Laporan
Praktik Kerja Lapangan
TATA LAKSANA PENGADAAN PAKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN SAPI JALU KUNINGAN
Disusun oleh:
IIN NURUL AFIFAH 2220701055
Program Studi S1-Peternakan
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG 2024
ii HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi S-1 Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tidar
TATA LAKSANA PENGADAAN PAKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN SAPI JALU KUNINGAN
diajukan oleh:
IIN NURUL AFIFAH 2220701055
Disetujui dan diuji di hadapan penguji tanggal:………..
Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing
Peternakan Praktik Kerja Lapangan
Fakultas Pertanian UNTIDAR
Dr. Rahma Wulan Idayanti, S.Pt., M.Si Tri Puji Rahayu, S. Pt., M. P.
NIP. 198509292019032009 NIP 199206232022032008
iii HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Program Studi S-1 Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tidar
TATA LAKSANA PENGADAAN PAKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN SAPI JALU KUNINGAN
diajukan oleh:
IIN NURUL AFIFAH 2220701055
Disetujui dan diuji di hadapan penguji tanggal:………..
Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing
Peternakan Praktik Kerja Lapangan
Fakultas Pertanian UNTIDAR
Dr. Rahma Wulan Idayanti, S.Pt., M.Si Tri Puji Rahayu, S. Pt., M. P.
NIP. 198509292019032009 NIP 199206232022032008
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar
Prof. Ir. Sutrisno Hadi Purnomo, S.Pt., M.Si., Ph.D.
NIP. 196805052006041001
iv KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan, (PKL) dengan judul “Tata Laksana Pengadaan Pakan Sapi Potong di Peternakan Sapi Jalu Kuningan”. Laporan ini merupakan hasil dari Praktik Kerja Lapangan di Peternakan Sapi Jalu Kuningan. Penyusunan laporan ini tidak lepas akan adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada Kesempatan kali ini, penulis mengucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Sutrisno Hadi Purnomo, S.Pt., M. Si., P.hD selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar yang telah mengesahkan laporan PKL.
2. Ibu Dr. Rahma Wulan Idayanti, S.Pt., M. Si. selaku Koordinator Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tidar yang telah memberikan persetujuan dan mengesahkan laporan PKL.
3. Tri Puji Rahayu, S.Pt., M.P. selaku pembimbing praktik kerja lapangan.
4. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dalam kelancaran Praktik Kerja Lapangan (PKL).
5. Semua Pihak yang telah membantu penyelesaian dalam pelaksanaan kegiatan dan penulisan laporan praktik kerja lapangan.
6. Bapak Rustawa, Kak Firman dan seluruh Karyawan Peternakan “Sapi Jalu”
yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama kegiatan.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan di bidang peternakan, khususnya mengenai tata laksana pengadaan pakan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu.
Magelang, 2025
Iin Nurul Afifah
v RINGKASAN
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) terkait dengan tata laksana pengadaan pakan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu yang berlokasi di Desa Karangmuncang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 3 Januari sampai 3 Februari 2025. Tujuan pelaksanaan PKL yaitu, untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung mengenai prosedur pengadaan pakan dan jenis pakan yang digunakan di peternakan Sapi Jalu, serta memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung di bidang sapi potong. Metode pelaksanaan PKL dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Metode langsung melalui observasi dan wawancara. Observasi dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, sedangkan wawancara dilakukan dengan owner peternakan, pembimbing lapangan, dan beberapa anak kandang yang bertugas dalam penyediaan hijauan dan konsentrat. Sedangkan metode tidak langsung melalui studi literatur dengan membaca informasi dari sumber yang terpercaya seperti jurnal maupun buku. Jenis pakan yang digunakan di Peternakan Sapi Jalu yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang digunakan di Peternakan Sapi Jalu berupa rumput gajah, odot, rumput lapangan, dan jerami jagung. Pengadaan rumput pakan berasal dari penanaman di lahan hijauan milik Peternakan Sapi Jalu dengan luas 9 hektar. Tata laksana pengadaan hijauan terdiri dari pemanenan dengan pemotongan, pengikatan, pengangkutan, penyimpanan, pemberian ke ternak. Pengadaan jerami jagung hanya dilakukan ketika kandang terisi penuh sekitar 400 ekor, hal ini dikarenakan jumlah hijauan yang berasal dari lahan tidak mencukupi kebutuhan ternak. Pengadaan konsentrat dilakukan dengan membuat konsentrat sendiri di gudang pakan. Prosedur pembuatan konsentrat yaitu:
perencanaan kebutuhan pakan konsentrat yang dilakukan oleh owner peternakan dan dibantu oleh konsultan nutrisi ternak, pemesanan bahan baku konsentrat dilakukan oleh owner peternakan, penerimaan bahan baku konsentrat di gudang pakan dengan menyusun bahan baku pakan di gudang pakan, produksi konsentrat dilakukan dengan penimbangan bahan baku, pencampuran, kemudian pengemasan, penyimpanan konsentrat dilakukan di gudang pakan dengan sistem FIFO (first in
vi first out). Pengadaan pakan di Peternakan Sapi Jalu sudah cukup bagus, hal ini dapat dilihat dari pengadaan pakan hijauan dan konsentrat yang sudah dapat memenuhi kebutuhan sapi untuk tumbuh dan bereproduksi. Saran yang dapat penulis berikan untuk Peternakan Sapi Jalu khususnya mengenai tata laksana pengadaan pakan yaitu sebaiknya melakukan uji bahan pakan sebelum memasuki gudang pakan selain itu perlu adanya perencanaan pembeliaan bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan pakan agar tidak terdapat bahan pakan yang mengalami penurunan kualitas akibat penyimpanan terlalu lama.
Key word : Pengadaan pakan, pakan sapi, ketersediaan pakan.
vii DAFTAR ISI
HALAMANN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Sapi Potong ... 4
2.2 Penggemukan Sapi Potong ... 5
2.3 Pakan Sapi Potong ... 7
2.4 Pengadaan Pakan Sapi Potong ... 8
III. KEADAAN UMUM TEMPAT PKL ... 11
3.1 Visi dan Misi Peternakan Sapi Jalu ... 11
3.2 Sejarah Peternakan Sapi Jalu ... 11
3.3 Lokasi Peternakan Sapi Jalu ... 12
3.4 Struktur Organisasi Peternakan Sapi Jalu ... 13
IV. KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ... 15
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ... 15
4.2 Materi Praktik Kerja Lapangan ... 15
4.3 Metode Pengumpulan Data ... 15
viii
4.4 Prosedur Praktik Kerja Lapangan ... 16
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
5.1 Jenis Pakan ... 18
5.1.1 Pakan Konsentrat 18 5.1.2 Hijauan 20 5.2 Sumber Pengadaan dan Harga Bahan Baku Pakan ... 21
5.3 Alur Pengadaan Pakan ... 22
5.3.1 Pengadaan Pakan Konsentrat 22 5.3.2 Pengadaan Hijauan 26 5.4 Kecukupan Pakan ... 27
VI. PENUTUP ... 29
DAFTAR PUSTAKA... 30
LAMPIRAN ... 34
ix DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formulasi 300 kg 19
Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan baku konsentrat 20
Tabel 3. Asal dan harga bahan baku pakan 21
x DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Logo Peternakan Sapi Jalu 12
Gambar 2 Sruktur organisasi Peternakan Sapi Jalu 13 Gambar 3 Lokasi Peternakan Sapi Jalu Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Penurunan Pollard 23
Gambar 5. Horizontal mixer 24
Gambar 6. Pengemasan konsentrat 25
Gambar 7. Gudang pakan 26
Gambar 8. Gudang pakan area kandang 26
Gambar 9. Pengangkutan konsentrat 26
Gambar 10. Pemberian pakan ke ternak 26
Gambar 11. penurunan hijauan pakan ke gudang hijauan 27
xi DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Berita Acara PKL 34
Lampiran 2. Logbook Kegiatan 35
Lampiran 3. Kegiatan PKL 37
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi potong merupakan penyumbang ketersediaan pangan khususnya protein hewani. Jumlah kebutuhan protein hewani saat ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan mata pencaharian dan mobilitas penduduk (Haloho dan Tarigan. 2021). Usaha penggemukan sapi potong memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia hal ini dikarenakan permintaan daging sapi yang cukup tinggi di pasaran, harga jual daging lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual sapi hidup hal ini dapat memberikan keuntungan yang cukup besar (Candra dan Anggriawan, 2024). Menurut Indrayani dan Andri (2018) terdapat 3 faktor penentu keberhasilan usaha ternak sapi potong yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengolahan. Pakan menjadi faktor terbesar dari keberhasilan usaha peternakan. Pakan memiliki pengaruh terhadap usaha peternakan sapi sebesar 70% dan 30% sisanya dipengaruhi oleh genetik (Rusdiana et al., 2016).
