LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
TEKNIK PERSIAPAN PADA TAMBAK INTENSIF UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei)
DI CP PRIMA PANGKEP
WAHYUDI BASRI G0218302
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2023
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
TEKNIK PERSIAPAN PADA TAMBAK INTENSIF UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei)
DI CP PRIMA PANGKEP
WAHYUDI BASRI G0218302
Laporan Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada Prodi Akuakultur
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVESITAS SULAWESI BARAT
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Judul PKL : Teknik persiapan pada tambak intensif (Litopenaeus vannamei) CP PRIMA PANGKEP
Nama : WAHYUDI BASRI
Nim : G0218302
Program Studi : Akuakultur
Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama pembimbing lapangan
Saharuddin S.Pi M.Si Jusman S.Pi NIDN:0020068203
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Andi Arham Atjo S.Kel,.M.Si Dr. Ir. Salmin. MP
NIDN. 0005108603 NIDN.1967031319940310001
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : WAHYUDI BASRI
NIM : G 0218302
Program Studi : Akuakultur
Fakultas : Peternakan dan Perikanan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang berjudul Teknik persiapan kolam pada tambak intensif (Litopenaeus vannamei) cp PRIMA PANGKEP dalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yamg dikutip maupun yang dirujuk sebagai acuan telah saya nyatakan dengan benar serta saya cantumkan dalam daftar pustaka. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan saya terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya dan diproses sesuai dengan undang-undang yang berlaku serta sanksi lain sesuai dengan yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Majene, 21 September 2023 Yang membuat pernyataan
Wahyud basri
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang Teknik persiapan kolam pada tambak intensif (Litopenaeus vannamei) cp PRIMA PANGKEP. Laporan PKL ini disusun sebagai persyaratan dan rangkain akhir dari kegiatan PKL dan sekaligus sebagai pertanggung jawaban dan sebagai indikator dalam mengetahui sejauh mana program kegiatan mahasiswa dalam melakukan PKL dapat teralisasi dengan baik.
Dalam penulisan laporan ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama PKL maupun dalam penyusunan laporan ini terutama kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta serta saudara dan teman- teman tercinta atas segala dukungan dan do’a sehingga PKL dan penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.
2. Drs. Ir. Salmin, MP, selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan.
3. Andi Arham Atjo S.Kl,. M.Si selaku Koordinator Prodi Akuakultur.
4. Saharuddin S.Pi M.Si selaku dosen pembimbing utama.
5. Jusman S.Pi sebagai pembimbing lapangan 6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Akuakultur
7. Segalah pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini dan tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, di ucapakan pula banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan PKL ini masih belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa perikanan Program Studi Akuakultur guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknolog alam bidang perikanan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...vi
BAB I PENDAHULUAN...1
I.I Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...2
1.3 Manfaat...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
2.2 Habitat dan siklus hidup...5
2.3 Makan Kebiasaan Makan Udang Vaname...6
2.4 Tingkah Laku Udang Vaname...7
2.5 Budidaya Udang Vaname...8
2.6 Jenis Tambak...9
2.7 Parameter Kualitas Air...13
BAB III METODOLOGI...16
3.1 Waktu dan Tempat...16
3.2 Alat dan Bahan...18
3.3 Metode Praktek Kerja...20
3.4 Metode Pengumpulan Data...21
3.5 Kegiatan yang Dilaksanakan...21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...22
4.1 Hasil...22
4.2 Pengeringan Tambak...22
4.3 Pembersihan Tandom...23
4.4 Pengisian air ke Tandon...24
4.5 Pembersihan Tambak Budidaya...25
4.6 Perbaikan Kontruksi Tambak...27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...28
KESIMPULAN DAN SARAN...28
DAFTAR PUSTAKA...29
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru.
Beberapa petambak di Indonesia mulai mencoba membudidayakan Udang Vaname, karena hasil yang dicapai sangat luar biasa. Apalagi produksi udang windu yang saat ini sedang mengalami penurunan karena serangan penyakit, terutama penyakit bercak putih (white spot syndrome virus) (Haliman dan Adijaya ,2005).
Ditjen Perikanan Budidaya (2014), produksi perikanan budidaya ke depan meningkat dengan kenaikan pencapaian target produksi sebesar 353%. Pemanfaatan lahan budidaya untuk tambak masih sangat luas dengan potensi wilayah sebesar 2.963.717 ha yang baru dimanfaatkan sekitar 22,18% atau sekitar 657.436 ha.
Argina (2013), produksi udang nasional sebagian besar merupakan udang vaname yang mencapai 85%. Dijelaskan oleh Direktorat Jendral Perikanan Budidaya pada tahun 2013, perikanan budidaya baru memproduksi udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun, hasil tersebut belum mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi Udang Vaname ditingkatkan menjadi
699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia walau tidak semua terpenuhi.
Berdasarkan penelitian Boyd dan Jason (2002),
produktivitas udang vaname dapat mencapai lebih dari 13.600 kg/ha. Komoditas ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies udang lainnya, antara lain lebih mampu beradaptasi terhadap kepadatan tinggi, tahan terhadap serangan penyakit, dapat hidup pada kisaran salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat survival rate (SR) atau kelulushidupan dan konversi pakan yang tinggi.
