• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN INVENTARISASI SAMPEL ANIMALIA

N/A
N/A
Bintang Eri Bagus

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN INVENTARISASI SAMPEL ANIMALIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN INVENTARISASI SAMPEL ANIMALIA

Disusun Oleh :

Hana Fitriani (11220161000044) Kelas : 3B Tadris Biologi

Anggota Kelompok :

1. Basmah Tuhfah Ma’shumah (11220161000030) 2. Adinda Syika Adzkia (11220161000036) 3. Alya Dwi Cahyanti (11220161000038) 4. Ones Lintang Nindyasari (11220161000052)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2023

(2)

A. TUJUAN

1. Mengelompokkan hewan berdasarkan struktur tubuhnya.

2. Menganalisis karakteristik morfologi pada hewan vertebrata dan avertebrata.

3. Membandingkan jumlah inventaris pada hewan vertebrata dan avertebrata.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja pembagian hewan berdasarkan struktur tubuhnya?

2. Apa yang membedakan karakteristik morfologi pada hewan vertebrata dengan avertebrata?

3. Bagaimana perbandingan jumlah inventaris awetan basah hewan vertebrata dan avertebrata berdasarkan data inventarisasi yang telah didapatkan?

C. HIPOTESIS

1. Berdasarkan struktur tubuhnya, hewan terbagi menjadi vertebrata dan avertebrata.

2. Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang, sedangkan hewan avertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang.

3. Jumlah awetan basah hewan avertebrata lebih banyak disbanding jumlah awetan basah hewan vertebrata.

D. LANDASAN TEORI

Keanekaragaman pada makhluk hidup dipicu karena adanya perbedaan pada warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, rupa, dan sifat-sifat lainnya. Sementara itu, keanekaragaman pada makhluk hidup dapat diamati melalui persamaan ciri atau sifat antara makhluk hidup. Keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna.

Keanekaragaman tumbuhan dapat diartikan sebagai variasi spesies tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Sedangkan keanekaragaman hewan, yaitu variasi spesies hewan yang menempati suatu ekosistem (Mardiyanti, et al. 2013).

Keanekaragaman pada hewan secara garis besar terbagi menjadi hewan vertebrata dan hewan avertebrata. Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang, sedangkan avertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak bertulang belakang Pada setiap keanekaragaman tentu saja memiliki ciri fisik yang mirip, hal ini mencerminkan adanya kekerabatan antar spesies (Siagian, 2020). Kekerabatan adalah hubungan antar makhluk hidup yang memiliki asal usul silsilah yang sama. Kekerabatan antar makhluk hidup dapat dihitung menggunakan

(3)

indeks kesamaan sorensen dengan memanfaatkan kesamaan sifat atau karakteristik antar makhluk hidup yang diamati (Astuti & Ruslan, 2019).

Kelompok hewan Avertebrata memiliki satu kesamaan utama, yaitu mereka tidak memiliki tulang belakang. Namun, ada perbedaan-perbedaan tertentu yang membedakan mereka satu sama lain dan mengakibatkan klasifikasi mereka dalam kelompok yang berbeda. Terdapat delapan filum yang termasuk dalam kelompok hewan Avertebrata, termasuk Filum Porifera, Filum Coelenterata (Cnidaria), Filum Plathyhelminthes, Filum Nemathelminthes, Filum Annelida, Filum Mollusca, Filum Echinodermata, dan Filum Arthropoda (Sukoco, 2019).

Menurut para ilmuwan, porifera hidup di perairan laut yang dalam. Kata

"porifera" berasal dari bahasa Latin, di mana "poros" berarti lubang kecil dan "ferre"

berarti membawa, yang mengartikan sebagai "hewan yang memiliki tubuh berpori."

Mereka dikenal sebagai spons yang tinggal di dasar perairan, termasuk laut dan air tawar, dan memiliki beragam warna. Mereka memiliki penampilan yang menyerupai tumbuhan dan dapat mengalami perubahan bentuk. Beberapa karakteristik utama porifera termasuk memiliki tubuh dengan banyak sel yang terdiri dari dua lapisan (diploblastik), memiliki simetri radial atau asimetri, membentuk jaringan yang belum sempurna, dan mengandung gelatin (mesenkim). Umumnya, porifera memiliki rangka internal dan berkembang biak melalui perkawinan dengan sel telur dan sel sperma, dengan larva yang memiliki bulu getar dan dapat berenang, sementara reproduksi aseksual terjadi melalui tunas (Rahmadina, 2021).

