LAPORAN KERJA PRAKTEK
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JANTUNG TERPADU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILACAP
KECAMATAN CILACAP TENGAH , KABUPATEN CILACAP
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2024
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR...v
BAB IPENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...5
D. Kegunaan Penelitian...5
E. Ruang Lingkup Penelitian...6
BAB IIKAJIAN LITERATUR...7
A. Kajian Literatur yang mendukung Variabel terikat dan bebas...7
B. Penelitian Relevan...60
C. Kerangka Pemikiran... 63
BAB IIIMETODE PENELITIAN...65
A. Desain Penelitian...65
B. Tahapan Penelitian...67
C. Definisi Operasional Variabel... 68
D. Teknik Pengumpulan Data...68
E. Instrumen Penelitian...69
F. Teknik Analisis Data...83
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...84
A. Gambaran Umum...84
B. Hasil Penelitian...85
C. Pembahasan...220
DAFTAR LITERATUR...222 ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan gedung bertingkat tinggi semakin banyak mengingat semakin tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan untuk area pemukiman maupun area perkantoran dan bisnis sehingga memerlukan office space yang memfasilitasi hal tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin meningkatnya angka pertumbuhan manusia, maka ketersediaan lahan untuk lokasi pembangunan konstruksi akan semakin berkurang. Hal ini dapat ditemui pada kota besar misalnya Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya bangunan gedung bertingkat tinggi akan menggunakan struktur bawah tanah atau yang umum juga disebut basement sebagai langkah untuk memanfaatkan terbatasnya lahan yang tersedia.
Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang tepat untuk menyelesaikan suatu pembangunan konstruksi di lapangan. Terlebih untuk membantu menghadapi situasi-situasi tertentu yang diakibatkan oleh medan yang terdapat di lapangan, sehingga kesalahan yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi tertentu pada saat pelasanaan pekerjaan di lapangan dapat diminimalisir. Selain itu, penggunaan metode kerja akan memiliki pengaruh yang cukup besar kepada seluruh aspek selama pelaksanaan berlangsung, baik itu ketepatan pelaksanaan, kecepatan pengerjaan atau waktu pelaksanaan, hingga biaya yang akan dikeluarkan selama kegiatan pembangunan berlangsung.
Metode pelaksanaan pembangunan sebuah konstruksi yang sering dijumpai dan umum digunakan adalah metode Bottom up. Metode ini dilakukan dengan cara menggali tanah terlebih dahulu sampai level terendah, setelah itu pekerjaan dimulai dari pekerjaan pondasi, hingga bagian struktur bangunan lainnya sesuai dengan yang telah direncanakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan dari permasalahan yang semakin beragam, maka dalam hal ini pelaksana atau kontraktor harus dapat memilih metode pelaksanaan yang efisien dari segi waktu dan biaya yang tentunya tanpa mengurangi mutu pekerjaan.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyususnan laporan MPK Rencana Kerja ini adalah sebagai berikut :
1) Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan pekerjaan kolom 2) Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan pekerjaan balok
1.3. Manfaat
anfaat yang diharapkan dari penyusunan laporan MPK Rencana Kerja antara lain :
1) Bagi Mahasiswa
a. Menambah ilmu dan referensi mengenai perencanaan pekerjaan kolom b. Menambah ilmu dan referensi mengenai perencanaan pekerjaan balok 2) Bagi Perguruan Tinggi
a. Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil dan bangunan khususnya dalam pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi.
b. Menjadi sarana untuk menjalin kerjasama dengan dunia industri.
3) Bagi Instansi/Perusahaan
a. Dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi sehingga dapat mempermudah saat mencari tenaga kerja yang professional.
b. Mampu mengontrol progress harian dengan bantuan mahasiswa praktikan.
1.4. Waktu dan Lokasi Magang
Pelaksanaan magang praktik kerja dilaksanakan terhitung sejak tanggal
1.5. Data Proyek
Nama Proyek :
Lokasi Proyek :
Alamat Proyek :
Pemilik Proyek :
Kontraktor Pelaksana : Konsultan Pengawas :
Nilai Kontrak :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proyek
Menurut (Soeharto, 1995) Proyek adalah kegiatan sementara yang berlangsung untuk jangka waktu terbatas dengan pembagian sumber daya tertentu dan dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas serta memiliki tujuang yang jelas.
