LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
UJI CEMARAN MIKROBA DAN UJI STERILITAS
Kelompok 1B
Moch Leo Mahda 170106028
Radita Razak Annafi 170106035 Riska Permatasari 170106039 Sarah Zulfa Saila 170106042 Widya Dwi Apriyani 170106048
29 Januari 2019
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2018
I. LATAR BELAKANG
Mutu mikrobiologi adalah salah satu kriteria mutu dan keamanan bahan atau produk pangan. Oleh karena itu pengujian karakteristik mikrobiologi seringkali dilakukan untuk memenuhi berbagai kriteria mikrobiologi yang diberlakukan untuk suatu bahan atau produk pangan. Berbagai metode pengujian mikrobiologi, baik yang konvensional maupun yang baru atau cepat juga telah banyak dikembangkan dan beberapa telah diaplikasikan. Identifikasi dan isolasi cemaran bakteri patogen dilakukan dalam rangka pengawasan mutu secara mikrobiologis.
Untuk beberapa jenis mikroba dapat pula dilakukan perhitungan jumlah koloni atau disebut enumerasi. Jumlah sampel yang diuji harus representatif, mewakili lot yang tersedia (Kusuma dkk., 2017).
Evaluasi terhadap produk hasil pencampuran sediaan parenteral bertujuan untuk menjamin mutu dan keamanan produk pada pasien. Terdapat dua istilah yang berkaitan dengan evaluasi produk, yatu QC (quality control) dan QA (quality assurance). QC mengarah pada evaluasi bahan baku, komponen kemasan, dan produk akhir. Sedangkan QA tidak hanya menyangkut QC, tetapi juga meliputi penulisan SOP, training petugas, dokumentasi, fasilitas, dan lain-lain. Evaluasi produk akhir ialah pemeriksaan akhir yang dilakukan oleh farmasis sebelum rouk menginggalkan unit farmasi. Evalasi produk akhir meliputi keutuhan kemasan, adanya inkompatibilitas larutan (kekeruhan, perubahan warna), adanya partikel, dan volume akhir larutan. Beberapa instansi juga mensyaratkan uji sterilitas terhadap produk akhirnya. Selain itu, farmasis juga meneliti ketepatan komponen an jumlah pada sediaan parenteral yang disiapkannya (Oetari, 2018).
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan
telah efektifnya proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut (Lachman et.al., 1986)
II. TUJUAN
II.1Melakukan penetapan jumlah uji cemaran mikroba yang terdapat dalam sediaan farmasi (cairan infus Amonium Klorida), dan air keran.
II.2Menentukan apakah sediaan farmasi yang harus dalam keadaan steril, memenuhi syarat sterilisasi sebagai bagian persyaratan resmi dari pengawasan mutu
III. TEORI DASAR
Pertumbuhan bakteri dengan berbagai cara yang salah satunya yaitu uji angka lempeng total. Pengukuran dengan platting technique (uji angka lempeng total) merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan didasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah, dan memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (Colony Forming Unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300 (Pratiwi, 2008).
Uji angka lempeng total (ALT) merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya bakteri yang terdapat dalam sediaan yang diperiksa. Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300. Titik angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan
dikalikan dengan faktor pengenceran. Jumlah angka lempeng total memenuhi aturan Departemen Kesehatan RI jika kurang dari 106 (Jawetz dkk., 1995).
Pengenceran adalah suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999). Karena jumlah sel bakteri biasanya sangat tinggi dalam sampel asli. Metode ini memiliki beberapa kelemahan, namun. Cedera bakteri mungkin tidak selalu membentuk koloni. Juga, karena tidak ada solusi tunggal yang pengencer mendukung pertumbuhan semua jenis bakteri, beberapa bakteri dapat dibiarkan keluar dari setiap prosedur penghitungan yang diberikan (Eema, 2011).
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner, 2006).
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi dengan pengemasan hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun udara (Purnawijayanti, 2001).
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi memberikan jaminan
telah efektifnya proses sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut. (Lachman : 136)
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut
No. Alat Bahan
1 Bunsen Alumunium foil
2 Cawan petri steril Label
3 Gelas ukur steril Media FTM
4 Mikro pipet Media LB
5 Pipet tetes Media PDA
6 Rak tabung reaksi Media TSB
7 Tabung reaksi steril Plastik wrap
8 Sampel uji 1 (cairan infus Amonium Klorida)
9 Sampel uji 2 (air keran)
10 Suspensi Bacillus subtilis
11 Suspensi Candida albicans
V. PROSEDUR KERJA
V.1Uji Cemaran Mikroba
Pertama media dimasukkan kedalam tangas air lalu dibiarkan dalam water bath dengan suhu 40-50ºC selama ± 30 menit.
