LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
PREPARASI SAMPEL
OLEH :
NAMA : SILVINA PUJI ARDIYANTI NIM : 08041282126054
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : BUNGA OKTAVIANI
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI DAN GENETIKA JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, diantaranya tumbuhan yang dapat dijadikan bahan obat tradisional dan telah digunakan oleh masyarakat secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Keanekaragaman jenis tumbuhan ini dikembangkan dan diolah sebagai bahan dasar pembuatan obat herbal. Diperkirakan terdapat kurang lebih 40.000 spesies tanaman obat di seluruh dunia, 30.000 diantaranya terdapat di Indonesia dan digunakan sebagai bahan obat herbal. Tumbuhan menghasilkan metabolit primer dan sekunder, kandungan metabolit sekundernya dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat (Putri et al., 2023).
Tumbuhan menghasilkan dua jenis metabolit yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan bahan penyusun utama makhluk hidup dan berfungsi sebagai penyokong kelangsungan hidupnya. Proses metabolisme primer melibatkan senyawa-senyawa yang di sebut metabolit primer diantaranya polisakarida, protein, lemak dan asam nukletat. Sedangkan metabolisme sekunder dihasilkan tumbuhan pada saat keadaan tercekam oleh factor lingkungan maupun gangguan dari makhluk hidup lain. Metabolisme sekunder menghasilkan produk metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid (Djoronga et al., 2014).
Metabolit sekunder dapat dihasilkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang kecil dan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, namun digunakan sebagai pelindung agar terhindar dari gaangguan makhluk hidup lain. Selain itu metabolit sekunder yang dihasilkan dapat digunakan oleh tanaman dalam bertahan di kondisi lingkungan yang ekstrim. Metabolit sekunder memiliki banyak fungsi, antara lain atraktan (menarik organisme lain), pertahanan terhadap patogen, perlindungan dan adaptasi terhadap tekanan lingkungan, perlindungan dari radiasi UV, pengatur tumbuh, dan persaingan dengan tanaman lain (Ningsih dan Advinda, 2023).
Tembesu (Cyrtophyllum fragrans) salah satu tumbuhan yang berpotensi
untuk dijadikan obat herbal. Tumbuhan ini banyak digunakan untuk mengatasi beberapa penyakit dan banyak di temukan di India, Myanmar, kepulauan Andaman, China, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Bagian yang sering digunakan adalah daun, buah dan batang. Tenbusu merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili Gentianaceae. Berdasarkan kajian etnobotani terhadap pemanfaatan Tembusu, daun, buah, dan batang. Tembusu banyak dimanfaatkan karena mempunyai efek farmakologi seperti efek antiradang, antitumor, antibakteri, dan antijamur (Sari et al., 2023).
Preparasi sampel dilakukan untuk mendapatkan hasil simplisia yang baik dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Preparasi sampel daun menggunakan keringanginkan tanpa adanya penyinaran langsung dari sinar matahari. Kualitas simplisia bergantung pada tahap preparasi sampel. Apabila preparasi sampel dilakukan dengan baik dan benar maka simplisia yang dihasilkan akan berkualitas baik. Karena mutu dari simplisia sangat berpengaruh dalam proses uji senyawa antioksidan pada tumbuhan. Senyawa antioksidan tidak tahan terhadap cahaya dan panas, untuk penanganan bahan baku harus terhindar dari faktor yang mengakibatkan penurunan aktivitas senyawa tersebut (Yulia, 2024).