Pakan yang biasanya diberikan kepada sapi potong terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan makanan ternak (HMT) biasanya berasal dari rerumputan (graminae), leguminosa atau tanaman polong-polongan. Sedangkan, konsentrat merupakan pakan penguat yang berfungsi untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal ternak untuk tumbuh dan berkembang. Pakan memiliki peran yang sangat penting bagi ternak, yaitu untuk menunjang pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk seperti daging. Ternak dapat tumbuh dengan optimal apabila pakan yang diberikan memiliki mutu baik dan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan (Anwar et al., 2021).
Pengadaan pakan merupakan aspek penting dalam manajemen pemeliharaan sapi potong untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Pakan yang berkualitas tidak hanya mendukung pertumbuhan dan perkembangan sapi potong, melainkan juga berperan dalam efisiensi produksi daging. Pengadaan pakan yang tidak tepat dan memiliki kualitas yang buruk
2 dapat menyebabkan kerugian bagi usaha sapi potong seperti, penurunan kualitas genetik. Sapi potong yang memiliki genetik yang bagus tetapi tidak mendapatkan pakan yang berkualitas, ternak tersebut akan memiliki hasil produksi yang rendah (Haloho dan Tarigan. 2021). Pengadaan bahan pakan ternak dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu kebutuhan bahan pakan, setelah itu mencari sumber bahan baku, lalu merencanakan pengadaan bahan pakan (Fradinata et al., 2022).
Berdasarkan latar belakang diatas mengenai peningkatan kebutuhan protein hewani yang dapat disediakan dari usaha peternakan sapi potong dan pakan menjadi faktor terbesar dalam usaha peternakan sapi potong. Pengadaan pakan harus dapat mencukupi kebutuhan sapi potong dan pakan yang disediakan harus memiliki kualitas yang baik agar dapat menunjang pertumbuhan sapi potong yang optimal dan menghasilkan daging yang berkualitas. Peternakan Sapi Jalu Kuningan merupakan salah satu peternakan sapi potong yang telah melakukan pengadaan pakan yang sudah berjalan dengan cukup baik. Pengadaan pakan di Peternakan Sapi Jalu Kuningan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan pakan diperoleh dari lahan milik pribadi dan dari pembelian di petani sekitar peternakan, sedangkan untuk konsentrat didapatkan dari pembelian di pabrik pakan dan pencampuran pakan dilakukan di peternakan. Dengan demikian, mahasiswa perlu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk mempelajari tata laksana pengadaan pakan di Peternakan Sapi Jalu Kuningan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mempelajari jenis pakan yang digunakan di peternakan Sapi Jalu
2. Untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung bagaimana prosedur pengadaan pakan sapi potong di peternakan Sapi Jalu.
3. Untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung di bidang sapi potong.
3 1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ini yaitu:
1. Mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai bagaimana prosedur pengadaan pakan sapi potong di peternakan Sapi Jalu.
2. Mahasiswa dapat memperoleh informasi mengenai jenis pakan yang digunakan di peternakan Sapi Jalu.
3. Memiliki keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung di peternakan sapi potong.
4 II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Potong
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan khusus untuk digemukkan. Sapi potong memiliki karakteristik berupa pertumbuhan yang cepat dan memiliki kualitas daging yang baik. Sapi jenis ini biasanya akan dijadikan bakalan yang akan dipelihara secara intensif selama beberapa bulan untuk menghasilkan daging. Penambahan bobot badan harian merupakan salah satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong (Gultom dan Wahyuni, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Pangaribuan et al (2019) merekomendasikan beberapa jenis sapi yang cocok dijadikan sapi potong untuk penggemukan, yaitu sapi limosin, sapi bali, dan sapi madras. Sapi potong menjadi penyumbang daging nasional terbesar dari kelompok ruminansia dan sebagai penunjang pemenuhan gizi berupa protein hewani. Berdasarkan pusat data dan sistem informasi pertanian (2023) produksi daging sapi pada tahun 2021 sebesar 487,80 ribu ton, dari total produksi daging 4.546,96 ribu ton dapat dikatakan bahwa daging sapi memberikan kontribusi hingga 10,73% terhadap produksi daging nasional.
Pemeliharaan sapi potong oleh masyarakat umumnya dijadikan tabungan dan alat bantu untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan yang masih sederhana (Sandi dan Purnama, 2017).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 total populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 17.977.214 dan mengalami penurunan pada tahun 2022 dengan jumlah total populasi sebesar 17.602.538. Populasi sapi potong di wilayah Jawa Barat juga mengalami penurunan dari tahun 2021-2022. Tahun 2021 populasi sapi potong mencapai 415.141 ekor, sedangkan tahun 2022 hanya 377.505 ekor.
Populasi sapi potong terbanyak se Indonesia terdapat di Jawa Tengah yaitu sebesar 1.786.151 ekor pada tahun 2022.
Jenis sapi potong yang terdapat di peternakan Sapi Jalu Kuningan yaitu jenis sapi madura dan sapi limosin. Sapi madura merupakan jenis sapi potong lokal plasma nutfah Indonesia (Nurlaila dan Zali, 2020). Sapi
5 Madura merupakan sapi yang dihasilkan dari persilangan antara banteng (Bos javanicus) dengan sapi ongole (Bos indicus) (Lutvaniyah et al., 2017).
Keunggulan dari sapi madura yaitu memiliki kinerja reproduksi yang lebih unggul dibandingkan dengan sapi dari Bos taurus, lebih tahan terhadap panas, dan penyakit caplak (Nurlaila dan Zali, 2020). Sapi madura juga dapat hidup dengan kondisi pakan yang terbatas. Kualitas daging yang dimiliki juga cukup baik. Ciri-ciri dari sapi madura yaitu memiliki warna tubuh cokelat muda sampai coklat tua, kuku dan moncong berwarna hitam, disekitar mulut terdapat bulu-bulu halus, dan memiliki kaki yang panjang (Lutvaniyah et al., 2017).
Sapi limousin merupakan jenis sapi potong yang memiliki ciri-ciri badan kompak dan padat berwarna coklat muda, kuning agak kelabu (beige), kisaran warna merah dan hitam. Sapi ini dapat hidup di iklim yang bercurah hujan tinggi maupun sedang. Sapi limousin memiliki keunggulan berupa pertumbuhan yang cepat dengan nilai pertambahan bobot harian PBBH yang cukup tinggi sekitar 1-1,4 kg, sapi limousin umur 2 tahun berat badannya dapat mencapai 800-900 kg dan ketika dewasa dapat mencapai 1.000-1.100 kg (Muada et al., 2017). Hal ini sesuai dengan pernyataan Daka et al (2023) yang menyatakan bahwa sapi limousin memiliki PBBH yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan sapi limosin dapat beradaptasi dengan pakan secara cepat. Banyak peternak yang memilih sapi limosin untuk dipelihara karena memiliki kualitas daging yang baik dan pertumbuhan yang cepat.