Pengenceran decimal dibuat dari sampel menggunakan NaCl 0,9% b/v steril hingga pengenceran 10%. Setelah itu cawan petri ditandai dengan nama media dan tingkat pengenceran, lalu masing-masing pengenceran diambil sebanyak 1mL dan dimasukkan kedalam cawan petri yang sesuai. Kemudian dituangkan agar cair dengan suhu 50ºC dan dihomogenkan dengan cara menggoyangkan searah jarum jam sebanyak 5x dan berlawanan sebanyak 5x dilakukan sebanyak duplo lalu dilakukan kontrol untuk semua media. Agar dibiarkan padat, lalu diinkubasi sesuai media. Jumlah koloni bakteri, kapang, khamir yang
tumbuh pada lempeng agar dihitung dan dinyatakan dalam satuan cfu/mL.
V.2Uji Sterilitas
V.2.1 Uji Sterilitas Media
Masukkan masing-masing 10 mL media FTM dan TSB kedalam tabung reaksi yang berbeda. Lalu inkubasi pada suhu 35-37ºC untuk media FTM dan 20-25ºC untuk media TSB, kemudian amati selama 3 hari.
V.2.2 Uji Fertilitas
Inokulasikan 1 mL suspensi mikroba uji kedalam 9 mL media dalam tabung reaksi. Setelah itu bakteri Bacillus subtilis diinokulasi pada media FTM dan diinkubasi pada suhu 35- 37ºC, bakteri Candida albicans diinokulasi pada media TSB dan diinkubasi pada suhu 20-25ºC. Kemudian amati selama 3 hari.
V.2.3 uji Bakteriostatik dan Fungistatik
Inokulasikan 1 mL suspensi mikroba uji dan 1 mL sediaan kedalam 9 mL media dalam tabung reaksi. Setelah itu bakteri Bacillus subtilis diinokulasi pada media FTM dan diinkubasi pada suhu 35-37ºC, bakteri Candida albicans diinokulasi pada media TSB dan diinkubasi pada suhu 20-25ºC. Kemudian amati selama 3 hari.
V.2.4 Uji Sterilitas Cara Inokulasi Langsung
Inokulasikan 1 mL sediaan uji kedalam 9 mL media pada tabung reaksi. Lalu media FTM dan TSB masing-masing diinokulasikan dengan 1 mL sediaan uji. Kemudian inkubasi pada suhu 35-37ºC untuk media FTM dan 20-25ºC untuk media TSB, kemudian amati selama 3 hari.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI.1 Hasil Pengamatan
VI.1.1 Hasil pengamatan uji cemaran mikroba Tabel 1. Hasil pengamatan pada media LB
Media LB Jumlah Koloni Pada Hari Ke-
0 1 2 3
Pengenceran 1
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media terdapat 2 inokula, dan terkontaminasi
Dalam media terdapat 19 inokula dan terkontaminasi
Pengenceran 2
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media terdapat 5 inokula dan terkontaminasi
Dalam media terdapat 7 inokula dan terkontaminasi
Pengenceran 3
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media terdapat 3 inokula dan terkontaminasi
Dalam media terdapat 3 inokula dan terkontaminasi
Pengenceran 4
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media terdapat 2 inokula dan terkontaminasi
Dalam media terdapat 2 inokula dan terkontaminasi
Pengenceran 5
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media terdapat 5 inokula dan terkontaminasi
Dalam media terdapat 8 inokula dan terkontaminas
Tabel 2. Hasil pengamatan pada media PDA Media PDA Jumlah Koloni Pada Hari Ke-
0 1 2 3
Pengenceran 1
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media
terdapat 15
inokula dan
terkontaminasi
Dalam media
terdapat 35
inokula dan
terkontaminasi
Pengenceran 2
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media
terdapat 3
inokula dan
terkontaminasi
Dalam media
terdapat 5
inokula dan
terkontaminasi Pengenceran
3
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media
terdapat 1
inokula dan
Dalam media
terdapat 2
inokula dan
terkontaminasi terkontaminasi
Pengenceran 4
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam
mediatidak ada inokula belum terkontaminasi
Dalam media
terdapat 2
inokula dan
terkontaminasi
Pengenceran 5
Media padat, tidak ada koloni
-
Dalam media
terdapat 2
inokula dan
terkontaminasi
Dalam media
terdapat 3
inokula dan
terkontaminasi
VI.1.2 Hasil Pengamatan Uji Sterilitas Nama
Pegujian
Pengamatan Hari Ke-
0 1 2 3
Uji Sterilitas Media (FTM)
Cairan jernih berwarna merah
muda, tidak
terkontaminasi
- Larutan bening
bagian atas
berwana merah muda dan bagian bawah berwarna kuning. Larutan terkontaminasi
Larutan
bening bagian atas berwana merah muda dan bagian bawah
berwarna kuning.
