan pengetahuan sesuai tujuan PKL dilakukan.

c) Koasistensi, merupakan aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang terlaksana (bersama teknisi).

d) Pencatatan data, yakni kegiatan pencatatan data sesuai kegiatan dan pengamatan di lokasi PKL (data primer dan data sekunder) yang ada mengenai lokasi PKL dengan menggunakan pendekatan literatur

(29)

3.6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan PKL ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan selama PKL

No Alat Kegunaan Jumlah

1 Bak pemeliharan (bak fiber)

Pemeliharaan lobster air tawar 2 buah

2 Batu aerasi Pemecah oksigen 2 buah

3 Selang aerasi Penyalur oksigen ke bak 10 meter

4 Blower Penghasil O2 1 buah

5 Seser Untuk menangkap benih/induk 1 buah

6 Baskom Pengumpul benih/induk 1 buah

7 Ember Mengangkut benihi/induk 1 buah

8 9 10

DO meter digital pH meter

DO meter

Untuk mengukur suhu air Untuk mengukur pH air Untuk mengukur kadar DO air

1 buah 1 buah 1 buah 11 Tali rapiah Tempat persembunyian lobster 1 gulung

12 Pipa ½ inci Pemecah oksigen 2 batang

13 Selang air Untuk menyalurkan air ke dalam bak

8 meter 14

15

Pipa 2 inci Mistar

Tempat persembunyian lobster Untuk mengukur Panjang tubuh

1 batang 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan selama PKL

No Bahan Kegunaan Jumlah

1 Lobster Air Tawar

Bahan untuk melakukan pemijahan 8 Ekor

2 Pakan Makanan bagi udang lobster 1 kg

3 Air tawar Media hidup lobster -

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Kolam Pemijahan

Persiapan kolam dilakukan sebelum kegiatan pemijahan dimulai.

Persiapan kolam sangat penting untuk mendukung keberhasilan budidaya baik dari segi pemijahan, pembenihan, pembesaran dan lain sebagainya.

Adapun prosedur persiapan kolam sebagai berikut :

 Persiapan kolam bak fiber.

 Selanjutnya menyikat dinding dan dasar bak fiber sampai benar- benar bersih.

 Setelah menyikat dinding dan dasar kolam selanjutnya pemasangan penutup di pintu pengeluaran air.

 Kemudian jemur bak selama 1 hari guna untuk menghilangkan bau bak fiber.

 Kemudian pemasukan air dilakukan sampai mencapai ketinggian minimal.

 Kemudian letakkan shelter kedalam kolam bak fiber.

 Selanjutnya Pengendapan air selama 24 jam yang diberi aerasi sebelum memasukkan lobster air tawar kedalam bak fiber.

(31)

Gambar 8. Persiapan wadah budidaya 4.2. Pemasangan Blower

Pemasangan blower atau suplai oksigen sangat penting untuk biota air agar kebutuhan oksigen di dalam air terpenuhi dan biota yang dipelihara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Blower ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan oksigen terlarut di dalam air, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Sukmajaya & Suharjo, 2003), bahwa DO lobster air tawar dihabitat aslinya tumbuh optimal pada Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara > 3 –5 mg/l. Blower yang digunakan selama pemeliharaan adalah blower dengan merek Jebo, type P-130 dengan daya 95 watt, laju air yang dihasilkan adalah 130 liter/menit dengan tekanan maksimal mencapai 45 kPa.

Pemasangan blower dimodifikasi sesuai dengan sifat lobster air tawar yang berada di dasar peraiaran sehingga model penyaluran suplai oksigennya menggunakan selang aerasi juga menggunakan tambahan pipa paralon ½ inci yang kiranya dipotong sepanjang 45 cm. Metode ini sering disebut metode air lift (pengangkatan udara) yang cara modifikasi kerjanya dengan menyalurkan selang aerasi dari bawah atau dasar perairan dan dihembuskan ke permukaan melalui pipa paralon ½ inci dengan maksud agar oksigen atau udara yang dikeluarkan dari blower tersebut dapat mampu terlarut dengan cepat di dalam perairan, serta oksigen yang dihasilkan dari teknik ini akan lebih besar dari teknik biasa. Pasalnya, dengan teknik ini gelembung udara dari dasar air dapat memompa air yang berada didasar kolam naik ke atas permukaan kolam. Dengan demikian, air didasar kolam yang umumnya rendah oksigen akan diputar dengan air yang berada dipermukaan kolam yang kaya oksigen. Keuntungan lainnya, sisa pakan, kotoran lobster, dan racun-

(32)

racun atau gas berbahaya seperti amoniak yang terdapat didasar kolam akan terangkat ke permukaan, sehingga lobster air tawar dapat terhindar dari bahaya keracunan. Karena biota yang kita pelihara adalah biota yang sifatnya berada didasar perairan (Setiawan, 2010).