Tahap kedua untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder tumbuhan adalah dengan ekstraksi. Simplisia yang dihasilkan dari proses preparasi sampel di haluskan dan di ekstraksi menggunakan pelarut.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui bagaimana pengambilan sampel tumbuhan yang baik dan benar yang dapat digunaka untuk mengetahui uji aktivitas antioksidan pada beberaa tumbuhan, mengetahui bagaimana cara membuat simplisia dab mengetahui kualitas simplisia yang baik dalam uji aktivitas antioksidan pada beberapa tumbuhan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Simplisia
Simplisia adalah bahan obat alami yang belum diolah dalam bentuk simplisia kering. Simplisia tersebut dapat berupa simplisia tumbuhan, yaitu
berupa tumbuhan utuh, sebagian tumbuhan, atau kotoran tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah kandungan seluler yang secara alami berasal dari tumbuhan atau telah dipisahkan dari tumbuhan dengan cara tertentu dan belum merupakan senyawa murni. Simplisia tumbuhan dapat berasal dari semua bagian tumbuhan seperti akar, batang atau kulit batang, bunga, buah, biji dan daun. Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat karena memiliki kandungan senyawa bioaktif dan belum mengalami proses apapun (Santosa et al., 2016).
Kualitas simplisia di pengaruhi oleh kualitas bahan baku, proses pembuatan, dan cara penyimpanan. Mutu bahan simplisia dipengaruhi oleh asal tanaman (liar atau budidaya) dan waktu panen. Tumbuhan liar mempunyai ciri-ciri yang sangat beragam karena asal usul tanaman, kematangan, media tumbuh, dan lain-lain tidak diketahui. Umur tumuhan sangat berpengaruh terhadap kandungan unsur hara dan bahan aktif di dalam tanaman. Tanaman yang dipanen terlalu muda akan memiliki kandungan unsur hara dan bahan aktif yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang dipanen pada umur yang sesuai. Oleh karena itu teknik pengambilan sampel yaitu purpodive sampling, yang didasarkan pada pertimbangan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan jenis tumbuhannya (Primadiamanti et al., 2020).
Karakterisasi suatu simplisia memiliki pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk pengujian senyawa antioksidan atau bioaktif memenuhi syarat yang tercantum dalam monografi terbitan resmi departemen kesehatan.
Sedangkan sebagai produk yang langsung di konsumsi masih harus memenuhi persyaratan produk farmasi dengan praturan yang berlaku. karakterisasi simplisia penting agar dapat diketahui kualitas atau mutu dari suatu simplisia. Simplisia sebagai bahan baku awal harus memnuhi paremeter seperti kebenaran jenis, bebas dari kontaminasi kimia dan biologis. Proses pengeringan dapat membantu mengurangi kontaminasi, namun memiliki peluang untuk mempengaruhi kandungan senyawa kimia pada tumbuhan (Irmawati et al., 2023).
2.2. Preparasi Sampel
Proses pemanenan dan pembuatan simplisia merupakan salah satu hal yang menentukan mutu simplisia dalam beberapa aspek, seperti komposisi senyawa, kontaminasi, dan kestabilan bahan. Preparasi sampel dilakukan melalui beberapa
tahapan meliputi pengambilan sampel, pengeringan, penggilingan dan pengayakan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara dipilih daun yang terletak di bagian cabang batang yang menerima sinar matahari langsung. pada beberapa daun terkadang perlu dilakukan pencucian untuk menghilangkan bahan pengotor lainnya yang melekat pada daun. Perajangan biasanya juga dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang sama sehingga membantu mempercepat proses pengeringan dan mempermudah penggilingan (Handoyo dan Pranoto, 2020).
Pengambilan sampel bahan dapat dilakukan secara non selektif atau selektif.
Pengambilan sampel seluruh bahan secara acak tanpa memperhatikan atau mengisolasi bagian-bagian bahan adalah tindakan yang tidak selektif. Misalnya pada pengambilan sampel rumput, sampel diambil dari seluruh bagian rumput baik daun maupun batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur rata hingga diperoleh bahan yang seragam. Selektif artinya sampel diambil secara acak dari bagian bahan tertentu. Namun apabila pohon harus di pilih bagian mana yang akan di ambil. Jika daun yang dibutuhkan maka daun saja yang di ambil sesuai dengan yang diinginkan. Usia daun sangat mempengaruhi keberadaan senyawa bioaktif dalam daun (Primadiamanti et al., 2020).
