• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM GARDU DISTRIBUSI

N/A
N/A
Hardiana

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM GARDU DISTRIBUSI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIKUM CATU DAYA DAN TEGANGAN MENENGAH

“ GARDU DISTRIBUSI “

OLEH Hardiana 321 22 064 Kelompok 3

Kelas 3C

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG MAKASSAR

2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah semester V Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Nama : Hardiana NIM : 321 22 064

Kelas : 3C D3 Teknik Listrik Judul : Gardu Distribusi

Benar telah melakukan praktik semester V di bengkel listrik, jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh instruktur yang bersangkutan.

Makassar, 1 Oktober 2024 Penanggung jawab,

Ahmad Rosyid Idris, S.T., M.T.

NIP. 19860404 201504 1 001

(3)

ABSTRAK

Dalam praktikum bengkel semester V (lima), praktikan melaksanakan praktik bengkel yaitu “Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah” yang terbagi menjadi 4 job yaitu Generator, Kubikel TM, Gardu Disribusi, dan SUTM / SUTR dimana setiap job tersebut dikerjakan selama 3 kali pertemuan dan secara bergantian (rolling). Pekan pertama, tim praktikan melakakukan job ketiga yaitu Gardu Disribusi.

Metode yang digunakan dalam menyelesaikan laporan ini adalah berdasarkan data yang diperoleh selama bengkel serta dari penjelasan para pembimbing. Setelah pendataan selesai, maka diadakan pengukuran terhadap tahanan isolasi dan pentanahan dari sistem tersebut.

Tujuan dari bengkel semester V (lima) ini adalah agar praktikan memahami sistem kerja dari ketiga job tersebut yang merupakan suatu kesatuan (unit distribusi) yang saling berkaitan dalam operasinya untuk menyalurkan tenaga listrik.

Para praktikan diberikan tenggat waktu dalam mendata dan menganalisis setiap bagian – bagian dari peralatan job tersebut.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan hasil praktik job ketiga yaitu “Gardu Distribusi” ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan ini berisikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan praktik yang telah dilakukan, macam-macam alat dan kegunaannya masing-masing, serta manfaat dari praktik itu sendiri.

Ucapan terima kasih tak hentinya kepada pihak – pihak yang membantu dan memotivasi penyusun dalam menyelesaikan kegiatan praktikum ini, terutama dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk menuntun dan mendidik penyusun dalam proses pembelajaran di bengkel serta pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam kegiatan bengkel. Penulis berharap dengan adanya laporan hasil praktik bengkel ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan baik dari isi, penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan maaf sebesar-besarnya dan kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan dan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan kedepannya.

Penyusun

Hardiana

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK... 1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...4

DAFTAR GAMBAR...5

DAFTAR TABEL...6

BAB 1...1

1.1 Latar belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat Penulisan Laporan... 3

BAB II... 4

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik...4

2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Nilai Tegangan...5

2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran...6

2.2 Komponen Utama Sistem Distribusi...8

2.3 Pentanahan Peralatan Sistem Distribusi...24

BAB III...27

3.1 Peralatan dan Perlengkapan K3 Pengukuran Tahanan Pembumian...27

3.2 Peralatan dan Perlengkapan K3 Pengukuran Tahanan Isolasi...27

BAB 1V... 28

4.1 Pengukuran Tahanan Pentanahan...28

4.2 Pengukuran Tahanan Isolasi...30

BAB V... 33

5.1 Kesimpulan... 33

DAFTAR PUSTAKA...35

LAMPIRAN...36

(6)

DAFTAR ISI

(7)

DAFTAR GAMBAR

gambar 2. 1 diagram sistem jaringan distribusi tenaga listrik...5

gambar 2. 2 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer...6

gambar 2. 3 jaringan distribusi sekunder...6

gambar 2. 4 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Beserta Komponennya...9

gambar 2. 5 gardu beton...10

gambar 2. 6 gardu portal...11

gambar 2. 7 gardu cantol...11

gambar 2. 8 gardu kios... 12

gambar 2. 9 link...19

gambar 2. 10 bimetal clamp... 20

gambar 2. 11 stud ring... 20

gambar 2. 12 dead end clamp... 21

gambar 2. 13 suspension clamp...21

gambar 2. 14 insulation tester...22

gambar 2. 15 earth tester...23

gambar 2. 16 hot stick... 23

gambar 2. 17 pentanahan titik netral sistem...24

Gambar 2. 18 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral melalui Tahanan...25

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 peralatan perlengkapan k3 pengukuran pembumian...27 Tabel 3. 2 peralatan dan perlengkapan k3 pengukuran tahanan isolasi...27

(9)
(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari – hari energi listrik merupakan sumber energi utama yang banyak dimanfaaatkan dan dibutuhkan oleh manusia. Energi listrik merupakan salah satu faktor pendukung penting bagi kehidupan manusia karena banyak sekali peralatan yang biasa menggunakan listrik sebagai sumber energinya.

Beberapa tantangan besar yang dihadapi dunia pada saat ini diantaranya bagaimana menemukan sumber energi baru yang pada dasarnya tidak akan pernah habis untuk masa mendatang, menyediakan energi di mana saja diperlukan, dan mengubah energi dari satu ke lain bentuk, serta memanfaatkannya tanpa menimbulkan pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang praktis dan sederhana. Listrik juga mudah disalurkan dari jarak yang berjauhan dan mudah didistribusikan untuk area yang luas. Oleh karena itu, manfaat listrik telah dirasakan oleh masyarakat, baik pada kelompok perumahan, sosial, bisnis atau perdagangan, industri dan publik.

Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini mengakibatkan banyaknya pemakaian sumber daya listrik sebagai penunjang kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu dibutuhkan kualitas sistem jaringan distribusi yang handal.

Sistem distribusi tenaga listrik ditunjang oleh perlengkapan-perlengkapan distribusi yang memadai. Pada kondisi normal sistem distribusi teraliri oleh arus maupun tegangan kerja sehingga mempengaruhi kinerja perlengkapan yang ada. Peralatan distribusi tersebut merupakan peralatan yang sensitif terhadap gangguan, baik yang berasal dari faktor dalam (internal) alat tersebut maupun dari luar (external) alat tersebut.

(11)

Kondisi kerja perlengkapan distribusi seperti isolator, konduktor, trafo maupun sambungan pada saluran udara sangat rawan mengalami gangguan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh arus beban. Arus beban dapat menimbulkan rugi-rugi dan meningkatkan suhu pada peralatan sistem distribusi sehingga menurunkan tingkat efisiensi dan umur dari peralatan yang ada. Perawatan dan pemeliharaan perlengkapan jaringan distribusi yang rutin bertujuan untuk mengatasi penurunan efisiensi dan kerusakan agar perlengkapan tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya.

Mengingat pentingnya Gardu Distribusi dalam dunia kelistrikan, maka Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah dengan job Gardu Distribusi perlu dilaksanakan. Dalam praktikum kali ini, membahas tentang Pemeliharaan Gardu Distribusi yang berada di Laboratorium Tegangan Menengah, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri Ujung Pandang. Selain itu, mengukur tahanan pentanahan, mengukur tahanan isolasi pada transformator, dan memasang beberapa perlengkapan dengan baik. Dengan dilaksanakannya praktikum tersebut, mahasiswa dapat menjadikannya sebagai landasan dan keterampilan dalam menghadapi dunia kerja kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam Praktikum Catu Daya Tegangan Menengah bagian Gardu Distribusi adalah sebagai berikut:

1. Apa saja peralatan/komponen pada gardu distribusi?

2. Bagaimana cara melakukan pengukuran tahanan isolasi?

3. Bagaimana cara melakukan pengukuran tahanan pembumian?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

(12)

1. Mengidentifikasi setiap peralatan/komponen pada gardu distribusi.

2. Mengetahui cara melakukan pengukuran tahanan isolasi 3. Mengetahui cara melakukan pengukuran tahanan isolasi

1.4 Manfaat Penulisan Laporan

Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah bagian Gardu Distribusi dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan praktikan dalam sistem ketenagalistrikan khususnya pada bagian ditribusi. Dalam hal ini, praktikan dapat mengetahui fungsi komponen-komponen yang ada pada gardu distribusi dan melakukan pengukuran tahanan isolasi maupun nilai tahanan pentanahan pada sistem tersebut.

2. Bagi pembaca

Mengenalkan dan menambah wawasan pembaca dalam sistem distribusi dalam hal komponen-komponennya dan pengukuran tahanan pembumian serta tahanan isolasi pada sistem tersebut.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan salah satu bagian dalam sistem tenaga listrik, yaitu dimulai dari sumber daya atau pembangkit tenaga listrik sampai kepada para konsumen. Pada masa sekarang ini dimana kebutuhan akan tenaga listrik meningkat, maka diperlukan suatu sistem pendistribusian tenaga listrik dari pembangkit sampai kepada para konsumen yang memiliki keandalan yang tinggi.

Terdapat 2 (dua) sistem distribusi yaitu distribusi primer dan distribusi sekunder.

Distribusi primer, penyalurannya dimulai dari gardu induk (sisi sekunder trafo daya) ke gardu distribusi (sisi primer trafo distribusi) atau dari gardu induk langsung ke konsumen tegangan menengah 20 kV dimana tegangan tinggi terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan menengah sebesar 20 kV melalui transformator step down. Distribusi sekunder, penyalurannya dimulai dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke konsumen tegangan rendah. Energi tenaga listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara ataupun saluran kabel bawah tanah. Penyulang distribusi terletak di gardu distribusi. Fungsi gardu distribusi untuk menurunkan tegangan distribusi primer menjadi tegangan rendah atau tegangan distribusi sekunder sebesar 220/380 V. Dapat kita lihat gambar dibawah proses penyedian tenaga listrik bagi para konsumen.

(14)

gambar 2. 1 diagram sistem jaringan distribusi tenaga listrik

2.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Nilai Tegangan

Menurut nilai tegangannya, sistem distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Sistem Distribusi Tegangan Menengah / Primer

Sistem distribusi primer terletak di antara gardu induk dengan gardu pembagi. Sistem ini memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN) sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV. Saluran distribusi tegangan menengah terbagi menjadi 2 bagian yaitu saluran utama dan saluran cabang.

Saluran utama biasa disebut sebagai penyulang utama merupakan bagian dari jaringan distribusi tegangan menengah dengan luas penampang terbesar.

Sedangkan saluran cabang merupakan percabangan dari penyulang utama.

Saluran cabang memiliki luas penampang saluran yang lebih kecil dari saluran utama.