Gambar 9. Pemasangan aerasi dan sistem air lift 4.3. Pemasangan Shelter

Pemasangan shelter atau sering kita dengar dengan sebutan nama tempat sembunyi ini berfungsi untuk mengurangi sifat kanibalisme lobster air tawar. Menurut Sofiadi (2002) bahwa beberapa faktor berpengaruh pertumbuhan dan sintasan lobster air tawar adalah tempat berlindung (shelter), pakan yang cukup, dan padat penebaran. Sifat kanibalisme biasanya muncul pada stadia benih dan juga lobster dewasa terutama saat lobster air tawar moulting, dikarenakan pada saat molting, tubuh akan mengeluarkan aroma khas amis, sehingga merangsang lobster lain untuk memangsanya (Fatimah et al. 2016).

Sifat kanibalisme pada lobster dapat di cegah dengan menempatkan perlindungan (Shelter) pada kolam budidaya lobster yang berfungsi untuk mengurangi intensitas pertemuan lobster air tawar dan juga tempat berlindung lobster yang sedang moulting (Tim Agri, 2006). Shelter yang digunakan

(33)

berupa bahan dari pipa paralon yang memiliki panjang 4 meter dan berukuran 2 inci kemudian dipotong menjadi 20 potong dengan ukuran 20 cm lalu di ikat sebanyak 2-3 buah dalam satu ikatan menggunakan tali tis yang disesuaikan dengan jumlah lobster air tawar. Shelter berikutnya terbuat dari tali rapiah yang di potong sepanjang 30 cm dan kemudian dihaluskan hingga menyerupai kakaban untuk bertelur ikan, akan tetapi shelter ini digunakan untuk tempat lobster air tawar bersembunyi sekaligus bertemu dan saling mengenal antara jantan dan betinanya, setelah merasa cocok dengan pasangan yang terpilih maka lobster tersebut akan memijah. Shelter yang digunakan sebagai persembunyian lobster air tawar dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Pembuatan dan Pemasangan Shelter 4.4. Seleksi Induk

Kualitas induk sangat berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Seleksi dilakukan setiap bulan meliputi seleksi jenis kelamin, ukuran tubuh dan kualitas calon induk. Menurut Iskandar (2003), lobster yang dipilih sebagai calon induk panjang tubuhnya harus sudah mencapai 5-6 cm agar didapat lobster yang sudah matang gonad. Selain itu lobster indukan harus memiliki nafsu makan yang tinggi, fisik bongsor, capit lengkap, gerakan lincah dan warna tubuhnya cerah. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam seleksi ialah asal usul indukan jelas (Memiliki sertifikat) dan indukan tidak berkelamin ganda.

(34)

Induk yang digunakan sebanyak 8 ekor dimana induk jantan 3 ekor dan induk betina 5 ekor. Menurut Lengka et al (2013) induk yang baik memiliki bentuk morfologi yang sempurna, pada induk jantan dan betina memilki alat kelamin yang berbeda serta berat induk jantan berkisar 60,2–80 gram dan betina 62,27–82,82 gram up. Adapun berat dan panjang ukuran induk yang saya gunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Berat dan panjang induk

No Jantan/Betina Berat (g) Panjang (cm)

1 Jantan 115 17

2 Jantan 46 12

3 Jantan 54 13

4 Betina 112 17

5 Betina 88 16

6 Betina 38 12

7 Betina 29 10

8 Betina 100 15

4.5. Proses Pemijahan

Kegiatan pemijahan dilakukan di bak fiber pemijahan. Sebelum digunakan bak fiber pemijahan dibersihkan dahulu dengan cara digosok dengan spon lalu dibilas dengan air, setelah itu dasar bak fiber ditata shelter atau paralon persembunyian dengan pola berjajar atau memanjang.

Selanjutnya selang aerasi ditata merata ke bak fiber.

Induk lobster yang dipijahkan adalah 1 set induk (terdiri dari 3 jantan dan 5 induk betina) untuk ukuran bak fiber 2 x 1 meter dan tinggi 80 cm.

