• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Geologi Struktur di Tulungagung

N/A
N/A
DEVYA ARSINTA JIRDHAN JABIR

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Praktikum Geologi Struktur di Tulungagung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 12: FIELD TRIP

DISUSUN OLEH:

DEVYA ARSINTA JIRDHAN JABIR (24/535474/TK/59406)

KELOMPOK 09

ROMBONGAN B1: SENIN (07.30 – 09,10)

ASISTEN KELOMPOK FIKRURRAHMAN

ASISTEN ACARA FIKRRURAHMAN

PASCALIS DEVIN RASENDRIYA JOHN DUSTIN GOMPIS LUMBANTORUAN

IQBAL ARRIDHO FIRDAUS

YOGYAKARTA MEI 2025

(2)

Essay Fieldtrip Geologi Struktur

Tulungagung adalah bagian dari Pegunungan Selatan Jawa Timur dan mempunyai geomorfologi semenanjung konkrit yang memanjang Timur-Barat serta merupakan wilayah yang terletak dalam zona tektonik yang aktif karena terdapat interaksi antara Lempeng Indo- Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di sepanjang zona subduksi Jawa.

Interaksi antara lempeng tersebut dapat menghasilkan interaksi antara berbagai struktur geologi, termasuk sesar-sesar yang sangat signifikan seperti sesar naik (reverse fault) dan sesar anjak (thrust fault). Aktivitas tektonik tersebut menyebabkan tegangan pada kerak bumi sehingga membentuk struktur yaitu sesar dan lipatan. Bounigeta (2019) melakukan penelitian menggunakan metode magnetotelurik dan mengidentifikasi bahwa terdapat zona resivitas yang rendah mengindikasikan terdapat sesar yang berada di sepanjang lintasan Surabaya- Tulungagung. Dan juga terdapat intrusi batuan beku yang menembus batugamping dari Formasi Campurdarat kemudian membentuk bentang alam berupa gunung kerucut yang bisa dilihat dari jarak jauh. Formasi Campurdarat diperkirakan terbentuk sebagai terumbu

penghalang pada umur Miosen Awal yang dimana terumbu belakang berada di Selatan dan bagian terumbu depan berada di sebelah Utara. Adanya zona subduksi yang aktif di selatan Pulau Jawa memicu terjadinya pembentukan sesar naik (reverse fault) dominan terutama pada

Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

U

SESAR

(3)

wilayah yang mendapat tekanan dari arah Selatan maupun Tenggara yang memtong satuan batuan beku dan batuan sedimen yang lebih tua.

Pada lokasi STA 1 yang terletak di Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, telah diidentifikasi sejumlah struktur sesar melalui pengukuran langsung dilapangan dan juga analisis pada stereonet ditemukan beberapa bidang sesar yang dominan miring ke arah Utara serta mempunyai pergerakan vertikal yang signifikan. Struktur sesar yang ditemui dilapangan merupakan sesar naik (reverse fault) dominan yang miring secara curam dan juga terdapat sesar anjak (thrust fault) yang miringnya lebih landai.

Perbedaan elevasi antara dua blok batuan dan juga menunjukkan gerak vertikal ke atas dari blok Hanging Wall terhadap Foot Wall yang menunjukkan struktur sesar naik (reverse fault).

eberadaan sesar anjak (thrust fault), yaitu sesar naik yang memiliki kemiringan bidang sesar relatif landai (<30°), juga menjadi bukti tambahan adanya gaya kompresi regional yang signifikan. Sesar-sesar tersebut berada pada batuan lava yang sudah mengalami rekahan dan telah mengalami kompresi dari dua arah yang berlawanan sehingga pada kerak bumi

mengalami pemendekan (shortening). Analisis stereonet terhadap data yang telah diamati dilapangan menunjukkan bahwa arah gaya maksimum (σ1) berorientasi Barat Laut- Tenggara (NW-SE) ataupun juga bisa berasal dari Selatan- Utara yang dominan.

Pada STA 2, yang juga terletak di Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, juga terdapat deformasi kerak bumi yang lebih kompleks lagi.

Letaknya yang berada di wilayah tektonik aktif mengakibatkan pergerakan lempeng di wilayah tersebut sangat sering terjadi dan menghasilkan adanya struktur sesar ataupun patahan. Terjadinya keberadaan struktur sesar dan lipatan secara bersamaan di STA 2 sangat berkaitan erat dengan proses tektonik regional Pulau Jawa, yang dimana wilayah tersebut berada dalam proses subduksi yang sangat aktif hingga sampai sekarang. Zona subduksi tersebut merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia sehingga menyebabkan terjadinya deformasi pada kerak bumi (mengalami gaya kompresi) dalam jangka waktu geologi yang lama. Akibat dari gaya tektonik yang melebihi dari satu tersebut (mengalami gaya tektonik yang sangat kompleks) sehingga terdapat struktur lipatan dan sesar secara bersamaan. Pada fase Ketika batuan terbentuk lipatan, lalu pada fase berikutnya akan terjadi sesar yang kemudian akan memotong lipatan.

Fase tersebut terjadi secara bertahap, berulang, dan saling tumpang tindih.

Ketika batuan mengalami gaya kompresi, batuan yang tertekan akan memiliki sifat elastis tetapi pada kedalaman, temperatur dan tekanan tertentu, sehingga batuan akan

merespon tekanan tersebut dengan cara melengkung atau melipat. Inilah yang menyebabkan terbentuknya struktur lipatan, serta batuan yang mengalami proses tersebut merupakan batuan

(4)

yang berasal dari Formasi batuan sedimen seperti batugamping yang lebih lunak cenderung membentuk lipatan karena deformasi yang bersifat ductile (elastis). Sedangkan batuan yang lebih keras (lebih mudah rapuh) atau berada pada kondisi kedalaman, temperatur dan tekanan yang lebih rendah (dekat dengan permukaan) akan merespon gaya kompresi dalam bentuk patahan, sehingga menghasilkan sesar. Sesar yang terbentuk pada kondisi tersebut merupakan jenis sesar naik (reverse fault) dan sesar anjak (thrust fault) dan kemudian memotong lipatan yang telah terbentuk sebelumnya.

