• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR DAN HASIL HUTAN “PENGATURAN KERAPATAN TEGAKAN: PENJARANGAN”

N/A
N/A
Amore Amodia H.C.A.P

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR DAN HASIL HUTAN “PENGATURAN KERAPATAN TEGAKAN: PENJARANGAN” "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR DAN HASIL HUTAN

“PENGATURAN KERAPATAN TEGAKAN:

PENJARANGAN”

Disusun Oleh:

Amore Amodia H.C.A.P 225040307111001 Asisten Praktikum:

Fathor Rohman Dea Cahyaning Mega

PROGRAM STUDI KEHUTANAN DEPARTEMEN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2023

(2)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktikum ... 1

BAB II ... 2

2.1 Penjarangan ... 2

2.2 Pinus ... 2

2.2.1 Pinus ... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. 2.2.2 Mahoni ... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. 2.3 Mahoni ... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan. BAB III ... 4

3.1 Waktu dan Lokasi ... 4

3.2 Alat dan Bahan ... 4

3.3 Prosedur Kerja ... 4

3.3.1 Pembuatan Petak Ukur Penjarangan/Petak Coba Penjarangan (PCP) ... 4

3.3.2 Pengambilan data ... 4

3.3.3 Pembuatan Rencana Penjarangan ... 4

3.3.4 Penentuan Derajat Kekerasan Penjarangan ... 6

3.3.5 Penunjukan Pohon yang Akan Dijarangi ... 6

BAB IV ... 10

4.1 Hasil ... 10

4.2 Pembahasan... 14

BAB V ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(3)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Bahan ... 4

Tabel 2. Data Pohon Plus Mahoni ... 10

Tabel 3. Data tegakan mahoni... 10

Tabel 4. Data tegakan Pinus ... 12

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Plot Mahoni setelah di jarang ... 12 Gambar 2. Plot Mahoni sebelum di jarang ... 12 Gambar 3. a) Plot tegakan Pinus sebelum penjarangan; b) Plot tegakan Pinus setelah penjarangan ... 13

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang luas dan kaya akan sumberdaya alamnya, termasuk hutan. Semenjak tahun 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa luas hutan yang ada di Indonesia seluas 120,5 juta ha, yang terdiri atas hutan konservasi dengan luas 21,9 juta ha, hutan lindung dengan luas 29,6 juta ha, hutan produksi terbatas 26,8 juta ha, hutan produksi biasa yang seluas 29,2 juta ha, dan hutan yang dapat dikonversi seluas 12,8 juta ha. Hutan produksi yang ada di Indonesia memiliki peran penting dalam sektor ekonomi negara, dimana peran tersebut diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan industri perkayuan sebagai bahan baku industri, serta penyerapan tenaga kerja. Dalam hutan produksi dibutuhkannya pengolahan yang baik dan benar, hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan produksi kayu tanpa melupakan usaha melestarikan hutan, serta budidaya tanaman kehutanan yang harus dipantau secara berkesinambungan (BPS-Statistik Indonesia, 2020).

Produksi kayu dapat berjalan dengan stabil dan berkelanjutan apabila pelaksanaan pengelolaan konsisten dengan prinsip-prinsip kelestarian ekonomi dan ekologi (Abdurachman, n.d). Kerapatan tegakan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat hasil produksi yang akan diperoleh dalam hutan produksi pada siklus berikutnya (Pretzch, 2020). Persaingan dapat terjadi antar tanaman, hal tersebut dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan tanaman lainnya. Persaingan ini dapat terjadi apabila tanaman tersebut memiliki kebutuhan dalam masa pertumbuhannya namun lingkungan di sekitarnya tidak dapat mendukung kebutuhan daripada tanaman tersebut.

Dengan melakukan pengelolaan hutan masalah persaingan dapat berkurang, salah satu metode pengelolaan hutan ialah tindakan silvikultur berupa penjarangan, hal tersebut dapat dilakukan dengan menentukan tegakan mana yang sudah tidak layak dan membiarkan yang masih baik tumbuh untuk mendapatkan hasil yang baik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Fahlvik et al., 2015).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum penjarangan tanaman hutan ialah mahasiswa dapat membuat rencana serta tahapan penjarangan yang baik dan benar pada suatu tegakan hutan.