2.2 Penggemukan Sapi Potong
Penggemukan sapi potong merupakan usaha pemeliharaan ternak dengan cara membeli bakalan untuk diberi pakan selama kurun waktu tertentu, biasanya 3, 4, 6, 9 bulan dengan tujuan untuk meningkatkan bobot badan sapi yang kemudian sapi tersebut dijual untuk dipotong dan diambil dagingnya. Penggemukan sapi potong biasanya diikuti dengan dilakukannya rekayasa pakan untuk mendapatkan pakan yang memiliki kualitas yang baik tapi bernilai ekonomis, sehingga dapat dicapai bobot potong yang tinggi dan kualitas yang baik (Novra, 2020). Kereman atau dry
6 lot fattening merupakan salah satu teknik penggemukan sapi yang paling efisien. Teknik ini dilakukan dengan cara sapi dipelihara di dalam kandang yang sudah dirancang khusus untuk tujuan penggemukan sapi dan memastikan sapi mendapat nutrisi yang cukup serta tempat istirahat yang nyaman. Penggunaan teknik dry lot fattening memungkinkan peternak dapat mengontrol jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi memiliki jumlah yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan hal ini akan menjadikan sapi cepat gemuk dan memiliki kualitas daging yang bagus (Candra dan Anggriawan, 2024). Teknik dry lot fattening memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat meningkatkan nilai jual sapi dan memberikan nilai tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan (Santi et al., 2021).
Menurut Candra dan Anggriawan (2024) penerapan teknik dry lot fattening resiko ternak terkena penyakit dan infeksi dapat berkurang hal ini dikarenakan ternak dipelihara dalam kandang yang kering dan bersih, selain itu teknik ini memungkinkan peternak dapat menggembangbiakan sapi dengan waktu yang lebih singkat. Tujuan dari usaha penggemukan sapi potong adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kualitas daging sapi dengan biaya yang rendah. Menurut Mulijanti et al (2014) salah satu tujuan yang penting untuk dicapai ketika melakukan usaha penggemukan sapi potong adalah penambahan bobot badan.
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi bobot hidup akhir sapi potong diantaranya jenis, jumlah, dan mutu dari pakan yang diberikan.
Jumlah dan kualitas pakan yang baik dapat menunjang pertumbuhan dan produksi ternak. Kebutuhan serta kemampuan ternak dalam mengkonsumsi pakan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya: faktor ternak itu sendiri yang meliputi bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi, dan kesehatan ternak. Sapi potong mampu mengkonsumsi hijauan dalam sehari sebanyak 10% dari berat badannya dan mampu mengkonsumsi bahan kering dalam pakan sebanyak 3-4% dari bobot badannya (Umela dan Bulontio, 2016). Semakin tinggi bobot badan sapi maka semakin menurun persentase kemampuan mengkonsumsi bahan kering ransum (Afridayanti et al., 2022).
7 2.3 Pakan Sapi Potong
Pakan menjadi faktor terpenting dalam usaha peternakan hal ini dikarenakan pakan telah menjadi kebutuhan pokok konsumsi harian ternak sapi potong. Pengaruh pakan terhadap produksi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan hal ini menjadikan perlu adanya perhatian khusus mengenai pengadaan pakan. Biaya pakan dapat mencapai 80% dari total biaya produksi (Rusdiana dan Soeharsono, 2017). Menurut Budiyanto dan Hadi (2020) sapi membutuhkan pakan setiap harinya sebesar 10% dari berat badannya dan membutuhkan pakan tambahan sebesar 2% dari berat badan.
Pakan sapi potong terdiri dari hijauan dan konsentrat yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak berupa protein lemak, karbohidrat, vitamin, serta mineral. Hijaun dapat berasal dari rumput alam atau lapang, rumput unggul, leguminosa, dan limbah pertanian. Penambahan konsentrat pada sapi bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan jumlah energi.
Jenis hijauan yang dapat diberikan pada sapi potong berupa hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar dapat berupa rumput gajah, sedangkan untuk hijauan kering berupa jerami padi. Konsentrat yang diberikan untuk sapi potong dapat berupa konsentrat campuran yang terdiri dari jerami fermentasi yang terbuat dari beberapa bahan pakan seperti tongkol jagung, molases, bungkil kelapa, mineral mix, dan garam (Wahyuni dan Amin, 2020). Menurut Lima dan Patty (2021) pengadaan hijauan dapat diperoleh dari padang penggembalaan atau lahan rumput, tegalan, pematang, serta pinggiran jalan. Hijauan sendiri merupakan pakan utama untuk ternak ruminansia yang dapat meningkatkan produksi ternak. Menurut Rusdiana dan Soeharsono (2017) pengadaan pakan sapi potong dapat diperoleh dari pemanfaatan hasil pertanian, limbah agroindustri, limbah perkebunan, dan hortikultura. Pakan memiliki peranan penting dalam keberhasilan dan penentuan biaya usaha peternakan sapi potong oleh karena itu penting untuk mengetahui tata laksana pengadaan pakan guna mengoptimalkan biaya dan meningkatkan produktivitas ternak sapi potong.
8 Kebutuhan nutrisi bagi ternak dipengaruhi oleh status fisiologis, jenis kelamin, dan kesesuaian berat tubuh (Imelda et al., 2024). Kandungan nutrisi pada pakan komplit untuk fase penggemukan sebesar 12% kadar air, 14% protein kasar, 14% lemak kasar, dan 15,4% serat kasar (Wahyono, 2001; Suroso et al, 2023). Menurut Ardianyah et al (2019) menyatakan bahwa pemberian pakan konsentrat sapi potong pada fase grower yaitu dengan kandungan protein 20% dan energi (TDN) 63%, sedangkan untuk fase finisher kandungan protein lebih rendah yaitu 18% dan energi (TDN) sebesar 69%. Fase finisher membutuhkan kandungan energi yang lebih banyak disebabkan karena pada fase tersebut sapi telah gemuk dan siap untuk dijual sehingga lebih banyak membutuhkan energi untuk menopang bobot badannya. Pemberian hijauan saat hari ke-1 sampai ke-3 kedatangan diberikan sebanyak 100%, hari ke-4 sampai ke-7 diberikan hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 50%:50%, hari ke-8 sampai hari ke-20 diberikan 30% hijauan dan 70% konsentrat, hari ke-21 sampai hari ke-120 diberikan hijauan 20% dan konsentrat 80%. Perhitungan formulasi ransum disesuaikan oleh beberapa hal yaitu: bobot badan, target ADG, DOF (Day of Fattening)
2.4 Pengadaan Pakan Sapi Potong
Pengadaan bahan baku pakan ternak merupakan langkah penting dalam pembuatan pakan ternak. Pengadaan pakan dimulai dengan perencanaan kebutuhan pakan, pemilihan jenis pakan, sumber pengadaan pakan, menentukan harga, proses pengadaan pakan yang mencangkup pengiriman pakan, penyimpanan dan manajemen stok (Fradinata et al., 2022). Sumber pengadaan pakan harus disesuaikan dengan lokasi dari peternakan agar memberikan kemudahan dalam pengadaan pakan. Tingkat kemudahan akses suatu wilayah dapat ditentukan oleh ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang jalan, lebar jalan, dan kualitas jalan. Kondisi jalan yang baik memberikan kemudahan bagi peternak dalam mengakses sumber pakan. Selain itu kondisi topografi juga mempengaruhi kelancaran pengadaan pakan di suatu wilayah. Topografi yang sulit menjadikan
9 penghalang dalam melakukan suatu kegiatan di suatu wilayah (Handayanta et al., 2015).
Harga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan dan keberlanjutan suatu usaha peternakan, oleh karena itu perlunya pertimbangan pemilihan harga dalam pengadaan bahan pakan. Para peternak umumnya menginginkan bahan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan ternak namun tetap memiliki harga yang murah (Barus et al., 2022). Pengiriman bahan pakan harus diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan stok bahan pakan (Tinangon et al., 2023). Transportasi salah satu yang harus diperhatikan dalam pengiriman bahan pakan. Alat dan jumlah transportasi yang dimiliki peternak berpengaruh dalam kemudahan untuk memperoleh bahan pakan (Handayanta et al., 2015).
Bahan baku pakan tidak semuanya selalu ada setiap waktu, maka perlu adanya persediaan bahan baku pakan. Jumlah ketersediaan bahan baku akan mempengaruhi kelancaran proses produksi, oleh karena itu diperlukan manajemen pengendalian penyediaan yang tepat. Biaya persediaan ini meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan berkaitan dengan penyusutan bahan baku, seperti penyusutan kadar air (Yustika et al., 2021). Penyimpanan pakan merupakan tindakan pengadaan pakan secara terus menerus dengan tujuan mempertahankan komoditi yang disimpan dalam jangka waktu tertentu dengan menghambat faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas pakan. Selama proses penyimpanan terjadi perubahan-perubahan bahan makanan yang dapat menurunkan kualitas nutrisi pakan yang disimpan (Halimatuddin et al., 2019). Penyimpanan pakan setelah pengadaan pakan dapat disimpan di gudang pakan. Gudang pakan dapat menyimpan stok bahan pakan sehingga peternak dapat melakukan pemesanan bahan pakan dalam skala besar agar lebih efisien (Farizqie et al., 2020). Penyimpanan konsentrat dapat dilakukan dengan mengemas konsentrat terlebih dahulu, pengemasan ini bertujuan agar mempertahankan nutrisi dan mengawetkan produk selama penyimpanan (Halimatuddini et al., 2019).
