ERGONOMI INDUSTRI
Diajukan Sebagai Syarat dalam Memperoleh Nilai Praktikum
Disusun Oleh:
Kelompok 3 03TIDK001/2022/Ganjil
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN 2023
ii
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ERGONOMI INDUSTRI
Disusun Oleh:
NAMA NIM
Alfidi Fadillah 221010800640
Ari Wibisono 221010800172
Muhammad Dandi Julianto 221010800227
Muhammad Ghazi Al-gifari 221010800542
Muhammad Sabdan Ridho 221010800122
Mukramin M. 221010800040
Rohman Alfian Putra 221010800202
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN 2023
iii
Disusun untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti pelaksanaan Praktikum Ergonomi Industri.
Judul laporan : Praktikum Ergonomi Industri Kelompok : 3 (tiga)
Kelas : 03TIDK001
Menyatakan bahwa laporan praktikum ergonomi industri yang kami buat:
1. Merupakan hasil karya tulis (asli) sendiri, bukan merupakan karya yang pernah diajukan oleh pihak lain, dan bukan merupakan hasil plagiat atau hasil fotokopi.
2. Kami izinkan untuk dikelola oleh Universitas Pamulang dan laboratorium teknik industri sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku.
Pernyataan ini kami buat dengan penuh tanggung jawab dan kami bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Ketua Kelompok Asisten Laboratorium
Muhammad Dandi Julianto Desi Riska Yanti
Menyetujui Mengetahui
Dosen Praktikum Ketua Laboratorium Teknik Industri
Syahreen Nurmutia, S.T., M.T. Adi Candra, S.T., M.T.
NIDN. 04 231294 01 NIDN. 04 280989 03
iv JUDUL
PRAKTIKUM ERGONOMI INDUSTRI
TANGGAL
PRAKTIKUM 14 September 2023 – 14 Oktober 2023
NAMA/NIM
Alfidi Fadillah 221010800640
Ari Wibisono 221010800172
Muhammad Dandi Julianto 221010800227 Muhammad Ghazi Al-gifari 221010800542 Muhammad Sabdan Ridho 221010800122
Mukraimin M. 221010800040
Rohman Alfian Putra 221010800202
KELAS 03TIDK001
KELOMPOK 3(tiga)
ASISTEN
LABORATORIUM Desi Riska Yanti
DOSEN
LABORATORIUM Syahreen Nurmutia, S.T., M.T.
NILAI LAPORAN PRAKTIKUM
v
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Praktikum Ergonomi Industri di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pada laporan ini tidak akan terwujud tanpa ada bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sebagai penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Pranoto, S.E, M.M, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya;
2. Dr. E. Nurzaman A.M., M.M., M.Si., selaku Rektor Universitas Pamulang;
3. Bapak Syaiful Bakhri, S.T., M.Eng., Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pamulang;
4. Ibu Rini Alfatiyah, S.T., M.T., CMA, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang yang selalu memberikan arahan, dorongan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini dengan baik;
5. Bapak Adi Candra, S.T., M.T., selaku Ketua Laboratorium Teknik Industri Universitas Pamulang;
6. Ibu Syahreen Nurmutia, S.T., M.T. yang telah memberikan berkah ilmu sehingga penulis dapat menyusun laporan;
7. Desi Riska Yanti selaku Asisten Laboratorium Mata Kuliah Ergonomi Industri yang telah memberikan masukan, dorongan, dan pengarahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik;
8. Teman-teman, khususnya kelas 03TIDK001 yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktikum Ergonomi Industri;
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum.
Penulis sadar bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan.
Kekurangan tersebut tentunya dapat dijadikan peluang untuk peningkatan laporan selanjutnya. Akhirnya, penulis tetap berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
vi
Kelompok 3
vii
COVER ... i
LEMBAR IDENTITAS... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENILAIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
PERTEMUAN 1 DASAR ERGONOMI INDUSTRI A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 1
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 1
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 4
D. LEMBAR KERJA ... 5
E. REFERENSI ... 11
PERTEMUAN 2 LINGKUNGAN KERJA FISIK A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 11
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 11
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 18
D. LEMBAR KERJA ... 21
E. REFERENSI ... 25
PERTEMUAN 3 RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 25
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 25
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 30
D. LEMBAR KERJA ... 32
E. REFERENSI ... 35
viii
A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 37 B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 37 C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 47 D. LEMBAR KERJA ... 48 E. REFERENSI ... 52 PERTEMUAN 5 BIOMEKANIKA KERJA
A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 53 B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 53 C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 55 D. LEMBAR KERJA ... 57 E. REFERENSI ... 60 PERTEMUAN 6 FISIOLOGI
A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 60 B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 60 C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 63 D. LEMBAR KERJA ... 64 E. REFERENSI ... 66 PERTEMUAN 7 BASAL METABOLIC RATE
A. TUJUAN PRAKTIKUM ... 67 B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM ... 67 C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM ... 69 D. LEMBAR KERJA ... 71 E. REFERENSI ... 74 DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI ANGGOTA KELOMPOK
ix
Gambar 2. 1 Alat ukur Sound Level Meter ... 25
Gambar 3. 1 Contoh gerakan flexion ... 36
Gambar 3. 2 Contoh gerakan extension ... 36
Gambar 3. 3 Contoh gerakan abduction ... 37
Gambar 3. 4 Contoh gerakan adduction ... 37
Gambar 3. 5 Contoh gerakan rotation ... 37
Gambar 3. 6 Contoh gerakan pronation ... 37
Gambar 3. 7 Contoh gerakan supination ... 38
Gambar 3. 8 Tabel Frekuensi Multiplier... 39
Gambar 3. 9 Tabel Coupling Multiplier ... 39
Gambar 3. 10 Posisi awal ... 41
Gambar 3. 11 Posisi tujuan ... 41
Gambar 3. 12 Proses pengukuran ... 41
Gambar 4. 1 Tabel analisis metode RULA ... 51
Gambar 4. 2 Tabel analisis metode REBA ... 55
Gambar 6. 1 Pengelompokan beban kerja berdasarkan tingkat energi ... 68
Gambar 6. 2 Klasifikasi hasil perhitungan %CVL ... 69
Gambar 7 1 Standar BMR berdasarkan WHO, FAO dan UNU ... 75
x
Table 4. 1 Tabel penilaian lengan atas ... 38
Table 4. 2 Tabel penilaian lengan bawah ... 39
Table 4. 3 Tabel penilaian telapak tangan ... 39
Table 4. 4 Tabel penilaian pergelangan tangan ... 40
Table 4. 5 Tabel penilaian leher ... 40
Table 4. 6 Tabel penilaian punggung ... 41
Table 4. 7 Tabel penilaian kaki ... 42
Table 4. 8 Tabel penilaian leher ... 43
Table 4. 9 Tabel penilaian punggung ... 43
Table 4. 10 Tabel penilaian kaki... 44
Table 4. 11 Tabel penilaian lengan atas ... 45
Table 4. 12 Tabel penilaian lengan bawah ... 45
Table 4. 13 Tabel penilaian telapak tangan ... 46
Table 7. 1 Kategori Indeks Massa Tubuh ... 68
1
PERTEMUAN 1
DASAR ERGONOMI INDUSTRI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dasar ergonomi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan segala aspek manusia. Ergonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan peningkatan produktivitas kerja.