Pada proses budidaya udang vaname, dibagi menjadi 3 sektor kegiatan, yakni pembenihan, pendederan, dan pembesaran.
Kegiatan pembesaran udang vaname sendiri meliputi persiapan tambak pemilihan dan penebaran benur, pemeliharaan kualitas air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen.
Keunggulan udang vaname yaitu pertumbuhan lebih cepat dan kelangsungan hidup tinggi.Budidaya Udang Vaname dengan penerapan pola budidaya intensif sangat menguntungkan karena dapat menggunakan padat tebar yang tinggi (Arifin, 2008). Dalam sistem budidaya ini diperlukan pengetahuan tentang teknik persiapantambak yang baik.
Persiapan tambak adalah salah satu rantai pengoprasian tambak, sebelum melakukan penebaran benur terlebih dahulu lahan dipersiapkan, persiapan tambak yang layak merupakan awal untuk budidaya udang vaname. Persiapan tambak meliputi konstruksi tambak, sarana dan prasarana. Tujuan dari persiapan tambak adalah untuk menyediakan tempat atau media benur sehingga tumbuh dengan baik (Lim dalam Ahmad Yakin, 1999).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik persiapan tambak pada pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di CP PRIMA.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang ini guna untuk menambah ilmu pengetahuan,pengalaman serta keterampilan mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan morfologi udang
Vaname (litopeanaus vannamei)
Klasifikasi udang vaname menurut (Boone 1931) sebagai berikut : Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca Ordo : Decapoda
Family : Penaeidae Genu s : Litopenae us
Sp e c i e s :
L i t o p e n
a e u s
v a n n a m e i
Wyban dan Sweeny (1991), Vaname secara morfologis dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada disebut chepalotorax dan bagian belakang bagian perut disebut abdomen. Pada bagian kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai, rostrum, dimana gerigi rostrum pada bagian atas biasanya terdiri dari sembilan buah dan bagian bawah terdiri dari tiga buah dan dilengkapi pula dengan sepasang antena yang panjang. Pada bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda) yang terletak di masing-masing ruas, sedangkan pada ruas ke enam terdapat kaki renang yang telah berubah bentuk menjadi kipas (uropoda) yang ujungnya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson dan di bawahnya terdapat lubang dubur (anus).
Gambar 1. Morfologis Udang Vanamei
Alat kelamin jantan disebut petasma, yang terletak di antara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut thelicum yang terletak antara kaki jalan dan kaki renang.
Morfologi Udang Vaname serta bagian organ tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Briggs (2004), Udang Vaname hidup di habitat laut tropis dimana suhu air biasanya lebih dari 20°C sepanjang tahun. Udang vaname dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan pada stadia post larva udang vaname akan bermigrasi ke pantai sampai pada stadia juvenil. Udang Vaname merupakan bagian dari organisme laut. Beberapa udang laut menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau. Perkembangan siklus hidup larva Udang Vaname adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Masuk ke stadia larva, dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkalm dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali.
2.2 Habitat dan siklus hidup
Siklus hidup udang vaname sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva.
Pada stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistem pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam. Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3
kali moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk Udang. Yang dicirikan dengan sudah terluhatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif.
Gambar 2. Siklus hidup Udang Vaname 2.3 Makan Kebiasaan Makan Udang
Vaname
Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005), udang merupakan golongan hewan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, cocepoda, polyhaeta, larva kerang, dan lumut. Udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu- bulu halus (setae) yang terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxillipied. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan lansung dicapit menggunakan kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan dan oesophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxillipied di dalam mulut.
2.4 Tingkah Laku Udang Vaname
a) Pergantian kulit ( moulting )
Khairuman (2004), menyatakan moulting merupakan proses biologis yang dipengaruhi oleh umur, jumlah dan kualitas pakan serta lingkungan hidup udang. Kulit udang terdiri dari chitin yang tidak elastis, sehinga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan Udang. Mekanisme pergantian kulit ini diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh salah satu kelenjar yang terdapat pada pangkal tangkai mata. Sebelum berganti kulit biasanya nafsu makan udang berkurang, tidak banyak bergerak dan mata terlihat suram. Proses pelepasan kulit lama digantikan dengan kulit baru disebut ecdysis. Pada udang muda pergantian kulit cepat dari pada Udang dewasa (Haliman dan Adijaya 2005).
b) Nonturnal
Powers dan Bliss (1983),Udang memiliki mata yang besar dan bersifat seperti lapisan pemantul cahaya, fakta yang menguatkan dugaan bahwa udang bersifat nokturnal dimana udang lebih suka muncul pada malam hari. Jika terganggu udang dapat melompat sejauh 20-30 cm menghindar dari gangguan.
Udang vaname memiliki sifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang hari lebih suka beristirahat, baik membenamkan diridalam lumpur maupun menempel pada suatu benda yang terbenam dalam air (Nurdjana 1989). Makanannya berupa jenis crustacea kecil, dan cacing laut.
Udang vaname dialam bersifat omnivora dan pemakan bangkai, tetapi secara umum merupakan predator bagi invertebrata yang pergerakannya lambat (Felix & Perez 2002).