10 Prosedur pengadaan pakan secara garis besar yaitu prosedur permintaan, penerimaan, dan pengeluaran pakan. Kepala kandang akan menghitung kebutuhan pakan kemudian melakukan pemesanan pakan, setelah itu pakan akan didatangkan dan diperiksa ketika sampai di peternakan, pakan yang sudah diperiksa akan dimasukkan ke dalam gudang pakan, disana pakan akan disusun sesuai dengan kebutuhan setiap ternak, setelah itu pakan akan dipindahkan ke kandang untuk diberikan kepada ternak sesuai dengan kebutuhan nutrisi (Agustin et al., 2019).
11 III. KEADAAN UMUM TEMPAT PKL
3.1 Visi dan Misi Peternakan Sapi Jalu
Peternakan Sapi Jalu memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi
Menjadi pelopor peternakan terbaik dalam memberikan hasil pelatihan, penelitian, pengembangan dan pemasaran Sapi dan Domba Qurban di Indonesia.
Misi
Memberikan manfaat khususnya untuk masyarakat, karyawan, dan dunia usaha Peternakan di Indonesia.
3.2 Sejarah Peternakan Sapi Jalu
Peternakan Sapi Jalu merupakan peternakan yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong dan domba, saat ini mulai merambah ke bidang usaha breeding. Peternakan Sapi Jalu adalah peternakan sapi terbesar yang ada di daerah Kuningan yang tepatnya berada di Desa Karang Muncang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Peternakan Sapi Jalu didirikan oleh Bapak Rustawa pada tahun 2000 yang awalnya hanya memelihara 10 ekor sapi di belakang rumah kemudian dikembangkan di lahan perkebunan hasil pembelian milik warga sekitar.
Usaha peternakan ini dirintis oleh Bapak Rustawa sebagai investasi, hal ini dikarenakan beliau memiliki pekerjaan utama sebagai seorang guru.
Nama Peternakan Sapi Jalu berasal dari kata”Jalu” dalam bahasa sunda memiliki arti jantan. Hal ini didasarkan pada hasil dari peternakan sapi potong penggemukan berupa sapi jantan. Peternakan Sapi Jalu memiliki slogan “Berani Timbang Hidup” dan “Menyempurnakan Ibadah Qurban Anda” yang dapat dilihat pada gambar 1. Slogan tersebut merupakan tujuan awal dari Peternakan Sapi Jalu yang ingin menghasilkan sapi potong yang memiliki kualitas baik, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan ibadah Qurban dengan sistem penjualan sejujur-jujurnya melalui timbang hidup.
12 Gambar 1. Logo Peternakan Sapi Jalu
3.3 Lokasi Peternakan Sapi Jalu
Peternakan sapi jalu berada di Jalan Cipancar Blok Lawatan RT 09 / RW 03 Dusun Pahing, Desa Karangmuncang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan luas peternakan 12 ha yang terdiri dari area inti kandang 3 ha dan 9 ha area kebun dan lahan rumput yang berada pada ketinggian 200-350 mdpl yang beriklim tropis dengan suhu 20-30⁰C dan kelembaban 70-80. Lokasi peternakan Sapi Jalu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi Peternakan Sapi Jalu
Peternakan Sapi Jalu berada di area persawahan dekat dengan pedesaan Karangmuncang yang berjarak 300m dari pemukiman warga dan berjarak 1,1 km dari jalan raya. Akses jalan menuju Peternakan Sapi Jalu sudah baik, dapat dilalui oleh mobil dan juga truk. Secara geografis kondisi
13 lingkungan di peternakan Sapi Jalu sangat strategis untuk pemeliharaan sapi potong baik penggemukan maupun breeding.
3.4 Struktur Organisasi Peternakan Sapi Jalu
Peternakan Sapi Jalu memiliki struktur organisasi yang terdiri dari komisaris, direktur/owner, tenaga pendukung keswan, konsultan nutrisi, manajer teknis, manajer pemasaran, serta manajer infrastruktur dan pemeliharaan aset. Struktur organisasi di Peternakan Sapi Jalu dapat dilihat di gambar 3.
Gambar 3. Struktur organisasi Peternakan Sapi Jalu
Perusahaan peternakan “Sapi Jalu” memiliki seorang konsultan, yaitu Dr. Sohibul Imam, S.E, M.Ak, Ak yang bertugas dalam pengawasan seluruh kegiatan peternakan baik operasional maupun administrasi sekaligus berperan juga sebagai investor terbesar dalam perusahaan Sapi Jalu tersebut. Direktur atau Owner perusahaan Sapi Jalu adalah Bapak Rustawa, S.Pd, yang bertugas dalam operasional peternakan dengan cara terjun langsung ke kandang untuk mengawasi dan memimpin jalannya proses-proses operasional peternakan. Bapak Rustawa dibantu langsung oleh anaknya, yaitu Kang Raka Alfazrio sebagai co-Founder peternakan.
Sapi Jalu memiliki tenaga pendukung kesehatan hewan, yaitu Drh. Laily Romi dan M. Aban S., S.Pt. yang bertugas dalam pemeliharaan kesehatan ternak, terutama saat terjadi serangan penyakit yang tidak dapat ditangani secara langsung dan mandiri oleh anak kandang. Perusahaan peternakan
14 Sapi Jalu memiliki Konsultan Nutrisi Ternak, yaitu Prof. Dr. Ir. Bambang, W.H.E.P., M.Sc., M.Agr. dan Dr. Ir. Rd. Hery Supratman, M.S. yang bertugas memberikan pertimbangan bahan pakan dan menentukan formulasi pakan ternak berdasarkan kebutuhan ternak, kemampuan peternakan dan potensi bahan pakan. Sapi Jalu memiliki Manajer Teknis, yaitu Bapak Raflika Dwiansyah yang bertugas dalam pengawasan kegiatan di kandang yang berhubungan dengan produksi, mengawasi kinerja pegawai kandang dan bertanggung jawab atas masalah teknis dan produksi dalam peternakan. Sapi Jalu memiliki Manajer Pemasaran, yaitu Ibu Mila Kumala S.E., M.M yang bertugas dan bertanggung jawab dalam urusan pemasaran baik media, cara dan strategi pemasaran. Sapi Jalu memiliki Manajer Infrastruktur dan Pemeliharaan Aset, yaitu Bapak Yudhista yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengadakan, mengelola dan mengawasi seluruh aset dan infrastruktur peternakan, termasuk kandang, perkandangan dan peralatan.
Peternakan Sapi Jalu memiliki sekitar 25 karyawan tetap dan 5 karyawan kondisional yang dipekerjakan dengan melihat situasi dan kebutuhan peternakan. Lima karyawan bersifat kondisional, dipekerjakan pada saat mendekati waktu qurban, yang kebutuhan tenaga kerjanya meningkat seiring bertambahnya permintaan ternak dan bertambahnya kegiatan di kandang maupun tempat penjualan. Karyawan yang dipekerjakan oleh “Sapi Jalu” diberikan tugas antara lain, memberi pakan ternak, melakukan pemeliharaan ternak, membuat pakan ternak, mencari pakan ternak, melakukan pencatatan kondisi ternak, melakukan pengawasan dan penanganan kesehatan, melakukan pemeliharaan aset dan fasilitas peternakan dan melakukan penjualan dan pengiriman ternak. Anak kandang “Sapi Jalu” diawasi langsung oleh mandor dengan sistem pengawasan melalui survei lapangan secara langsung.
15 IV. KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan di Peternakan Sapi Jalu Kuningan yang merupakan salah satu usaha peternakan sapi potong untuk penggemukan yang beralamatkan di Karangmuncang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan,Jawa Barat. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung selama satu bulan dimulai pada tanggal 4 Januari sampai 3 Februari 2025.