Ergonomi juga berfokus pada desain lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan pengguna atau manusianya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan. Beberapa prinsip ergonomi yang perlu diperhatikan antara lain mengurangi kelebihan beban, mencakup jarang ruang, memperkecil gerakan statis.
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM 1. Definisi Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri atas kata dasar
“Ergos” yang berarti bekerja, dan “Nomos” yang artinya hukum alam, sehingga dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 1996:1).
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untukmenyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja. Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggitingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya.
Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. Dari berbagai pengertian di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia.
Mc Cormick, dalam buku “Human Factor in Engineering and Design”
memberikan pengertian ergonomi kedalam bagian-bagian berikut ini:
a. Fokus utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas, dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya.
b. Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat manusia ada dua hal:
1. Untuk meningkatkan efektifitas fungsional dari penggunaannya.
2. Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value, seperti halnya kesehatan, keselamatan, dan kepuasan kerja.
c. Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematis dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. (Mc Cormick, 1982:4).
2. Peran Ergonomi
Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri paha sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit stasiun). Hal ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual pada postur kerja, desain suatu perkakas kerja (hands tools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan menghasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kerja dan hilangnya resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat. (Nurmianto, 1996:3).
Ergonomi dibagi kedalam empat kelompok utama, yaitu (Sutalaksana, 1979, Teknik Tata Cara Kerja [II], hal 64):
a. Anthropometri
Menitik beratkan pada nilai ukuran ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh manusia. Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data anthropometri dengan ilmu statistik yang menjadi prasarat utama.
b. Biomekanik
Menitik beratkan pada aktivitas aktivitas manusia ketika bekerja dan cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut.
c. Display
Menitik beratkan pada bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan pada manusia.
d. Lingkungan
Menitik beratkan kepada fasilitas-fasilitas dan ruangan ruangan yang biasa digunakan oleh manusia dan kondisi lingkungan kerja karena kedua hal tersebut banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
3. Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
b. Mengurangi beban berlebihan;
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
f. Minimalisasi gerakan statis;
g. Minimalisasikan titik beban;
h. Mencakup jarak ruang;
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
k. Mengurangi stres.
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM
Dalam melakukan praktikum ergonomi industri ini, ada beberapa peralatan yang diperlukan untuk mempermudah dalam pengambilan data nantinya, yaitu:
1. Stopwatch.
2. Treadmill.
3. Alat ukur (meteran).
4. Timbangan (pengukur berat badan).
5. Stadiometer (pengukur tinggi badan)
D. LEMBAR KERJA
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
Berikut merupakan penjelasan mengenai alat-alat yang digunakan dalam praktikum ergonomi industri:
1. Stopwatch
Jam sukat atau jam randek adalah pencatat waktu yang terjadi antara dua peristiwa. Bagian utama dari jam sukat terdiri dari dua tombol dengan fungsi yang berbeda, yaitu tombol mulai ulang dan tombol henti.
Cara penggunaannya:
Dalam menggunakan stopwatch, kamu tinggal menekan tombol start pada alat, kemudian waktu pun akan berjalan. Untuk menghentikannya kamu tinggal menekan tombol stop atau kembali tekan tombol start.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Stadiometer
merupakan sebuah alat ukur tinggi tubuh manusia, alat ini umumnya digunakan untuk Dewasa dan Anak. Tinggi tubuh diukur untuk anak usia 2 tahun ke atas, sedangkan untuk mengukur anak di bawah 2 tahun, kita menggunakan istilah panjang
.
Cara penggunaannya:
1. Naik ke atas pijakan stadiometer tanpa mengenakan alas kaki apa pun.
Pastikan tubuhmu tegak
2. Tumit pinggul dan pantat harus menyentuh tiang pengukur
3. Head slider akan turun sampai menyentuh bagian atas kepalamu. Ukuran tinggi badanmu akan otomatis keluar sendirinya.
1.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM 3. Treadmill
Treadmill adalah alat yang mampu membantu kita untuk berjalan, berlari, bahkan berjalan menanjak tanpa berpindah tempat. Alat ini terinspirasi dari cara kerja alat penggilingan pada saat belum ditemukannya mesin.
Cara penggunaannya:
4. Pahami tombol pada treadmill.
5. Pelajari setting alat treadmill.
6. Lakukan pemanasan.
7. Posisikan tubuh dengan tepat.
8. Mulai dengan kecepatan rendah.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
4. Alat ukur (meteran)
Meteran adalah alat ukur panjang yang berfungsi untuk mengetahui panjang jarak antar tempat atau antar titik yang diukur.
Cara penggunaannya:
Cukup tarik bagian ujung dan meteran sudah dapat digunakan untuk hasil ukuran yang tepat. Cara membaca skala dan hasil sangat mudah. Fokuskan mata pada roll meteran. Lihat skalanya menunjukkan pada angka berapa dan anda sudah mendapatkan hasil pengukuran.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
5. Timbangan (pengukur berat badan)
Timbangan adalah alat yang dipakai untuk mengukur berat atau massa suatu benda. Jenis-jenis timbangan berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan.