(6)

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjarangan Hutan

Penjarangan hutan merupakan tindakan silvikultur yang dimana ia memiliki peran dalam pengelolaan hutan tanaman. Penjarangan hutan merupakan penebangan parsial yang bertujuan untuk memperlebar jarak tanam atau mengurangi jumlah pohon, yang dianggap dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tegakan, serta dapat menghasilkan pendapatan antara sebelum dilakukannya tebang habis (Cabon et al., 2018).

Penjarangan hutan juga dapat meningkatkan stabilitas tegakan hutan serta memfasilitasi perkembangan karakteristik pertumbuhan yang ada di hutan (Novak et al., 2017).

Adapun tujuan dari penjarangan ialah untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan biologi dari pohon dan kepentingan ekonomi agar nantinya dapat diperoleh hasil yang maksimal. Penjarangan dilakukan pada fase tiang dan pohon dengan menebang sebagian pohon yang ada pada suatu tegakan tertentu, sehingga produksi kuantitatif semata-mata diarahkan ke produksi kualitatif. Penjarangan perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah pohon dalam suatu tegakan sehingga memacu pertumbuhan riap diameter untuk mencapai ukuran pemanfaatan sesegera mungkin; meningkatkan kesehatan tegakan dengan menyisakan tegakan yang sehat, mengurangi kompetisi antar pohon; mengeluarkan pohon-pohon yang memiliki bentuk dan performa yang kurang baik, serta menyediakan pengembalian finansial antara dari hasil penjarangan.

Penjarangan juga dilakukan pada hutan tanaman untuk memperlebar jarak tanam atau mengurangi jumlah pohon agar pertumbuhan dalam suatu area lebih merata sehingga mutu kayu yang dihasilkan meningkat (Balfas, 1994).

2.2 Manfaat Penjarangan

Menurut Musdalifat et al (2022), terdapat beberapa manfaat penjarangan tanaman hutan seperti:

1) Meningkatkan nilai manfaat ekonomi tanaman hutan: Penjarangan tanaman hutan dapat meningkatkan nilai manfaat ekonomi tanaman hutan yang tersisa. Sebagai contoh, penjarangan tanaman bambu rakyat di Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja.

2) Meningkatkan produksi tanaman buah-buahan: Penanaman tanaman buah-buahan di hutan kota Ranggawulung, Subang, meningkatkan manfaat lingkungan dan sosial. Penjarangan tanaman hutan di sekitar tanaman buah-buahan dapat meningkatkan produksi tanaman buah-buahan.

3) Meningkatkan kesehatan masyarakat: Tanaman mangrove merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai bahan obat tradisional. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat tanaman mangrove sebagai tanaman obat dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Namun, perlu diingat bahwa penjarangan tanaman hutan juga dapat memiliki dampak negatif, seperti mengurangi keanekaragaman hayati dan mengurangi fungsi ekosistem hutan. Sebagai contoh, penjarangan hutan tanaman pinus dapat mengurangi keanekaragaman serangga ordo Hymenoptera di BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi(Suhada, 2018; Santoso 2018). Oleh karena itu, penjarangan tanaman hutan

(7)

3

harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem hutan.

(8)

4 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi

Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Oktober 2023, dimulai pada pukul 07.00 – Selesai. Praktikum di laksanakan di UB Forest, Dusun Tumpangrejo, Desa Ngenep, Kecamatan Karangplosos, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan

Alat:

1. Pita meter

2. Phi band

3. Hagameter

4. Kompas

5. GPS

6. Tali rafia 7. Milimeter block 8. Tally sheet 9. Alat Tulis 10. Papan jalan

Bahan:

1. Tegakan

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Petak Ukur Penjarangan/Petak Coba Penjarangan (PCP) a) Tentukan blok penjarangan pada petak yang akan dijarangi.

b) Tentukan letak Petak Coba Penjarangan (PCP) pada lokasi yang memberikan gambaran rata – rata pada blok yang akan dijarangi.

c) Buatlah petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas 0.1 ha (r = 17.8 m).

d) Tetapkan pohon pusat sebagai pusat PU yang dipilih dari 10 batang pohon peninggi dari luasan 0.1 ha.