(15)

gambar 2. 2 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer

2. Sistem Distribusi Tegangan Rendah / Sekunder

Sistem distribusi sekunder berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik). Standar tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder adalah 127/220 V untuk sistem lama, 220/380 V untuk sistem baru, dan 440/550 V untuk keperluan industri. Adapun bentuk saluran konfigurasi horizontal dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

gambar 2. 3 jaringan distribusi sekunder

2.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran

Berdasarkan sistem penyaluran, jaringan distribusi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu saluran udara (overhead line) dan saluran

(16)

bawah tanah (underground line). Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditompang pada tiang listrik. Sedangkan saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabelkabel yang ditanamkan di dalam tanah.

1. Saluran udara (overheadline)

Saluran udara atau overhead line adalah sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditopang pada tiang listrik. Saluran udara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Saluran kawat udara Apabila konduktor saluran telanjang atau tanpa isolasi pembungkus maka disebut dengan saluran kawat udara.

b. Saluran kabel udara, Apabila konduktor saluran udara terbungkus isolasi maka disebut dengan saluran kabel udara.

Penggunaan saluran udara mempunyai beberapa keuntungan, meliputi lebih mudah dalam pemasangan, dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik di atas 66 kV, lebih fleksibel dan leluasa apabila akan diadakan perluasan beban, serta mudah dalam proses pengatasian dan pendeteksian bila terjadi gangguan hubung singkat.

Saluran udara mempunyai beberapa kekurangan meliputi mudah terpengaruh oleh kondisi atmosfer maupun kemungkinan tertimpa pohon, sukar untuk menempatkan saluran udara di wilayah yang penuh dengan bangunan tinggi, tegangan drop lebih tinggi akibat efek kulit, induktansi dan kapasitansi, serta biaya pemeliharaan lebih mahal karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.

Berdasarkan konstruksi, jaringan distribusi saluran udara diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : bangunan tinggi, tegangan drop lebih tinggi akibat efek kulit, induktansi dan kapasitansi, serta biaya pemeliharaan lebih mahal karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.

(17)

2. Saluran bawah tanah (undergroundline)

Saluran bawah tanah adalah sistem penyaluran tenaga listrik menggunakan kabel tanah (ground cable) yang dipasang di dalam tanah. Saluran bawah tanah mempunyai beberapa keuntungan seperti tidak terpengaruh oleh kondisi atmosfer maupun kemungkinan tertimpa pohon, tidak mengganggu pandangan, lebih sempurna dan lebih indah dipandang, mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara, tegangan drop lebih rendah dibandingkan saluran udara karena masalah induktansi bisa diabaikan, serta biaya pemeliharaan lebih murah karena tidak perlu adanya pengecatan.

Terdapat kekurangan dari penggunaan saluran bawah tanah yang meliputi biaya investasi pembangunan lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara, usaha pencarian titik gangguan tidak mudah jika terjadi gangguan hubung singkat, perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam perencanaan, serta dapat terpengaruh bila terjadi bencana banjir, desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.

2.2 Komponen Utama Sistem Distribusi

(18)

gambar 2. 4 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Beserta Komponennya

2.2.1 Gardu Distribusi

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan hubung bagi baik tegangan menengah dan tegangan rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi tegangan menengah pada gardu distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.

1. Jenis gardu distribusi a. Jenis pemasangannya :

- Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol.

- Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios.

(19)

b. Jenis konstruksinya :

- Gardu Beton (bangunan sipil : Batu, beton).

- Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol.

- Gardu Kios.

c. Jenis Penggunaannya : - Gardu Pelanggan Umum.

- Gardu Pelanggan Khusus.

2. Macam-macam gardu distribusi

a. Gardu Beton, seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai di dalam bangunan sipil yang di rancang, di bangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton.

gambar 2. 5 gardu beton

b. Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang - kurangnya 3 meter di atas tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan pemeliharaan.

(20)

c. Gardu Cantol, transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator

gambar 2. 7 gardu cantol

d. Gardu Kios, kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi.

Gardu kios bukan merupakan gardu permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah untuk dipindahpindahkan.

gambar 2. 6 gardu portal

(21)

gambar 2. 8 gardu kios

e. Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan atau pemutus tenaga yang terhubung paralel.

Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh.

Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu Distribusiny

2.2.1 Penghantar

Penghantar dalam teknik tenaga listrik digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari dari suatu titik ke titik yang lain. Adapun jenis penghantar yang biasa digunakan dalam kelistrikan adalah sebagai berikut

(22)

1. Penghantar telanjang (bare conductor)

Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987. Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.

2. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core) Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE (croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.

3. Penghantar Berisolasi Penuh

XLPE dan berselubung PVC berpenggantung pengha.ntar baja dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5-2:1995- Kabel.

2.2.2 Isolator

Fungsi isolator adalah kebalikan dari konduktor. Jika konduktor berfungsi untuk menghantarkan energi listrik dengan baik, maka isolator adalah elemen yang tidak dapat menghantarkan energi listrik. Jadi dalam sistem distribusi, isolator digunakan sebagai pemisah antara komponen yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan. Bahan yang digunakan untuk membuat isolator yang paling banyak digunakan pada sistem distribusi antara lain:

1. Isolator Gelas

Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi dari bahan-bahan tersebut dan cara pengolahannya dapat menentukan sifat dari siolator gelas ini. Isolator gelas memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara, sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan isolator tersebut. Makin tinggi

(23)

tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu isolator gelas ini lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan distribusi sekunder. Kelemahan isolator gelas ini adalah memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur. Oleh sebab itu bila terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya. Berarti isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu disekeli-lingnya. Tetapi bila isolator gelas ini mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan turun.