Secara umum, jenis-jenis timbangan dapat dibagi menjadi timbangan manual dan timbangan digital atau elektronik
Cara penggunaannya:
1. Tempatkan timbangan pada permukaan yang datar.
2. Injak timbangan dengan kedua kaki.
3. Turunkan kaki pada timbangan.
4. Catat hasil pengukuran.
5. Timbang diri anda pada hari yang sama dalam seminggu.
6. Ukur berat badan anda pada waktu yang sama.
7. Kenakan pakaian yang sama.
8. Gunakan timbangan yang sama.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
E. REFERENSI
Anggawisastra, R., Sutalaksana, I. Z, dan Tjakraatmadja, J. H, (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB : Bandung.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Nurmianto, Eko. (1996). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Guna Widya.
Nenti, R. (2023, 26 Mei). Cara Angkat Barbel untuk Pemula dan Contoh Latihannya. Diambil kembali dari sehatq.com.
https://www.sehatq.com/artikel/cara-angkat-barbel-untuk-pemula/amp.
Pratama, I. (2022, 14 Februari). Cara menggunakan meteran agar terukur dengan tepat. Diambil kembali dari vinindo.co.id.
https://www.vinindo.co.id/articles/117/cara-menggunakan-meteran-agar- terukur-dengan-
tepat#:~:text=Cukup%20tarik%20bagian%20ujung%20dan,anda%20sudah%
20mendapatkan%20hasil%20pengukuran.
Ireborn (2023, 25 Maret). Cara Menggunakan Treadmill yang Tepat untuk Membakar Lemak. Diambil kembali dari ireborn.co.id.
https://www.ireborn.co.id/cara-menggunakan-treadmill-yang-tepat-untuk- membakar-lemak/.
Hillary, S. P. (2023, 3 Agustus). Mengenal Fungsi Termometer, Jenis, dan Cara Pakainya. Diambil kembali dari hellosehat.com.
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/cara-pakai-dan-jenis- termometer/.
11
PERTEMUAN 2
LINGKUNGAN KERJA FISIK
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum lingkungan kerja fisik adalah untuk memberikan pemahaman tentang pengaruh lingkungan fisik kerja terhadap produktivitas kerja, memahami faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, mengkaji pengaruh faktor temperatur, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanik, warna, bau-bauan, dan sirkulasi udara pada lingkungan kerja terhadap hasil suatu pekerjaan, mengetahui cara pengukuran temperatur, pencahayaan, kebisingan, dan getaran, serta mampu menganalisis perancangan lingkungan kerja fisik . Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami pentingnya desain lingkungan kerja yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Praktikum lingkungan kerja fisik juga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga dapat membantu dalam merancang lingkungan kerja yang aman dan sehat.
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM 1. Definisi Lingkungan Keja Fisik
Menurut Sukanto & Indryo (2018) Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dalam bekerja meliputi pengaturan penerangan, pengontrolan suara gaduh, pengaturan kebersihan tempat kerja dan pengaturan keamanan tempat kerja. menurut Sedarmayanti (2017) Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang di hadapi, lingkungan sekitar dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Artinya, segala peralatan yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan serta metode yang digunakan seperti kanan board juga termasuk lingkungan. Lingkungan kerja adalah segala hal yang melingkupi tempat bekerja karyawan dan dapat mempengaruhi cara dan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Lingkungan kerja yang nyaman akan membuat karyawan lebih betah dan maksimal menjalankan tugasnya. Lingkungan kerja yang baik dapat memberikan pengaruh positif pada pekerja, seperti lingkungan kerja yang bersih, cahaya penerangan yang cukup, sirkulasi udara dan suhu ruangan yang baik, jauh dari suara kegaduhan yang mengganggu saat bekerja, dekorasi dan tata warna pada dinding ruang dan alat-alat lainnya yang mempengaruhi kegembiraan dan ketenangan bekerja para karyawan.
Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak nyaman akan membuat kinerja karyawan menurun, seperti lingkungan kerja yang kotor, lingkungan kerja yang ramai dan bising, sirkulasi udara dan suhu di dalam ruangan buruk sehingga menimbulkan rasa pengap, cahaya penerangan yang kurang sehingga membuat mata cepat lelah, dan tata letak dekorasi dan warna yang abstrak mempengaruhi fokus kerja para karyawan.
Lingkungan kerja harus bersih dan sehat demi menjaga kondisi kesehatan karyawan agar tetap prima. Karyawan yang sehat akan lebih produktif selama bekerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang kurang sehat dapat mengundang bibit penyakit. Karyawan pun terkena penyakit sehingga efektivitas kerja mereka berkurang.
A. Jenis - jenis Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dibagi ke dalam dua jenis yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.
1. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik merupakan semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jenis lingkungan kerja ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan, seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya.
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non-fisik adalah semua keadaan kejadian yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun dengan hubungan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan. Lingkungan kerja non-fisik sering menjadi faktor terbesar yang memengaruhi kinerja karyawan pada saat ini. Itu sebabnya perlu untuk membangun suasana kerja yang terbuka, suportif, dan kooperatif supaya karyawan merasa dihargai.
Lingkungan kerja non fisik memiliki tujuan untuk meningkatkan keeratan hubungan yang dapat membantu terbentuknya kerja sama di dalam perusahaan. Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama diperusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.
B. Faktor – Faktor Yang Mempegaruhi Lingkungan Kerja
Setiap lingkungan kerja tidak lepas dari turut campurnya berbagai macam faktor yang melatarbelakanginya. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja:
1. Keamanan dan Kebersihan
Setiap karyawan tentu membutuhkan lingkungan yang aman, jauh dari risiko yang sewaktu-waktu akan merugikan dirinya baik secara fisik maupun emosional. Beberapa contoh segi keamanan, seperti terhindar dari banjir, bangunanya kokoh dan tidak mudah roboh, hingga jaminan keamanan barang pribadi dan dokumen-dokumen karyawan. Tempat kerja yang bersih dan memiliki tata ruang yang rapi, akan membuat karyawan nyaman dan betah diam berlama-lama untuk bekerja.