3.3.2 Pengambilan data

a) Amati kondisi pohon.

b) Ukurlah diameter dan tinggi pohon.

c) Berikan penomoran pada pohon mulai dari pohon pusat ke arah barat searah jarum jam.

d) Catat hasil pengamatan dan pengukuran pada tally sheet.

e) Buatlah layout dari PCP tersebut.

3.3.3 Pembuatan Rencana Penjarangan

a. Penjarangan berdasarkan jumlah pohon (N)

(9)

5

a) Hitung jumlah pohon dalam PCP.

b) Konversikan jumlah tersebut ke dalam hektar.

c) Tentukan kelas umur tegakan.

d) Tentukan bonita (kualitas tempat tumbuh) menggunakan data pohon peninggi.

e) Tentukan jumlah pohon normal berdasarkan pedoman penjarangan.

f) Bandingkan jumlah pohon yang berada di lapangan dengan jumlah pohon yang berada di tabel.

g) Tentukan apakah tegakan tersebut perlu dijarangi

b. Penjarangan berdasarkan Kepadatan Bidang Dasar (KBD)

c. Penjarangan berdasarkan Jarak Ruang Relatif (S%)

(10)

6 d. Penjarangan Rendah

a) Ringan : Menghilangkan pohon – pohon yang tertekan, mati, dan intermediate rendah.

b) Menengah : Menghilangkan pohon yang sama dengan penjarangan ringan ditambah sebagian besar pohon intermediate.

c) Berat : Menghilangkan pohon yang sama sengaai penjarangan menengah ditambah sisa pohon intermediate dan ebebrapa pohon kodominan.

e. Penjarangan Bebas

a) Berdasarkan pertimbangan pengelola lahan tanpa menyesuaikan dengan metode terdahulu.

b) Kriteria dalam seleksi pohon dapat berupa : kelas tajuk, kekuatan, bentuk pohon, dan karakteristik cabang.

3.3.4 Penentuan Derajat Kekerasan Penjarangan a) Derajat kekerasan penjarangan :

Perbandingan antara jumlah pohon dalam PCP dikurangi dengan jumlah pohon yang dijarangi/mati dibagi dengan jumlah pohon normal.

b) Kekerasan penjarangan

a. Penjarangan Normal = Jumlah pohon tegakan tinggal = jumlah pohon normal

b. Penjarangan Keras/Tinggi = Jumlah pohon tegakan tinggal < jumlah pohon normal. Batas toleransi yang diperbolehkan = NN – 20%

c. Penjarangan Lemah/Ringan = Jumlah pohon tegakan tinggal >

jumlah pohon normal. Batas toleransi yang diperbolehkan = NN – 20%

3.3.5 Penunjukan Pohon yang Akan Dijarangi a) Tunjuk pohon yang akan dijarangi.

b) Tandai pohon yang dijarangi pada layout PCP yang dibuat.

c) Prioritaskan pohon – pohon dengan kriteria dibawah ini untuk ditebang:

• Terserang hama dan peyakit

• Bentuk batangnya jelek

• Pohon tertekan

• Pertumbuhannya abnormal dan memiliki tajuk yang mengganggu pohon lain

• Jaraknya terlalu rapat

(11)

10 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 2. Data Pohon Plus Mahoni

Jenis: Mahoni No. Pohon Plus: P1

Lokasi: Ngenep, Karagploso Umur: -

Penilai: Kelompok 4 Tanggal Penilaian: 21 Oktober 2023 Data calon Pohon Plus Data Pohon Pembanding

Sifat yang di nilai

Data aktual

Skor No.