Berdasarkan tingkat kompleksitas saluran air pada porifera, terdapat tiga tipe yang dapat dibedakan, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon. Tipe askon adalah yang paling sederhana, dengan saluran air yang dimulai dari ostia, kemudian menuju spongocoel, dan akhirnya keluar melalui oskulum. Tipe sikon terbagi menjadi dua, yaitu tipe inkruen dan tipe radial. Pada tipe ini, air pertama kali masuk melalui ostia, kemudian mengalir ke saluran inkruen, lalu melalui porosit menuju saluran radial, dan akhirnya ke spongocoel sebelum keluar melalui oskulum. Porifera juga menghasilkan schleroblast yang terbentuk dari sekresi silika dan karbonat, memiliki berbagai bentuk seperti monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, dan benang-benang spongin. Di dalam tubuh porifera, terdapat struktur penting yang disebut spikula (Nurhadi, 2018).

Coelenterata, juga dikenal dengan nama Cnidaria, memiliki asal usul kata dari bahasa Latin, dengan "koilos" yang berarti selom atau rongga tubuh, dan "enteron"

yang berarti usus. Oleh karena itu, Coelenterata bisa diartikan sebagai rongga tubuh yang berfungsi sebagai usus. Sedangkan Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, dengan "cnidae" yang berarti sengat. Filum Coelenterata memiliki karakteristik simetri radial, tanpa kepala, dan tidak memiliki segmentasi. Selain itu, tubuhnya hanya terdiri dari dua lapisan sel, yaitu epidermis dan endodermis. Di dalam filum ini, terdapat perkembangan sistem saraf yang cukup baik. Mulut dalam filum Coelenterata dikelilingi oleh tentakel yang lembut dan terdapat ruang prencernaan yang menyerupai kantung. Salah satu ciri khas lainnya adalah ketiadaan darah, alat

(4)

respirasi, dan ekskresi, dengan karakteristik utama tubuhnya yang berongga pada lapisan gastroderma. Contoh anggota dari filum ini adalah ubur-ubur (Haris, et al.

2019).

Filum Platyhelminthes termasuk dalam kelompok filum invertebrata yang paling primitif. Filum ini memiliki kemampuan untuk mengalami perubahan bentuk, mulai dari bentuk planuloid yang radial menjadi bentuk bilateral yang kompleks. Asal-usul kata "Platyhelminthes" berasal dari bahasa Yunani, di mana "Platy" berarti pipih dan

"Helminthes" berarti cacing. Secara umum, tubuh cacing-cacing ini memiliki bentuk pipih dorso-ventral. Filum Platyhelminthes dibagi menjadi empat kelas, yaitu Turbellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda. Contoh hewan dari filum ini adalah cacing pita yang hidup sebagai parasit pada tubuh inangnya, walaupun tidak semua anggota Platyhelminthes bersifat parasit. Filum lain yang mirip adalah filum Nematoda, di mana sebagian besar hewannya bersifat parasit, seperti contohnya cacing kremi (Rokhanah, et al. 2015).

Moluska adalah kelompok biota dengan tingkat keragaman tertinggi di perairan laut Indonesia. Banyak spesies moluska yang hidup dalam berbagai ekosistem seperti karang, mangrove, dan padang lamun. Moluska adalah hewan yang memiliki tubuh lunak, dan nama ini berasal dari bahasa Latin "Molis" yang berarti lunak. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Zoologi Perancis Cuiver pada tahun 1798 ketika mendeskripsikan sotong dan cumi. Sebagian besar jenis moluska hidup di lingkungan laut, sementara sekitar 25% dari mereka hidup di perairan tawar dan daratan.

Umumnya, moluska memiliki mantel yang melingkupi tubuh mereka, yang berfungsi sebagai batas ruang mantel itu sendiri. Setiap jenis moluska memiliki massa otot yang disebut "kaki," yang memiliki berbagai bentuk dan fungsi sesuai dengan kelasnya masing-masing (Septiana, 2017).

Echinodermata, yang sering disebut sebagai hewan berkulit duri, memiliki asal- usul kata dari bahasa Yunani, yaitu "echin" yang berarti berduri, dan "derma" yang berarti kulit. Mereka juga dikenal sebagai hewan laut yang bergerak sangat lambat.