2. Kebisingan
Faktor ini bisa mempengaruhi lingkungan kerja dari segi konsentrasi. Semakin lingkungannya ramai dan bising, maka konsentrasi
karyawan akan pecah dan mudah terdistraksi. Sebaliknya, jika lingkungan kerja yang ditempati tenang dan hening, mereka akan lebih mudah berkonsentrasi dan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.
3. Cahaya dan Kelembapan
Ruangan kerja harus memiliki penerangan yang pas, tidak terlalu silau namun juga tidak terlalu gelap. Penerangan bisa bersumber dari dua hal, yaitu cahaya matahari dan lampu. Kelembapan lingkungan kerja juga perlu diperhatikan karena kadar kelembapan nantinya akan berpengaruh pada banyaknya oksigen yang masuk ke dalam ruangan.
4. Sirkulasi Udara dan Suhu Ruangan
Peredaran udara yang baik, tentu diperlukan sebagai suplai oksigen yang cukup bagi karyawan. Jika sirkulasi udara di dalam ruangan buruk, maka akan sangat memungkikan timbulnya rasa pengap dan sumpeg.
Sirkulasi udara bisa diakali dengan penggunaan atap yang lebih tinggi dan jendela atau lubang ventilasi yang cukup.
Sedangkan untuk suhu udara dan temperatur, setiap tempat memiliki temperatur yang berbeda. Jika lingkungan kantor tersebut terletak di pusat kota yang panas, maka pastikan ketersediaan dan penggunaan AC yang cukup untuk kenyamanan karyawan.
2. Pengukuran Tingkat Kebisingan
Menurut Sucipto (2014), kebisingan adalah segala bunyi yang tidak dikehendaki keberadaannya yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang atau bahkan populasi. Menurut Aperti (2018), kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Pada suatu kegiatan industri bunyi dan suara yang tidak dikehendaki tersebut dapat berasal dari getaran alat-alat yang digunakan pada proses produksi. Dapat disimpulkan kebisingan adalah semua suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau diinginkan karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan serta memberi pengaruh negatif bagi kesehatan dan keselamatan pendengarnya.
Kebisingan bisa menggangu karena frekuensi dan volumenya. Tingkat kebisingan dapat diukur menggunakan alat Sound Level Meter.
(Sumber : ruangshe.com) Gambar 2. 1 Alat ukur Sound Level Meter
Sound Level Meter (SLM) adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier.
Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total.
Sound Level Meter memberikan respons yang kurang lebih sama dengan respons telinga manusia. Setelah itu, Sound Level Meter dapat memberikan hasil pengukuran dengan satuan kebisingan, yaitu deciBel (dB). Berikut cara menggunakan alat pengukur kebisingan Sound Level Meter yaitu:
1. Kalibrasi
Kalibrasi yang ideal biasanya akan menghasilkan nilai 90 persen atau bahkan lebih. Alat kalibrasi ini akan dimasukkan dalam sebuah mikrofon.
Kemudian, alat sound level meter ini akan dikalibrasikan dengan 114 dB.
2. Menentukan Jangkauan dan Satuan yang Digunakan
Setelah alat Sound Level Meter ini dimasukkan dalam mikrofon, maka Anda tinggal menentukan jangkauan dan satuan yang akan digunakan.
Satuan yang pada umumnya digunakan dalam proses pengukuran dari tingkat kebisingan ini adalah desibel atau dB.
3. Pemasangan Widescreen
Tujuan dari pemasangan ini adalah agar suara angin tidak bisa masuk ke dalam alat pengukurnya. Selain itu, widescreen ini juga mencegah debu masuk ke dalam alat jika ditempatkan pada tempat yang kotor, sehingga mikrofon bisa tetap berfungsi dengan baik.
4. Mengarahkan Mikrofon Pada Sumber Suara
Agar alat Sound Level meter ini bisa menampilkan hasil pengukuran yang lebih akurat, maka mikrofon harus diarahkan pada sumber suara yang akan Anda ukur. Dengan begitu, maka sistem pada alat bisa menangkap suara yang dihasilkan dengan lebih maksimal. Setelah proses pengikutan selesai, maka Sound Level Meter ini akan menunjukkan angka yang merupakan tingkat kebisingan dari suara yang ada pada benda yang sedang Anda ukur tersebut.
5. Menghitung Rata – Rata Kebisingan
Setelah hasil pengukuran di dapatkan, hitung rata-rata kebisingan (Lek) dengan rumus:
Lek = 10 log ( 𝟏
𝒏 x ( 𝟏𝟎𝑳𝟏𝟏𝟎 + 𝟏𝟎
𝑳𝟐 𝟏𝟎+ 𝟏𝟎
𝑳𝟑
𝟏𝟎+ ⋯)) dB Dimana:
Lek = tingkat kebisingan rata-rata (dB)
L1…Ln = tingkat kebisingan pada periode ke-n (dB) N = jumlah data pengukuran
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Zona A (Intensitas > 150 dB) : Daerah berbahaya dan harus dihindari
2. Zona B (Intensitas 135-150 dB) : Individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug)
3. Zona C (115-135 dB) : Perlu memakai earmuff 4. Zona D (100-115 dB) : Perlu memakai earplug
Sedangkan zona kebisingan berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP/15/MEN/1999 dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Zona Aman tanpa pelindung : <85 dB 2. Zona dengan pelindung earplug : 85-95 dB 3. Zona dengan pelindung earmuff : >95 dB
3. Pengukuran Tingkat Pencahayaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 48 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pengukuran tingkat pencahayaan adalah proses mengukur intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan di suatu tempat kerja. Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk kesehatan dan keselamatan kerja, serta untuk kenyamanan dan produktivitas karyawan.
Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek buruk bagi fungsi penglihatan, juga untuk lingkungan sekeliling tempat kerja, maupun aspek psikologis, yang dapat dirasakan sebagai kelelahan, rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan sampai kepada pengaruh yang terberat seperti kecelakaan kerja. Maka dari itu, dibutuhkannya perancangan sistem pencahayaan yang optimal untuk suatu bangunan atau ruangan.