Menurut Setiawan (2006), jenis dan konstruksi wadah pemeliharaan calon induk lobster air tawar sangat tergantung pada ukuran dan tingkat kepadatan.

Kepadatan yang ideal adalah 10 ekor/m2 untuk calon induk berat rata-rata 15 gram dan 5 ekor/m2 dengan ukuran berat rata-rata 20 gram. Sedangkan untuk calon induk berat rata-rata 30 gram, padat tebar yang ideal adalah 1-2 ekor/m2.

(35)

Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari atau menjelang pagi hari saat suasana tenang dan tidak ada gangguan akan tetapi waktunya tidak dapat dipastikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiyanto dan Hartono (2003), yang menyatakan bahwa proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi hari dikarenakan lobster air tawar ini merupakan binatang malam atau hewan nokturnal.

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan. Pada saat perkawinan terjadi, keduanya saling menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pasangannya, kemudian memijah.

Induk betina membalikkan badan dengan posisi terlentang maka induk jantan bergerak ke atas badan induk betina. Induk jantan mengeluarkan sperma dan meletakkannya dikaki jalan ke-tiga induk betina, dan setelah itu induk betina mengeluarkan telur-telurnya lalu diletakkan pada kaki renangnya.

Setelah 1 minggu induk betina diperiksa apakah sudah ada yang bertelur dengan ciri-ciri ekor dilipat rapat sampai ke kaki jalan ke-5. Agar lobster cepat bertelur maka hal-hal yang harus dilakukan adalah jumlah shelter tidak boleh berlebihan supaya lobster sering berinteraksi. Menurut Iskandar (2003), induk betina akan mulai bertelur setelah 10-15 hari sejak induk jantan mengawininya.

4.6. Pengeraman Telur

Tanda-tanda indukan yang telah melakukan pemijahan pada lobster air tawar adalah ekornya dilipat kebawah hingga kipas ekornya mengenai kaki dan terlihat busa pada badannya. Pada awal-awal bertelur, lobster indukan tersebut sering berdiam dan badannya terbalik seolah-olah mati. Namun, setelah beberapa hari akan beraktivitas seperti biasa, tetapi masih banyak

(36)

diam dan ekornya masih dilipat.

Setelah induk jantan meletakkan sperma dikaki jalan ke-3 induk betina, maka betina sedikit demi sedikit akan mengeluarkan telur-telur dari lubang transparan dan kemudian telur diletakkan dikaki renang serta ekor induk betina yang terlipat rapat agar telur-telur tersebut aman. Kemudian induk betina akan perlahan menjauhi induk jantan dan berdiam diri didalam tempat persembunyian untuk menjaga dan mengerami telur-telurnya.

Gambar 11 : Ciri-ciri induk betina gendong Telur

Selama proses pengeraman yang terjadi selama lebih kurang 50 hari atau 5 minggu, telur yang digendong berada dibawah pangkal perut induk betina mengalami beberapa kali perkembangan telur terlihat dengan adanya perubahan warna telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khalil et al., (2018), telur-telur yang berada dibawah perut induk betina mengalami beberapa kali pembelahan sel.

Lobster air tawar selama hidupnya mengalami beberapa tahapan, yaitu telur (36 hari), larva (17 hari), juvenil (60 hari), remaja (30 hari), lalu fase lobster dewasa. Pada fase telur, calon anakan lobster akan menempel pada kaki renang (pleopod) induk betina. Selama fase pengeraman warna telur akan berubah-ubah dimulai dari warna kuning kehijau-hijauan, kemudian

(37)

kuning, lalu berubah berwarna coklat, kemudian orange dengan bintik-bintik mata selanjutnya abu-abu bercampur merah kemudian menetas menjadi juvenile dan lepas dari induk (Susanto, 2008).

Gambar 12. Pengeraman Telur Table 4. Fase perkembangan telur

No. Hari Perubahan warna telur

1. 0-7 Kuning gelap

2. 8-11 Kuning terang

3. 12-20 Coklat tua

4. 21-28 Orange

5. 29-36 Orange bitnik hitam

6. 37-45 Menetas

7. 46-54 Siap lepas gendong

8. 55-58 Perontokan

(38)

Gambar 13. Fase perkembangan telur

Cara terbaik untuk memindahkan induk bertelur adalah dengan memindahklan indukan bersamaan dengan tempat sembunyiannya dengan cara perlahan-lahan diangkat dari tempat pemijahannya. Jika indukan tidak berada dalam tempat sembunyiaan,kita harus dengan hati-hati mengiring indukan tersebut masuk ke dalam tempat persembunyiaan tersebut, kemudian baru dipindahkan. Untuk mencegah hal yang tidak di inginkan, sebaiknya indukan yang akan dipindahkan itu tidak terlalu jauh antara tempat pemijahan dan tempat pengeraman.