Penentuan arah top-bottom (atas-bawah) perlapisan batuan pada daerah daerah Keboireng, Besuki, Tulungagung penting untuk memahami urutan stratigrafi, lingkungan pengendapan, dan sejarah tektonik wilayah tersebut. Parameter-parameter yang digunakan dalam menentukan arah top-bottom perlapisan batuan pada daerah tersebut:

1. Graded Bedding (Perlapisan Gradasi) : Graded bedding adalah struktur sedimen yang di mana ukuran butir yang lebih besar akan mengendap terlebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang memiliki ukuran lebih halus sehingga membantu menentukan arah top-bottom.

2. Cross Bedding (Perlapisan Silang) : Cross Bedding terbentuk karena transportasi ripples atau dunes oleh arus air maupun angin. Lapisan miring dalam singkapan akan terpotong oleh lapisan horizontal pada bagian atas, yang menunjukkan arah top.

Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Gambar sesar dan lipatan dalam satu panel

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

(5)

3. Load Cast : Load cast terbentuk karena sedimen yang lebih berat menekan

sedimen yang lebih lunak di bawahnya, sehingga terjadi deformasi yang berbentuk seperti tonjolan ke bawah, sehingga menunjukkan bahwa bagian dengan tonjolan adalah bagian bawah lapisan yang menunjukkan ara bottom.

4. Ripple Marks : Ripple marks adalah struktur sedimen berbentuk gelombang kecil- kecil yang dipengarhi oleh arus air ataupun juga dari kekuatan angin. Jenis ripple seperti asymmetrical ripples memiliki sisi landai dan sisi curam, yang dimana sisi curam dapat menunjukkan top.

5. Flute Cast dan Groove Cast : Flute cast merupakan struktur erosi yang bentuknya seperti alur. Struktu tersebut dapat terbentuk di dasar lapisan akibat arus yang mengikis sedimen dengan mudah karena sifat pada batuan sedimen yang lebih lunak. Struktur ini kemudian terisi oleh sedimen berikutnya, membentuk cetakan di bagian bawah lapisan atas. Arah penipisan flute cast menunjukkan arah dari arus serta berada pada pasar lapisan yang menunjukkan ara bottom.

Awalnya pada wilayah Keboireng terbentuk melalui proses pengendapan yang berasal dari material sedimen pada lingkungan laut dangkal hingga laut dalam yang menghasilkan struktur perlapisan sejajar, silang dan gradasi serta merupakan ciri dari batuan sedimen.

Struktur yang telah disebutkan sebelumnya yaitu perlapisan sejajar, perlapisan bersilang (cross-bedding), perlapisan bergradasi (graded bedding), merupakan struktur sedimen primer sehingga memberikan gambaran dalam menentukan arah top-bottom perlapisan batuan.

Setelah proses sedimentasi berlangsung, pada daerah tersebut terjadi aktivitas tektonik yang sangat kompleks yang sudah dijelaskan sebelumnya yang dimana Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Proses tersebut ,menyebabkan terjadinya

deformasi pada batuan yang telah diendapkan sehingga menghasilkan struktur sekunder yaitu lipatan dan sesar. Struktur dan bentuk perlapisan batuan yang telah diamati dilapangan terbentuk dari hasil kombinasi proses sedimentasi awal yang kemudian terdeformasi oleh tektonik.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bounigeta, D. I. (2019). Identifikasi Struktur Geologi Sesar Menggunakan Metode Magnetotelurik Studi Kasus Lintasan Surabaya–Tulungagung, Jawa Timur. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Pusat Survei Geologi. (2022). 19 Geosite dengan Pemandangan Indah di Tulungagung.

TIMES Indonesia

Pusat Survei Geologi. (2023). Situs Stok Diorit Gunung Tanggul. Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Staff Assisten Geologi Dinamik. (2025). Lembar Kerja Fieldtrip Praktikum Geologi Struktur.

Yogyakarta: Laboratorium Geologi Dinamik. Departemen Teknik Geologi Fakultas Tenkik Universitas Gadjah Mada.

Suharsono, S., Gafoer, S., & Suwarti, T. (1992). Peta Geologi Lembar Tulungagung, Jawa.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK.

Daerah Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki struktur geologi yang cukup kompleks tercermin dari empat formasi batuan berbeda pada

Pola dan Genesa Struktur Geologi Pegunungan Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.. Perubahan tektonik Paleogen-Neogen merupakan peristiwa

Jawa bagian timur termasuk Daerah Pegunungan Selatan merupakan tempat perpotongan dua struktur utama, yakni antara struktur arah Meratus Pola Meratus yang berarah timur laut-barat

Bila dikaitkan dengan struktur geologi regional Cekungan Sumatra Tengah, struktur pada lapangan telitian terbentuk pada fasa tektonik F3, yaitu terjadi gaya

Dengan cara ini di ketahui beberapa hal Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung

Data acak yang digunakan adalah biasanya dari analisis kekar pada analisis struktur di lapangan yang kemudian ditentukan arah umumnya dengan diagram kipas dan analisis kekar dengan

Laporan praktikum uji kuat tekan uniaksial batuan yang membahas metode pengujian dan parameter mekanika batuan di bidang teknik