Dalam suatu perancangan sistem pencahayaan yang optimal, diperlukan untuk menentukan jumlah armature (lampu) yang dibutuhkan untuk pencahayaan pada ruang kerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N = (𝟏,𝟐𝟓 𝐱 € 𝐱 𝐋 𝐱 𝐖) (𝐤.𝚽 𝐱 𝛈 𝐋𝐁 𝐱 𝛈 𝐑) Dimana:
N = Jumlah armature/lampu 1,25 = Faktor Perencanaan
€ = Intensitas Cahaya (Lux) L = Panjang Ruang (meter) k = Faktor Ruangan (meter) 𝝫 = Flux Cahaya (Lumen) 𝝶 LB = Efisiensi Armature (%) 𝝶 R = Faktor Utilitas Ruangan (%)
Intensitas penerangan (€) dapat diketahui dengan perhitungan:
€ = 𝐄𝟏+𝐄𝟐+𝐄𝟑+⋯+𝐄𝐧
𝐧
Dimana:
€ = Intensitas Penerangan (Lux)
E1 … En = Kuat penerangan pada setiap pengukuran ke-n (Lux) N = Jumlah data pengukuran
Flux cahaya dapat dicari dengan menggunakan rumus:
𝝫 = W x L/w Dimana:
𝝫 = Flux Cahaya (Lumen) W = Daya Lampu (Watt)
L/w = Luminous Efficacy Lamp (Lumen/Watt)
Faktor ruangan (k) diketahui dari data dimensi ruangan dengan rumus:
k = ( 𝑨 𝒙 𝑩 )
( 𝐡 ( 𝐀+𝐁 )
Dimana:
A = Lebar ruangan (meter) B = Panjang ruangan (meter) h = Ketinggian ruangan (meter)
Ketinggian ruangan (h) dapat dihitung menggunakan rumus:
h = H – 0.85 (meter) Dimana:
H = Ketinggian (meter) 0.85 = Koefisien Ketinggian
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM
Dalam melaksanakan praktikum tentang lingkungan kerja fisik ini, dibutuhkan beberapa peralatan, antara lain:
1. Ruangan kerja.
2. Stopwatch.
3. Alat tulis.
4. Lembar data.
5. Lembar kerja.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum lingkungan kerja fisik untuk mengamati kebisingan dan tingkat pencahayaan, antara lain:
Pengambilan Data ke-1
1. Penelitian dilakukan pada ruangan Climatic Chember untuk melakukan pengukuran.
2. Ambil 1 orang sebagai contoh untuk bekerja pada ruang Climatic Chamber.
3. Aktifkan Sound Level Meter untuk melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada ruangan tersebut.
4. Aktifkan Lux Meter untuk melakukan pengukuran tingkat pencahayaan dalam ruangan tersebut.
5. Lihat dan lakukan pencatatan pada lembar data pada angka yang tertera pada alat Sound Level Meter dan alat Lux Meter setiap 30 detik.
6. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengukuran pada kondisi ke-1, kondisi ke-2 dan kondisi ke-3, dan gunakan stopwatch untuk mlihat waktu selama 30 detik.
7. Pekerja mulai pekerjaannya pada temperatur, suara dan cahaya yang ditentukan.
8. Catatlah jumlah yang benar dalam pekerja melakukan pekerjaannya dan rata-ratakan.
9. Maka didapatkan hasil dalam 3 kondisi ruangan kerja dari tinggi, sedang dan rendah maka rata-rata pekerja yang diteliti memiliki jumlah benar sekitar 20,44.
Pengambilan Data Ke-2
Berikut contoh dari hasil data pengukuran kebisingan dan tingkat pencahayaan selama durasi waktu 30 menit, serta diambil sampel pada 5 titik pengambilan data yang berbeda, dimana pada 1 titik pengambilan data dibutuhkan waktu masing-masing 3 menit. Dimana ukuran ruang tersebut memiliki panjang 10 meter, lebar 7 meter dengan ketinggalan 2 meter. Dengan tingkat efisiensi armature 70%, faktor utilitas ruangan 80% dan luminous
efficacy lamp sebesar 75 Lumen/Watt. Untuk lampu yang digunakan memiliki daya sebesar 10 Watt.