Selain dari pada itu, isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan dengan isolator porselin.

2. Isolator Porselin

Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu isolator porselin ini dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di udara terbuka. Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar.

Komponen ini dapat menahan beban yang menekan serta tahan akan perubahan-perubahan suhu. Akan tetapi isolator porselin ini tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul. Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan. Walaupun ada yang berukuran lebih besar namun tidak seluruhnya dari bahan porselin, akan tetapi dibuat rongga di dalamnya, yang kemudian akan di isi dengan bahan besi atau baja tempaan sehingga kekuatan isolator porselin

(24)

bertambah. Kadang-kadang kita jumpai juga isolator porselin ini pada jaringan distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil. Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya dapat dilihat pada gambar :

Pin insulator Pin post insulator Line post insulator

a. Isolator Tumpu (Pin insulator)

Insulator pin adalah alat yang mengisolasi kawat dari pendukung fisik seperti pin (kayu atau logam paku berdiameter sekitar 3 cm dengan ulir sekrup) pada telegraf atau tiang listrik. Ini adalah bentuk, lapisan tunggal yang terbentuk yang terbuat dari bahan non-budidaya, biasanya porselen atau kaca. Hal ini dianggap sebagai insulator overhead yang dikembangkan paling awal dan masih populer digunakan dalam jaringan listrik hingga 33 KV. Insulator pin tunggal atau ganda dapat digunakan pada satu dukungan fisik, namun jumlah isolator yang digunakan tergantung pada tegangan aplikasi.

b. Isolator Tarik (Pin post insulator)Isolator Pin Post 20 KV "Long Shank" adalah isolator untuk tegangan menengah 20 KV, type standard yang kebanyakan di gunakan di jaringan distribusi Indonesia.

tipe ini memiliki stud bolt (Baut) yang panjang sekitar 15 cm (kurang kebih). tipe isolator ini di gunakan untuk traves yang berbentuk "U".

Bentuk isolator Tarik dapat dilihat pada gambar

(25)

Piringan Long rod

2.2.3 Peralatan Hubung

Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

1. Paralel Grove (line-live connector)

Live line connector merupakan sambungan yang bisa dibuka pasang untuk memudahkan membuka dan memasang dalam keadaan bertegangan.

Komponen ini berfungsi untuk menyatukan dua penghantar sedemikian rupa sehingga tahanan kotak penyambung menjadi sangat kecil (mendekati atau sama dengan nol). Komponen ini terdiri dari dua pengikat dan tiga pengikat.

2. Lightning Arrester

Lightning arrester berfungsi untuk melindungi dan mengamankan peralatan listrik terhadap tegangan lebih akibat surja petir dan surja hubung dengan mengalirkan arus surja ke tanah (khususnya pada pasangan luar).

3. Fused Cut Out

Fused cut out berfungsi sebagai proteksi saluran distribusi dari gangguan- gangguan arus lebih (hubung singkat) atau beban lebih.

4. Transformator

Pada konstruksi jaringan distribusi, transformator berfungsi mengubah besaran tegangan distribusi primer 20 kV menjadi tegangan distribusi

(26)

sekunder 220 V/380 V.

5. PHB-TR

Penempatan Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dilakukan pada sisi luar trotoar yang tidak menggangu pejalan kaki. PHB dilindungi dengan pipa baja/patok pelindung kemungkinan tertabrak kendaraan bermotor. Panel PHB dan lapisan luar (metal sheath) kabel dan penghantar metal dibumikan bersama. Penghantar pembumian minimal dengan penampang 50 (lima puluh) mm² terbuat dari tembaga dengan nilai tahanan pembumian tidak lebih dari 10 (sepuluh) Ohm.

Panel Perlengkapan Hubung Bagi tipe luar (IP 45) dipasang di atas pondasi dengan tinggi sekurang-kurangnya 60 cm dari permukaan tanah atau jalan. Pada bagian muka PHB dipasang sebanyak 3 (tiga) buah patok besi pelindung 4 inci setinggi 50 cm dan berjarak 60 cm dari Pondasi Panel PHB.

Patok Pelindung dipasang 60 (enam puluh) cm dimuka panel PHB dan.

Saklar masuk dari sirkit masuk ke PHB sekurang-kurangnya dari jenis pemisah. Perlindungan sirkit keluar sekurang – kurangnya memakai pengaman lebur jenis NH. Jumlah sirkit keluar sebanyak – banyaknya 6 ( enam ) sirkit. Lubang masuk kabel pada PHB dilindungi dengan cable gland.

Terminasi kabel dari sirkit masuk dan sirkit keluar harus memakai sepatu kabel dan diberi tanda Fasa sesuai ketentuan. Jika sirkit memakai kabel jenis alumunium core, sepatu kabel yang dipakai harus dari jenis bimetal lug ( Al- Cu).