Lebih lanjut Wyban & Sweeny (1991), menyatakan bahwa pakan yang diberikan untuk induk berupa cumi 16% total berat tubuh dan 10% berupa cacing laut serta pemberian pakan enam kali sehari.
c) Kanibalisme
Udang vaname mempunyai sifat kanibal. Kanibal adalah sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini sering muncul pada udang yang sehat, yang sedang tidak ganti kulit. Mangsanya adalah udang-udang yang sedang ganti kulit (moulting). Keadaan kekurangan makanan, sifat kanibal akan tampak pada waktu udang tingkatan mysis (Mudjiman dan Suyanto 1989).
2.5 Budidaya Udang Vaname
Tambak intensif mempunyai luas petakan lebih kecil dari tambak ekstensif dan semi-intensif yaitu sekitar 0,4-0,5 Ha, dengan tujuan adalah untuk mempermudahkontrol pergantian air, pemberian pakan,pembersihan kotoran dan sebagainya.
Pemasukan air dan pembuangan air melewati saluran dan pintu air yang terpisah. Pada petakan tambak intensif seluas 0,5 ha, pintu pembuangan dan kotoran pada umumnya diletakkan di tengah- tengah petakan tambak. Sehingga kotoran udang dapat dibuang ke luar tambak lewat pintu tengah, karena putaran arus yang ditumbulkan oleh kincir, air mengalirkan kotoran ke bagian tengah petaka tambak (Poernomo 2003).
Amri dan Kanna (2008), menyatakan konstruksi tambak untuk budidaya udang vaname sama dengan konstruksi tambak untuk budidaya udang windu. Namun, disarankan petakan tambak
berbentuk bujur sangkar dengan kedalaman 150-180 cm. Saluran air tambak (inlet) dibuat terpisah dengan saluran pembuangan (outlet). Kemiringan dasar tambak dirancang 0,5% kearah saluran pembuangan. Penempatan kincir atau aerator diatur sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa pakan terkumpul di saluran pembuangan. Idealnya, untuk tambak udang vaname seluas 0,25 ha dipasang kincir air sebanyak 4 – 6 unit (Amri dan Kanna 2008).
2.6 Jenis Tambak
a) Tambak tradisioanal
Tambak sistem tradisional merupakan tambak yang dalam kegiatannya masih menggunakan sistem manajemen sederhana.
Hal ini ditandai dengan penerapan teknologi belum sempurna dan produksi yang dicapai relatif masih rendah. Tambak sistem tradisional biasanya memiliki bentuk dan petakan yang tidak teratur. Kepadatan udang pada sistem tradisional dalam budidaya udang sebaiknya di bawah 60 ekor/ha/musim (Amri, 2003). Luas petak yang dimiliki berkisar 3-10 hektar bahkan terkadang lebih.
Biasanya, setiap petakan memiliki saluran keliling yang lebarnya 5-10 m. Oksigen dan pakan alami biasanya diperolehdengan cara pemberian daun-daunan/tanaman di atas kolam, misalnya tanaman klekap.
b) Tambak semi Intensif
Tambak ini umumnya tidak seluas tambak ekstensif, yaitu hanya berkisarantara 0,5-1 ha. Pengisian dan pembuangan air dilakukan melalui saluran yang berbeda. Tambak dengan luas petakan 0,5 ha, berbentuk bujur sangkar, pintu pembuangan air diletakkan di tengah lantai dasar tambak yang miring ke arah tengah. Pada tambak semi intensif selain penggunaan pompa juga
sudah digunakankincir air yang berfungsi sebagai aerator.
Kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak lebih tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 10-25 ekor/m2 dan pakan buatan sudah mulai digunakan sebagai pakan tambahan.
c) Tambak Intensif
petak pemeliharaan yang digunakan untuk tambak intensif adalah yangterkecil dibandingkan dengan kedua tipe tambak lainnya yaitu sekitar 0,3-0,5 ha. Biasanya tambak intensif sudah dilengkapi dengan pintu pembuangan di tengah danpintu panen model monik yang diletakkan di pematang saluran buangan.
Untuk tambak air payau, percampuran air tawar dan air laut dilakukan dalam bak pencampur Dalam tambak intensif penggunaan kincir dan pompa sudah optimal, kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak sangat tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 30-40 ekor/m2 dan penggunaan pakan buatan merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pemeliharaan.
Budidaya dengan sistem tambak intensif biasanya dilakukan secara besar-besaran dan hanya dilakukan oleh para pengusaha yang bermodal besar.