4.2 Materi Praktik Kerja Lapangan
Materi Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini terdiri atas materi umum dan materi khusus. Materi umum meliputi sejarah berdirinya Peternakan Sapi Jalu, pengenalan struktur organisasi, dan pemeliharaan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu. Materi khusus meliputi tata laksana pengadaan pakan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan ketika Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu:
1. Pengumpulan data secara langsung a. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan, pengkajian, dan praktik langsung di Peternakan Sapi Jalu guna memperoleh data- data yang diperlukan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan. Data yang diperlukan mengenai tata laksana pengadaan pakan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu yang meliputi, prosedur pengadaan pakan baik hijauan maupun konsentrat, jenis pakan yang digunakan, harga bahan pakan, daerah pengambilan bahan pakan, serta penyimpanan bahan pakan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan diskusi dengan pemilik, pembimbing lapang, dan karyawan serta melakukan
16 pengambilan data dan mempelajari tata laksana pengadaan pakan sapi potong di Peternakan Sapi Jalu.
2. Pengumpulan data secara tidak langsung a. Studi Literatur
Mengumpulkan informasi yang relevan dari sumber yang terpercaya seperti jurnal maupun buku sebagai penunjang untuk mengetahui dan membandingkan standarisasi peternakan dalam segi teori dan praktek lapang.
b. Pengolahan Data Sekunder
Pengolahan data sekunder yang diperoleh dari tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL).
4.4 Prosedur Praktik Kerja Lapangan
Kegiatan tata laksana pengadaan pakan sapi potong dan praktik umum kerja lapangan yang dilaksanakan di Peternakan Sapi Jalu meliputi,
1. Kecukupan pakan
Menghitung kecukupan pakan di peternakan serta melakukan wawancara kepada kepala gudang pakan untuk menambah informasi mengenai jumlah produksi pakan.
2. Pemilihan jenis pakan
Melakukan observasi dan wawancara langsung kepada kepala gudang pakan mengenai pemilihan jenis pakan yang digunakan untuk pakan sapi
3. Sumber pengadaan pakan
Melakukan pengamatan dan wawancara secara langsung di peternakan dengan kepala kandang maupun orang yang terkait mengenai sumber pengadaan pakan.
4. Harga pakan
Mencari informasi mengenai harga bahan pakan yang ada di peternakan Sapi Jalu Kuningan dengan melakukan literatur di internet serta wawancara kepada kepala gudang pakan atau kepada orang yang terkait.
17 5. Pengiriman pakan
Mengikuti proses perolehan hingga pengiriman pakan berupa hijauan dari lahan pertanian sampai ke peternakan.
6. Penyimpanan pakan
Melakukan observasi dan wawancara kepada kepala gudang pakan mengenai hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan pakan.
18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Pakan
Pakan yang digunakan di Peternakan Sapi Jalu terdapat 2 jenis, yaitu pakan konsentrat dan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat sandi et al (2018) bahwa pakan untuk sapi potong pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan dengan menggabungkan hijauan dan konsentrat sebagai pakan sapi potong dapat memenuhi kebutuhan nutrien sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyasworo dan Setya (2022) menyatakan bahwa kombinasi antara pakan hijauan dengan konsentrat dapat meningkatkan kandungan nutrisi pakan dan memiliki biaya yang relatif murah.
5.1.1 Pakan Konsentrat
Konsentrat yang digunakan di Peternakan Sapi Jalu merupakan hasil dari formulasi yang dilakukan oleh konsultan nutrisi, dan ada juga yang diubah oleh bagian administrasi dengan latar belakang peternakan apabila terjadi kekurangan bahan atau adanya bahan pakan baru. Formulasi konsentrat menjadi acuan dalam pembuatan serta pembelian bahan pakan yang akan digunakan.
Penyusunan formulasi ini menjadi tahapan awal dalam proses produksi konsentrat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sazli (2022) yang menyatakan bahwa penyusunan formulasi ransum merupakan tahapan awal sebelum melakukan proses produksi yang bertujuan untuk memperoleh kebutuhan nutrien pakan dan kualitas pakan yang setinggi-tingginya dengan harga yang diinginkan. Formulasi pakan dapat berubah sewaktu-waktu seiring dengan ketersediaan bahan baku yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari et al (2017) yang menyatakan bahwa bahan baku pakan yang tidak tersedia dapat digantikan dengan bahan baku akan yang lain dengan tetap mempertahankan tingkat kandungan nutrisi yang hampir sama.
Terdapat beberapa formulasi konsentrat yang ada di Peternakan Sapi
19 Jalu yang dapat dilihat pada lampiran 4. Formulasi konsentrat yang digunakan ketika dilakukan PKL yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Formulasi 300 kg
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 64,3 193
2 Ampas kedelai 16 50
6 Pollard 16 50
8 Probiotik 1 3
10 Molases 0,3 1
11 Bk. Kedelai 1 3
Jumlah 98,6 300
Penggunaan formulasi diatas disesuaikan dengan bahan baku pakan yang tersedia. Selama dilaksanakan PKL pembuatan konsentrat menggunakan tabel 6. Formulasi 300, namun terdapat perubahan bahan baku berupa ampas kedelai diganti dengan dedak dan bungkil kedelai diganti dengan kulit kacang serta penambahan tepung limbah biskuit. Formulasi ini digunakan untuk pakan konsentrat sapi di semua fase, tidak ada perbedaan formulasi yang berbeda hanyalah jumlah pemberiannya. Melihat dari tabel formulasi diatas bahan baku konsentrat di Peternakan Sapi Jalu terdiri dari beberapa bahan yang berasal dari limbah pertanian maupun limbah industri pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyasworo dan Setya (2022) yang menyatakan bahwa konsentrat merupakan pakan penguat yang tersusun dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan yang dapat meningkatkan nilai nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ternak yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang.
Pemilihan bahan baku konsentrat berdasarkan kebutuhan dan kandungan nutrisi yang ada pada bahan pakan guna mencukupi kebutuhan ternak. Kandungan nutrisi dari bahan baku konsentrat dapat dilihat pada tabel 2.
20 Tabel 2. Kandungan nutrisi bahan baku konsentrat
Melihat dari tabel 2. Kandungan dari bahan pakan yang digunakan dalam pembuatan konsentrat sudah sesuai dengan kebutuhan sapi potong, hal ini dapat dilihat dari SNI 3148-2-2017 yang mensyaratkan mutu pakan sapi yaitu kadar air maksimal 14%, kadar abu maksimal 12%, protein kasar minimal 13%, lemak kasar maksimal 7%, kalsium 0,6-1,2%, fosfor 0,4-0,8%, aNDF maksimal 35%, UDP minimal 4,8%, total aflatoksin maksimal 200% mikrogram/kg, dan TDN minimal 68%.
5.1.2 Hijauan
Hijauan yang diberikan di Peternakan Sapi Jalu berupa rumput gajah, odot, rumput lapangan, dan jerami jagung. Rumput gajah dan odot diberikan sebagai hijauan utama karena ketersediaannya yang cukup banyak. Hijauan ini tumbuh di lahan milik Peternakan Sapi Jalu dengan luas 9 hektar. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu jenis rumput tunggul baik dari Tingkat pertumbuhan, produktivitas dan nilai gizinya. Rumput gajah mengandung 19,9% bahan kering, 10,2% protein kasar, 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% BETN. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ha/tahun (Syaiful, 2017). Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan jenis hijauan unggul yang memiliki palatabilitas, produktivitas serta kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Rumput ini tetap akan disukai ternak saat diberikan dalam bentuk segar maupun kering (Sirait, 2017).
Bahan pakan
Sumber BK ABU LK SK BETN PK
% Pollard Kurniawati et
al, 2018
86 5,2 3,5 15,7 51,9 12,9 Dedak Suryani dan
Luthfi, 2022 89,57 9,55 13,06 8,93 54,75 13,7 Molases Larangahen
et al., 2017
77 0,2 0,2 7,7 57,1 4,2 Kulit
kacang
Lokapirnasari et al., 2018
91,76 9,49 3,38 42,2 27,42 9,27 Onggok Indayati et
al., 2024 - 2,37 0,85 18,81 - 2,42
21 Jerami jagung digunakan ketika kandang terisi penuh sekitar 400 ekor sapi, penggunaan jerami jagung ini dikarenakan hasil hijauan dari lahan milik peternakan tidak dapat mencukupi kebutuhan sapi.