Larutan
terkontaminasi
Uji Fertilitas
Cairan jernih berwarna merah
muda, tidak
terkontaminasi -
Larutan agak keruh dan diatas permukaan larutan terdapat kontaminasi
Larutan keruh dan dibagian atas larutan terdapat kontaminasi Uji
Bakteriostatik
-
Cairan jernih berwarna merah
muda, tidak
terkontaminasi
Larutan keruh dan dibagian atas terdapat
kontaminasi
Larutan putih keruh dan dibagian atas terdapat kontaminasi
Uji sterilitas Cara
inokulasi
langsung Cairan jernih berwarna merah
muda, tidak
terkontaminasi
- Larutan kuning jernih tetapi dibagian atas sedikit berbusa terdapat
kontaminasi
Larutan putih jernih tetapi dibagian atas sedikit
berbusa terdapat kontaminasi
Nama Pegujian
Pengamatan Hari Ke-
0 1 2 3
Uji Sterilitas Media (TSB)
Cairan bening, berwarna kuning
dan tidak
terkontaminasi.
-
Latutan kuning
bening dan
belum
terkontaminasi
Larutan kuning
bening dan
dibagian atas ada kontaminasi
Uji Fertilitas
Cairan bening, berwarna kuning
dan tidak
terkontaminasi.
-
Larutan kuning bening dibagian atas terdapat kontaminasi
Larutan kuning bening dibagian atas terdapat kontaminasi
Uji
Bakteriostati
k Cairan bening,
berwarna kuning
dan tidak
terkontaminasi.
-
Larutan bening, dan dibagian
bawah ada
endapan karena terkontaminasi
Larutan kuning
bening, dan
dibagian bawah ada endapan karena
terkontaminasi Uji sterilitas
cara inokulasi langsung
Cairan bening, berwarna kuning
dan tidak
terkontaminasi.
-
Larutan keruh dan
terkontaminasi
Larutan keruh dan
terkontaminasi
VI.2 Pembahasan
Mikroorganisme dapat kita jumpai pada seluruh lingkungan baik lingkungan normal maupun ekstrim. Setiap mikroorganisme membutuhkan kondisi lingkungan tertentu terkait dengan karakter morfologi dan biokimia (metabolisme) yang dimilikinya. Oleh karena itu, lingkungan hidup suatu mikroorganisme akan berbeda–beda dan ada kalanya hanya spesifik untuk mikroorganisme tertentu. Dalam suatu lingkungan, tidak dapat dihindari bahwa mikroorganisme akan selalu berinteraksi dengan organisme lain, baik dengan kelompoknya sendiri maupun dari kelompok lain. Kondisi lingkungan yang kompleks telah membentuk suatu pola interaksi dengan organisme lain.
Mikroorganisme memiki berbagai peran penting dalam suatu ekosistem. Peran ini dapat diemban dalam kapasitasnya sebagai organisme tunggal (sel atau koloni) maupun dalam kaitannya sebagai organisme yang memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan organisme lain. Untuk menumbuhkan mikroorganisme, pertama harus memahami kebutuhan dasarnya. Kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel (Hadioetomo, 1993).
Menurut Cowhx pada tahun 1969. Tersedia banyak metode untuk menganalisa jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah plate count (spread plate, pour plate, spiral plate), membrane filtration, MPN, menghitung langsung dengan Petroff Hausser ataupun cara lainnya (misalnya aktivitas metabolik, turbidimetri, berat kering dan lain-lain). Sedangkan menurut Eema tahun 2011. Karena ukuran bakteri sangat kecil, menghitung jumlah bakteri dalam sampel sangat sulit. Meskipun menghitung jumlah langsung dengan mikroskop, akan memerlukan banyak waktu dan keahlian. Sebuah metode yang lebih mudah adalah untuk menyebarkan bakteri di wilayah yang luas (plate agar yaitu nutrisi) dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Jika bakteri ini menyebar cukup, setiap sel bakteri dalam sampel asli harus menghasilkan koloni
tunggal. Biasanya, sampel bakteri harus diencerkan jauh untuk mendapatkan jumlah yang wajar. Ketika seseorang bermaksud untuk menentukan jumlah sel dalam kultur bakteri salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan pengenceran serial.