Kulit Echinodermata tipis dan dilindungi oleh endoskeleton berupa lempengan kapur yang sangat keras. Kebanyakan jenis Echinodermata memiliki kulit yang tajam karena adanya tonjolan rangka dan duri pada kulit mereka. Salah satu ciri unik Echinodermata terletak pada sistem pembuluh air mereka. Sistem ini mengalirkan air ke dalam jejaring kanal hidraulik yang bercabang-cabang dan akhirnya ke kaki tabung, yang digunakan untuk bergerak, mencari makan, dan pertukaran gas.

Reproduksi Echinodermata dilakukan secara seksual, dan terkadang melibatkan individu jantan dan betina yang melepaskan gamet-gamet mereka ke dalam air (Rusyana, 2014).

Arthropoda merujuk kepada hewan yang memiliki kaki yang bersendi-sendi.

Selain kaki yang bersendi, tubuh mereka juga terdiri dari segmen-segmen bersendi.

Arthropoda adalah hewan triploblastik selomata yang memiliki simetri bilateral.

Tubuh mereka terbagi menjadi tiga bagian, yakni kepala, dada, dan perut. Dalam pengklasifikasian, Arthropoda terbagi menjadi beberapa kelompok, termasuk

(5)

Crustacea (seperti udang dan kepiting), Arachnida (seperti kalajengking dan laba- laba), Myriapoda (seperti luing dan lipan), dan Insecta (seperti serangga) (Setiawan

& Maulana, 2019).

Kata "Chordata" berasal dari bahasa Latin, yaitu "chorda" yang artinya "tali."

Dalam konteks ini, "tali" mengacu pada notokorda (notochord). Notokorda adalah struktur "tongkat" fleksibel yang terbuat dari bahan mirip tulang rawan. Hewan- hewan yang termasuk dalam kelompok Chordata memiliki organ penyokong tubuh dalam, dimulai dari bentuk paling primitif yang mirip dengan cacing, yang disebut Tunicata, hingga bentuk yang lebih maju atau sempurna, seperti Mammalia. Dalam literatur, pembahasan tentang filum Chordata sering dibagi menjadi dua bagian, yaitu Chordata yang tidak memiliki tulang belakang (Non vertebrata atau Invertebrata Chordata), dan Chordata yang memiliki tulang belakang (Vertebrata). Vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang. Subfilum Vertebrata dibagi menjadi 5 kelas, seperti Pisces (yang mencakup ikan tidak berahang, ikan bertulang rawan, dan ikan bertulang sejati), Amphibia (seperti katak), Reptilia (hewan melata), Aves (unggas), dan Mammalia (hewan menyusui) (Anas & Murti, 2021).

Dalam Vertebrata, ada dua kelompok berdasarkan regulasi suhu tubuh: berdarah dingin (poikilotermik) dan berdarah panas. Hewan berdarah dingin, seperti Pisces, Amphibia, dan Reptilia, memiliki suhu tubuh yang fluktuatif sesuai dengan lingkungan. Pisces hidup di air, bernapas melalui insang, dan berkembang biak dengan bertelur. Mereka dibagi menjadi Chondrichthyes (Ikan Bertulang Rawan) dan Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati). Amphibia hidup di air dan darat, bernapas melalui insang saat larva dan paru-paru saat dewasa, serta mengalami metamorfosis.

Contohnya adalah salamander dan katak hijau (Rana sp.). Reptilia, yang juga berdarah dingin, dilindungi oleh kulit bersisik, bernapas dengan paru-paru, berkembang biak dengan bertelur (ovipar) atau bertelur-melahirkan (ovovivipar), dan mengalami fertilisasi internal. Beberapa memiliki kaki, sementara yang lain melata.

Reptilia dibagi menjadi empat ordo, termasuk Squamata, Lacertilia/sauria Ophidia/serpentes (ular), Testudinata (kura-kura dan penyu), Crocodilia, dan Rhynchocephalia (Sukoco, 2019).