2.7 Persiapan tambak udang vaname
Persiapan tambak adalah salah satu rantai pengoprasian tambak, sebelum melakukan penebaran benur terlebih dahulu lahan dipersiapkan, persiapan tambak yang layak merupakan awal untuk budidaya udang vaname. Persiapan tambak meliputi konstruksi tambak, sarana dan prasarana. Tujuan dari persiapan tambak adalah untuk menyediakan tempat atau media benur sehingga tumbuh dengan baik (Lim dalam Ahmad Yakin, 1999).
a) Pengeringan Tambak
Persiapan tambak dimulai dengan pengeringan dasar tambak selama satu minggu. Pengeringan bertujuan untuk membunuh bibit penyakit, memberantas hama dan mempermudah dalam perbaikan pematang, kamalir dan pintu air (Khairuman dan Khairul Amri, 2004).
b) Pembersihan Tambak
Pembersihan tambak yaitu dibersihkan dari segala kotoran yang tidak dimanfaatkan oleh tambak atau kotoran tersebut yang dapat menyebabkan terganggunya kehidupan udang selama pemeliharaan (Harianto, 1998).
c) Pengisian Air
Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2- 3 minggu sampai ditebari benih udang. Tinggi air di petak pembesaran diupayakan lebih dari 1,0 m. Kondisi air betul- betulsiap. Sebelum tambak diisi air sarana pendukung tambak seperti saringan, outlet/inlet, pemberat kincir, stik level, hurus diadakan pengecekan dan dipasang terlebih dahulu, selanjutnya pengisian air hingga mencapai ketinggian 30-50 cm (Harianto,1998).
d) Setting Kincir
Kincir air tambak merupakan alat penyuplai oksigen terbaik di dalamtambak. Kincir air tambak juga memiliki berbagai fungsi lainnya, yakni membersihkan area permukaan dan dasar air kolam tambak sehingga menciptakankestabilan arus yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan udang. Jumlah kincir yang digunakan
pada tambak benur udang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kincir di tambak udang ukuran besar. Jumlah kincir air tambak ditambah lebih banyak jika kepadatan tebar udang tinggi.
Tata letak kincir air tambak udangyang baik tergantung dari jumlah dan posisi arah kincir, juga tergantung luas tambak udang. Hal paling dasar yang wajib diketahui adalah putaran-putaran kipas pada kincir bisa menghasilkan pusaran arus air yang dapat memberi perbedaan karakteristik kualitas air tambak secara vertikal ataupun horizontal.Kombinasi arahdan posisi kincir harus searah jarum jam agar menghasilkan kondisi pusaran air yang mampu mengarahkan kotoran di dasar tambak ke arah pembuangan airtambak. Kincir air harus ditempatkan minimal satu meter dari daratan, impeller harus tenggelam dalam air dengan kedalaman 7-9 cm (Yos Mo 2017).
e) Strelisasi Air
Dalalm melakukan Sterilisasi air dilakukan 3 tahap yaitu, pemberian Cuprisulfat, Crustacid, dan Kaporit. Cuprisulfat merupakan bahan ssterilisasi berupa tepung atau bubuk berwarna biru, bertujuan untuk membunuh atau mematikan lumut. Menurut Boyd (2016) Cuprisulfat digunakan secara luas sebagai algisida di tambak dan sistem perairan lainnya. Meskipun Cuprisulfat cepat hilang dalam air tambak atau kolam, ion-ion kupri dapat berbahaya bagi hewan air. Ketika terikat dengan berbagai senyawa organik, sifat racun ion-ion kupri terhadap hewan air menjadi berkurang dan pemecahan konsentrasi kupri dapat dijaga dengan aman untuk beberapa hari. Crustacid merupakan bahan sterilisasi berupa cairan bening kekuning kuningan yang bertujuan untuk membunuh hewan Crustasea yang dapatmengganggu organisme yang dibudidayakan.
Kaporit bertujuan untuk membunuh bakteri dan mengendapkan residu residu dari bahan sterilisasi sebelumnya mengendapkan residu residu dari bahan sterilisasi sebelumnya.
2.8 Parameter Kualitas Air a) Suhu
Sulistinarto (2008), sama halnya dengan pH air, suhu air juga berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya reaksi kimiawi air. Suhu optimum bagi udang adalah 26-32 oC. Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air raksadan diukur 2 kali sehari bersamaan dengan pengukuran oksigen. Suhu air tambak tergantung cuaca dan berpengaruh langsung terhadap nafsu makan.
Pada suhu 26 oC nafsu makan turun hingga 50%. Suhu air terutama pada bagian dasar juga dipengaruhi oleh kepadatan partikel yang dapat diukur dari tingkat kecerahan air dengan alat secchi disk.
Kepadatan partikel dalam air termasuk plankton akan menghalangi penetrasi cahaya masuk ke dalam air.
Suhu air pada bagian dasar dipengaruhi oleh kepadatan partikel yang dapatmenghalangi penetrasi cahaya masuk kedalam air sehingga dalam proses budidayaperlu dilakukan pengelolaan kualitas air dengan melakukan pengukuran yangmenggunakan thermometer serta dapat dilakukan pada pagi dan sore hari (Amri dan Kanna 2008).
b) Kecerahan
Kecerahan indentik dengan kepadatan plankton dan warna air. Kecerahan yang baik pada tambak udang berkisar 30-40 cm.
Sedangkan warna air untuk budidaya udang adalah hijau muda d an coklat muda karena mengandung banyak diatomae dan clorophyta (Effendi, 2003).