D. LEMBAR KERJA
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM Pengambilan Data Ke-1
Kondisi Ke- Temperatur Celcius
Identitas Suara (dB)
Intensitas Cahaya (Lux)
I 25° 85 dB 60 Lux
II 15° 82 dB 80 Lux
III 16° 65 dB 100 Lux
Kondisi Ke- Jumlah benar (n)
1 2 3 Xbar
I 4 12 32 16
II 8 16 32 18,67
III 16 24 40 26,67
Sigma Xbar 61,34
Perhitungan:
Xbar I = 𝛴𝑋𝑖
𝑛 = 48
3 = 16 Xbar II = 𝛴𝑋𝑖𝑖
𝑛 = 56
3 = 18,66 Xbar III = 𝛴𝑋𝑖𝑖𝑖
𝑛 = 80
3 = 26,66
Sigma Xbar = 16 + 18,66 + 26,66 = 61,32 Xdouble bar = 𝛴𝑋𝑏𝑎𝑟
𝑘 = 61,34
3 = 20,44
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM Pengambilan Data Ke-2
Pengukuran ke- Kebisingan (dB) Cahaya (Lux)
1 92,6 dB 50 Lux
2 86,3 dB 47,6 Lux
3 85,9 dB 53,7 Lux
4 95,1 dB 55 Lux
5 45,2 dB 72,3 Lux
6 48,6 dB 74,2 Lux
7 55,2 dB 85 Lux
8 74,2 dB 102,1 Lux
9 75,8 dB 125 Lux
10 85,4 dB 134,3 Lux
Pengukuran Kebisingan : Lek = 10 log ( 1
𝑛 x ( 10𝐿110+ 10𝐿210+ 10𝐿310 + ⋯)) dBA Lek = 10 log ( 1
10 x ( 1098,610 + 1086,310 + 1085,910 + 1095,110 + 1045,210 + 1048,610 + 1055,210 + 1074,210 + 1075,810 + 1085,410 )) dBA
Lek = 10 log ( 1
10 ( 9.0682.8) dBA Lek = 10 log 9.0682.8dBA Lek = 49,575 dBA
Kesimpulan
Dari perhitungan rata-rata kebisingan pada ruangan yang diukur diperoleh angka
49,575 dBA. Hasil tersebut berada diantara 85-95 dBA, dan masuk pada zona kedua yang artinya pekerja yang berada diruangan tersebut harus memakai pelindung ear plug.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
Pengukuran Cahaya:
Diketahui : A/L = 6 meter 𝝶 I.B = 70% = 0,7 B/W = 4 meter 𝝶 R = 80 % = 0,8 H = 3 meter Daya = 15 Watt L/W = 75 Lumen/Watt
Intensitas Penerangan:
€ = 50+47,6+53,7+55+72,3+74,2+85+102,1+125+134,3
10 = 799,2
10 = 79,92 Lux Flux Cahaya:
𝝫 = W x L/w
𝝫 = 15 x 75 = 125 Lumen Ketinggian ruangan:
h = H – 0,85 (meter) h = 2 – 0,85 = 2,15 meter Faktor ruangan:
k = ( 4 𝑥 6 )
( 2,( 4+6 )) = 1,116 meter Jumlah armature:
N = (1,25 x € x L x W)
(k.Φ x η LB x η R) = (1,25 x 79,92 x 6 x 4)
(1,116 x 1,125 x 0,7 x 0,8) = 2.397
703,08= 3,41 N Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, pada ruangan tersebut diperlukan 3,41 titik lampu atau dibulatkan menjadi 3 buah lampu
E. REFERENSI
Nana, D. (2022, 28 Oktober). Mengenal Apa Itu Lingkungan Kerja Fisik Dan Non Fisik. Diambil kembali dari toffeedev.com. https://toffeedev.com/blog/digital- marketing/lingkungan-kerja-fisik-dan-non-fisik/.
Gamal, T. (2022, 15 Septemper). Lingkungan Kerja: Pengertian, Jenis, Aspek, Indikator & Faktor. Diambil kembali dari serupa.id.
https://serupa.id/lingkungan-kerja-pengertian-jenis-aspek-indikator-faktor/.
Muchlisin, R. (2022, 18 Juli). Kebisingan (Jenis, Sumber, Pengukuran dan Pengendalian). Diambil kembali dari kajianpustaka.com.
https://www.kajianpustaka.com/2022/07/kebisingan.html.
Fisrtia. (2023, 12 September). Metode Pengukuran Kebisingan. Diambil kembali dari indonesian-publichealth.com. https://www.indonesian- publichealth.com/pengukuran-kebisingan/.
Agung, S. (2021, 19 Oktober). Standar Pencahayaan di Ruangan Tempat Kerja.
Diambil kembali dari katigaku.top. https://katigaku.top/2021/10/19/standar- pencahayaan/.
Wahyu, A. W. (2023, 13 November). Pengukuran Intensitas Penerangan Di Tempat Kerja. Diambil kembali dari multimeter-digital.com.
https://multimeter-digital.com/pengukuran-intensitas-penerangan-di-tempat- kerja.html.
Putri, A. (2021, 21 November). Cara Menggunakan Sound Level Meter. Diambil kembali dari ruangshe.com. https://www.ruanghse.com/2021/11/cara- menggunakan-sound-level-meter.html.
Lely. (2022, 24 Oktober). Contoh Lingkungan Kerja yang Tidak Nyaman bagi Karyawan & Faktornya. Diambil kembali dari blog.cakap.com.
https://blog.cakap.com/contoh-lingkungan-kerja-yang-tidak-nyaman/.
25
PERTEMUAN 3
RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan Praktikum RWL (Recommended Weight Limit) adalah metode yang digunakan untuk mengurangi risiko cidera pada bagian tubuh yang disebabkan oleh berat dan pekerjaan manual material handling (MMH). Tujuan utama dari praktikum RWL adalah untuk mengetahui posisi dan beban kerja fisik yang membahayakan yang disebabkan oleh aktivitas pekerjaan. Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan pada anggota tubuh manusia dan mampu merekomendasi berdasarkan hasil analisa perhitungan RWL dan Lifting Index.
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM 1. Definisi Postur Kerja
Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja.
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut tidak ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan (Susihono, 2012). Postur kerja adalah posisi tubuh yang diambil oleh pekerja saat melakukan aktivitas kerja.
Postur kerja yang buruk dapat menyebabkan keluhan sistem musculoskeletal pada pekerja, seperti sakit punggung, leher, bahu, dan lain-lain.
Postur kerja yang salah yang dilakukan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan beberapa gangguan-gangguan otot (Musculoskeletal) dan gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses produksi tidak optimal. Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yang disebabkan oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Postur kerja yang efektif adalah postur kerja yang ergonomis dan sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Postur kerja yang baik dapat meningkatkan efektivitas pekerjaan dan mengurangi risiko cidera pada bagian tubuh tertentu. Untuk mencapai postur kerja yang efektif, pekerja harus melakukan pergerakan tubuh yang alami dan sesuai dengan desain area kerja dan peralatan yang digunakan. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan organ tubuh tersebut meliputi (Tayyari, 1997):
1. Flexion, yaitu gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
(Sumber : backyardbrains.com)
2. Extension, yaitu gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
(Sumber : backyardbrains.com)
3. Abduction, yaitu pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.
(Sumber : pinterest.ca)
4. Adduction, yaitu pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
(Sumber : pinterest.ca)
5. Rotation, yaitu pergerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
(Sumber : pinterest.ca)
6. Pronation, yaitu perputaran bagian tengah (menuju ke dalam) dari anggota tubuh.
(Sumber : pinterest.ca)
7. Supination, yaitu perputaran ke arah samping (menuju ke luar) dari anggota tubuh.
(Sumber : pinterest.ca)
2. Pengukuran Metode Recommended Weight Limit (RWL)
Metode Recommended Weight Limit (RWL) adalah metode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu yang lama.
