• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN KE-5

N/A
N/A
Andika Dwi Putra

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN KE-5"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN KE-5

SIFAT FISIK DAN REAKSI KIMIA HIDROKARBON

Nama: Andika Dwi Putra NIM: 105121006

Asisten Praktikum: Fani Setianingsih

PROGRAM STUDI ILMU KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS PERTAMINA

2022

(2)

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan kelarutan senyawa heksana, toluena, dan aquadest

2. Menentukan laju penguapan pada senyawa hidrokarbon dengan senyawa pentana dan heptana.

3. Menentukan senyawa yang bereaksi dengan bromin.

4. Menentukan senyawa yang berekasi dengan kalium permanganate KMnO4. II. DASAR TEORI

kimia organic merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia yang memiliki peran yang penting bagi kehidupan sehari – hari umat manusia. Banyak produk – produk dalam kehidupan sehari – hari yang memiliki kandungan senyawa organic. Seperti misalnya bahan – bahan polimer, bahan pangan, kosmetik, dain lain – lain. Contoh lain dari hal yang tak terduga yang memiliki kandungan senyawa organic adalah bau roti yang baru saja keluar dari oven. Selain itu, peran kimia organik dalam bidang farmasi juga memiliki peranan yang cukup penting, misalnya adalah pencarian senyawa aktif baru yang dapat digunakan sebagai obat (fauzi’ah & Diniarty, 2017).

Sekitar tahun 1780 – an seorang imuan yang bernama Karl Wilhelm Scheele, mendefinisikan senyawa organic sebagai salah satu senyawa yang dihasilkan dari makhluk hidup. Pada 1807, ahli kimia bernama Jons Jacob Barzelius mengemukakan teori bernama vital forve theory. Teori ini menjelaskan bahwa senyawa organic hanya didapat dari makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena roh tidak dapat diciptakan di laboratorium. Pada tahun 1828, ilmuan yang berasal dari Jerman bernama Friedrich Wohler berhasil mensintesis urea.

Ia berhasil membuat urea tanpa ginjal. Seorang ilmuan bernama August Kekule memperbarui definisi dari senyawa organic. August mengungkapkan bahwa senyawa organic ialah senyawa yang tersusun atas rantai karbon. Teori ini dikenal sebagai modern definition of organic. Ciri – ciri dari senyawa organic ialah titik lebur dan titik didih yang relative lebih rendah, mudah terbakar, tidak menghantarkan listrik, reaksi kimia cenderung lambat, memiliki isomer, jenis ikatannya Sebagian besar merupakan ikatan kovalen (Roni & Legiso, 2021)

Kelarutan adalah suatu kemampuan zat kimia terlarut atau solute untuk dapat larut dalam pelarut atau solvent. Nama lain dari kelarutan adalah solubilitas (Atkins & de Paula, 2005). Kelarutan ialah suatu keaddan dari suatu senyawa baik padat, cair, maupun gas yang larut dalam padatan, cairan, maupun gas yang dapat membentuk larutan homogen. Kelarutan bergantung pada pelarut yang dgunakan dan suhu serta tekanan (Lachman, 1986). Pelarut yang dibedakan berdasarkan konstanta elektrikum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pelarut

(3)

polar dan non polar. Semakin tinggi dielektikumnya maka akan semakin polar (Sudarmadji, dkk., 1989).

Titik didih dari suatu zat ialah suatu kondisi dimana suhu tekanan uap jenuh sama dnegan tekanan diatas permukaan dari suatu zat cair. Titik didih dipengaruhi tekanan udara, semakin besar tekanan udara maka akan semakin besar titik didihnya. Pada suhu dan tekanan tertentu, terjadi proses mendidih. Pada saat mendidih, suhu menjadi konstan. Hal ini disebabkan, ketika mendidih kalor yang diserap digunakan untuk merubah fasa zat tersebut, dari yang semula cair menjadi uap. Suhu yang constant ini disebut titik didih. Titik didih zat dalam 1 atm disebut titik didih normal (Firmansyah, 2018).