Pengeringan dilakukan agar dapat mengurangi kadar air sehingga bahan simplisia dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa merusaknya, serta menghentikan reaksi enzim dan mencegah tumbuhnya mikroorganisme seperti kapang dan fungi. Ada dua metode pengeringan yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan sinar matahari langsung (bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji atau bagian yang bahan aktifnya relatif stabil) dan keringanginkan untuk bagian tanaman yang lunak seperti bunga dan daun. Kadar air dapat mempengaruhi mutu simplisia, seperti lebih mudah terkontaminasi mikroorganisme dan menurunkan sifat fisik simplisia (Wijaya dan Noviana, 2022).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 24 Januari 2024 pukul
08.00–10.00 WIB. Bertempatan di Laboratorium Bioteknologi dan Genetika Jurusan Biologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, ayakan, blender, gunting, baskom, kain penutup, oven, plastik ukuran besar dan timbangan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun tembesu (Fragraea fragrans).
3.3. Cara Kerja
Dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu. Dilakukan penimbangan berat basah sampel sebanyak 2 kg. Sampel daun dilakukan pengeringan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan diruangan terbuka atau bisa juga dilakukan menggunakan oven untuk mendapatkan sampel dengan berat kering 1 kg. Daun yang sudah kering dilakukan penggilingan dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk untuk mendapatkan serbuk simplisia. Serbuk simplisia yang didapatkan dilakukan pengayakan untuk mendapatkan simplisia yang lebih halus.
Jumlah serbuk simplisia yang akan digunakan ialah sebanyak 200 gr.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
No. Gambar Keterangan
1. Pengambilan sampel
2. Pengeringan sampel
3. Penggilingan sampel
4. Pengayakan sampel
5. Simplisia
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di dapatkan bubuk simplisia dari daun tembesu (Cyrtophyllum fragrans) yang telah keringkan. Selama proses pengeringan terdapat perubahan warna, tekstur dan berat. Daun tembesu segar berwarna hijau tua, namun setelah proses penjemuran, terjadi perubahan warna menjadi coklat, serta perubahan tekstur menjadi rapuh sehingga dapat di
hancurkan dengan tangan. Menurut Manulu dan Adinegoro (2018), selama proses pengeringan akan terjadi perubahan warna meliputi warna, tekstur dan aroma.
Perubahan warna disebabkan oleh terjadinya foto-oksidasi pada daun tembesu, sedaangkan perubahan tekstur dan berat disebabkan daun tembesu kehilangan beberapa persen kandungan airnya.
Preparasi sampel daun tembesu dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya pengambilan sampel, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan.
Pengambilan daun dilakukan dengan memperhatikan umur daun atau letak daun.
Secara umum daun yang memiliki senyawa bioktif atau antioksidan yang tinggi berada pada urutan ke 3 sampai 4 dari pucuk daun. Pada urutan daun tersebut senyawa metabolit banyak di produksi. Menurut Khadijah et al. (2017), kandungan senyawa antioksidan banyak di temukan pada daun tua daripada daun muda. Pengambilan sampel daun dari ranting menggunakan tangan secara langsung tanpa bantuan gunting maupun pisau karena zat logam dapat merusak senyawa antioksidan di daun.
Pengidentifikasian sampel tumbuhan dilakukan untuk mengetahui spesies tumbuhan sehingga diketahui nama tumbuhan hasil sampling berupa tembesu (Cyrtophyllum fragrans). Setelah tahap pengambilan sampel dapat juga dilanjutkan dengan proses pencucian untuk menghilangkan kotoran berupa tanah, kerikil, gulma dan bahan yang telah rusak. Menurut Dharma et al. (2020), pemisahan bahan simplisia dari kotoran bertujuan untuk menjaga kemurnian dan mengurangi kontaminasi awal yang dapat mengganggu proses selanjutnya, mengurangi cemaran mikroba serta memperoleh simplisia dengan jenis seragam.