4.7. Fekunditas

Perhitungan jumlah telur yang dikeluarkan (fekunditas) dapat dilakukan dengan teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya (Nasution, 2003). Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk untuk dikeluarkan pada waktu memijah dan dibuahi.

Pada budidaya lobster air tawar di BBIAT Seppong, melakukan teknik perhitungan jumlah telur yang dikeluarkan secara manual atau menghitung langsung jumlah telur yang ada dalam setiap induk yang bertelur. Dalam satu induk betina lobster air tawar berukuran 16 cm dengan berat 88 gram dapat

(39)

menggendong telur sebanyak ±500 butir telur.

4.8. Pakan dan Pemberian Pakan

Pakan adalah makanan utama bagi lobster air tawar dimana pakan tersebut sangat penting untuk laju pertumbuhan dan perkembangannya.

Kandungan protein pakan yang saya gunakan adalah 41% yaitu pakan pellet tenggelam. Pakan dengan kadar protein tinggi sangat dibutuhkan lobster air tawar apalagi pada saat proses untuk pemijahan karena sangat menunjang dalam perkembangannya. Pemberian pakan 3 kali dalam sehari yaitu pagi sekitar jam 10.00 sebanyak 10%, sore jam 04.00 sebanyak 20% dan pada malam hari jam 22.00 sebanyak 70%. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto & Hartono, (2003) dalam K. Lengka et al., (2013). yang mengemukakan bahwa lobster air tawar memiliki sifat nokturnal, maka persentase pakan yang diberikan pada malam hari harus lebih banyak dibandingkan pada pagi hari. Adapun rumus pemberian pakan yang digunakan adalah :

Berat rata-rata x 3% x persentase pakan dalam satu kali pemberian.

Pagi 72,75 x 3% x 10% = 0,21 gr Sore 72,75 x 3% x 20% = 0,43 gr Malam 72,75 x 3% x 70% = 1,52 gr

(40)

Gambar 14 : Pakan (Pellet Tenggelam)

Pakan yang tercerna akan menghasilkan pasokan energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh baik pertumbuhan maupun reproduksi (Rahmawan, et al., 2014). Adapun pemberian Pakan yang diberikan berupa pelet komersil tenggelam yang diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh (Lengka et al., 2013).

Kordi (2010) mendefinisikan frekuensi pemberian pakan erat kaitannya dengan waktu pemberian pakan dalam sehari. Pada umumnya frekuensi pemberian pakan pada komoditas udang dalam budidaya semi intensif dan intensif antara 4–6 kali sehari. Sedangkan pada sistem ekstensif (tradisional) frekuensi pemberian pakan biasanya dilakukan < 4 kali sehari.

Frekuensi pemberian pakan yang tepat akan mendukung performa pertumbuhan dan dapat mencegah kanibalisme yang menjadi salah satu penyebab rendahnya kelulus hidupan lobster air tawar (Wiyanto dan Hartono, 2007).

4.9. Kualitas air

Air merupakan media paling penting bagi kehidupan lobster air tawar.

Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu

(41)

kunci keberhasilan dalam budidaya. Sumber air merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam pemeliharaan lobster air tawar karena untuk membudidaya lobster air tawar memerlukan air yang cukup, serta air yang digunakan harus berkualitas baik sehingga pertumbuhan lobster menjadi lebih cepat. Penilaian terhadap kualitas air yang baik meliputi temperatur, derajat keasaman (pH), kandungan amoniak (Alaerts & Santika, 1987) dalam (Tumembouw, 2011).

Untuk menjaga kebersihan wadah dan air, maka wadah pemijahan harus dibersihkan secara rutin. Pembersihan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu menyedot kotoran dengan selang (disiphon) atau dengan cara menguras habis air wadah. Pembersihan bak fiber dilakukan setiap minggu sekali dengan cara disifon untuk mengambil kotoran lobster dan sisa pakan.

