LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK
“SISTEM SARAF”
Oleh :
Nama : Muhamad Yanuar
Nim : D1A023281
Kelompok : 3E
Asisten : Addin Dahri Iffana
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2024
I HASIL DAN PEMBAHASAN
I.1 Refleks pada Katak dan Pengaruh Maca-Macam Pacu I.1.1 Hasil
GAMBAR RANGSANGAN KETERANGAN
Decerebrasi (penghilangan otak)
Katak tidak membalikan tubuhnya setelah bagian maxilla dihilangkan
Pacuan mekanis (dijepit menggunakan
pinset)
Katak tidak menimbulkan reaksi
Pacuan chemis
(larutan H₂SO₄) Katak menimbulkan reaksi
Perusakan medulla
spinalis Katak mati
I.1.2 Pembahasan
Refleks merupakan suatu aktivitas jaringan periver yang tidak disadari sehingga adanya pacuan terhadap reseptor atau serabut efern. Gerak refleks adalah rangsangan
dari luar secara tidak sadar. Hal tersebut sesuai dengan Robinson (2003) yang menyatakan bahwa gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak.
Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang saraf perifer. Hal tersebut sesuai dengan Soewolo (1994) bahwa pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi sumsum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral dan neuronnya terpisah. Akar dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan sel-selnya sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya terletak dalam ganglion pada saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron aferen masuk ke dalam sumsum tulang belakang dan berakhir pada sinapsis dengan dendrit atau badan sel dari interneuron. Saraf spinal semua vertebrata pada dasarnya sama, meskipun pada
vertebrata yang paling primitif akar-akar itu di perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen keluar dari sumsum melalui akar dorsal
Sistem saraf merupakan sistem yang bekerja untuk mengirim atau menerima impuls yang berupa rangsangan. Sistem saraf tersusun oleh komponen-komponen terkecil atau neuron. Sistem saraf pusat terdiir dari otak dan sumsum tulang belakang. Hal tersebut sesuia dengan Sitorus (2014) yang menyatakan bahwa sistem saraf pusat diatur oleh otak dan sumsum tulang belakang. Otak meliputi otak besar, otak kecil, dan sumsum lanjutan atau medula oblongata.
Jenis-jenis rangsangan ada 3 yaitu, rangsangan mekanis, rangsangan kimiawi, dan rangsangan fisik. Rangsangan mekanis berupa sentukan atau tekanan, rangsangan kimiawi berupa zat kimia, dan rangsangan fisik berupa suhu atau fisik. Alur gerak refleks dimana reseptor menerima rangsangan dari ketiga jenis rangsangan tersebut kemudian masuk ke sistem saraf dan akan diteruskan ke saraf pusat. Saraf pusat akan mengontrol saraf motorik. Saraf motorik akan memberikan terhadap efektor sehingga terjadilah gerak. Hal tersebut sesuai dengan Suharto (2014) yang menyatakan bahwa impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu reseptor ke saraf sensorik, dibawa ke otak untuk selanjutnya oleh otak, kemudian hasil olahan otak berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Polarisasi merupakan keadaan sel neuron yang memperlihatkan muatan diam atau listrik positif di luar dan negatif di dalam. Depolarisasi merupakan muatan yang
memperlihatkan listrik positif di dalam dan negatif di luar. Respon rangsangan berupa gerak refleks terjadi selama 0,2-0,5 detik. Hal tersebut berbeda dengan Irawati (2015) yang menyatakan bahwa suatu rangsangan yang mencapai nilai ambang timbul potensial aksi kemudian mencapai repolarisasi dan berakhir dengan potensial membran istirahat, keseluruhan siklus berlangsung selama 3 detik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks yaitu ada tidaknya rangsangan atau stimulus dan rusak tidaknya medula spinalis. Rangsangan dari dalam seperti makanan, oksigen, dan H2O sedangkan rangsangan dari luar seperti sinar, kelembapan, temperatur, dan tekanan. Hal tersebut sesuai dengan ouddin (2015) yang menyatakan bahwa
keterlambatan gerak dipengaruhi oleh waktu reaksi adalah rangsangan.
I.2 Memacu Saraf Otot I.2.1 Hasil
GAMBAR RANGSANGAN KETERANGAN
- Pembedahan bagian
paha
Rangsangan Galvanis (dicapit menggunakan pinset)
Katak tidak menimbulkan reaksi
Rangsangan panas (ujung logam yang telah dimasukan ke air panas)
Katak menimbulkan reaksi
Rangsangan osmosis (garam dapur/NaCl)
Katak menimbulkan reaksi
Rangsangan kimiawi (larutan asam cuka)
Katak menimbulkan reaksi
I.2.2 Pembahasan
Polarisasi merupakan keadaan dimana sel saraf tidak mendapatkan rangsangan atau disebut juga fase istirahat. Depolarisasi merupakan keadaan sel neuron yang
memperlihatkan muatan aktivitas listrik positif di dalam dan negatif di luar. Hal tersebut sesuai dengan Irawati (2015) menyatakan bahwa apabila suatu rangsangan terhadap membran dengan mempergunakan listrik, mekanik atau zat kimia, maka butir-butir membran akan berubah dan beberapa ion Na+ akan masuk ke dalam sel.