Namun pada praktikum ini tidak dilakukan pencucian karena sampel sudah bersih dari kotoran. Sehingga dapat langsung di lakukan pengeringan.
Daun tembesu dikeringkan di dalam rumah kaca, hal ini dilakukan bertujuan untuk menghindarkan sampel dari penyinaran sinar matahari secara langsung karena sinar UV dari matahari dapat merusak kandungan senyawa bioaktif atau antioksidan yang ada di dalam daun. Selain itu agar sampel daun terhindar dari hujan. Menurut Fadlilaturrahmah et al. (2021), pengeringan sampel dapat juga dilakukan dengan sinar matahari langsung, namun ditutupi dengan kain hitam untuk menjaga senyawa antioksidan yang ada pada daun agar tidak rusak.
Pengeringan simplisia dapat dilakukan menggunakan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering seperti oven. Suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan secara umum dapat dilakukan antara suhu 30 °C -90 °C . Pada saat pengeringan selama 2 hari sekali sampel harus di balik agar keringnya merata. Pengeringan dilakukan hingga daun kering dan kehilangan kadar air. Menurut Dharma et al. (2020), daun yang kering mempunyai karakteritik mudah hancur saat di remas dan terjadi perubahan warna yang signifikan. Apabila daun belum mengalami perubahan warna yang mencolok dan tidak hancur jika di remas maka belum bisa dilanjutkan ke tahap
Penggilingan sampel dilakukan setelah daun tembesu kering, penggilingan menggunakan blender. Proses ini bertujuan untuk memperkecil ukuran simplisia agar menjadi bubuk simplisia. Menurut Nurzaman et al. (2018), semakin halus ukuran serbuk, akan semakin cepat terjadi proses ekstraksi. Penggilingan simplisia sangat penting karena ukuran simplisia yang akan di ekstraksi mempengaruhi efektivitas pelarut dalam menarik senyawa bioaktif yang ada di dalam simplisia. Agar didapatkan ukuran simplisia yang lebih halus, perlu juga dilakukan pengayaan supaya sesuai dengan standar yang dinginkan.
Sampel daun tembesu dijadikan simplisia kering bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daun, sehingga tidak terjadi pembusukan. Penurunan kadar air dapat menghentikan reaksi enzimatik sehingga dapat mencegah simplisia rusak. Menurut Wijaya dan Noviana (2022), kadar air dapat berpengaruh pada kualitas simplisia seperti mudah terkontaminasi mikroba dan fisik simplisia menjadi rusak. Air yang tersisa pada kadar tertentu di dalam simplisia dapat berfungsi sebagai media pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Enzim tertentu di dalam sel terus bekerja untuk memecah bahan aktif, bahkan segera setelah sel mati, selama bahan sederhana tersebut mengandung air dalam jumlah tertentu.
Oleh karena itu menyebabkan pembusukan dapat terjadi.
BAB 5 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Preparasi sampel daun tembesu dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya pengambilan sampel, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan.
2. Pengambilan daun yang baik pada posisi 3 atau 4 dari pucuk karena banyak mengandung senyawa bioaktif.
3. Sampel daun diambil menggunakan tangan tanpa bantuan alat logam untuk menghindari kerusakan pada senyawa bioaktifnya.
4. Pengeringan sampel dilakukan dalam rumah kaca, untuk menghindarkan sampel dari penyinaran sinar matahari secara langsung karena sinar UV dari matahari dapat merusak kandungan senyawa bioaktif atau antioksidan yang ada di dalam daun.
5. Proses penggilingan dan pengayakan bertujuan untuk mempermudah pengambilan senyawa bioaktif dalam daun.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, M. A., Nocianitri, K. A., dan Yusasrini, N. L. A. (2020). Pengaruh
Metode Pengeringan Simplisia Terhadapt Kapasitas Antioksidan Wedang Uwuh. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan. 9(1): 88-95.