Pohon

T (m) D (cm) V (m3)

Tinggi 9 m 1 1 7 97 cm 206,8

Volume 83,6 0 2 7,5 111 cm 290,1

Tajuk 2 3 8,3 95 cm 235,2

Kelurusan 3 4 12 101 cm 384,3

Kemampuan pruning alami

3

Diameter cabang

0 Sudut

percabangan

20° 2

Diameter Pohon

54,4 Total

Skor

Total Skor 11 Rerata

Tabel 3. Data tegakan mahoni

Plot Koordinat DBH T TBC Kondisi

1

7°50' 20.208"; 112°

36' 17.538 58 27 6,4 Sehat

7°50' 7.066"; 112°

36' 12.797 29,5 23,3 5,6 Sehat

7°50' 7.197"; 112°

36' 12.438" 41 20,1 4,9 Mati

7°50' 6.903"; 112°

36' 12.769" 47 29,7 6,2 Sehat

7°50' 7.327"; 112°

36' 12.602" 48,9 27,3 5,9 Sehat

7°50' 9.118"; 112°

36' 12.511" 9 19 4,7 Sehat

7°50' 7.585"; 112°

36' 13.125" 23,4 10 3,8 Sehat

(12)

11 7°50' 7.291"; 112°

36' 13.385" 45,3 19 4,2 Sehat

7°50' 7.096"; 112°

36' 13.385" 42,4 21 4,9 Sehat

7°50' 7.128"; 112°

36' 13.679 26,2 12 4,6 Sehat

7°50' 7.518"; 112°

36' 13.647" 51 28 5,4 Sehat

2

7°50' 7.553"; 112°

36' 13.158" 28,1 18 6,5 Sehat

7°50' 7.748"; 112°

36' 13.289" 34,2 13 1,15 Sehat

7°50' 7.584"; 112°

36' 13.550" 44,1 20,8 4,5 Sehat

7°50' 8.007"; 112°

36' 13.649" 56,1 21,8 7,4 Sehat

7°50' 8.105"; 112°

36' 13.487" 49,3 25,5 4,3 Sehat

7°50' 8.202"; 112°

36' 13.585" 41,3 19,5 3,1 Sehat

7°50' 7.941"; 112°

36' 13.682" 46,4 22 4,6 Sehat

7°50' 8.332"; 112°

36' 13.716" 50,05 21,3 5 Sehat

3

7°50' 8.529"; 112°

36' 13.325" 31 12,8 4,7 Sehat

7°50' 8.399"; 112°

36' 13.226" 67,2 24,1 6,3 Sehat

7°50' 8.235"; 112°

36' 13.422" 56,1 23,1 6,8 Sehat

7°50' 8.074"; 112°

36' 13.160" 46 20 4,6 Sehat

7°50' 8.074"; 112°

36' 13.095" 23,9 12,3 4,5 Sehat

7°50' 7.912"; 112°

36' 12.963" 32,6 12,2 3,7 Sehat

7°50' 8.010"; 112°

36' 12.703" 34,7 10,4 3 Sehat

7°50' 8.367"; 112°

36' 12.933" 64 28,5 5,6 Sehat

4

7°50' 7.717"; 112°

36' 12.702" 39,5 22,1 3,6 Sehat

7°50' 7.815"; 112°

36' 12.767" 36,9 22,3 4,1 Sehat

7°50' 8.011"; 112° 57,5 33,4 5,2 Mati

(13)

12 36' 12.474"