Sebuah lembaga riset yang menangani aspek kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika Serikat, NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health), pada tahun 1991 mengeluarkan sebuah panduan mengenai batas maksimum beban yang boleh diangkat oleh pekerja untuk berbagai kondisi pengangkatan (Waters dkk., 1993). Penetapan batas beban tersebut didasari oleh hasil-hasil penelitian yang menggabungkan pendekatan biomekanika, fisiologi, dan psikofisik. Batas pengangkatan tersebut dikenal dengan RWL (Recommended Weighted Limit) (Iridiastadi dan Yassierli (2016, h. 88).
Terdapat enam faktor yang menentukan besaran RWL, yakni empat faktor yang dipengaruhi sikap saat pengangkatan, satu faktor berkaitan dengan frekuensi pengangkatan, dan satu faktor lagi berkaitan dengan kondisi pegangan benda yang diangkat. Enam faktor tersebut disebut sebagai faktor pengali yang menentukan RWL dengan rumus persamaan berikut :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Keterangan :
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Load Costant (Konstanta pembebanan = 23 kg)
HM : Horizontal Multiplier (Faktor pengali horizontal = 25/H )
VM : Vertikal Multiplier (Faktor pengali vertikal = 1 - 0,00326 x |V − 75|) DM : Distance Multiplier (Faktor pengali perpindahan = 0,82 + (4,5/D))
AM : Asymmetric Multiplier (Faktor pengali asimetrik = 1 – 0.0032 x A) FM : Frequency Multiplier (Faktor pengali frekuensi, menggunakan table)
(Sumber : yoza-civiway.blogspot.com) Gambar 3. 1 Tabel Frekuensi Multiplier
CM : Coupling Multiplier (Faktor pengali pegangan, menggunakan table)
(Sumber : yoza-civiway.blogspot.com) Gambar 3. 2 Tabel Coupling Multiplier Dimana:
H : Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh.
V : Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai.
D : Jarak perpindahan beban secara total antara tempat asal sampai tujuan.
A : Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Lifting Index (LI) adalah perbandingan antara batas beban yang direkomendasikan untuk diangkat terhadap beban yang seharusnya diangkat (Iridiastadi dan Yassierli (2016, h. 93). Berikut merupakan rumus LI:
LI = 𝑳
𝑹𝑾𝑳 Dimana:
L = Berat beban
Rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut.
Jika LI ≤ 1, maka pekerjaan tersebut aman.
Jika 1 < LI ≤ 3, maka pekerjaan tersebut mungkin beresiko.
Jika LI ≥ 3, maka pekerjaan tersebut beresiko.
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM
Dalam pengambilan data praktikum tentang postur kerja dengan menggunakan metode Recommended Weight Limit (RWL), dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut.
1. Objek manusia yang melakukan aktivitas kerja.
2. Kamera / handphone.
3. Lembar data.
4. Alat tulis.
5. Alat ukur (meteran).
6. Balok (2 Kg).
7. Stopwatch.
Dan berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan praktikum tentang penilaian postur kerja pada manusia dalam melakukan aktivitas :
1. Mengobservasi aktivitas kerja yang dilakukan manusia.
2. Mengambil gambar saat manusia melakukan aktivitas kerja dengan gerakan yang berbeda (Posisi awal dan posisi tujuan).
(Sumber : Dokumen pribadi kelompok) Gambar 3. 3 : Posisi awal
(Sumber : Dokumen pribadi kelompok) Gambar 3. 4 Posisi tujuan
3. Mengamati postur kerja dari aktivitas kerja tersebut.
4. Mencari / mengukur H1, H2, V1, V2, D, A1, A2, dan berat pada aktivitas kerja menggunakan alat ukur.
5. Catat hasil pengukuran dari penelitian pada lembar data pengamatan menggunakan alat tulis.
6. Menganalisa dari hasil pengukuran postur kerja pada aktivitas kerja tersebut termasuk dalam kategori aman untuk dilakukan atau tidak pada lembar kerja.
D. LEMBAR KERJA
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
DIKETAHUI NILAI
H1 37 cm
H2 42 cm
V1 43 cm
V2 72 cm
D V2 – V1 = 72 – 43 = 29 cm
A1 0°
A2 135°
Volume S = 21, V = 𝑠3 = 213 = 9.261 𝑐𝑚3 V = 565,141 Inch
Berat 2 Kg
Frekuensi 155 kali
Waktu 90 menit
Jawab:
LC = 23 Kg HM = 25
𝐻1 = 25
37 = 0,67 cm HM = 25
𝐻2 = 25
37 = 0,67cm
VM = 1 – 0,00326 x | 𝑉1 − 75 | = 1 – 0,00326 x | 43 − 75 |
= 1 – 0,00326 x 32
= 1 – 0,05 = 0,89 cm
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM VM = 1 – 0,00326 x | 𝑉2 − 75 |
= 1 – 0,00326 x | 72 − 75 | = 1 – 0,00326 x -3
= 1 – 0,07 = 1,00 cm DM = 0,82 + ( 4,5
𝐷 ) = 0,82 + ( 4,5
29 )
= 0,82 + 0, 155 = 0,975 cm AM = 1 – 0,0032 x A
= 1 – 0,0032 x 0 = 1 – 0 = 1
AM = 1 – 0,0032 x A2 = 1 – 0,0032 x 270 = 1 – 0,86 = 0,14 FM = 𝐹
𝑀 = 115
90 = 1,2 = 3 0,79
RWL1 = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 0,67 x 0,89 x 9,975 x 1 x 0 x 1
= 0
RWL2 = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x 0,59 x 0,99 x 0,975 x 0,568 x 5,344
= 39,75 LI1 = 𝐿
𝑅𝑊𝐿1 = 39,75
10 = 3,975 LI2 = 𝐿
𝑅𝑊𝐿2 = 7,5
15,1 = 0,49
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Lifting Indeks (awal) sebesar 0,05 (<1), hal ini dikategorikan pekerjaan aman dan nilai Lifting Indeks (akhir) sebesar 0,49 (<1), hal ini juga dikategorikan pekerjaan aman.