Jerami jagung merupakan bagian batang dan daun setelah jagungnya dipanen, bagian ini dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif pengganti hijauan segar karena ketersediaannya selalu ada setiap tahunnya (Wahyudin et al., 2023).
5.2 Sumber Pengadaan dan Harga Bahan Baku Pakan
Bahan pakan yang digunakan di Peternakan Sapi Jalu sebagian besar berasal dari jawa barat dan Sebagian dari berasal dari luar jawa. Adapun daerah pengambilan bahan pakan tertera pada tabel berikut ini
Tabel 3. Asal dan harga bahan baku pakan
NO Bahan Pakan Asal Harga/Kg
1 Onggok Lampung 2.200
2 Pollard Cilegon 3.900
3 Dedak Kuningan 2.300
4 Probiotik Bandung 12.500
5 Molases Ciledug 3.000
7 Tepung Limbah
Biskuit
Cilegon 3000
8 Kulit Kacang Ciledug, Cirebon 2.200
9 Bungkil kedelai Kuningan 2.800
10 Hijauan Lahan sendiri -
11 Jerami jagung Cirebon 2.500.000/truk Sebagian besar bahan baku pakan diperoleh di daerah sekitar kuningan, hal ini dapat mengefisiensi untuk biaya pengiriman. Tetapi khusus pembelian onggok diperoleh dari lampung, hal ini dikarenakan ketersediaan onggok di lampung yang cukup banyak sehingga pasokan onggok akan lebih stabil, selain itu onggok yang berasal dari lampung memiliki harga yang lebih murah dibandingkan daerah jawa. Hal ini sesuai dengan pendapat Yateno dan Sulistiani (2017), yang menyatakan bahwa lampung merupakan penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia dan sampai saat ini belum tersaingi. Ubi kayu tersebut merupakan bahan baku untuk pabrik tepung tapioka yang menghasilkan limbah berupa onggok dalam jumlah yang cukup besar.
22 Peternakan Sapi Jalu selalu mengupayakan untuk membeli bahan pakan yang memiliki kualitas bagus tetapi memiliki harga yang murah.
Biaya pakan dapat mencapai 60-8% dari keseluruhan biaya produksi.
Penggunaan bahan baku lokal dapat menekan biaya pakan serta meningkatkan keberlanjutan usaha peternakan (Sriwahyuni et al., 2025).
5.3 Alur Pengadaan Pakan
5.3.1 Pengadaan Pakan Konsentrat
Proses pengadaan pakan konsentrat di Peternakan Sapi Jalu dimulai dari perencanaan kebutuhan pakan sapi potong, pemesanan bahan pakan, penerimaan bahan baku pakan, produksi pakan, penyimpanan di gudang pakan, dan pemberian pakan ke ternak.
1. Perencanaan kebutuhan pakan konsentrat
Perencanaan kebutuhan pakan sapi dilakukan oleh Bapak Rustawa selaku owner peternakan dan dibantu oleh Dr. Ir.
Bambang, W.H.E.P., M.Sc., M.Agr. dan Dr. Ir. Rd. Hery Supratman, M.S. selaku konsultan nutrisi ternak dengan mempertimbangkan kebutuhan dan jumlah ternak yang ada di peternakan.
2. Pemesanan bahan pakan konsentrat
Pemesanan bahan pakan dilakukan oleh langsung oleh bapak Rustawa selaku owner peternakan. Peternakan ini sudah mempunyai tempat langganan produsen dalam menyediakan bahan baku pakan. Pemesanan dilakukan oleh Bapak Rustawa dengan permintaan jumlah,kualitas, dan harga bahan baku pakan yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat fradinata et al (2022) pemesanan bahan baku dimulai dengan memperoleh informasi mengenai Lokasi pemasok bahan baku pakan ternak, menghubungi produsen, kemudian menyepakati spesifikasi bahan baku pakan, harga, jumlah, jadwal pengiriman, dan pembayaran.
23 3. Penerimaan bahan pakan konsentrat
Penerimaan bahan baku pakan dilakukan di gudang pakan yang dilakukan oleh anak kandang. Alur penerimaan bahan baku pakan di Peternakan sapi jalu meliputi perhitungan jumlah bahan baku pakan yang dikirim kemudian pengangkutan dan penyusunan bahan paku pakan di gudang pakan. Hal ini belum sesuai dengan pendapat Agustin et al (2019) mengenai prosedur penerimaan bahan baku pakan yang meliputi pemeriksaan dokumen, pemeriksaan dan perhitungan pakan, penandatanganan pengiriman pesanan, pengangkutan dan penyusunan bahan baku di gudang. Peternakan sapi jalu tidak melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan baku yang datang. Adapun kegiatan bongkar muat bahan pakan dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 2. Penurunan Pollard 4. Produksi konsentrat
Produksi konsentrat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu penimbangan bahan pakan, pencampuran bahan pakan, dan pengemasan. Pencampuran bahan pakan dilakukan dengan bantuan alat horizontal mixer dapat dilihat pada gambar 5.
Penggunaan horizontal mixer dapat menghasilkan campuran pakan yang lebih homogen dan waktu yang lebih singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Zarmawan et al (2025) menyatakan bahwa mesin horizontal mixer memiliki beberapa keunggulan, diantaranya memiliki nilai homogenitas yang tinggi, waktu
24 pencampuran relatif lebih singkat, waktu pengosongan relatif lebih cepat, mudah dalam pembersihan bagian dalam mixer.
Pencampuran bahan pakan bertujuan agar bahan pakan dapat bercampur secara homogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Dilaga et al. (2022) bahwa pencampuran bahan pakan bertujuan untuk memperoleh hasil adukan yang homogen. Hasil pencampuran yang baik dapat mendukung penampilan produksi ternak yang akan meningkatkan pertumbuhan ternak.
Gambar 3. Horizontal mixer
Pengemasan pakan konsentrat dilakukan setelah bahan pakan dimasukkan kedalam alat mixer. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan konsentrat kedalam karung dimana didalam karung telah terlapisi plastik. Pengemasan dilakukan dengan kapasitas 40kg menyesuaikan dengan kemampuan pekerja pemberi pakan sapi. Proses pengemasan konsentrat dapat dilihat pada gambar 6. Pengemasan pakan konsentrat bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam menyimpan, memindahkan, dan memberikan ke ternak serta menambah masa simpan konsentrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Halimatuddin et al. (2019) bahwa upaya pengemasan dapat melindungi konsentrat dari kerusakan dan mengawetkan produk serta mempertahankan nutrisi konsentrat selama penyimpanan.
25 Gambar 4. Pengemasan konsentrat
5. Penyimpanan konsentrat
Konsentrat yang telah dikemas akan disimpan di gudang pakan yang berada di tempat pengolahan pakan dan gudang pakan yang berada di area kandang dengan dialasi palet kayu.
Teknik penumpukan konsentrat selama penyimpanan di gudang pakan menggunakan teknik staffel dimana penumpukan dilakukan secara manual oleh tenaga manusia. Penumpukan konsentrat di Peternakan Sapi Jalu dapat dilihat pada gambar 7.
Teknik penumpukan secara staffel merupakan metode penyusunan barang di gudang yang dilakukan secara manual, biasanya menggunakan tenaga manusia tanpa alat bantu seperti forklift (Bagau et al., 2020). Penyimpanan konsentrat di gudang makan paling lama 3 sampai 4 hari. Sistem penyimpanan pakan dan bahan pakan di Peternakan Sapi Jalu yaitu dengan sistem FIFO (first in first out) atau barang yang masuk terlebih dahulu akan keluar dahulu, dengan sistem ini kualitas bahan baku akan terjaga selama penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wulandari et al (2017) yang menyatakan bahwa pemakaian bahan baku dengan sistem FIFO (first in first out) dilakukan untuk menjaga kualitas bahan baku agar tidak menurun selama penyimpanan.