Kecerahan dipengaruhi oleh populasi plankton dan bahan padatan yang tersuspensi dalam petakan. Tingginya populasi plankton atau konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, akan makin rendah kecerahan. Kecerahan yang bagus dalam budidaya
udang vaname adalah kecerahan yang diakibatkan oleh plankton, bukan dari padatan tersuspensi. Kecerahan yang diakibatkan oleh padatan tersuspensi terjadi pada budidaya vaname di tambak tanah dengan aerasi 16 Hp per hektar, semakin padat densitas tebar makin cepat terjadi air milky. Densitas fitoplankton pada tambak tanah tidak bisa berkembang dengan baik karena aktifitas fotosintesi terganggu, sinar matahari terhalang oleh partikel- partikel lumpur yang tersuspensi(Edhy et al 2009).
c) pH Air
Mujiman (2000), pH air tambak udang dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk dari sisa-sisa pakan atau yanglain. Derajat keasaman (pH) air pada sore hari biasanya lebih tinggi dari pada pagihari karena kegiatan fotosintesis fitoplankton dalam air yang menyerap CO2 sehingga menjadi sedikit, sedangkan di pagi hari CO2 banyak sebagai hasil dari kegiatan pernapasan binatang maupun fitoplankton dan juga pembusukan di dalamair. Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang ideal untuk pertumbuhan udang adalah 7,5 – 8,5 sedangkan berdasarkan SNI 01-7246 - 2006 adalah 7,5 – 8,5.
d) Salinitas
Boyd (1996), udang sebenarnya termasuk hewan euryhalin yaitu hewan yang menyesuaikan diri terhadap rentang kadar garam yang lebar. Namun karena dibudidayakan secara komersial, rentang kadar garam optimal perlu dipertahankan. Pada rentang kadar garam optimal (12–20 ppt) energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak (Osmoregulasi) cukup rendah sehingga sebagian besar energi asal pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan.
Sulistinarto (2008), salinitas merupakan parameter air yang
penting bagi udang meskipun pengaruhnya tidak spontan seperti halnya oksigen. Udang dapat hidup pada salinitas air antara 5-40 ppt. Salinitas yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah 15-25 ppt. Meskipun udang merupakan biota euryhalinenamun pertumbuhannya akan terlambat apabila dipelihara pada salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari kadar optimal dalam waktu yang lama. Pengukuran salinitas air dilakukan satu kali sehari yaitu pada siang hari bersamaan dengan pengukuran oksigen (siang hari) dengan menggunakan refractometer.
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Praktek kerja lapang (PKL) dilaksanakan selama 40 hari pada tanggal 3 Agustus sampai 13 September 2021. Praktek kerja lapang bertempat di desa Kecamatan Mandalle Kabupaten pangkajene Sulawesi Selatan CP. PRIMA Adapun lokasi tempat PKL bisa dilihat pada gambar 2.
3.2 Sejarah lokasi
PT. Central Proteina Prima Tbk (CPP) didirikan pada 30 April 1980 dengan nama PT. Proteina Prima, dimana PT. Central Proteina prima Tbk adalah anak perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Indonesia yang bergerak dalam bidang agribisnis, aquaculture, telekomunikasi, logistik dan ritel berfokus pada kegiatan pemasaran dan produksi pakan ayam, sedangkan divisi Aquaculture di Surabaya berfokus pada kegiatan produksi dan pemasaran pakan udang.
PT. Central Proteina prima atau yang lebih dikenal dengan nama CP Prima pertama kali mencatatkan sahamnya dibursa Efek Jakarta pada bulan Mei 1990. Dan pada tahun 1991 CP. Prima mengambil alih 100% saham PT. Central Agromina yang bergerak dalam kegiatan usaha produksi DOC. Pada tahun 1993 CP Prima mengambil alih 54,59 % saham PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, suatu perusahaan yang memproduksi dan memperdagangkan makanan ternak (ayam, udang dan ikan), perlengkapan unggas, karung plastik dan produk– produk lainnya.
Pada tahun 1996 CP Prima mengambil alih 48% saham CPB, perusahaan yang mengoperasikan pabrik pakan udang, pembibitan udang dan fasilitas pengolahan udang di Lampung.
Sehingga pada 12 Mei 2006, CP Prima merestrukturisasi perusahaannya sehingga kegiatan-kegiatan usahanya lebih berfokus pada kegiatan Aquaculture.
CP Prima memiliki pengalaman operasional lebih dari 30 tahun dan merupakan pelopor global dengan skala besar dalam industri perikanan yang terintegrasi secara vertikal. Pada tahun fiskal 2008, CP Prima mencatat penjualan bersih senilai Rp 8,17 triliun, dan Perseroan yakin akan potensi pertumbuhan yang luar biasa besar pada masa datang ditunjang dengan pertumbuhan konsumsi udang serta permintaan pasar lokal yang semakin tinggi akan produk-produk industri hulu. Dengan lebih dari 90.000 hektar lahan yang dibudidayakan dibeberapa lokasi, CP. Prima menyediakan lapangan kerja lebih dari 10.000 orang termasuk 12.000 pegawai penuh waktu pada seluruh perusahaan. CP Prima merupakan pengendali industri yang ditopang oleh tim pengelola yang stabil dan berpengalaman banyak, strategi bisnis yang sehat, dan operasi berperingkat terbaik untuk mengoptimalkan efisiensi dan teknik produksi dalam industri yang terkemuka. Saat ini CP Prima merupakan produsen dan pengolah udang terbesar dunia yang sepenuhnya terpadu secara vertikal, juga merupakan pengendali pasar bibit udang, produksi pakan udang dan pakan ikan. Produk- produk CP Prima mencakup udang beku, pakan udang, bibit udang, probiotika dan pakan ikan.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pakan ternak, maka CP Prima memperluas kegiatan usahanya dengan mendirikan pabrik baru di Surabaya pada tahun 1976, dan tiga tahun kemudian pabrik baru juga didirikan di Medan. Adapun kapasitas produksinya mencapai 50.000 ton pakan udang setiap tahunnya
PT.Central Proteina Prima Tbk, Pangkep beralamat di desa Tamarupa kecamatam mandalle, kabupaten pangkajene, sulawesi
selatan. Di lokasi ini mempunyai posisi yang strategis karna dapat dijangkau kendaraan roda dua maupun roda empat dan berada pada pantai pesisir barat. Dan lebih penting lagi adalah ketersediaan air untuk budidaya sangat sesuai dengan parameter yang dibutuhkan untuk budidaya udang vaname karna dilokasi ini memiliki pohon mangrove sebagai biofilter alami untuk kegiatan budidaya.