Sedangkan pengurasan akuarium dilakukan sekali dalam satu siklus pemijahan. Pengendapan kotoran di dasar bak yang tidak dibersihkan dapat mengakibatkan lobster mengalami stress dan nafsu makan berkurang.

Beberapa parameter kualitas air yang saya ukur di BBIAT Seppong Matakali diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Suhu

Suhu merupakan suatu parameter ukuran tinggi rendahnya konsentrasi panas air pada wadah budidaya, baik bak fiber, karamba, akuarium, kolam tanah, kolam semen, maupun kolam terpal. Berdasarkan pendapat (Setiawan, 2010) menyatakan bahwa suhu ideal pada habitat aslinya lobster air tawar hidup dan tumbuh optimal pada suhu 26-30°C.

Berdasarkan pernyataan diatas sangat sesuai dengan suhu kualiats air yang saya gunakan di balai benih ikan air tawar BBIAT seppong matakali yaitu 26°C. Alat pengukur suhu yang digunakan untuk pengamatan dapat dilihat pada gambar 12.

(42)

Gambar 15. Suhu Air

b. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman adalah tingkat asam basa suatu perairan. Sesuai dengan Pendapat (Sukmajaya & Suharjo, 2003 dalam Lengka et al., 2013), bahwa pH pada habitat asli lobster air tawar hidup pada pH berkisar 6,7- 7,8. Pernyataan diatas tidak sesuai dengan hasil data pengukuran parameter kualitas air. Berdasarkan hasil pengukuran saya maka pH di balai benih ikan air tawar (BBIAT) seppong sesuai , Karena pH yang saya ukur berkisar 7, 80. Menurut Rouse (1977) dalam Azis (2008), menyatakan bahwa Cherax jenis capit merah akan mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu air 24° - 29° C, oksigen terlarut > 1 ppm dan pH 6,5 – 9. Lobster air tawar ini masih dapat mentoleransi keadaan pH tersebut. Sesuai dengan kenyataanya bahwa pemijahan lobster air tawar yang dilakukan di balai benih ikan air tawar (BBIAT) seppong matakali sangat cocok.

(43)

Gambar 16. pH Air 5.0. Pencegahan Hama dan Penyakit

Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Hal ini dikarenakan penyakit yang sebelumnya menyerang ikan air tawar, sekarang juga ditemukan pada budidaya lobster. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian seperti berikut.

a. Saprolegnia dan Achyla

Saprolegnia sp merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Penyakit ini dikenal dengan nama fish mold yang dapat menyerang ikan dan telur ikan.

Saprolegnia sp termasuk ke dalam Subdivisi Zygomycotina/ Zygomycetes, Kelas Oomycetes, Ordo Saprolegniales dan kelompok fungi non septat.

Jamur ini bereproduksi secara seksual (spora~oospora) dan juga aseksual (antheridia dan oogonia) yang mengalami kematangan. Jamur ini menyerang sebagian besar ikan air tawar, umumnya ikan mas, tawes, gabus, gurami, nila, dan lele. Gejala klinis serangan Saprolegnia sp antara lain ikan dan telur yang terserang dapat diketahui dengan mudah karena terlihat benang putih yang

(44)

kasat mata, terjadi peradangan, granuloma, bagian yang diserang ditumbuhi misellium seperti kapas (white cotton growth), serta dapat menyebabkan kematian akibat masalah osmosis atau respirasi yang berat pada kulit dan insang (Kurniawan, 2012).

Achlya sp juga merupakan jenis jamur yang banyak ditemukan sebagai agen infeksius pada penyakit ikan yang juga merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Gejala klinis mirip seperti serangan Saprolegnia sp, yaitu menyerang organ eksternal ikan seperti kulit, sirip, dan insang, telur, serta organ yang terserang menujukkan indikasi ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas (Kurniawan, 2012).

Kedua patogen ini menyerang jaringan luar lobster yang luka dan menyerang telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster, sehingga telur akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus, seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya mati. Saprolegnia dan Achyla yang menyerang pada lobster dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 17. Penyakit Saproligniasis Pada Lobster Air Tawar

(45)

(Higby et al, 2010)

Cara mengatasi Saprolegnia sp. Adalah dengan merendam lobster terinfeksi kedalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit. Cara lain adalah dengan mengolesi lobster menggunakan kalium menggunakan kalium permanganat (PK) 10 ppm.

b. Cacing Jangkar

Cacing lernea cyprinacea dan lernae carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lendir yang memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah, kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster yang terinfeksi ke dalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air) selama 10-20 menit.

c. Argulus Foliaceus

Serangan predator argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster dalam 1 mililiter lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganat sebanyak sebanyak 1 gram yang dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberian Neguvon, Masetom, dan Lindane boleh dilakukan jika serangan telah mencapai stadium puncak karena bersifat racun yang justru bisa membahayakan lobster.

Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung laut, dan kucing juga harus diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak murni disebabkan oleh serangan hama dan penyakit.

Kegagalan dalam pergantian kulit (molting) pertama dapat langsung

(46)

mematikan lobster. Insang pada lobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasaanya akan lepas dan lobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air, terutama sebelum dan sesudah pergantian kulit berlangsung.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Teknik pemijahan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) yang dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Seppong terdiri dari persiapan kolam, pengeringan, pengisian air kedalam kolam pemijahan, seleksi calon induk, penebaran induk, pemijahan, pengecekan induk yang sudah memijah, perawatan larva, panen.

5.2. Saran

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Polewali Mandar lebih memaksimalkan lahan untuk produksi lobster air tawar secara massal demi kelancaran dan dapat mencapai hasil produksi yang maksimal sesuai kebutuhan pasar benih lobster air tawar.

Harapan kepada para pembudidaya jika ingin mendapatkan hasil produksi yang maksimal mesti memperhatikan beberapa aspek tahapan membudidayakan lobster air tawar dengan benih dan induk yang digunakan berkualitas baik yang jelas asal-usulnya.

(47)
(48)

(Jakarta penebar Swadaya, 2007)

Departement of Primary Industries. 1989. Overview of Redclaw (Cherax quadricarinatus). Departement Primary Industries. Brisbane.

Ernawati dan Chrisbiyantoro. 2014. Teknik Pembenihan Lobster Air Tawar Red Claw (Cherax quadricarinatus) di Unit Pembenihan Budidaya Air Tawar (UPBAT) Punten Kota Batu Jawa Timur. Jurnal Ilmu – ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 10(2): 76 – 83.

Fujaya, Y., & D.D. Trijuno. 2007. Haemolymph ecdysteroid profile of mud crab during molt and reproductive cycles. Torani, 17(5): 415-421.

Hakim, R. R. (2012). Penambahan Kalsium Pada Pakan untuk Meningkatkan Frekuensi Molting Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) (Calcium Addition on Foods to Increase Frequency of Cherax quadricarinatus Moulting). Jurnal Gamma, 5(1).

Hermawati, N.D.2018. Pengaruh susunan liang perlindungan (shelter) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus) pada sistem budidaya secara intensif.skripsi.Program studi pendidikan biologi.universitas sanata dharma.

Horwitz, P., 1995. A Preliminary key to the species of Decapoda (Crustacea:

Malacostraca) found in Australian inland waters. Co-operative research Centre for Freshwater Ecology Indentification Guide No. 5. 69 hal.

Iskandar. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta Kurniasih, T. 2008. Lobster Air Tawar (Parastacidae: Cherax), Aspek

Biologi, Habitat, Penyebaran, dan Potensi Pengembangannya.

Akuakultur, 3: 31-35

Kurniawan, A.2012.Penyakit akuatik.UBB Press.Bangka Belitung.

Lengka, K. Magdalena K, Siti A. 2013. Teknik budidaya lobster (Cherax quadricarinatus) air tawar di balai budidaya air tawar (BBAT) Tatelu.

J. Budidaya Perairan Jan 2013 Vol. 1 (1) : 15 – 21

Lowery, R.S., 1988. Growth, moulting, and reproduction. Dalam: D.M.

Holdich and R. S. Lowery (eds.). Freshwater Crayfish: Biology, Management, and Exploitation. Croom Helm, London. 83-113.

Lukito, A dan Prayugo, S. 2007, Panduan Lengkap Lobster Air Tawar,penebar swadaya. Jakarta.

(49)

Patasik, S. 2004. Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra S, M. Kelana. 2007. Rancangan Bangunan dan Analisa Perpindahan Panas pada Ketel Uap Bertenaga Listrik. Medan: USU.

Rosmawati, Mulyanaa, Rafib M.A. 2019. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus) Yang Diberi Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea Sp.).

Jurnal Mina Sains, 5(1) : 31-41

Ruscoe, I., 2002. Redclaw crayfish aquaculture (Cherax quadricarinatus).