Pada percobaan praktikum kali ini adalah uji cemaran mikroba yang pertama dilakukan adalah media dicairkan terlebih dahulu didalam water bath dengan suhu 40 – 50 0 C hingga media cair. Media yang digunakan pada percobaan ini adalah LB (Luria bertani) dan PDA (Potato Dextro agar). setelah media cair dinginkan media hingga skira kira suhu media 50 0 C dinginkan dalam suhu ruangan kemudian dibuat pengenceran decimal. Pengenceran adalah suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999). Karena jumlah sel bakteri biasanya sangat tinggi dalam sampel asli.
Metode ini memiliki beberapa kelemahan. (Eema, 2011).
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah NaCl 0,9 % b/v steril.
Larutan NaCl 0,9 % b/v harus dalam keadaan steril karena larutan NaCl 0,9 % b/v sebagai pelarut dari sample uji yang tidak boleh mengandung mikroorganisme lain yang bias mengkontaminasi sample yang diujikan. Dengan cara mengambil 1 mL sampel air kran lalu dimasukan kedalam tabung reaksi dan selanjutnya ditambahakan dengan 9 mL NaCl 0,9 % b/v steril. Pada percobaan ini pengenceran dilakukan sampai didapatkan pengenceran 10% pengenceran bertujuan untuk mendapatkan koloni yang lebih sedikit sehingga memudahkan dalam proses perhitungan . Setelah melakukan pengenceran cawan petri ditandai dengan nama media dan tingkat pengenceran supaya bisa mempermudah dalam proses pengamatan. Masing – masing pengenceran yang terdapat dalam lima tabung reaksi di pipet menggunakan pipet mikropipet sebanyak 1 mL dan dimasukan kedalam cawan petri yang telah ditandai dengan nama dari masing masing tingkat pengenceran. Setelah cawan petri memuat sample yang diujikan kemudian masukan media, pada percobaan kali ini media yang di gunakan adalah LB (Luria bertani) dan PDA (Potato Dextro agar). media LB digunakan untuk penetapan
kadar jumlah bakteri aerob yang di inkubasi pada suhu 370C sedangkan media PDA untuk penetapan jumlah kapang dan kamir yang diinkubasi pada suhu 20 – 250C. pada percobaan ini teknik yang digunakan adalah teknik tuang dimana sampel uji dan media hanya dituangkan kedalam cawan petri. Sebenarnya ada dua teknik dalam pembuatan media ini pada metode tuang dari pengenceran dimasukkan 1 ml ke dalam cawan petri dan selanjutnya dituang 15-20 ml medium, jika menggunakan metode sebar, maka medium pertumbuhan dituang ke dalam cawan dan setelah medium memadat lalu sampel yang telah diencerkan sebanyak 0,1 ml dituang dan diratakan dengan batang gelas/drigalsky pastulat.
Setelah media dan sample uji telah dimasukan kedalam cawan homogenkan dengan cara menggerakan cawan searah jarum jam sebanyak 5x dan berlawanan arah sebanyak 5x cara ini dilakukan supaya media dan sample uji dapat dihomogenkan atau tersebarkan dengan sempurna. Setelah itu biarkan padat, dan bungkus cawan (sampel dan media) dan membaliknya. Hal ini bertujuan agar sampel yang akan diamati tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain. lakukan inkubasi pada sample yang menggunakan media LB pada suhu 370C selama 18 jam.
Inkubasi dilakukan pada suhu 370C karena pada suhu tersebut mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik selain itu waktu 2 kali 24 jam merupakan waktu yang cukup untuk mikroorganisme tumbuh karena jika waktunya lebih, maka akan sulit untuk mengitungnya sebab mikroorganisme perkembangbiakannya cepat. amati cemaran mikroba yang muncul yang ditandai dengan adanya koloni dan hitung koloni yang ditimbulkan pada setiap media. Salah satu metode hitungan total mikroba adalah dengan menggunakan metode hitungan cawan atau SPC (Standard Plate Count).
Dalam metode hitungan cawan yang diamati adalah mikroorganisme yang tumbuh pada medium dan membentuk koloni yang dapat diamati langsung.