Gambar 3. Lokasi PKL di PT. Central Proteina Prima Tbk.,Pangkep
3.3 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan selama PKL dalam persiapan kolam sebelum melakukan pembesaran pada budidaya Udang Vaname adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Alat yang digunakan dalam persiapan kolam
No N a m a P e r e l a t a n
Kegunaan
J u m l a h
1. P
o m p
Mempercep at aliran air
dalam pembersiha
1 U n
a A i r
n i
t
2.
S e l a n g S p i r a l
Kolam Mengalirka
n air dari tandom ke
kolam dibersikan
1 U n i t
3.
E m b e r
Mengambil sisa air
dalam kolom yang
dibersikan
2 U n i t
4.
S a p u L i d i
Membersik an pasir-
pasir di sekitar kolam
2 U n i t
5.
T i m b a h
Mengambil sisa air
dalam kolam dan
2 U n i t
6. G
un ti
Menggunti ng jaring
BSF
2 U ni
ng t
7.
Pa to k, ob en g ,p al u da n ka be l
Alat bantu dalam setting
kincir
1 Se t
8.
K ol am
Wadah Budidaya
4 Ko la m
9.
J a r u m
Menjahit jarring BSF
ke pipa central drain dan menjahit kerangka
anco
8 un it
Tabel 2 : Bahan yang digunakan dalam pembersihan kolam
No N a m a P e r e l a t a n
Kegunaan
J u m l a h
1. A
i r
Membersih kan kolam
T i d a k t e n t u
2.
K a p o r i t
Sebagai Disinfetkan pada air guna pengendalian bakteri dan virus dan
menetralkan pH air
3 0 k g / k o l a m
3.
J a r i n g B S F
Untuk pipa central
drain
5 m e t e r
4.
B e n a n g N i l o n
Untuk menjahit jarring BSF
1 r o l
5.
B e s i
Kerangka anco
T i d a k t e n t u
3.4 Sarana dan Prasarana 3.4.1 Sarana
Sarana yang ada di CP PRIMA dalam mempersiapkan kolam sebelum pembesaran adalah sebagai berikut:
a) Kolam Budidaya
Tahap awal budidaya Udang Vaname di kolam beton dengan mempersiapkan kolam atau bak beton. Ukuran kolam atau bak beton yang digunakan untuk pemeliharaan Udang Vaname disesuaikan dengan lahan yang ada.
b) Mempersiapkan Air
Mempersiapkan air yang akan digunakan sebagai media pembesaran atau pemeliharaan Udang Vaname.Air laut yang diambil dari laut disaring terlebih dahulu supaya organisme-
organisme yanng ada dilaut tidak mengikut ke bak penampungan atau tandom.
c) Benih Udang Vaname
Benih Udang Vaneme harus dipilih yang sehat dan ukuran yang disarangkan minimal PL9. Benih yang sehat akan menentukan kualitas pertumbuhan yang baik,kemampuan daya serap pakan yang cukup tinggi dan daya tahan terhadap penyakit.
Bangunan prasarana yang ada di CP. PRIMA terdiri dari Rumah/mass,gudang dan dapur atau tempat makan.Rumah/mass ditempati para karyawan atau para pekerja dan juga Mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL.Gudang sebagai tempat penyimpanan baik pakan,obat-obatan dan lain- lain. Dapuratau tempat makan dimana sudah disiapkan makanan para karyawan.
3.5 Metode Praktek Kerja
Observasi yaitu melalukan pengamatan secara lansung tahapan persiapan kolam sebelum pembesaran.
Partisipasi aktif yaitu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama 40 hari.
Wawacara yaitu berdiskusi dengan pembimbing lapangan guna untuk mendapatkan informasi dan referensi tentang persiapan kolam
3.6 Metode Pengumpulan Data a. Data primer
Data primer diperoleh dari pengamatan lansung, wawancara dan praktek langsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data atau informasi yang
diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, yang dapat berupa informasi dari instansi terkait, seperti perpustakaan yang berupa buku, jurnal, laporan, majalah, dan referensi yang berkaitan dengan kehnik persiapan kolam.