Pisces, atau ikan, termasuk dalam kategori hewan poikiloterm karena suhu tubuhnya tidak konstan (berdarah dingin). Ini berarti suhu tubuh ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan di sekitarnya. Tubuh ikan terdiri dari tiga bagian utama:

kepala, badan, dan ekor. Bentuk tubuh ikan bervariasi antara satu jenis dengan jenis lainnya. Perbedaan bentuk ini biasanya disebabkan oleh adaptasi dan gaya hidup ikan tersebut. Sebagian besar ikan memiliki bentuk tubuh streamline, di mana bagian depan dan belakang tubuhnya meruncing. Ketika dilihat dari sisi melintang, penampang tubuhnya menyerupai tetesan air. Bentuk tubuh ini membantu ikan menembus air dengan lebih mudah, karena merupakan bentuk yang ideal untuk bergerak di dalam media hidupnya, yaitu air. Bentuk tubuh ini sering disebut sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform) (Ratnasari, 2019).

(6)

Di sisi lain, hewan berdarah panas (homoiotermik) seperti Aves dan Mammalia memiliki suhu tubuh yang lebih stabil karena mereka memiliki kemampuan untuk mengatur metabolisme dan suhu tubuh mereka sendiri. Aves memiliki tubuh berbulu yang berfungsi untuk terbang dan melindungi diri, tulang yang ringan, berkembang biak dengan bertelur, mengalami pembuahan di dalam tubuh betina (fertilisasi internal), dan sebagian besar dapat terbang. Mereka dibagi menjadi dua subkelas, yaitu Archaeornithes dan Neothernites. Mammalia memiliki kelenjar susu, bernapas dengan paru-paru, berkembang biak dengan melahirkan (vivipar), meskipun ada beberapa yang bertelur seperti platypus dan echidna. Mammalia memiliki rambut di permukaan tubuhnya dan umumnya hidup di darat, meskipun ada juga yang hidup di air seperti paus, lumba-lumba, anjing laut, dan duyung (Sukoco, 2019).

E. HASIL PENGAMATAN N

o Kelas Karakteristik Struktur Tubuh Habitat

1 Anthozoa

 Bentuk tubuh menyerupai bunga.

 Koral berukuran kecil, berkoloni dan bervariasi.

 Dipoblastik.

 Menempel pada substrat di dasar perairan.

 Memiliki tentakel disekitar mulut dalam jumlah banyak.

 Mulut nya

memanjang (Stomodeum).

 Hidup dengan bentuk polip.

 Terdapat oskulum sebagai mulut dan anus.

Di dasar perairan tawar dan

laut

2 Hydrozoa  Terdiri atas polip dominan yang membentuk

koloni-koloni kecil atau mungkin seluruh koloni hanya terdiri dari

 Memiliki bentuk tubuh seperti tabung dengan panjang 5 – 10 mm dengan garis tengah 2 mm.

 Hidup berbentuk

Di air laut dan air

tawar

(7)

polip.

 Cara pembentukan

tunas hanya

dilakukan oleh beberapa jenis

polip yang

membentuk Medusa.

 Medusa memiliki bentuk serupa laci dalam payung (Velum).

polip.

 Mulut dikelilingi tentakel yang terdiri atas 6 – 7 buah tentakel tergantung spesies

nya dengan

panjang hingga 20 mm.

 Permukaan mulut (ujung oral) dan permukaan tempat melekatkan diri (ujung aboral).

3 Sycphozo a

 Hidup di air laut.

 Berwarna Transparan.

 Bentuk menyerupai

mangkok atau cawan terbalik.

 Hidup dengan medusa dan polip.

 Memiliki gastrovaskuler sebagai organ pencernaan.

 Memiliki knidosit (sel penyengat)

 Memiliki mesoglea.

Di air laut dan air

tawar

4 Ctenopora  Simetri radial, dimana susunan saluran internal dan posisi tentakel terletak antara 2 kombinasi simetri.

 Bentuk tubuh elip soidal dan sperikal dengan lempengan

 Susunan tubuh terdiri atas lapisan dalam dan luar ditengahnya terdapat mesoglea (terdiri atas serabut otot dan sel yang tersebar (tripoblastik) ).

Di laut, umumnya dipermukaa

n laut yang dalam.

(8)

sisir di permukaan eksternal tubuh nya.

 Tidak mempunyai mematokist

kecuali Euchiora rubra tetapi memiliki rel adesif.

 Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.

 Saluran

pencernaan terdiri

dari mulut,

stomadeum,

lambung dan

beberapa jenis saluran.

 Sistem saraf terdiri dari organ sensoris yang terletak di bagian aboral dengan plexus subepidermal yang tersusun masuk ke bagian bawah dari

ke delapan

lempengan pasir.