Menurut Beishir, 1991. Pemahaman tentang satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya bakteri sangat penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni Forming Unit’s yang artinya unit-unit/satuan pembentuk koloni. Yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal. Pada dasarnya sel tersebar homogen pada sampel, tetapi ada jenis bakteri yang memang
pembelahan selnya dapat terpisah baik sehingga tersebar merata tiap sel dan ada pula bakteri yang setelah membelah sel anakan masih menempel pada induknya, seperti halnya yang terjadi pada streptococcus, diplococcus, sarcina dan lain-lain, sehingga penyebarannya berkelompok-kelompok. Pada jenis yang seperti ini jika tersebar merata dalam kelompok-kelompok sel maka pertumbuhan menjadi koloni tunggal bukan berasal dari satu sel saja melainkan dari beberapa sel.
Hasil pengamatan menunjukan pada sampel media air kran yang di tumbuhkan dalam media LB pada hari ke nol semua media belum memuat koloni, dan pada hari ke 2 pengamatan pada media LB mulai terdapt koloni yang Nampak. Pada cawan LB 1-5 secara berturut turut jumlah koloni yaitu 2 koloni, 5 koloni, 3 koloni, 2 koloni dan 5 koloni atau dihitung secara SFC 0,2 x 10-4 , 0,5 x 10-4, 0,3 x 10-4 , 0,2 x 10-4, dan 0,5 x 10-4 Cfu/mL. sedangkan pada pengamatan hari ketiga secara berturut turut koloni itu permbangannya berkembang menjadi 19 koloni, 7 koloni, 3 koloni, 2 koloni dan 8 koloni atau dihitung secara SPC adalah 1,9 x 10-4, 0,7 x 10-4, 0,3 x 10-4, 0,2 x 10-4 dan 0,3 x 10-4. Dengan hasil ini menunjukan bahwa sampel air kran yang digunakan tercemar oleh bakteri yang mengkontaminasi media LB tersebut.
Sedangkan pada media PDA pada hari ke 0 belum ada kontaminasi dari mikroorganisme kapang, sedangkan pada pengamatan hari kedua kontaminasi mulai ada pada media agar tesebut secara berturut – turut dari cawan 1 - 5 koloni yang terdapat adalah 15 koloni, 3 koloni, 1 koloni, tidak ada koloni dan 2 koloni atau di hitung secara SPC adalah 1,5 x 10-4, 0,3 x 10-4, 0,1 x 10-4 dan 0,2 x 10-4. Dengan hasil pengamatan ini menunjukan bahwa sample yang ditumbuhkan dalam media PDA pun terkontaminasi oleh kapang atau jamur yang ditunjukan dengan adanya koloni yang mengkontaminasi media PDA ini.
Dapat diketahui semakin bahwa dengan adanya pengenceran ini dapat mengetahui atau menghitung koloni dengan mudah karena semakin banyak perngenceran yang dilakukan maka semakin sedikit koloni yang terdapat dalam media yang digunakan. Seperti dalam percobaan ini pada pengenceran cawan no.
1 jumlah koloni yang dihasilkan sangat banyak tetapi jauh berbeda dengan pengenceran cawan no. 5 jumlah koloni semakin berkurang dan sedikit.
Menurut Permenkes RI No 32 tahun 2017. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia.
Beberapa parameter Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA berbeda berdasarkan jenis SPA (indoor atau outdoor), menggunakan air alam atau air yang diolah, dan bahan disinfektan yang digunakan dalam penyehatan air SPA. Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA terdiri dari parameter bau, kekeruhan, suhu, dan kejernihan.
Paramater biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA meliputi Escherichia coli, Heterotropic Plate Count (HPC), Pseudomonas aeruginosa, dan Legionella spp. Angka maksimum Pseudomonas aeruginosa untuk air SPA alam lebih besar daripada angka maksimum untuk air SPA yang diolah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa air kran yang digunakan dalam sample memang terkontaminasi oleh bakteri maupun kapang akan tetapi jumlah dari koloni yang telah diamati masih dalan standar yang telah ditentukan oleh departemen kesehatan.