III. CARA KERJA a. Kelarutan

Mulai

Dicampurkan ± 2 mL heksana dengan 1 mL air deionisasi dalam tabung reaksi

Dikocok tabung, dan dicatat pengamatan

Dicampurkan 2 mL heksana dengan 1 mL touluena dalam tabung reaksi

Dikocok tabung, dan dicatat pengamatan

Selesai

(4)

b. Penguapan

Mulai

Disiapkan 2 cawan penguap dalam ruang asam

Dimasukkan 3 mL pentana dalam cawan 1

Dimasukkan 3 mL heptana dalam cawan 2

Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk menguap

selesai

(5)

c. Reaksi dengan bromin

Mulai

Disiapkan 4 tabung reaksi dan diberi label A, B, C, dan D

Dimasukkan sample kedalam tabung A, B, C, D sebanyak masing – masing 5 tetes

Ditambahkan 3 tetes bromin

Diperhatikan reaksi yang terjadi

Jika hasil negative, diberi sinar UV selama 2 menit

Diperhatikan reaksi yang terjadi

selesai

(6)

d. Reaksi dengan KMnO4

Mulai

Disiapkan 4 tabung reaksi dan diberi label A, B, C, dan D

Dimasukkan sample kedalam tabung A, B, C, D sebanyak masing – masing 5 tetes

Ditambahkan 3 tetes KMnO4

Diperhatikan reaksi yang terjadi

selesai

(7)

IV. DATA, PENGAMATAN, DAN CATATAN Tabel 1 Data pengamatan Kelarutan

NO. Zat Hasil pengamatan

1 Heksana + toluena Terbentuk 1 fasa

2 Heksana + air deionisasi Terbentuk 2 fasa Tabel 2 Data pengamatan Penguapan

NO. Zat Hasil pengamatan

1 Heptana Menguap dalam waktu 29 menit 3 detik

2 Pentana Menguap dalam waktu 4 menit 15 detik

Tabel 3 Data pengamatan Uji Bromin

NO. Zat Hasil pengamatan Indikasi

1. N-heksana  Sebelum disinari UV, Terbentuk 2 fasa

1. Fasa atas = bromin 2. Fasa bawah = heksana

 Setelah disinari UV, terbentuk 2 fasa yang sama

(-) negatif

2. Toluena  Sebelum disinari UV, terbentuk 2 fasa 1. Fasa atas = bromin

2. Fasa bawah = endapan putih

 Setelah disinari UV, terdapat 1 fasa, endapan larut dan larutan berwarna putih

(-) negatif

3. Sikloheksana  Sebelum UV, berwarna kuning

 Sesudah UV, terbentuk 2 fasa 1. Fasa atas = bromin

2. Fasa bawah = sikloheksana

(-) negatif

4. 1 – heksena Tanpa UV warna Bromin sudah menghilang (+) positif

5. air  Sebelum UV, berwarna kuning

 Sesudah UV, berwarna bening

(-) negatif 6. Anon A  Sebelum disinari UV, terbentuk 2 fasa

3. Fasa atas = bromin

4. Fasa bawah = endapan putih

 Setelah disinari UV, terdapat 1 fasa, endapan larut dan larutan berwarna putih

(-) negatif

7, Anon B  Sebelum disinari UV, Terbentuk 2 fasa

3. Fasa atas = bromin 4. Fasa bawah = heksana

 Setelah disinari UV, terbentuk 2 fasa yang sama

(-) negatif

(8)