Dalam mencapai hasil akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu yang biasa dikenal sebagai tiga kendala (triple constraint) ditunjukkan pada
Berikut adalah penjelasan mengenai hubungan dari tiga kendala (triple constraint), yaitu :
a. Waktu (Time)
Waktu dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan proyek secara keseleruhan. Penentuan batas waktu dilakukan pada perencanaan proyek untuk mengembangkan jadwal yang berisi durasi dari semua kegiatan proyek.
b. Ruang Lingkup (Scope)
Aspek ini mengacu pada semua tugas, aktivitas, atau pekerjaan yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan proyek. Biasanya, penentuan batasan ruang lingkup atau scope ini akan diidentifikasikan menggunakan Work Breakdown Structure (WBS) pada tahap perencanaan. Jika ruang lingkup tidak didefinisikan dengan benar, maka ruang lingkup dapat meluas selama tahap pelaksanaan karena aktivitas yang tidak direncanakan dengan baik.
Dalam proyek manajemen, hal tersebut dikenal dengan istilah scope creep dan dapat menyebabkan proyek menjadi gagal.
c. Biaya (Cost)
Biaya merupakan anggaran yang perlu dikeluarkan klien untuk pengembangan proyek.
2.2. Manajemen Proyek
Menurut Budi santoso (2003:3), manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas tertentu dalam proyek. Beberapa fungsi dari manajemen proyek menurut (Dimyati dan Nurjaman, 2014)) :
1. Fungsi perencanaan (Planning)
Fungsi ini bertujuan dalam pengambilan keputusan yang mengelola data dan informasi yang dipilih untuk dilakukan di masa mendatang, seperti menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek, dan lain-lain.
2. Fungsi Organisasi (Organizing )
Fungsi organisasi bertujuan untuk mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang memiliki aktivitas masing-masing dan saling berhubungan, dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi, seperti menyusun lingkup aktivitas, -lain.
3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan bertujuan untuk menyelaraskan seluruh pelaku organisasi terkait dalam melaksanakan kegiatan/ proyek, seperti pengarahan tugas serta motivasi, dan lain-lain.
4. Fungsi Pengendalian (Controlling)
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengukur kualitas penampilan dan penganalisisan serta pengevaluasian kegiatan, seperti memberikan saran- saran perbaikan, dan lain-lain.
Manajemen proyek merupakan ilmu dan seni berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder.
Maka, definisi manajemen proyek adalah seni mengatur atau mengelola sumber daya proyek (man, money, method, material, machine, market and time/6M+T), mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga berakhirnya proyek, jadi tercapai sasaran proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
2.3. Kolom
Kolom merupakan merupakan elemen struktur yang menahan gaya aksial dan momen lentur. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (farme) structural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga ahirnya sampai ketanah melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga rumah total
Jika kolom pendek,sengkang persegi dibebani sampai runtuh, sebagaian beton pembungkus akan gompal dan kecuali jika sengkang dipasang sangat berdekatan, tulangan longitudinal akan menekuk segera setelah sokongan dari lateralnya ( beton pembungkusnya) hilang. Keruntuhan seperti ini seringkali terjadi tiba-tiba, dan lebih sering terjadi pada struktur yang menerima beban gempa.
Apabila beban kolom bertambah, maka retak akan banyak terjadi di bagian struktur kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang. Dalam keadaan batas keruntuhan, selimut beton diluar sengkang akan lepas sehingga tulangan memanjangnya akan mulai kelihatan. Apabila bebanya terus bertambah, maka terjadi keruntuhan dan tekuk local pada tulangan memanjang pada panjag tak bertumpu sengkang atau spiral. Dapat dikatakan dalam keadaan batas keruntuhan, selimut beton lepas dahulu sebelum lekatan baja beton hilang.