7°50' 7.881"; 112°

36' 12.441" 12 13,6 12,4 Sehat

7°50' 7.490"; 112°

36' 12.570" 32,01 22,9 2,9 Sehat 7°50' 7.750"; 112°

36' 12.571" 37,5 23 3,9 Sehat

5°11' 13.094"; 160°

0' 39.794" 44,3 13,6 2,8 Sehat

7°50' 7.979"; 112°

36' 12.409" 46,5 24,1 4,9 Sehat

7°50' 7.687"; 112°

36' 12.212" 48,5 24,1 3,3 Sehat

7°50' 7.458"; 112°

36' 12.26" 34,7 23,3 5,1 Sehat

7°50' 7.717"; 112°

36' 12.702" 61 23,5 0,95 Sehat

Tabel 4. Data tegakan Pinus

Plot Koordinat DBH T TBC Kondisi

1

7°50'21.7" S,

112°36'18.3" E 50 24,1 12,3 Sehat

7°50'21.9" S,

112°36'18.1" E 41 23,7 10,4 Merana 7°50'21.8" S,

112°36'18.2" E 31 22,2 9,9 Sehat

7°50'21.6" S,

112°36'18.1" E 37,1 19 12,6 Merana 7°50'21.6" S,

112°36'18.1" E 42,7 22,2 8,4 Sehat 7°50'21.6" S,

112°36'18.2" E 28,4 20,8 12,1 Sehat 7°50'21.6" S,

112°36'18.4" E 28,5 17,7 6,9 Sehat

Gambar 2. Plot Mahoni setelah di jarang Gambar 1. Plot Mahoni sebelum di jarang

(14)

13 7°50'21.7" S,

112°36'18.4" E 28,6 18,9 10 Merana 7°50'21.3" S,

112°36'18.4" E 28,7 25,2 14,2 Sehat 7°50'21.4" S,

112°36'18.4" E 28,8 20,9 8,9 Sehat 7°50'21.3" S,

112°36'18.4" E 28,9 14,8 8 Sehat

7°50'21.2" S,

112°36'18.3" E 28,10 17,4 9,5 Merana

2

7°50'21.6" S,

112°36'18.3" E 29 19,6 11,3 Sehat

7°50'22.0" S,

112°36'18.5" E 33 27 17,3 Sehat

7°50'21.7" S,

112°36'18.7" E 23,7 23,8 9,4 Merana 7°50'21.8" S,

112°36'18.6" E 35,8 21,8 9,5 Merana

3

7°50'22.0" S,

112°36'18.3" E 35 18,6 7,3 Merana

7°50'22.1" S,

112°36'18.3" E 41 22,9 7,6 Sehat

7°50'22.1" S,

112°36'18.3" E 36,7 20,2 12,1 Sehat 7°50'22.2" S,

112°36'18.5" E 30,5 21,6 13,3 Sehat 7°50'22.2" S,

112°36'18.3" E 53,9 23,2 7,3 Sehat

4

7°50'21.9" S,

112°36'17.9" E 32,2 17 12,3 Sehat

7°50'22.0" S,

112°36'17.8" E 35,4 18,6 9,3 Sehat 7°50'21.9" S,

112°36'17.8" E 32,5 22,7 12,6 Merana 7°50'21.9" S,

112°36'18.1" E 26 15,9 1,3 Sehat

7°50'22.1" S,

112°36'18.2" E 43,7 24,2 10,2 Sehat

Gambar 3. a) Plot tegakan Pinus sebelum penjarangan; b) Plot tegakan Pinus setelah penjarangan

(15)

14 4.2 Pembahasan

Pada praktikum yang telah dilakukan, ditemukan pada plot lingkaran mahoni terdapat total pohon sebanyak 38, dimana pada kuadran satu terdapat 11 pohon dengan satu pohon dengan kondisi standing dead, pada kuadran dua ditemukan 8 pohon dengan semua kondisi sehat, hal tersebut sama dengan kondisi yang ada pada plot tiga, dan pada plot empat yang ditemukan satu pohon dengan kondisi standing dead. Pada plot pertama ditemukan bahwa jarak satu pohon dengan yang lainnya tergolong dekat, walaupun ada satu pohon yang berada pada kondisi standing dead yang perlu dilakukannya penebangan supaya tidak membahayakan, hal tersebut sama dengan kuadran empat yang dimana pohon satu dengan pohon yang lainnya memiliki jarak yang cukup dekat. Total pohon yang diberi penjarangan pada plot mahoni ini ialah 2 pohon, hal ini dilakukan agar pohon-pohon lain dapat bertumbuh dengan baik dan optimal.