Tabel 4 uji KMnO4

NO. Zat Hasil pengamatan Indikasi

1. N-heksana Larutan berwarna ungu (-) negatif

2. Toluena Tidak terdapat perubahan, larutan berwarna

ungu (-) negatif

3. Sikloheksana Tidak terdapat perubahan, larutan berwarna

ungu (-) negatif

4. 1 – heksena Berubah warna dari ungu menjadi merah

betadine, dan menjadi coklat (+) positif

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum modul 5: sifat fisik dan reaksi kimia hidrokarbon kali ini, terdapat 4 percobaan yaitu, kelarutan, penguapan, uji bromin dan uji dengan senyawa KMnO4. Pada percobaan tahap pertama, dilakukan uji kelarutan antara senyawa heksana yang ditambahkan senyawa toluena dan heksana yang ditambahkan air deionisasi. hal yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Kemudian, ditambahkan 2 drop senyawa heksana kedalam tabung reaksi 1 dengan pipet tetes. Kemudian ditambahkan senyawa toluena sebanyak 1 drop kedalam senyawa heksana yang sudah ditambahkan sebelumnya. Setelah itu, dihomogenkan kedua senyawa tersebut dengan mengocok tabung reaksi. Selanjutnya, diteteskan sebanyak 2 drop senyawa heksana kedalam tabung reaksi 2 dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu, ditambahkan air deionisasi sebanyak 1 drop. Dihomogenkan dengan cara mengocok tabung reaksi. Setelah dibandingkan antara tabung 1 dan 2, didapat perbedaan bahwa tabung 1 yang berisi campuran senyawa heksana dan toluena membentuk 1 fasa. Hal ini dikarenakan senyawa yang berada pada tabung reaksi tersebut memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu sama – sama memiliki sifat non polar. Sedangkan, pada tabung 2 terdapat 2 fasa dimana fasa atas merupakan heksana dan fasa bawah merupakan air deionisasi. Hal ini terjadi karena kepolaran dari kedua zat tersebut berbeda. Pada senyawa heksana, sifat kepolarannya adalah non polar, sedangkan pada aquadest sifat kepolarannya adalah polar.

Selanjutnya adalah percobaan penguapan. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 2 buah cawan penguap kosong. Kemudian ditambahkan senyawa pentana kedalam cawan penguap 1 sebanyak 3 drop dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan senyawa heptana sebanyak 3 drop dengan menggunakan pipet tetes.

Kemudian diuapkan kedua senyawa tersebut hingga kedua senyawa tersebut benar – benar

(9)

menguap dan dicatat waktu yang diperlukan kedua senyawa tersebut untuk menguap. Dari hasil percobaan , didapat waktu yang diperlukan untuk pentana menguap adalah 4 menit 15 detik. Sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh senyawa heptana untuk menguap adalah 29 menit 3 detik. Perbedaan ini terjadi akibat dari jumlah atom karbon dari suatu senyawa.

Senyawa pentana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit disbandingkan dengan senyawa heptana. Oleh karena itu, senyawa pentana dapat menguap lebih dulu dibandingkan dengan senyawa heptana.

Selanjutnya adalah uji bromin. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 5 tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan senyawa yang akan diuji pada tiap tabung reakssebanyak 1drop setiap satu tabung reaksi. setelah itu, ditambahkan bromin sebanyak 3 tetes pada tiap tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Setelah itu, dilakukan pengamatan pada tiap tabung reaksi. Hasil pengamatan yang didapat adalah pada tabung n-heksana, mula – mula terbentuk 2 fasa pada saat sebelum diberi sinar UV. Fasa atas merupakan senyawa bromin, sedangkan fasa bawah merupakan heksana. Hal ini terjadi karena perbedaan dari densitas antrara bromin dengan heksana. Setelah di lakukan penyinaran UV, fasa tersebut berubah menjadi 1 karena sinar UV berfungsi untuk mempercepat reaksi. Pada campuran toluene dan bromin terdapat 2 fasa pada saat sebelum diberi sinar UV. Fasa atas merupakan bromin dan fasa bawah merupakan toluene. Hal ini terjadi karena adanya perbedaaan densitas dari kedua larutan tersebut. Setelah diberika sinar UV, larutan menjadi 1 dan endapan larut serta larutan menjadi warna putih keruh.

Pada sample sikloheksana, pada saat sebelum diberi sinar UV, larutan berwarna kuning.