Tinggi patok pelindung sekurang-kurangnya 50 cm dan ditanam sekurang- kurangnya sedalam 50 cm. Jarak aman satu Panel PHB dengan lainnya dihitung berdasarkan jatuh tegangan sambungan pelayanannya, namun sekurang-kurangnya tidak melebihi 80 meter. Terdapat dua jenis PHB yang dipakai yaitu PHB utama yang dipasok dari jalur SKTR utama dan PHB cabang yang dipasok dari PHB utama.

(27)

PHB-TR harus dibumikan pada tiap-tiap jarak 200 meter. Bagian yang dibumikan adalah titik netral PHB, selubung logam kabel dan Badan Panel (BKT).

6. Rangka Duduk Transformator

Rangka duduk transformator berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan transfortmator distribusi dan komponen lainnya pada tiang.

Rangka duduk ini biasanya disediakan dalam satu set.

7. Travers/Cross Arm

Travers berfungsi sebagai temapat terpasangnya isolator. Travers terbuat dari bahan baja digalvanisisi yang berbentuk U dan ada juga yang bebrentuk persegi panjang.

8. Papan Tanda Bahaya

Papan tanda bahaya berfungsi sebagai tanda yang menunjukkan kemungkinan potensi bahaya yang bisa terjadi di tempat tersebut.

9. Guy Wire

Guy Wire berfungsi untuk menahan tiang agar tetap berada pada posisinya atau untuk mencegah terjadinya kemiringan tiang.

10. Pole Bracket

Terdapat dua jenis komponen pole bracket :

a. Tension bracket, dipergunakan pada tiang ujung dan tiang sudut, Breaking capacity 1000 daN terbuat dari Alumunium Alloy.

b. Suspension bracket dipergunakan pada tiang sudut dengan sudut lintasan sampai dengan 300. Breaking capacity 700 daN terbuat dari alumunium

Alloy.Ikatan pole bracket pada tiang memakai stainless teel strip atau baut galvanized M30 pada posisi tidak melebihi 15 cm dari ujung tiang.

11. Strain Clamp

Strain clamp atau clamp tarik dipakai pada pole bracket tipe tension

(28)

bracket. Bagian penghantar yang dijepit adalah penghantar netral.

12. Suspension clamp

Fungsi Suspension Clamp adalah menggantung bagian penghantar netral pada tiang dengan sudut lintasan jaringan sampai dengan 30 .J

13. Stainless steel strip

Pengikat pole bracket pada tiang yang diikat mati dengan stopping buckle.

Dibutuhkan lebih kurang 120 cm untuk tiap tiang.

14. Plastic strip

Plastic strap digunakan untuk mengikat kabel pilin yang terurai agar terlihat rapi dan kokoh.

15. Penghantar pembumian

Untuk tiang yang tidak dilengkapai fasilitas pembumian. Penghantar yang diperlukan adalah Kawat Tembaga (BC). Sambungan penghantar BC dengan penghantar netral jaringan tidak boleh langsung, tetapi harus menggunakan bimetal joint. Sambungan ke penghantar netral yang memakai kabel alumunium, sambungan ke penghantar pembumian menggunakan Bimetal Joint Al-Cu.

16.Link

Link memiliki fungsi untuk memperkokoh suatu instalasi. Bentuk link ditunjukkan pada gambar berikut.

gambar 2. 9 link

17. Bimetal P.G Clamp

(29)

Untuk menghubungkan semua konduktor menurut DIN 48201 &

konduktor ACSR menurut DIN 48204 dengan tembaga tekan-off konduktor menurut DIN 48201. Bentuk bimetal clamp ditunjukkan pada gambar berikut.

gambar 2. 10 bimetal clamp

18. Stud Ring & Hook

Biasanya dipasang di ujung tali kawat, rantai, atau berfungsi mengatasi rigging lainnya. Bentuk stud ring ditunjukkan pada gambar berikut.

gambar 2. 11 stud ring

19. Dead End Clamp

Dead End Clamp berfungsi sebagai klem atau penghubung dengan dead and. Bentuk dead end clamp ditunjukkan pada gambar berikut.

(30)

gambar 2. 12 dead end clamp

20. Suspension Clamp

Sebagai alat tarikan bracket kabel ataupun kabel, komponen ini berguna sebagai tumpuan kabel-kabel listrik pada instalasi jaringan listrik. Bahan utama dari komponen ini adalah aluminium terbaik yang sangat pas dan sesuai untuk menghantarkan dan meredam jaringan listrik. Bentuk suspension clam ditunjukkan pada gambar berikut

gambar 2. 13 suspension clamp

21. Insulation Tester

Insulation Tester merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur nilai tahanan atau resistan (resistance) dari isolasi (insulation) yang membungkus bahan penghantar yang digunakan pada kabel listrik. Kegunaan untuk mengukur tegangan AC (Alternating Current) dan tegangantahanan/resistan (resistance) pada pesawat televisi. PenerapanyaAlat diatas biasa di terapkan pada industri trafo, pemasangan jaringan listrik, dan motor listrik. Bentuk insulation tester ditunjukkan pada gambar berikut.

(31)

gambar 2. 14 insulation tester

22. Eearth Tester

Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding, Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik.Untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur dengan penampil analog. Hasil pengukuran secara analog sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukurannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang diukur. Alat ukur ini penampilnya menggunakan digital pada segmen- segmen, sehingga dengan mudah menyimpan data-data yang terukur. Perancangan alat ukur tahanan tanah digital ini menggunakan tiga batang elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan elektroda C (Current).

Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian, antara lain rangkaian osilator,rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler dan rangkaian penampil. Bentuk Earth Tester ditunjukkan pada gambar 2.34 berikut.

(32)

gambar 2. 15 earth tester

23. Hot Stick

Hot stick merupakan suatu peralatan ketenagalistrikan, yang difungsikan untuk menyediakan jarak kerja dan insulasi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan rutin dalam sistem kelistrikan yang berada diatas tiang penegrjaan khususnya tiang TM. Ujung universal aluminium standar pada bagian ujung mempunyai berbagai macam sehingga stick dapat digunakan untuk melepaskan switch, mengganti tabung potongan, melakukan pelepasan dan pemasangan pada FCO. Bentuk Hot Stick ditunjukkan pada gambar berikut.

gambar 2. 16 hot stick

24. Grounding Stick

Grounding Stick merupakan tongkat yang digunakan sebahgai untuk pentanahan dengan tujusan membuang muatan sisa pada saluran (konduktor) pada TM, perangkat ini dapat dengan aman melepaskan muatan pada saluran yang sedang diuji atau dilakukan pemeliharaan yang dapat diterapkan hingga tegangan 120kV. Bentuk Grounding Stick ditunjukkan pada gambar 2.36 berikut.

(33)

2.3 Pentanahan Peralatan Sistem Distribusi 2.2.4 Pentanahan Titik Netral

Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung singkat ke tanah pada instalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang besar. Hal ini dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus gangguan masih relatif kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara fasa yang terganggu dan tanah masih dapat ke tanah arus gangguan yang timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi padam dengan sendirinya. Timbulnya gejala-gejala “busur listrik ke tanah (arching ground)”

sangat berbahaya karena menimbulkan tegangan lebih transient yang dapat merusak peralatan.

Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik akan terhenti, yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu sistem-sistem tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung (floating) yang lajim disebut sistem delta, tetapi titik netralnya ditanahkan melalui tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding). Pentanahan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral transformator daya ke tanah, seperti dicontohkan pada gambar berikut.

gambar 2. 17 pentanahan titik netral sistem Sistem tegangan primer Trafo

Adapun tujuan pentanahan titik netral sistem adalah sebagai berikut :

TRAFO

TENAGA RESISTOR

Sistem tegangan sekunder

(34)

1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.

2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).

3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.

4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).

5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan lokasi gangguan.

Metoda-metoda pentanahan titik netral sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut :

1. Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)

Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) dimaksud adalah suatu sistem yang mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui tahanan.

Gambar 2. 18 Rangkaian Pengganti Pentanahan Titik Netral melalui Tahanan

2. Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding) 3. Pentanahan langsung (effective grounding)

4. Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen Coil.

2.2.5 Pentanahan Peralatan

Pentanahan peralatan adalah pentanahan bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak dilalui arus. Bila terjadi hubung singkat suatu penghantar

(35)

dengan suatu peralatan, maka akan terjadi beda potensial (tegangan), yang dimaksud peralatan disini adalah bagian-bagian yang bersifat konduktif yang pada keadaan normal tidak bertegangan seperti bodi trafo, bodi PMT, bodi PMS, bodi motor listrik, dudukan baterai dan sebagainya. Sistem pentanahan peralatan pada jaringan distribusi meliputi pentanahan JTM, pentanahan JTR, pentanahan body trafo dan pentanahan body PHB TR.

Bila seseorang berdiri ditanah dan memegang peralatan yang bertegangan, maka akan ada arus yang mengalir melalui tubuh orang tersebut yang dapat membahayakan. Untuk menghindari hal ini maka peralatan tersebut perlu padam sendiri. Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik dalam ukuran jarak (panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ditanahkan. Pentanahan yang demikian disebut pentanahan peralatan. Tujuan pentanahan peralatan dapat dipormulasikan sebagai berikut :

6. Untuk mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya bagi manusia dalam daerah itu

7. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.

8. Untuk memperbaiki penampilan (performance) dari sistem.

BAB III

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN K3

(36)

3.1 Peralatan dan Perlengkapan K3 Pengukuran Tahanan Pembumian Peralatan Kerja

No Nama Alat Jumlah

1 Alat ukur tahan pentanahan (Earth Tester) 1set Perlengkapan K3

1 Helm Pengaman 1 buah

2 Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 pasang

Tabel 3. 1 peralatan perlengkapan k3 pengukuran pembumian 3.2 Peralatan dan Perlengkapan K3 Pengukuran Tahanan Isolasi

Peralatan Kerja

No Nama Alat Jumlah

1 Alat ukur tahanan isolasi (Insulation Tester) 1 set

2 Tangga Fiber 1 buah

Perlengkapan K3

1 Helm Pengaman 1 buah

2 Sepatu Alas Karet 1000 Volt 1 pasang

Tabel 3. 2 peralatan dan perlengkapan k3 pengukuran tahanan isolasi

(37)

BAB 1V PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Tahanan Pentanahan

Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan pe ralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan komponen- komponen instalasi dari bahaya gangguan listrik. Oleh karena itu, sistem pentanahan menjadi bagian pengaman dari sistem tenaga listrik. Pada praktikum ini, dilakukan dua macam pengukuran, yaitu pengukuran posisi segaris dan pengukuran posisi segitiga pada bodi trafo, jaringan (LA) dan pada bangunan. Alat yang digunakan yaitu Earth Tester.

gambar 4. 1 rangkaian percobaan pengujian tahanan pentanahan

Adapun prosedur yang dilakukan dalam proses pengukuran tahanan pembumian dengan menggunakan Earth Tester adalah sebagai berikut sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan yang akan di gunakan, seperti alat ukut, kabel, dan konduktor/stik elektroda.