Berbeda dengan plot lingkaran pinus dengan total tegakan sebanyak 26 pohon. Pada plot ini ditemukan lebih banyak tegakan yang memiliki jarak yang cukup dekat, hal tersebut dapat mengakibatkan adanya persaingan antar tegakan. Maka pada plot ini terdapat 6 pohon yang dilakukan penjarangan, dengan tujuan 20 pohon yang lain dapat tumbuh dengan baik dan optimal.

(16)

15 BAB V KESIMPULAN

Kondisi hutan Indonesia yang luas dan kaya akan sumber daya alamnya, khususnya dalam konteks hutan produksi. Hutan produksi, mencakup berbagai jenis hutan seperti hutan konservasi, hutan lindung, dan lainnya, memegang peran sentral dalam mendukung ekonomi negara, terutama dalam industri perkayuan dan penyerapan tenaga kerja.

Pentingnya pengelolaan hutan dengan prinsip kelestarian ekonomi dan ekologi menjadi fokus, dengan penekanan pada peran kerapatan tegakan sebagai indikator utama dalam menentukan hasil produksi pada siklus berikutnya. Persaingan antar tanaman dalam hutan produksi diakui sebagai faktor yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, tindakan silvikultur seperti penjarangan menjadi kunci untuk mengurangi persaingan, menjaga kesehatan tegakan, dan menghasilkan kayu dengan nilai ekonomi yang optimal. Konsep penjarangan hutan sebagai tindakan silvikultur yang bertujuan memperlebar jarak tanam atau mengurangi jumlah pohon, dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tegakan. Adanya pembahasan mengenai manfaat dan dampak penjarangan, seperti peningkatan nilai ekonomi tanaman hutan dan peningkatan produksi tanaman buah-buahan, memberikan pemahaman lebih mendalam tentang konsekuensi positif yang dapat diperoleh melalui praktik ini. Hasil praktikum yang disajikan melibatkan data pohon mahoni dan pinus, dengan penjelasan mengenai pemilihan pohon yang dijarang berdasarkan kondisi tertentu.

(17)

16

DAFTAR PUSTAKA

1709-4751-1-SM. (n.d.).

3661-12017-1-SM. (n.d.).

Djafar, M., Nurul Mukhlisa, A., & Kehutanan Fakultas Pertanian Peternakan dan Kehutanan, J. (n.d.). INVENTARISASI NILAI KERAPATAN DAN MANFAAT EKONOMI TANAMAN AREN (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) DI

KECAMATAN TOMPOBULU (Studi kasus : Desa Bonto Somba, Bonto Manurung dan Bonto Manai).

https://ejournals.umma.ac.id/index.php/eboni/index

Fakultas, D. S., Universitas, K., Mangkurat, L., Km, J. A. Y., Pos, K., & Selatan, K. (2014). Sustainabilitas hutan tanaman industri sengon ….Darni Subari SUSTAINABILITAS HUTAN TANAMAN INDUSTRI SENGON (Albizia falcataria) Sustainability of Forest Plant Industry of Sengon (Albizia falcataria).

Islam Riau Pekan Baru, U. (n.d.). INTERGOVERNMENTAL RELATIONS DALAM PEMBERIAN KONSESI HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI RIAU Zainal Mahasiswa S3 Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD, Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP.

Santoso, A. P. (2018). Dampak Penjarangan Hutan Tanaman Pinus (Pinus

merkusii) terhadap Kelimpahan Diptera di BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi. https://api.semanticscholar.org/CorpusID:146094270

Statistik Perusahaan Pembudidaya Tanaman Kehutanan. (2020).

Suhada, A. (2018). Dampak Penjarangan Hutan Tanaman Pinus terhadap Keanekaragaman Serangga Ordo Hymenoptera di BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi.

https://api.semanticscholar.org/CorpusID:91618759

Referensi

Dokumen terkait

Bendikson KA, Neri OV , Takeuchi T, Tosch M, Schlegel PN, Rosenwacks Z, Palermo GD 2008, The outcome of intracytoplasmic sperm injection using occasional spermatozoa in the ejaculate

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNTYERSITAS BRAWIJAYA I'AIULTAS ILMU ADMINISTRASI Jl.. Kemah swaan dan Alumni ST