Fishnote No. 32: November 2002. 1-6.

Hadijah, S. 2015. Pengaruh Perbedaan Dosis Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Sintasan Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus). 375-380.

Sabar, F. 1975. Udi (Crayfish) di Irian. Buletin Kebun Raya Vol. 2. NO. 1 April 1975. 27-29.

Setiawan C. 2010. Jurus Sukses Budidaya Lobster Air Tawar. Agro Media Pustaka. 1-106

Sukmajaya, Y dan Suharjo, 2003. Mengenal lebih Dekat Lobster Air Tawar, Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka Utama.

Sukabumi.

Susanto, N. 2010. Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia. FMIPA Universitas Lampung.

Tumembouw S. 2011. Kualitas Air Pada Kolam Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus) Di Bbat Tatelu. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis. Vol. Vii-3. 128-131.

Warsidi, E.2008.Keterampilan Membudidayakan Lobster Air Tawar.PT.Puri Delco.Bandung.

Wiyanto, RH dan Hartono, R. 2003. Lobster Air Tawar Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta

Wiyanto, RH dan Hartono, R. 2007. Lobster Air Tawar Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta

(50)
(51)

TEKNIK PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax Quadricarinatus) DI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT) SEPPONG

NO HARI / TANGGAL JAM KEGIATAN KET

1. Selasa, 3 Agustus 2021

11 : 00 - 12 : 00  Penyambutan dan penerimaan oleh Sekretaris DKP POLMAN

13 : 00 - 14 : 45  Pengantaran Kelokasi BBIAT SEPPONG 15 : 00 – 18 : 00  Pembersihan MES 2. Rabu, 4 Agustus 2021 09 : 00 - 09 : 45  Penerimaan resmi di

BBIAT SEPPONG 10 : 00 – 11 : 30  Pengenalan diri

sekaligus pemaparan singkat terkait organisme yang di budidayakan 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

13 : 30 - 14 : 50  Pengamatan dan penyesuaian lingkungan PKL 15 : 30 - 16 : 00  Lanjut membersihkan

MES 3. Kamis , 5 Agustus

2021

08 : 00 - 09 : 30  Penentuan judul

10 : 00 – 11 : 50  Packing benih ikan nila 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14 : 00 - 17 : 00  Persiapan wadah budidaya lobster air tawar

4. Jum’at, 6 Agustus 2021

08 : 00 - 09 : 30  Pembersihan aliran air 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14 : 00 - 15 : 00  Penangkapan larva 15 : 30 – 16 : 30  Pemberian pakan ikan

pada semua kolam 5. Sabtu, 7 Agustus 2021 08 : 00 – 10 : 00  Penangkapan benih

ikan nila

10 : 20 – 11 : 30  Pemindahan benih ke

(52)

ukuran 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

15 : 30 – 16 : 30  Pemberian pakan ikan pada semua kolam 6. Minggu, 8 Agustus

2021

09 : 00 – 11 : 00  Pengisian air ke dalam bak fiber, sekaligus pengendapan air 7. Senin, 9 Agustus 2021 08 : 00 – 10 : 00  Pemasangan intalasi

aerator kedalam bak fiber lobster air tawar untuk suplay oksigen 10 : 30 – 11 : 20  Pembuatan shelter atau

tempat sembunyi lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

13 : 30 – 14 : 20  Pemasangan shelter 14: 30 – 16 : 00  Pembuatan tempat

sembunyi benih lobster air tawar menggunakan tali rapia

16: 30 – 17 : 00  Pemasangan air lift 8. Selasa, 10 Agustus

2021

08 : 00 – 08 : 30  Peletakan tempat persembunyian anakan kedalam bak fiber 08 : 30 – 09 : 00  Aklimatisasi lobster air

tawar kedalam bak fiber

09 : 30 – 11 : 30  Seleksi induk lobster air tawar kemudian pengukuran panjang dan bobot

12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

13 : 30 – 14 : 20  Penangkapan benih ikan nila

16 : 00 - 16 : 30  Pemberian pakan lobster air tawar

(53)

9. Rabu, 11 Agustus 2021

08 : 00 – 09 : 30  Pengurasan air kolam yang direnovasi 10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan

lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

13 : 30 – 14 : 30  Penangkapan larva ikan nila

16 : 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 10. Kamis, 12 Agustus

2021

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 08 : 30 – 10 : 30  Penangkapan benih

ikan nila 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

13 : 30 – 14 : 30  Pemanenan ikan nila di kelompok

pembudidaya ikan lantora

16 : 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 11. Jum’at, 13 Agustus