26 Konsentrat yang sudah jadi akan dipindahkan ke kandang menggunakan truk, kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 9. Konsentrat kemudian akan disimpan di sub gudang masing-masing kandang dengan tujuan untuk memudahkan dalam pemberian konsentrat ke ternak dan mengefisiensi waktu, kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 8. Pemberian konsentrat di kandang dilakukan secara manual oleh anak kandang dengan cara dipikul, dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 7. Pengangkutan
konsentrat Gambar 8. Pemberian pakan ke ternak
5.3.2 Pengadaan Hijauan
Proses pengadaan pakan hijauan di Peternakan Sapi Jalu terdapat dua macam pengadaan yaitu menanam bibit sendiri untuk
Gambar 5. Gudang pakan Gambar 6. Gudang pakan area kandang
27 hijauan segar dan membeli ke petani sekitar untuk jerami jagung.
Selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) pengadaan hijaun hanya dilakukan dengan merumput hijauan dari hasil penanaman di lahan perkebunan. Pengadaan jerami padi waktu itu tidak dilakukan dikarenakan jumlah sapi yang dipelihara tidak terlalu banyak dan hasil panen hijauan dari lahan sudah dapat mencukupi kebutuhan hijauan sapi.
Pengadaan hijauan segar dimulai dengan menanam bibit rumput di lahan perkebunan milik Peternakan Sapi Jalu di sekitar peternakan. Hijauan yang telah dewasa akan dipanen dengan menggunakan alat pemotong rumput. Penggunaan alat ini dapat mengefisiensi waktu pemanenan rumput. Pemanenan rumput dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari pada pukul 07.30-11.30 WIB dan 13.00-15.30 WIB. Hijauan yang telah dipanen kemudian di ikat dan selanjutnya akan diangkut menggunakan truk untuk dipindahkan ke gudang pakan hijauan. Penurunan hijauan di gudang pakan hijauan dapat dilihat pada gambar 11. Hijauan yang telah dipanen akan dilayukan selama sehari untuk mengurangi kadar air.
Gambar 9. penurunan hijauan pakan ke gudang hijauan 5.4 Kecukupan Pakan
1. Kecukupan konsentrat
Peternakan Sapi Jalu dalam pengadaan konsentrat tidak dilakukan setiap hari. Pengadaan konsentrat dilakukan ketika persediaan sudah mulai habis, biasanya dalam datu minggu dapat dilakukan 6 kali
28 pembuatan konsentrat hal ini disesuaikan dengan jumlah kebutuhan sapi. Satu kali produksi konsentrat rata-rata dapat menghasilkan ±44 karung dengan kapasitas perkarungnya 40 kg. Hasil dari produksi konsentrat tidak menentu, hal ini dikarenakan faktor dari alat pengaduk dan tenaga kerja. Pengadaan konsentrat selama PKL berkisar 38,72 ton.
Menurut Supriyantono et al (2020) kebutuhan pakan tambahan bagi sapi sebesar 1-2 % dari berat badan, jika diasumsikan kebutuhan konsentrat sapi potong yaitu 6kg/hari/ekor maka kebutuhan konsentrat di Peternakan Sapi Jalu dengan jumlah ternak sebanyak 113 yaitu sebesar 21,1 ton. Dengan demikian pengadaan konsentrat yang dilakukan di Peternakan Sapi Jalu melebihi kebutuhan ternak. Hal ini dikarenakan pemberian konsentrat di Peternakan Sapi Jalu melebihi batas maksimal pemberian konsentrat yaitu sebesar 15kg/ekor/hari.
2. Kecukupan Hijauan
Pengadaan Hijauan di Peternakan Sapi Jalu dilakukan setiap hari.
Setiap harinya Peternakan Sapi Jalu dapat memanen ± 192 iket dengan bobot 20kg/iket, namun hasil pemanenan ini untuk setiap harinya tidak menentu dikarenakan faktor cuaca. Selama PKL satu bulan produksi hijauan sebanyak 119,04 ton. Menurut Syaiful (2017) ternak ruminansia dapat mengkonsumsi hijauan segar per hari 10-15% dari berat badan, sedangkan menurut Umela dan Bulotoni (2016) sapi potong mampu mengkonsumsi hijauan dalam sehari sebanyak 10% dari berat badannya, apabila diasumsikan kebutuhan hijauan 30kg/ekor/hari maka kebutuhan hijauan untuk 113 ekor sapi selama satu bulan adalah 105,1 ton. Hal ini menunjukkan bahwa pengadaan hijauan di Peternakan Sapi Jalu sudah mencukupi kebutuhan hijauan sapi.
29 VI. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat disimpulkan bahwa jenis pakan yang digunakan di peternakan Sapi Jalu berupa hijauan dan konsentrat. Pengadaan hijaun berasal dari lahan hijauan milik Peternakan Sapi Jalu, sedangkan pengadaan konsentrat berasal dari produksi sendiri di gudang pakan. Tata laksana pengadaan pakan di Peternakan Sapi Jalu sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan pakan sapi di Peternakan Sapi Jalu.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu ketika bahan baku konsentrat datang sebaiknya dilakukan pengujian dan pengecekan dokumen sebelum diterima oleh pihak gudang pakan, selain itu pemesanan bahan baku pakan sebaiknya disesuaikan dengan jumlah kebutuhan pakan agar tidak terdapat bahan pakan yang mengalami penurunan kualitas dikarenakan terlalu lama tersimpan di gudang.
30 DAFTAR PUSTAKA
Anwar, R., T. A. Wibowo, dan D. S. Untari. 2021. Manajemen pemberian pakan ternak sapi potong di Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur.
Open Science and Technology, 1(2): 190-195.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2017. Pakan Konsentrat-Bagian 2. Sapi Potong. SNI 3148-2:2017. Jakarta.
Bagau, B., M.R. Imbar., dan S.A. Moningkey. 202O. Industri Pakan. CV. Patra Media Grafindo. Bandung.
Budiyanto, M. A. K. dan S. Hadi. 2020. Science and technology for community of traditional beef cattle farmers who face animal feed problem. Journal of Community Service Empowerment, 1(2): 37-45.
Candra, D. A. dan R. Anggriawan. 2024. Penerapan sistem dry lot fattening dalam manajemen penggemukan sapi di Desa Jatirejo Kecamatan Loceret Nganjuk. Hakamatzu Journal of Multidisiplin, 1(1): 310-317.
Daka, D. I., C. H. Prayitno., dan I. Haryoko. 2023. Pengaruh penambahan level probiotik yang berbeda terhadap PBBH, Konversi dan efisiensi pakan pada sapi limousine. Journal of Animal Science and Technology, 5(1): 88-94.
Dilaga, S.H., Sofyan., M. Amin., O. Yanuarianto., dan Dahlanudin. 2022.
Pengamatan organoleptik, homogenitas, dan daya simpan pakan konsentrat yang diproses dengan teknik pencampuran berbeda. Prosiding Saintek, 4:
185-190.
Gultom, N. F. dan R. Wahyuni. 2021. Faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha terak sapi potong di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin. Societa: Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 10(2): 59-65.
Haloho, R. D. dan E. Tarigan. 2021. Manajemen pakan dan analisis profitabilitas usaha peternakan sapi potong rakyat di masa pandemi covid 19 di Kabupaten Langkat. Portal Jurnal Unimo, 6(4): 180-185.
Hilmi, B. J. 2019. Rancang bangung mesin pengaduk pakan ternak. Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo, 4(1): 1-6.
Indayani, A., Y. Marlida., M.E. Mahata., dan L.R. Ardani. 2024. Pengaruh penggunaan kapang trichoderma viride terhadap kandungan protein kasar dan serat kasar pada campuran onggok dan ampas tahu. Wahana Peternakan, 8(1): 86-94.
Indrayani, I. dan Andri. 2018. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Peternakan Indonesia, 20(3): 151-159.
31 Kurniawati, R., C.M.S. Lestari., dan E. Purbowati. 2018. Pengaruh perbedaan sumber energi pakan (jagung dan pollard) terhadap respon fisiologis kelinci New Zealand White betina. Jurnal Peternakan Indonesia, 20(1): 1-7.
Larangahen, A., B. Bagau., M.R. Imbar., dan H. Liwe. 2017. Pengaruh penambahan molases terhadap kualitas fisik dan kimia silase kulit pisang Sepatu (Musa paradisiaca formatypica). Jurnal zootek, 37(1): 156-166.