3.7 Kegiatan yang Dilaksanakan
Kegiatan yang dilaksanakan selama melakukan praktek kerja lapang CP PRIMA antara lain sebagai berikut :
a) Pemasangan kincir
b) Perbaikan pintu pengeluaran air kolam
c) Pembersihan bak penampung air/tandom
d) Pemberian kaporit e) Pembersihan kolam f) Pengaturan setelan kincir g) Pengisian air ke kolam h) Pembuatan anco
i) Perbaikan pipa central drain.
BAB IV
HASIL DAN PAMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang telah dilaksanakan, ada beberapa tahapan dalam persiapan kolam sebelum melakukan pembesaran Udang Vaname di CP PRIMA antara lain sebagai berikut:
Pengeringan Tambak
Pembersihan Tandom
air ke tandom
Pembersihan Tambak
Perbaikan kontruksi Tambak
Pengisian Air Tambak
4.2 Pengeringan Tambak
Pengeringan Tambak bertujuan untuk memutuskan siklus hidup organisme patogen yang terdapat pada wadah dan mebunuh bibit penyakit serta zat-zat beracun yang terdapat pada kolam.
Tambak dikatakan kering apabila lumut mulai terkelupas atau terbuka pada tambak. Biasanya pengeringan tambak ini berlangsung selama 3 sampai 7 hari. Pengeringan tanah dasar tambak sampai berdebu tidak disarankan mengakibatkan proses mineralisasi bahan organik menjadi terhenti (Tim Perikanan WWF Indonesia, 2014)
Persiapan tambak dimulai dengan pengeringan dasar tambak selama satu minggu. Pengeringan bertujuan untuk membunuh bibit penyakit, memberantas hama dan mempermudah dalam perbaikan pematang, kamalir, dan pintu air (Khairuman dan Khairul Amri, 2004).
Gambar 4. Pengeringan Tambak 4.3 Pembersihan Tandom
Sebelum melalukan pembersihan tambak budidaya atau
pengisian air ke tambak budidaya sebaiknya melakukan pembersihan kolam tandom terlebih dahulu. Pembersihan ini dilakukan supaya kotoran-kotoran seperti lumpur, tiram dan lumut hilang dan tetap menjaga kualitas air.
Budidaya udang vannamei sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal salah satunya adalah manajemen kualitas air (Wardianto, 2008).
Dimana proses pemberihan tandom ini menggunakan alat seperti pompa air, selang spiral, pendorong pasir, skop dan ember.
Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
Pompa air dan selang spiral berfungsi untuk mengalirkan air dengan cepat ke tandom yang akan dibersihkan.Pendorong pasir yaitu mendorong lumpur atau lumut ke centraldrain supaya mempercepat dalam pembersihan.
Skop dan ember berfungsi untuk membersihkan pasir-pasir yangtebal dari tandom.
Proses pembersihan tandom ini bisa memakan waktu sekitar 2sampai 3 jam tergantung dari tingkat kekotoran tandom, dimana kolam tandom ini memiliki panjang 50 meter, lebar 40 meter dan tingginya 3 meter. Bisa dilihat padagambar 3.
Gambar 5. Pemberihan Tandon 4.4 Pengisian air ke Tandon
Air yang digunakan adalah air laut dimana pengambilan air laut ini menggunakan mesin dan pipa yang besar dimana jarak pipa dari bibir pantai ke air laut sekitar 200 meter. Air laut yang diambil menggunakan mesin dan disaring agar pasir, rumput dan organisme-organisme laut tidak mengikut ke kolam tandom yang akan di isi. Pengisian ini bisa berlangsung selama 3 sampai 4 jam dan ketinggian air di kolam tandom sekitar 1,5 sampai 2 meter dan Ukuran ideal petak tandon sekitar 30 – 50% dari luas petak pemeliharaan (Sudarno et al., 2018).
Gambar 6. Pengisian Air Tandon
4.5 Pembersihan Tambak Budidaya
Pembersihan Tambak bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti, pasir sisa pakan, dan bahan organik lainnya, agar kotoran tersebut tidak menjadi bahan organik yang berbahaya terhadap Udang Vaname yang akan dibudidayakan.
Pembersihan petakan dilakukan setelah proses panen yang meliputi pembersihan teritip yang menempel pada dinding, dasar, kincir, maupun jembatan anco.Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprot seluruh bagian petakan menggunakan selang
yang bertekanan tinggi sehingga mampu membuang kotoran mengarah ke central drain atau penutup outlet.
Contoh salah satu pembersihan kolam/ tambak supaya kualitas air pada kolam tetap optimal Pemberian kapur bakar atau kapur hidrat pada tanah dasar tambak yang kosong mungkin lebih efektif dalam membasmi organisme penyebab penyakit dalam tanah sebelum penebaran berikutnya (Boyd & Massaut, 1999).
Selain itu fungsi kapur hidrat adalah untuk menaikkan pH dan mengikat CO2 secara efektif (Supono, 2017). Tujuan pengapuran adalah sebagai pengontrol pH air dan juga sebagai nutrien bagi plankton dan meningkatkan nilai parameter kualitas air.
Pembersihan tambak yaitu dibersihkan dari segala kotoran yang tidak dimanfaatkan oleh tambak atau kotoran tersebut yang dapat menyebabkan tergang gunya kehidupan udang selama pemeliharaan (Harianto, 1998).Pembersihan kolam diawali dengan memungut rumput dan ranting-rantingpohon yang ada di kolam, kemudian membersihkan kolam dengan alat pompa air, selang spiral dan alat pendorong pasir atau hampir sama seperti pada pembersihan pada kolam tandom.