Tabel 1. Data Sampel berdasarkan Karakteristik Morfologinya

Tabel 2. Data Kuantitatif Total Sampel N

o Nama Filum Nama Kelas Jumlah

1 Arthropoda Malacostraca 2

2 Mollusca Cephalopoda 1

3 Annelida Sipuncula 1

4 Arthropoda Chilopoda 1

5 Echinodermata Holothuroidea 1

6 Echinodermata Ophiuroidea 2

7 Mollusca Gastropoda 3

8 Mollusca Amphineura 1

9 Mollusca Bivalvia 1

10 Annelida Polychaeta 2

11 Chordata Reptilia 2

12 Chordata Chondrichthyes 1

13 Chordata Amphibia 1

(9)

F. PEMBAHASAN

Dalam praktikum yang telah dilakukan, fokusnya adalah pada inventarisasi spesimen awetan dari kelompok hewan vertebrata dan avertebrata. Selama pengamatan, praktikan melakukan identifikasi dan analisis karakteristik morfologi dari kedua kelompok hewan ini. Koleksi spesimen awetan basah yang digunakan sangat beragam, sehingga diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi untuk mengklasifikasikan hewan-hewan ini ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan ciri morfologinya.

Hasil pengamatan yang terdokumentasi dalam tabel 1 menunjukkan bahwa praktikan berhasil mengidentifikasi beragam filum dari kelompok avertebrata dan vertebrata. Kelompok hewan avertebrata berhasil dikelompokkan, seperti yang tergambar dalam tabel 1, terdapat 4 filum yang berbeda, diantaranya filum arthropoda, mollusca, annelida, dan echinodermata.Di sisi lain, dalam kelompok hewan vertebrata, kita dapat mengidentifikasi 3 kelas dari filum chordata, yaitu kelas Reptilia, Chondrichthyes, dan Amphibia.

Dalam kelompok Avertebrata, yang pertama adalah filum arthropoda. Filum arthropoda memiliki karakteristik umum yaitu tubuhnya bersegmen (berbuku-buku).

Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Data yang telah dihimpun juga mengindikasikan adanya 2 kelas dalam filum ini, yaitu Malacostraca dan Chilopoda. Adapun kesamaan karakteristik pada kedua kelas tersebut, berdasarkan data yang telah dihimpun ialah pada tubuhnya yang bersegmen.

Filum yang ditemukan selanjutnya dari kelompok avertebrata yaitu, Mollusca.

Filum mollusca memiliki karakteristik umum berupa tubuh yang lembut atau elastis.

Tubuh hewan ini terdiri dari kepala, mantel, dan kaki otot. Data yang telah diperoleh menunjukkan identifikasi empat kelas dalam filum ini, yaitu Cephalopoda, Gasthropoda, Amphineura, dan Bivalvia. Klasifikasi dalam keempat kelas ini berbeda berdasarkan bentuk tubuh, termasuk keberadaan cangkang atau tidak, serta dari segi bentuknya melingkar atau berbentuk tabung.

Filum yang ditemukan selanjutnya dari kelompok avertebrata, yaitu Annelida.

Filum annelida memiliki ciri umum tubuh yang tersegmentasi dan memiliki tiga lapisan tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Data pengamatan

(10)

menunjukkan bahwa terdapat 2 kelas yang dapat diidentifikasi, yaitu Sipuncula dan Polychaeta. Kelas Sipuncula memiliki karakteristik berupa adan terbagi menjadi batang dan introvert yang dapat ditarik, mulut di ujung anterior introvert dikelilingi serangkaian tentakel, dan anus terletak di bagian punggung. Kelas polychaeta ditandai dengan banyak rambut yang tumbuh di tubuhnya, serta memiliki warna tubuh yang menarik perhatian.

Filum terakhir yang berhasil diidentifikasi dalam kelompok avertebrata adalah filum echinodermata. Echinodermata adalah hewan yang juga hidup di laut, mirip dengan dua filum sebelumnya. Salah satu ciri khas echinodermata adalah keberadaan duri di sekitar tubuhnya. Berdasarkan hasil pengamatan, filum ini dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Holothuroidea dan OphiuroideaNamun, dalam sumber- sumber referensi, filum ini terdiri dari lima kelas, diantaranya Crinoidea, Echinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea, dan Holothuroidea.