2. Mengkalibrasi jarum pada alat ukur harus dalam posisi nol.

3. Memastikan baterai dari Earth Tester terdapat pada keadaan “Battery Good”.

(38)

4. Memasang kabel pada alat ukur. Earth Tester mempunyai tiga kabel diantaranya adalah kebel merah, kuning dan hijau.

5. Menghubungkan kabel hijau ke pembumian bodi trafo yang sudah terpasang ke tanah.

6. Menancapkan stik elektroda ketanah untuk mengukur resistansi pentanahan bodi trafo dengan dua posisi yakni, posisi sejajar dan segaris.

Hubungkan kabel merah sertaa kuning ke stik elektroda dengan masing- masing jarak pemasangan kabel merah pada posisi 20 meter, 15 meter, 10 meter, 7,5 meter, 5 meter, dan 2,5 meter dan kabel kuning tetap pada posisi 10 meter.

7. Melakukan pengukuran dengan menekan tombol “Test” pada alat ukur.

Kemudian mencatatat hasil pengukuran yang dilakukan.

8. Mengulangi prossedur diatas untuk melakukan pengukuran resistansi pentanahan untuk jaringan (LA) dan bangunan.

Setelah mengikuti prosedur diatas untuk mengukur nilai tahanan pembumian dengan menggunakan Earth Tester, maka didapatkan data hasil pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

No 1 2 3 4 5 6

Jarak Elektroda sementara (m) 20 15 10 7,5 5 2,5 Ket.

Bodi 1,4 1,4 1,4 1,4 1,2 1,2 Layak Posisi Trafo

Jaringan 2 2,2 2,2 2 2,2 2,2 Layak Tahanan Segitiga

Bangunan 1,8 1,8 1,6 1,4 1,4 1,4 Layak Pembumian

Pengaman Bodi

2,8 3 2,4 2,2 2 2 Layak

(Ohm) Posisi Trafo

Jaringan 2,4 2,4 2,6 3 2,8 2,4 Layak Segaris

Bangunan 2,2 2,2 2,2 2 2 2 Layak Nilai pentahanan yang baik menurut PUIL 2011 yaitu maksimal lima Ohm (≤5Ω). Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa semua nilai dari tahanan pembumian pada bodi trafo, jaringan (LA) dan bangunan dikategorikan

(39)

ideal (layak) karena masih dalam nilai standar (≤5Ω). Hal tersebut terjadi karena kondisi tanah yang gembur (tanah ladang) yang dimana pada resistivitas bumi, jenis tanah ladang merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki resistivitas yang rendah.

4.2 Pengukuran Tahanan Isolasi

Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran yang diisolasi satu sama lain atau tahanan a ntara satu kawat saluran dengan tanah (ground). Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk memeriksa status isolasi rangkaian dan perlengkapan listrik, sebagai dasar pengendalian keselamatan.

Pada praktikum ini, pengukuran dilakukan pada terminal primer-ground, primer -primer, primer-sekunder, sekunder-ground, dan sekunder-sekunder. Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah Insulation Tester. Adapun prosedur yang dilakukan dalam proses pengukuran tahanan isolasi dengan menggunakan Insulation Tester adalah sebagai berikut:

9. Menyiapkan peralatan.

10. Memasang kabel test pada terminal megger, serta pasangkan grounding pada terminal grounding yang terdapat pada megger.

11. Menyalakan megger, jika megger dalam posisi on, aturlah settingan pengukuran yang akan digunakan ke “pengukuran tahanan isolasi”.

12. Menentukan besar tegangan beserta waktu yang akan digunakan untuk menguji tahanan isolasi.

13. Memasangkan kabel test pada bagian yang akan di uji tahanan isolasinya, contoh (U-V).

14. Menekan tombol “start” pada megger, pada saat yang bersamaan alat ukur akan bekerja sesuai dengan setingan waktu yang telah kita tentukan.

15. Jika waktu telah selesai, alat ukur akan menunjukkan besar tahanan isolasi yang terdapat pada bagian yang kita ukur.

(40)

16. Mencatat besar tahanan isolasi yang diukur oleh megger.

17. Melakukan pengukuran untuk bagian yang lainnya sesuai dengan prosedur diatas.

Setelah mengikuti prosedur diatas untuk mengukur nilai tahanan isolasi dengan menggunakan Insulation Tester, maka didapatkan data hasil pengukuran yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