Pompa air dan selang spiral berfungsi untuk mengalirkan air dengan cepat ke kolam yang akan dibersihkan.
Pendorong pasir yaitu mendorong lumpur atau lumut ke central drain.
Pembersihan ini dimulai dengan menyemprotkan air dari pinggir kolam sampai ke tengah kolan atau central drain, kolam yang di bersihkan harus benar- benar bersih dari kotoran atau organisme yang akan mengganggu proses pembesaran nanti.
Dimana proses pembersihan ini bisa memakan waktu 1
sampai 2 jam tergantung dari tingkat kekotoran kolam, dengan ukuran kolam, panjang 50 meter, lebar 30 meter dan tinggi 2 meter.
Gambar 7. Pembersihan Tambak
4.6 Perbaikan Kontruksi Tambak
Perbaikan kontruksi Tambak diperlukan sebelum melakukan pembesaran Udang Vaname, dimana kontruksi yang dimaksud ini seperti perbaikan pintu keluar air, perbaikan pipa central drain dan perbaikan anco.
Choeronawati (2019) Perbaikan konstruksi tambak bertujuan untuk mengontrol kondisi konstruksi tambak dan memperbaiki apabila terdapat kerusakan. Perbaikan konstruksi yang dilakukan yaitu kebocoran plastik HDPE, pergantian pancang kincir, dan perbaikan baling- baling kincir jika tidak bisa memutar. Untuk mengatasi kebocoran pada plastik dilakukan penambalan menggunakan pemanas berupa setrika dan potongan plastik HDPE sebagai bahan untuk menambah.
Gambar 8. Perbaikan Tambak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang (PKL) yang dilaksanakan CP PRIMA. disimpulkan sebagai berikut: Persiapan kolam adalah salah satu hal penting sebelum melakukan penebaran benih, tambak harus dipastikan dalam keadaan baik supaya proses pembesaran tidak mengalami kendala. Persiapan kolam sebelum melakukan pembesaran ada beberapa tahap yaitu:
pengeringan kolam, Pembersihan kolam tandom, Pengisian air kolam tandom, Pembersihan kolam budidaya, Perbaikan kontruksi, Pengisian air kolam
5.2 Saran
Persiapan tambak perlu diperhatikan dengan baik agar pada tahap selanjutnya tidak mengalami kendala untuk memulai kembali dan juga pengelolaan air harus diperhatikan karna sebagai media tumbuh dan media pembawa penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. PT. Agro Media Pustaka.Tangerang. 98 Hal.
Amri. K. dan Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intesif, Semi Intesif dan Tradisional. Rahasia Sukses Usaha Perikanan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Argina. 2013. Produksi Udang Nasional.
Institut Pertanian Bogor.
Briggs, M.,Simon F.S., R. Subasinghe, and M. Phillpis. 2004.
Introduction and Movement of Peneaus vannamei and Peneaus stylirotris in Asia and The Pasific. Journal. FAO UN . Bangkok.
Choeronawati, A.I., S.B. Prayitno, dan Heruddin. 2019. Studi Kelayakan Budidaya Tambak di Lahan Pesisir Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis p- ISSN : 2087 9423, e-ISSN: 2620- 309X. Vol . 11 No.1, Hlm. 191-204.
Ditjen Perikanan Tangkap, 2014, Budidaya Udang Vannamei (Littopenaus vannamei). Materi Penyuluhan Perikanan Tangkap.
Haliman, R. W. dan Adijaya D. S., 2005. Udang Vaname.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Harianto, 1998. Teknik Budidaya Udang Windu pada Tambak Plastik. Intitut Perikanan Yogyakarta, Yogyakarta.
hermayanti sari: teknik persiapan tambak pada pembesaran udang vaname (litopenaeus vannamei) di tambak intensif mitra cp. prima pasuruan jawa timur
http://www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/file/68/udangvannamei.
pdf/.[Accessd 2 Maret 2014]. https://www.lalaukan.com
Khairuman: Amri K. 2004 Budidaya Udang Galah secara Intensif, Depok Mudjiman, A.,danNurdjana. Udang Jepara (indonesia) 25-28 september 1989,1989-agrus.fao.org Poernomo, A. 2003. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Untuk
Mengatasi Permasalahan Tambak Udang Dan Lingkungan Budidaya. Semarang.
Sulistinarto D., 2008 Manajemen pemeliharaan Budidaya Udang Berwawasan Lingkungan, Balai besar Budidaya Air Payau Jepara
Suyanto,S.,, 1989 Budidaya Udang Windu.Penebar Swadaya Jakarta.
Tim Perikanan WWF Indonesia. (2014). BMP Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) Tambak Tradisional dan Semi Intensif. WWF-Indonesia.
Wyban, James A. dan Sweeny, James N. 1991. Intensive Shrimp Production Technoloy. The Oceonic Institute Shrimp Manual. Hawaii
Yakin, A. 1999. Teknik Persiapan Tambak Plastik Dalam Meningkatkan Produksi Udang Windu. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.