Kelompok vertebrata adalah subfilum dalam filum chordata yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 3 kelas dalam kelompok ini, yaitu kelas Reptilia, Chondrichthyes, dan Amphibia. Ketiga kelas tersebut tergolong ke dalam hewan berdarah dingin. Ciri khas reptilia adalah tubuhnya yang bersisik. Chondrichthyes dikenal sebagai ikan bertulang lunak. Dan amphibia identik dengan kemampuannya yang dapat hidup di dua habitat yaitu darat dan air sehingga kulit yang dimilikinya lebih licin dan terdapat selaput pada matanya.

Jenis ikan pada kelas Chondrichthyes terancam punah masuk dalam status kepunahan: Near Threatened (NT): populasi terus menurun atau statusnya hampir terancam, Data Deficient (DD): Informasi kurang yang artinya status kepunahan belum banyak dicatat, Vulnerable (VU): spesies yang sedang mengalami resiko kepunahan, Least Concern (LC): memiliki status resiko akan tetapi masih dalam kategori rendah, dan Endangered (EN): memiliki status konservasi yang penting dan genting untuk segera di konservasi (Setiati, et al. 2020).

G. KESIMPULAN

(11)

Berdasarkan struktur tubuhnya, hewan terbagi menjadi vertebrata dan avertebrata. Hewan vertebrata adalah hewan yang memiliki tulang belakang, sedangkan hewan avertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang.

Kelompok hewan vertebrata umumnya memiliki struktur tubuh yang lebih matang dan sistem-sistem tubuh yang lebih kompleks, sedangkan avertebrata masih dalam tahap perkembangan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa terdapat 19 inventaris awetan basah yang termasuk dalam beragam filum dan kelas dari kelompok hewan avertebrata dan vertebrata. Hewan avertebrata terbagi ke dalam enam filum, yakni porifera, echinodermata, annelida, coelenterata, arthropoda, dan mollusca. Setiap filum ini memiliki kelas-kelas yang berbeda sesuai dengan karakteristik spesimen masing-masing. Namun, dalam kelompok hewan vertebrata hanya teridentifikasi 3 kelas dalam kelompok ini, diantaranya kelas Reptilia, Chondrichthyes, dan Amphibia. Ketiga kelas ini termasuk dalam kategori hewan berdarah dingin. Selain itu, berdasarkan data pengamatan menunjukkan bahwa jumlah awetan basah hewan avertebrata lebih banyak disbanding jumlah awetan basah hewan vertebrata.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, SD., & Ruslan. 2019. Analisis Tingkat Kemiripan Orthoptera menggunakan Indeks Sorensen dan Dendogram di Hutan Bromo Karanganyar Jawa Tengah, Indonesia. Bioeksperimen, 5(1):39-47.

Haris, A., Nurafni, Lestari, DN., & Hasania, M. 2019. Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Sponge (Porifera: Demospongiae) di Reef Flat Pulau Barranglompo. Jurnal Torani, 3(1): 26-36.

Mardiyanti, DE., Wicaksono, KP., Baskara, M. 2013. Dinamika Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1):24- 35.

Nurhadi. 2018. Buku Ajar Taksonomi Invertebrata. Jakarta: Penerbit Deepublish.

Rahmadina. 2021. Taksonomi Hewan Invertebrata Berbasis Riset. Yogyakarta:

Deepublish Publisher.

Ratnasari, D. 2019. Identifikasi Jenis Ikan Tawar di Pasar Masuka Sintang Kalimantan Barat. Jurnal Keguruan dan ilmu Pendidikan, 3(2):82-87.

Rokhanah, S., Supriyanto, & Priyono, B. 2015. Pengaruh Penerapan Metode Master Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Invertebrata di SMA. UNNES Journal Of Biology Education, 234.

(12)

Rusyana, A. 2014. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.

Septiana, NI. Skripsi. 2017. Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung Selatan. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Setiati, N., Indriyanti, DR., & Partaya. 2020. Status Kepunahan dan Upaya Konservasi Jenis-jenis Ikan Chondrichtyes yang Teridentifikasi di TPI Tegalsari, Kota Tegal.

Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 5(1):34-41.

Setiawan, J., & Maulana, F. 2019. Keanekaragaman Jenis Arthropoda Permukaan Tanah di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal Pendidikan Hayati Prodi Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, 39.

Sukoco, T. 2019. Seri Pengayaan Pembelajaran Biologi: Dunia Hewan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.

Siagian, G. 2020. Taksonomi Hewan. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Referensi

Dokumen terkait