Djoronga, M. I., Pandiangan, D., Kandou, F. E. F., dan Tangapo, A. M. (2014).
Penapisan Alkaloid Pada Tumbuhan Paku dari Halmahera Utara. Jurnal MIPA. 3(2), 102-107.
Fadlilaturrahmah, F., Putra, A. M. P., Rizki, M. I., dan Nor, T. (2021). Uji Aktivitas Antioksidan Dan Antitirosinase Fraksi N-Butanol Daun Sungkai (Peronema canescens Jack.) Secara Kualitatif Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Pharmascience. 8(2): 90-101.
Handoyo, D. L. Y., dan Pranoto, M. E. (2020). Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Pembuatan Simplisia Daun Mimba (Azadirachta indica). Jurnal Farmasi Tinctura. 1(2): 45-54.
Imawati, M. F., Indriasari, C., dan Azsrina, G. N. (2023). Studi Variasi Metode Pengeringan Terhadap Skrining Fitokimia Simplisia Krokot Magenta (Portulaca grandiflora). Jurnal Mahasiswa Ilmu Kesehatan. 1(3): 181-188.
Khadijah, K., Jayali, A. M., Umar, S., dan Sasmita, I. (2017). Penentuan Total Fenolik Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik Daun Samama (Anthocephalus macrophylus) Asal Ternate, Maluku Utara. Jurnal Kimia Mulawarman. 15(1): 11-18.
Manalu, L. P., dan Adinegoro, H. (2018). Kondisi Proses Pengeringan Untuk Menghasilkan Simplisia Temuputih Standar. Jurnal Standardisasi. 18(1):
63-70.
Ningsih, I. S., dan Advinda, L. (2023). Senyawa Aktif Flavonoid yang Terdapat Pada Tumbuhan. Jurnal Serambi Biologi. 8(2): 257-263.
Nurzaman, F., Djajadisastra, J., dan Elya, B. (2018). Identifikasi Kandungan Saponin Dalam Ekstrak Kamboja Merah (Plumeria rubra L.) Dan Daya Surfaktan Dalam Sediaan Kosmetik. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 8(2):
85-93.
Primadiamanti, A., Amura, L., dan Ulfa, A. M. (2020). Analisis Senyawa Fenolik Pada Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.). Jurnal Farmasi Malahayati. 3(1): 23-31.
Putri, P. A., Chatri, M., dan Advinda, L. (2023). Karakteristik Saponin Senyawa Metabolit Sekunder pada Tumbuhan. Jurnal Serambi Biologi. 8(2): 252- 256.
Santosa, B., Henna, R. S., dan Andri, S. (2016). The Analysis Identification, And Formulation of Metallothionein Extract Available in Roots, Stems, Leaves, Flowers, And Grain Of Rice, Corns, Beans, And Soybeans. International journal of science and engineering (IJSE). 10(1): 17-20.
Sari, B. A., Salim, E. M., dan Saleh, I. (2023). Activities of Tembusu Plants (Cyrtophyllum fragrans (Roxb.) DC.) As Medicinal Plants: Literature Review Article. Oceana Biomedicina Journal. 6(2): 199-206.
Wijaya, A., dan Noviana, N. (2022). Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Berdasarkan Perbedaan Metode Pengeringan. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia. 4(2): 185-194.
Yulia, M. (2024). Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L). SITAWA: Jurnal Farmasi Sains dan Obat Tradisional. 3(1): 49-62.
LAMPIRAN
Proses Pengambilan Sampel Proses Pengeringan Sampel
Proses Penggilingan Sampel Proses Pengayakan Sampel
Proses Penimbangan Simplisia (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2024).
Jurnal Internasional
Cek Plagiarisme (Sumber: Duplichecker, 2024)