Setelah sikloheksana diberi sinar UV, larutan tersebut berubah menjadi 2 fasa, yaitu fasa atas yang merupakan bromin dan fase bawah yang merupakan sikloheksana. Pada sampel 1 – heksena, warna bromin sudah menghilang tanpa perlu diberikan sinar UV, hal ini mengindikasikan reaksi yang positif. Selanjutnya, pada saat sebelum diberi sinar UV, sample air memiliki warna larutan berwarna kuning, setelah diberikan sinar UV larutan menjadi warna bening sedikit kekuningan. Pada sample anon A, hasil pengamatan yang didapat mirip dengan hasil pengamatan sample toluena, dan sample anon b sama dengan hasil pengamatan sample heksana. Berikut ini adalah reaksi – reaksi yang terjadi:

(10)

Selanjutnya dilakukan uji dengan senyawa KMnO. Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian dimasukan 4 sample masing – masing kedalam 4 tabung reaksi sebanyak 4 tetes menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan senyawa KMnO4 sebanyak 3 tetes pada tiap tabung reaksi. Setelah itu ditunggu selama 10 detik setelah itu diamati hasil yang didapat. Hasil pengamatan pada sample heksana adalah larutan berubah menjadi warna ungu hal ini terjadi akibat dari penambahan senyawa KMnO4 yang berwarna ungu. Selanjutnya, hasil pengamatan pada sample tolueana dan sample sikloheksana adalah tidak terdapat reaksi positif yang menyebabkan warna larutan masih berwarna ungu. pada sample 1 – heksena terdapa perubaha warna dari yang semula warna ungu kemudian lama kelamaan menjadi warna merah betadine lalu berubah Kembali menjadi warna cokelat. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa 1 – heksena menghasilkan reaksi yang positif yaitu berubah warna menjadi warna cokelat. Pada sample anon A, hasil pengamatan yang didapat adalah warna larutan menjadi warna ungu yang mengindikasikan senyawa toluene, sedangkan pada sample b hasil pengamatannya adalah larutan berwarna ungu yang mengindikasikan senyawa heksana. Berikut ini reaksi yang terjadi :

Reaksi n-heksana + KMnO4:

2C6H14 + KMnO4 2C6H12 + KMnO4 + 2 H2O Reaksi sikloheksana + KMnO4:

C6H12 + 2KMnO4 2C3H6O2 + 2KMnO4

Reaksi toluene + KMnO4:

C3C6H5 + KMnO4 C6H5COOK + 2MnO2 + KOH + H2O Reaksi 1-heksena + KMnO4:

C6H12 + 2KMnO4 2C3H6O2 + 2KMnO4

(11)

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan modul 5 yang telah dilakukan, dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:

1. Heksana + toluene = larut, 1 fasa

heksana + aquadest = tidak dapat larut, 2 fasa

2. Laju penguapan pentana selama 4 menit 15 detik, laju penguapan hepatana selama 29 menit 3 detik.

3. Senyawa yang beraksi dengan bromin adalah senyawa 1-heksena

4. Senyawa yang bereaksi dengan kalium permanganate atau KMnO4 adalah 1- heksena.

(12)

VII. DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, L., & Diniaty, A., (2017) Studi Pendahuluan: Penerapan Praktikum Kimia Organik Berorientasi Aplikasi (Application – Oriented). 5(1). Universitas Islam Indonesia.

Firmansyah, J., (2010) Eksplanasi Ilmiah Air Mendidih Dalam Suhu Ruang. Jurnal Filsafat Indonesia 1(1). Universitas Serambi Mekkah.

Lachman, L., H. Liebermen, & J. N. Kanig., (1986) The Theory and Practice of Industrial Pharmacy Ed-3. Amerika Serikat: Lea & Febiger.

Atkins, P., & De Paula, J., (2005) Physical Chemistry Ed-7. Oxford University Press.

Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi, (1980) Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty

Roni, K. A., &Legioso, (2021) Kimia Organi. Noer Fikri Offset. ISBN: 978-602-447-694-6.

(13)

e. LAMPIRAN

Gambar 1Kelarutan heksana dan toluena

Gambar 3 Penguapan heptana dan pentana Gambar 2 Penguapan heptana dan pentana

Gambar 4 Uji Bromin

Referensi

Dokumen terkait

The sample was divided into four groups; Group A= received cognitive behavior therapy, Group B= received psychotherapy in combination with medicines, group C received medicines and