2021

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 12. Sabtu, 14 Agustus

2021

08 : 00 – 09 : 30  Pembersihan bak fiber lobster air tawar dengan cara penyiponan

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

(54)

22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 13. Minggu, 15 Agustus

2021

08 : 00 – 09 : 40  Penangkapan benih ikan nila

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14: 00 – 15 : 40  Sortir benih ikan nila 16 : 00 – 16 : 30  Penangkapan benih

ikan nila

22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 14. Senin, 16 Agustus

2021

08 : 00 – 09 : 30  Pengecekan induk lobster air tawar gendong telur

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar

11 : 20 – 11 : 40  Penangkapan larva ikan nila

12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14: 00 – 15 : 50  Seleksi induk ikan mas 16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 15. Selasa, 17 Agustus

2021

08 : 00 – 09 : 30  Pemberian pakan pada ikan nila

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14 : 00 – 15 : 50  Penangkapan larva ikan nila

16 : 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar

(55)

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14: 30 – 15 : 50  Packing benih ikan nila 16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 17. Kamis, 19 Agustus

2021

08 : 00 – 09 : 30  Packing benih ikan nila 10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 12: 00 – 13 : 00  Istirahat

14 : 00 – 15 : 30  Penangkapan larva ikan nila

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 18. Jum’at, 20 Agustus

2021

08 : 30 – 09 : 00  Baksos seputaran MES 10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 12 : 00 – 13 - 00  Istirahat

14: 30 – 15 : 50  Pemasangan kakaban pada kolam ikan mas 16: 00 – 16 : 40  Seleksi induk ikan mas 16: 40 – 17 : 00  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 19. Sabtu, 21 Agustus

2021

08 : 30 – 09 : 00  Pengukuran kualitas air lobster air tawar

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar

(56)

20. Minggu, 22 Agustus 2021

08 : 00 – 09 : 30  Pengecekan induk lobster air tawar gendong telur, minggu Ke-2

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14 : 00 – 15 : 00  Pengecekan larva ikan mas

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 21. Senin, 23 Agustus

2021

08 : 30 – 09 : 00  Membersihkan sisa pakan pada bak fiber budidaya lobster menggunakan seser 10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

14: 00 – 15 : 30  Pengecekan benih ikan nila di kolam

pembenihan

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 22. Selasa, 24 Agustus

2021

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 23. Rabu, 25 Agustus

2021

08 : 30 – 09 : 30  Pengukuran suhu pada bak fiber pemijahan lobster air tawar

(57)

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 24. Kamis, 26 Agustus

2021

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada

 lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 25. Jum’at, 27 Agustus

2021

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 26. Sabtu, 28 Agustus

2021

08 : 30 – 09 : 00  Packing benih ikan nila 10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar 27. Minggu, 29 Agustus

2021

07 : 00 – 08 : 00  Pengecekan induk lobster air tawar gendong telur, minggu Ke-3

08 : 15 – 09: 40  Pemberian pakan pada ikan nila

10 : 00 – 11 : 00  Pemberian pakan pada lobster air tawar 12 : 00 – 13 : 00  Istirahat

16: 00 – 16 : 30  Pemberian pakan pada lobster air tawar 22 : 00 – 22 : 30  Pemberian pakan pada

lobster air tawar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan shelter paralon dengan warna berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan sintasan benih lobster air tawar

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan spesifik, retensi protein dan rasio efisiensi protein juvenil lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) yang

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pertumbuhan berat dan kelangsungan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) pada kepadatan penebaran berbeda

Bahan yang digunakan berupa lobster air tawar jenis Red Claw ( Cherax quadricarinatus ) berumur 2 bulan yang berasal dari kolam budidaya diploma IPB,

Berdasarkan analisis varian satu arah menunjukkan bahwa perlakuan jenis pakan yang diberikan pada Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) berpengaruh nyata terhadap

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa bakteri yang diisolasi dari cangkang lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dapat tumbuh dan berkembang pada media

Beberapa hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagai jenis asing baru, populasi lobster air tawar, Cherax quadricarinatus telah berkembang mantap di Danau Maninjau.. Hal ini

KESIMPULAN Hasil percobaan menunjukan bahwa pengaruh padat tebar terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang lobster air tawar Cherax quadricarinatus berpengaruh sangat nyata