Rangsangan yang dilakukan ada 4 yaitu, rangsangan galvanis, rangsangan panas, rangsangan osmosis, dan rangsangan kimiawi. Hal tersebut sesuai dengan Pratama (2015) yang menyatakan bahwa rangsangan mekanis, faradis, galvanis, osmosis, kimiawi, dan rangsangan panas. Rangsangan yang digunakan pada kegiatan praktikum yaitu rangsangan galvanis, rangsangan panas, rangsangan osmosis, dan rangsangan kimiawi.
Setelah rangsangan galvanis pada praktikum ini juga menggunakan rangsangan panas yaitu dengan menempelkan ujung logam yang telah dipanaskan, setelah diamati juga tidak terjadi gerakan. Setelah itu bersihkan menggunakan NaCl Fisiologis. Hal tersebut sesuai dengan Suryani, et al. (2015) yang menyatakan bahwa pada proses pembedaan diperlukan tetesan larutan fisiologis karena, larutan fisiologi adalah larutan isotonis yang terbuat dari NaCl 0,9 % yang sama dengan cairan tubuh atau darah, digunakan karena mengandung unsur elektrolit yang dapat mempertahankan tekanan
osmotik dan isotonis plasma sel. Terakhir menggunakan rangsangan osmosis yaitu menggunakan natrium klorida atau garam, setelah diamati tidak juga terjadi gerakan.
Letak otot yang dipacu ada di paha dengan menarik nervous inciadius. Katak ditetesi dengan larutan NaCl yang berguna untuk mensterilkan bagian tubuh katak yang akan diberi rangsangan. NaCl adalah suatu larutan elektrolit yang sudah terurai sempurna menjadi ion. Hal tersebut sesuai dengan Ulfa (2020) yang menyatakan bahwa NaCl merupakan elektrolit kuat yang terurai sempurna menjadi ion.
Katak yang diberi larutan banyak akan semakin cepat bereaksi. Denyut jantung katak juga akan bereaksi jika diberi rangsangan. Hal tersebut sesuai dengan Wilarso (2001) bahwa yang menyatakan bahwa zat kimia berupa larutan NaCl akan berpengaruh
terhadap dengan jumlah denyut jantung katak. Hal tersebut terjadi karena katak bernafas menggunakan kulitnya, sehingga akan menghambat oksigen yang didapat.
II PENUTUP
II.1 Kesimpulan
1. Refleks merupakan suatu aktiftas jaringan perifer yang tidak disadari sehingga adanya pacuan terhadap reseptor/serabut afferen. Gerak refleks merupakan rangsangan dari luar sedangkan sistem tak sadar pengaruhnya lebih dalam sistem saraf merupakan sistem yang bekerja untuk mengirim atau menerima impuls yang berupa rangsangan.
2. Jaringan otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang berfungsi untuk
menggerakkan sistem rangka tubuh yang tersusun dari jaringan tulang, sehingga jaringan otot merupakan jaringan yang sangat aktif bergerak dalam tubuh suatu individu.
II.2 Saran
Sebaiknya asisten jangan memaksakan praktikan untuk menguasai seluruh materi, dikarenakan materi sangat kompleks dan terlebih lagi praktikan sedang menjalani ibadah puasa.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati L. 2015. Aktifitas Listrik Pada Otot Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas 4(2) : 596- 599.
Islamuddin. 2015. Hubungan Kecepatan Reaksi Kaki, Daya Ledak Tungkai, dan Kelentukan dengan Keterampilan Smash Sepaktakraw. Jurnal Sport Pedagogy 5(1): 36-40.
Purnamasari, S., M.W. Setiyadi. 2019. Pengaruh Zat Kimia pada Berbagai Suhu terhadap Denyut Jantung Katak dalam Upaya Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Bioscientist. Jurnal Ilmiah Biologi 7(2): 122-131.
Robinson P.A. 2003. Neurophysical Modeling of Brain Dynamics. Nature Publishing Group, New York.
Sitorus, E. R. 2014. Peningkatan Hasil Belajar Ipa Kompetensi Dasar Sistem Koordinasi dan Alat Indera Manusia Melalui Metode Pembelajaran Resitasi pada Peserta Didik.
Jurnal Ilmiah Kependidikan. 1(2): 183-202.
Soewolo.1994. Fisiologi Hewan. UT Villee, Jakarta.
Suharto, A. 2014. Sistem Latihan Gerak Refeks Berbasis Mikrokontroler Studi Kasus Atlet Bulutangkis. Jurnal teknologi inormasi ESIT 8(2): 33-46.
Suryani, L., S. D. A. Budiyono. O.D. Astari, dan Apriyani. 2015. Berbagai Rangsangan pada Sediaan Otot Saraf. Anatomi Fisiologi Manusia. Erlangga, Jakarta.
Ulfa, H. L., R. Falahiyah., S. Singgih. 2020. Uji osmosis pada kentang dan wortel
menggunakan larutan NaCl. Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam. 9(2): 110-116.
Wilarso, Joko. 2001. Biologi Pendidikan Dasar. Erlangga, Jakarta.