Pada percobaan kedua adalah sterilisasi, ada 4 uji yang dilakukan dalam uji sterilitas, uji fertilitas, uji bakteriostatik dan fungistatik dan uji sterilitas cara inokulasi langsung. Menurut Lachman, 2008. Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan. Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasidapat diulang secara efektif. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mawakili
keseluruhan lot bahan tersebut. Pada pengujian sterilisasi ini digunakan media Fluid Thioglycolat (FTM) dan media Triptic Soybean Broth (TSB) media disterilisasi dengan cara diambil sebanyak 10 mL larutan yang dimasukan kedalam tabung reaksi dan kemudian diinkubasi selam 18 jam setelah itu diamati apakah media itu terkontaminasi oleh bakteri atau jamur jika larutan tetap jernih maka media dinyatakan steril dari mikroorganisme. Akan tetapi pada percobaan ini media FTM dan TSB yang diamati selama 3 hari terkontaminasi oleh mikroba yang ditandai dengan adanya pertumbuhan mikroba pada cairan dan cairan menjadi keruh dan dapat dinyatakan bahwa kedua media tersebut tidak steril.
Pada uji kedua adalah uji fertilitas, uji dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah media dari FTM dan TSB memenuhi syarat dapat menumbuhkan mikroba uji atau tidak. Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasikan 1 mL mikroba kedalam media uji. Bakteri Bacillu subtilis diinokulasikan pada media FTM karena media FTM sebagai media penumbuh bakteri dan diinkubasi pada suhu 37 0 C sedangkan Candida albicans diinkulasikan kedalam media TSB karena media TSB sebagai media penumbuh fungi atau kapang diinkubasi pada suhu 20 – 25 0C kemudian diamati. Pada percobaan ini hasil yang telah diamati media menjadi keruh baik FTM ataupun TSB dengan ini dapat menunjukan bahwa ada pertumbuhan mikroba didalam media tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa media ini telah memenuhi syarat untuk bias menumbuhkan suatu bakteri atau fungi.
Selanjutnya adalah uji bakteriostatik dan fungistatik uji dini dilakukan untuk mengetahui apakah ada aktivitas bakteriostatik atau fungistatik dari sampel yang digunakan sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah cairan infus yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi dari Bacillu subtilis dan Candida albicans. Jika media tetap jernih maka infus itu bekerja dengan baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi tetapi sebalikny jika terjadi kekeruhan pada larutan maka aktivas dari infus tersebut tidak bekerja dengan baik sehingga masih terjadi kontaminasi dari banteri dan fungi tersebut.
Pada percobaan ini hasil dari pengujian bakteriostatik dan fungistatik ini pada larutan berubah menjadi putih keruh yang menunjukan bahwa ada pertumbuhan bakteri dan fungi dalam media FTM dan TB ini sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa sampel dari sediian infus ini belum bias menghambat aktifitas perumbuhan dari bakteri dan fungi ini.
Dan terakhir adalah pengujian sterilisasi inokulas langsung, uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetaui aktifitas langsung hambatan dari sampel uji terhadap media dengan cara menginokulasikan 1 mL sediaan uji dengan 9 mL media FTM dan TSB yang kemudian diinkubasikan dan diamati.
Setelah diamati media FTM dan TSB menunjukan kekeruhan pada larutan yang menunjukan adanya pertumbuhan bakteri dan fungi sehingga sampel uji dapat dikatakan masih belum bias menghambat pertumbuhan dari bakteri dan fungi karena dalam larutan tersebut masih ada kontaminasi mikroorganisme lain.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatandapat disimpulkan bahwa :
VII.1 Sampel uji yang berupa air kran yang diteliti cemaran mikrobanya dapat ditarik kesimpulan bahwa air tersebut mengandung cemaran mikroba baik bakteri maupun kapang.
VII.2 Dalam uji sterilitas sample uji berupa cairan infus belum bias menghambat pertumbuhan bakteri dari Basilus subtilis dan jamur dari Candida albicanskarena masih ada pertumbuhan mikroorganisme yang masih mengkontaminasi cairan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarup
Aksara. Bandung
Beishir, Lois, 1991, Microbiology in Practice: A Self Instructional Laboratory Course, Harper Collins Publisher Inc., New York.
Eema. 2011. Pemeriksaan angka kuman serial dilution.
Gruendemann, B.J. dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. Volume 2. Jakarta, EGC
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S. & Ornston.
1995, Mikrobiologi Kedokteran, edisi keduapuluh, diterjemahkan oleh Nugroho &R.F. Maulany, EGC, Jakarta.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL.TeoridanPraktekFarmasiIndustri.
EdisiKetiga. Vol III. DiterjemahkanolehSitiSuyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.
Kusuma, T.S., dkk. 2017. Pengawasan Mutu Makanan. UB Press. Malang Oetari, R.A. 2018. Teknik Kerja Aseptis. UGM Press. Yogyakarta
Pratiwi, S.T., 2008, Buku Ajar Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.