No Titik Pengukuran

Terminal Tahanan

Isolasi Keterangan 1 Primer-Body

R-Body 327 MΩ Tidak Layak

S- Body 483 MΩ Tidak Layak

T- Body 413 MΩ Layak

2 Primer-Primer

R-S <5 kΩ Layak

R-T <5 kΩ Layak

S-T <5 kΩ Tidak Layak

3 Primer-Sekunder

R-r 896 kΩ Tidak Layak

R-s 21,8 MΩ Layak

R-t 18,2 MΩ Tidak Layak

S-r 22,8 MΩ Layak

S-s 29,1 MΩ Layak

S-t 18,7 MΩ Tidak Layak

T-r 30,2 MΩ Layak

T-s 30,7 MΩ Layak

T-t 49,3 MΩ Layak

4 Sekunder-Body

r-Body 500 kΩ Tidak Layak

s- Body 426 kΩ Tidak Layak

t- Body 82 kΩ Tidak Layak

5 Sekunder-

Sekunder

r-s <5 kΩ Layak

r-t <5 kΩ Layak

s-t <5 kΩ Layak

Dari data hasil pengukuran, maka tahanan isolasi yang dapat dikatakan baik jika bisa mencapai nilai minimum dari resistan isolasinya, yaitu:

1. Nilai minimum tahanan isolasi sisi sekunder 1000 x 380 Volt = 0,38 MΩ ≈ 380 kΩ

(41)

2. Nilai minimum tahanan isolasi sisi primer 1000 Ohm x 20.000 Volt = 20 MΩ

Maka berdasarkan data hasil pengukuran, tahanan isolasi yang dapat dikategorikan ideal (layak) terdapat pada terminal T-R (sisi primer-ground), R-s (sisi primer-sekunder), S-r (sisi primer-sekunder), S-s (sisi primer-sekunder), T-r (sisi primer-sekunder), T-s (sisi primer-sekunder), dan T-t (sisi primer-sekunder). Adapun pada pengukuran sisi yang sama yaitu primer-primer dan sekunder- sekunder juga dikatakan ideal (layak) meskipun tahanannya <5 kΩ karena sisi yang sama pada dasarnya memiliki tahanan yang semestinya seminimum mungkin. Sedangakna pada terminal lainnya, tahanan isolasinya dapat dikatakan tidak layak karena tidak mencapai nilai minimum resistan isolasinya. Hal tersebut disebakan karena kondisi lingkungan, kelembapan, humidity, debu, suhu, air, gangguan tekanan, dan bahkan karena komponen sudah memasuki usia tidak layak pakai.

(42)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Jaringan distribusi tegangan menengah adalah sub sistem ketenagalistrikan yang memiliki tegangan kerja sebesar 20 kV. Dari jaringan tegangan menengah inilah gardu-gardu distribusi mengambil supplai tegangan untuk diturunkan oleh trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah yaitu 220/380 Volt.

2. Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat mengamankan komponen-komponen instalasi dari bahaya gangguan yang dapat merusak komponen-komponen.

3. Pengukuran tahanan pembumian dilakukan dengan dua posisi yaitu posisi sejajar dan segaris menggunakan alat Earth Tester yang dimana kabel merah

4. (C) dan kuning (P) dihubungkan dengan stik elektroda dengan masing- masing jarak pemasangan kabel merah pada posisi 20 meter, 15 meter, 10 meter, 7,5 meter, 5 meter, dan 2,5 meter dan kabel kuning tetap pada posisi 10 meter. Adapun kabel hijau (E) dihubungkan dengan pembumian yang ingin diukur.

5. Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk memeriksa status isolasi rangkaian dan perlengkapan listrik, sebagai dasar pengendalian keselamatan. Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran yang diisolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran dengan tanah (ground).

6. Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan alat Insulation Tester (Megger) yang dimana dua kabel test pada alat ini

(43)

dihubungkan dengan terminal yang akan diuji tahanan isolasinya.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim. 2009. Jobsheet Praktek Catu Daya Modul 3-4. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Aksan. 2009. Jobsheet Praktek Catu Daya (TL 339623). Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Arifin, Ashar. 2020. Cara Ilmu. https://www.carailmu.com/2020/06/konfigurasi- jaringan-distribusi-.html, (online). Diakses pada tanggal 31 Desember 2021

Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan UtilisasiTenagaListrik. Jakarta : UI-Press

Muslimin, Muhammad As’ad. 2020. Laporan Bengekel Semester V Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah

Oktavian, Muhammad Akbar. 2020. Laporan Praktikum Catu Daya dan Tegangan Menengah “Sistem Distribusi”.

PT PLN (Persero). 2010. Buku 4 Standar Konstruksi Gardu Distribusi Dan Gardu Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.

(45)

LAMPIRAN

(46)

Gambar

gambar 2. 1 diagram sistem jaringan distribusi tenaga listrik
gambar 2. 3 jaringan distribusi sekunder
gambar 2. 2 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer
gambar 2. 4 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Beserta Komponennya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi D4 Teknik Multimedia dan Jaringan.. Politeknik Negeri Ujung

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah

PENGUKURAN SOFT KOMPETENSI DENGAN METODE MATRIKS SOFT KOMPETENSI PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG. 3

Dalam penulisan laporan akhir ini dengan menitik beratakan pada pengukuran dan perhitungan terhadap tahanan pentanahan pada gardu-gardu distribusi khususnya gardu

Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/mendistribusikan tenaga listrik

Kerja Praktek KP ini merupakan salah satu program Politeknik Negeri Bengkalis khususnya prodi Teknik Listrik, yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Bengkalis dalam

Laporan Praktikum Tugas Besar Drainase Tandes Surabaya disusun oleh mahasiswa Program Diploma III Teknologi Bangunan dan Jalur Perkeretaapian Politeknik Perkeretaapian Indonesia

Komponen utama gardu distribusi dan fungsinya, yaitu transformator, arester, bushing, tangki trafo, NH-fuse, dan