Lestari, R. D., L. M. Bagas, dan R. Nurmalina. 2015. Analisis keuntungan finansial usaha penggemukan sapi potong di kabupaten Bojonegoro. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 11(2),207-215.
Lima, D. D. dan C. W. Patty. 2021. Potensi limbah pertanian tanaman pangan sebagai pakan ternak ruminansia di Kecamatan Waelata Kabupaten Buru.
Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman, 9(1): 36-43.
Lokapirnasari, W.P., O.S. Widodo., dan E. Koestanti. 2018. Potensi bakteri Lactococcus s. dan Lactobacillus sp. Untuk peningkatan kualitas limbah kulit kacang sebagai alternatif bahan pakan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 10(1): 54-58.
Lutvaniyah, S., D. P. Farajallah, dan A. Farajallah. 2017. Komparasi karakter morfologi sapi madura sonok dan madura pedaging. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 22(1): 67-72.
Muljianti, S. L., S. Tedy, dan Nurnayetti. 2014. Pemanfaatan dedak padi dan Jerami fermentasi pada usaha penggemukan sapi potong di Jawa Barat. Jurnal Peternakan Indonesia, 16(3):179-187.
Muada, D. B., U. Paputungan., M. J. Hendrik, dan S. H. Turangan. 2017.
Karakteristik semen segar sapi bangsa limousine dan Simental di Balai Inseminasi Lembang. Jurnal Zootek, 32(2): 360-369.
Novra, A. 2020. Cheap qurban sharia investment model, ummah empowermenr, and cattle commodity price stabilization. Prosiding Seminar Nasional DMI.
Nurlaila, S. dan M. Zali. 2020. Faktor mempengaruhi peningkatan populasi Sapi Madura di sentra sapi sonok Kabupaten Pemekasan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 7(1): 21-28.
Pangaribuan, G. R., A. P. Windarto., W, P. Mustika., dan A. Wanto. 2019. Pemilihan jenis sapi bagi peternak sapi potong dengan metode SMART. Algoritma:
Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, 3(1): 30-37.
Rusdiana, S. dan Soeharsono. 2017. Program SIWAB untuk meningkatkan populasi sapi potong dan nilai ekonomi usaha ternak. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 35(2): 125-137.
Santi., S. Sabil., S. Sohrah, dan R. F. Y. Rusman. 2021. Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali untuk penggemukan. Jurnal Peternakan Lokal, 3(1): 17-22.
32 Sandi, S. dan P. P. Purnama.2017. Manajemen perkandangan sapi potong di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 6(1): 12-19.
Sirait, J. 2017. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) sebagai hijauan pakan ruminansia. Wartozoa: Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan. Indonesia 27(4): 167-176.
Sriwahyuni, P., M.P.Sari., E.Y.Dewi., A.J.M.Sitorus., dan K.M.Z. Basriwijaya.
2025. Strategi peningkatan produktivitas sapi potong melalui optimalisasi pakan konsentrat di Perbaungan. Botani: Publikasi Ilmu Tanaman dan Agribisnis, 2(1): 273-279
Supriyantono, A., S.A.Iyai., dan A.R.Ollong. 2020. Peningkatan produktivitas sapi potong melalui introduksi pakan konsentrat dengan bahan lokal pada Masyarakat asli Papua. IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1):21- 29.
Suryani, H.F., dan N. Luthfi. 2022. Evaluasi kualitas nutrisi dedak padi dari pemasok bahan pakan di Kabupaten Semarang. Journal of Animal Center, 4(1): 26-32.
Syaiful, F.L. 2017. Pemberdayaan Masyarakat melalui budidaya sapi potong terintegritas sawit dan penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai bahan pakan ternak di Nagari Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
UNES Journal of Community Service, 2(2): 142-149.
Toar, W. J., S. Rimbing., C. Pontoh, I. M. Untu, dan L. Rumokoy. 2022. Peran hama gudangg terhadap kualitas pakan ternak. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan IX.
Umela, S. dan N. Bulontio.2016. Daya dukung jerami jagung sebagai pakan ternak sapi potong. JTech: Jurnal Technopreneur, 4(1): 64-72.
Wahyuni, E. dan M. Amin. 2020. Manajemen pemberian pakan sapi bali. Jurnal Peternakan Lokal, 2(1): 1-7.
Wahyudin., Solehudin., L.Nurlaeni., T.I.Nabila., Mansyur., dan H.Setiyawan. 2023.
Pengolahan jerami jagung untuk pakan ternak. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 5(1): 33-39.
Widyasworo, A. dan A. Setya. 2022. Pengabdian kelompok ternak sapi melalui formulasi pakan di gapoktan rukun tani desa Sutojayan Kabupaten Blitar, JPPNu (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Nusantara), 4(2): 114-119.
Wulandari, D., S.Widjaya., dan A.Suryani. 2017. Analisis pengendalian persediaan bahan baku pakan sapi CV Satriya Feed Lampung di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis, 5(3): 250- 257.
33 Yateno, dan W.S. Sulistiani. 2017. Nilai ekonomis pemanfaatan onggok sebagai pakan olahan alternatif ternak bebek di Metro Lampung. Sinar Sang Surya, 1(1): 1-13.
Zarmawan,H., Darianto., T.Hermanto., Iswandi., Y.Rahmad., Aldori., I.Hermawan., M.Idris., dan Jufrizal. 2025. Pembuatan mesin mixer horizontal double screw untuk produksi pakan fermentasi dengan kapasitas 100 kg per batch.
Journal of Electrical and System Control Engineering, 8(2): 262-270.
34 LAMPIRAN
Lampiran 1. Berita Acara PKL
35 Lampiran 2. Logbook Kegiatan
36
37 Lampiran 3. Kegiatan PKL
Pemberian Obat Cacing Pemeriksaan Kebuntingan
Wawancara Foto Bersama Owner
38 Pembersihan Kandang Penanganan Penyakit LSD
Pemberian Vaksin Foto Bersama Karyawan
39 Lampiran 4. Formulasi Pakan Konsentrat di Peternakan Sapi Jalu
Formulasi 500kg
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 30 150
2 Kulit kacang 5,5 27,5
3 Premix 0,2 1
4 Bk. Kopra 8 40
5 Caco3 (tepung) 2 10
6 Polard 7 35
7 Sodium 0,3 1,5
8 Probiotik 0,5 2,5
9 Urea 0,4 2
10 Molases 5 25
11 Bk. Kedelai 15 75
12 Ampas bir 26 130
Jumlah 100 500
Formulasi 250kg
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 30 75
2 Kulit kacang 5,5 13,75
3 Premix 0,2 0,5
4 Bk. Kopra 8 20
5 Caco3 (kalsit) 2 5
6 Polard 7 17,5
7 Sodium 0,3 0,75
8 Probiotik 0,5 1,25
9 Urea 0,4 1
10 Molases 5 12,5
11 Bk. Kedelai 15 37,5
12 Ampas bir 26 65
Jumlah 100 250
40 Formulasi 500kg
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 25 125
2 Kulit kacang 5,5 27,5
3 Premix 0,2 1
4 Bk. Kopra 20 100
5 Caco3 (tepung) 2 10
6 Polard 26 130
7 Sodium 0,3 1,5
8 Probiotik 0,5 2,5
9 Urea 0,4 2
10 Molases 5 25
11 Bk. Kedelai 15 75
Jumlah 99,9 500
Formulasi Betina 500kg
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 25 125
2 Kulit kacang 7 35
3 Premix 0,2 1
4 Bk. Kopra 7 35
5 Caco3 (tepung) 2,5 12,5
6 Polard 10,13 50,65
7 Sodium 0,3 1,5
8 Probiotik 0,5 2,5
9 Urea 0,5 2,5
10 Molases 4 20
11 Bk. Kedelai 20 100
12 Ampas bir 22,87 114,35
Jumlah 100 500
Formulasi 457
No Jenis pakan % Kg
1 Onggok 54,7 250
2 Ampas kedelai 21,8 100
3 Polard 21,8 100
4 Probiotik 1,1 5
5 Molases 0,4 2
6 Bk. Kedelai 1,3 6
Jumlah 101 457