1. Jenis Kolom Berdasarkan Penguatanya
Menurut sumber lain pada buku struktur beton bertulang ada tiga jenis kolom bertulang yaitu:
a. Kolom mengunakan pengikat sengkang lateral
Jenis pada kolom ini adalah kolom beton yang memiliki besi tulangan pokok memanjang dan memiliki besi pengikat (sengkang) arah lateral sepanjang kolom dengan spasi tertentu.
b. Kolom mengunakan pengikat spiral
Kolom dengan pengikat spiral ini memiliki besi tulangan pokok memanjang yang dililitkan keliling membentuk heliks di sepanjang kolom. Fungsi dari pengikat spiral ini dapat memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup untuk besar saat kodisi bangunan sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah redistribusi momen dan tegangan pada seluruh struktur sebelum kondisi runtuh.
c. Struktur kolom komposit
Sturktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa atau tanpa diberi besi tulangan pokok memanjang.
Selain dari macam pengikat kolom, pada bangunan gedung memiliki bentuk kolom yang berbeda. Bentuk kolom dibagi dua jenis yaitu: kolom utama dan kolom praktis
1. Kolom utama
Kolom utama pada struktur bagunan gedung adalah kolom yang memiliki fungsi untuk menyanggah beban aksial utama dan diteruskan ke pondasi.
Pada SNI/1847:2013 syarat kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dari berbagai factor pada suatu bentang lantai atau atap dan momen maksimm dari beban factor pada satu bentang lantai atap bersebelahan yang ditinjau. Kondisi pembebanan yang memberikan rasio momen maksimum terhadap beban aksial harus juga ditinjau
2. Kolom praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berada antara dingding untuk membantu fungsi kolom utama. Menurut SNI 03-2834-1992 kolom praktis tersebut dari beton bertulang berukuran 15cm ×/1 cm dengan tulangan utama minimal 12mm, sengkang 8mm dengan jarak 10cm yang berfungsi sebagai pengaku dingding pasangan
2.4. Balok
Balok adalah elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah tranversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994).Balok merupakan bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak lurus sumbu memanjang batang (beban lateral v beban lentur). Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang beban. Berdasarkan fungsinya balok dibedakan sebagai berikut :
1. Balok Lantai
Balok lantai adalah suatu balok yang menumpang pada balok anak dan balok induk dalam suatu struktur lantai serta menumpu pelat lantai.
2. Balok Lintei / Latei
Balok latei adalah suatu balok yang dibuat di atas kusen pintu atau jendela yang berfungsi untuk menopang dan mentransfer beban dinding di
atasnya menuju ke dinding yang lainnya sehingga tidak ditahan oleh kusen pintu atau jendela yang mengakibatkan kusen jendela atau pintu menjadi rusak.
3. Balok Spandrel
Balok Spanderl adalah suatu balok yang mendukung dinding luar bangunan yang dalam beberapa hal dapat juga menahan sebagian beban lantai. Balok spandrel dapat dibentuk lurus horizontal maupun
melengkung.
4. Balok Pengikat
Balok pengikat adalah suatu balok yang berfungsi untuk mentransfer beban horizontal maupun vertikal menuju balok maupun kolom struktur.
5. Balok Struktur Atap
Balok struktur atap terdiri dari balok gordeng, balok kasau, dan balok reng dimana balok gordeng mempunyai fungsi untuk menopang balok kasau, balok kasau menpang balok reng sedangkan balok reng
mempunyai fungsi untuk menopang genteng yang berada di atasnya.
6. Balok Stringer
Balok stringer adalah suatu balok yang berhubungan langsung kepada sistem lantai yang ditopang pada titik sambungan panel lantai-balok rangka batang di setiap sisi dek plat atap.
7. Balok Dukung Girder
Balok dukung stringer adalah suatu balok yang daya dukungnya perlu ditambahkan dengan cara menambahkan pelat baja lebar pada bagian bawah dan atas suatu penampang lintang balok profil.
8. Balok Anak dan Balok Induk pada Sistem Lantai
Balok anak dan balok induk pada sistem lantai mempunyai fungsi untuk menopang suatu plat atap, dimana plat atap bisa terbuat dari papan kayu, plat baja, maupun beton.
9. Balok Diafragma
Balok diafragma adalah suatu balok yang berada di antara balok girder pada suatu sistem struktur rangka batang.Balok diafragma memiliki fungsi sebagai pengaku dari gelagar-gelagar memanjang dan tidak memikul beban plat atap serta diperhitungkan seperti balok biasa.