E. REFERENSI
Muchlisin, R. (2014, 13 Juni). Postur Kerja, Ergonomi, Musculoskeletal dan Kelelahan Pekerja. Diambil kembali dari kajianpustaka.com.
https://www.kajianpustaka.com/2014/06/postur-kerja-ergonomi-
musculoskeletal.html#:~:text=Postur%20kerja%20merupakan%20titik%20pe nentu%20dalam%20menganalisa%20keefektifan,tidak%20ergonomis%20ma ka%20operator%20tersebut%20akan%20mudah%20kelelahan.
Chad, S. (2018, 30 Agustus). Face Melting Delts: Ultimate Shoulder Workout Guide. Diambil kembali dari spotmebro.com.
https://spotmebro.com/workout/shoulder-workout-deltoids/.
Parihar, D. (2023). Auxiliary Movements. Diambil kembali dari sportzyogi.com.
https://www.sportzyogi.com/auxiliary-movements/.
Garda, B. (2012, April). RWL (Recommended Weight Limit). Diambil kembali dari yoza-civiway.blogspot.com. https://yoza-civiway.blogspot.com/2012/04/.
Megna, D. A., Ir. Eri, A., MM, Ir. Yanti, S. R., MT. (2018). Pengukuran Risiko Kerja Menggunakan Recommended Weighted Limit (RWL). Vol. 4, No. 2.
Bandung : Teknik Industri - Unisba.
Nuril, F., Deny, A. (2023, 2 Juni). Risk Analysis of Musculoskeletal Disorders Using RWL And LI Methods. Vol. 20, No. 2. Gresik : Teknik Industri – UMG.
Muhammad, I. H., Lailatul, S. T. (2016). Analisa Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja Pada Proses Penambangan Batu Adesit di PT. Dempo Bangun Mitra. Vol. 2, No. 2, Pekanbaru : Teknik Industri – UIN Riau.
37
PERTEMUAN 4 RULA DAN REBA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dan REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah untuk melakukan analisis postur kerja pekerja dan menganalisis postur tubuh kerja dalam suatu proses kerja. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami analisis postur kerja, mampu menganalisis postur kerja pekerja, dan mampu mengaplikasikan metode RULA dan REBA untuk mengevaluasi postur kerja. Dengan demikian, praktikum ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang ergonomi dan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam lingkungan kerja untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman, nyaman, dan efisien bagi pekerja.
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM 1. Definisi RULA dan REBA
A. Definisi Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb) (Andrian, 2013).
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’ sebagai faktor beban eksternal yang meliputi: jumlah gerakan, jerja otot statis, gaya, postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan, dan waktu kerja tanpa istirahat.
Untuk menilai empat faktor beban eksternal Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dikembangkan untuk:
1. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas.
2. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot.
3. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasional.
B. Pengukuran RULA 1) Grup A
Memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan pergelangan tangan.
a. Lengan atas
Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert Et Al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt.
Table 4. 1 Tabel penilaian lengan atas
Nilai Gambar Keterangan
+1 20° extension - 20°
flexion
+2 >20° extension atau 20° -
45° flexion
+3 45° - 90° flexion
+4 >90° flexion
(Sumber: idoc.pub)
Keterangan:
+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan.
+ 1 jika lengan atas abduksi.
-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang.
b. Lengan bawah
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer.
Table 4. 2 Tabel penilaian lengan bawah
Nilai Gambar Keterangan
+1 60° - 100° flexion
+2
<60° atau >100° flexion
(Sumber: idoc.pub) Keterangan:
+ 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi.
c. Telapak tangan
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive.
Table 4. 3 Tabel penilaian telapak tangan
Nilai Gambar Keterangan
+1 Berada pada posisi netral
(0°)
+2
0° - 15° flexion maupun extension
+3
>15° flexion maupun extension (Sumber: idoc.pub)
Keterangan:
+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar.
d. Pergelangan tangan
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh health and safety executive pada postur netral berdasar pada Tichauer.
Table 4. 4 Tabel penilaian pergelangan tangan
Nilai Gambar Keterangan
+1
Jika pergelangan tangan berada pada rentang
menengah putaran
+2
Jika pergelangan tangan pada atau hampir berada
pada akhir rentang putaran (Sumber: idoc.pub)
2) Grup B
Memperlihatkan postur tubuh bagian leher, punggung dan kaki.
a. Leher
Rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom Et Al.
Table 4. 5 Tabel penilaian leher
Nilai Gambar Keterangan
+1 0° - 10° flexion
+2 10° - 20° flexion
+3 >20° flexion
+4 >20° extention
(Sumber: idoc.pub) Keterangan:
+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.
b. Punggung
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean Et Al.
Table 4. 6 Tabel penilaian punggung
Nilai Gambar Keterangan
+1 Berada pada posisi netral
(0°)
+2 0° - 20° flexion
+3 20° - 60° flexion
+4 >60° flexion
(Sumber: idoc.pub) Keterangan:
+1 jika tubuh diputar.
+1 jika tubuh miring kesamping.
c. Kaki
Table 4. 7 Tabel penilaian kaki
Nilai Gambar Keterangan
+1
Kaki tertopang ketika duduk dengan bobot
seimbang rata
+2
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak
tersebar merata (Sumber: idoc.pub)
Setelah semua pengukuran dilakukan, kemudian hasil pengukuran yang didapat diolah dengan tabel analisis metode RULA. Berikut merupakan tabel analisis dari RULA.
(Sumber: researchget.net)
C. Definisi Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan dengan cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, Beban Eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja.
Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan untuk menilai tipe postur kerja yang tidak dapat diprediksi atau dinamis. Metode ini dapat
digunakan untuk menentukan tingkat resiko kerja dan membantu meminimalisir terjadinya kelelahan dini yang mengakibatkan kecelakaan kerja.
D. Pengukuran REBA 1) Grup A
Memperlihatkan postur tubuh bagian leher, punggung dan kaki.
a. Leher
Table 4. 8 Tabel penilaian leher
Nilai Gambar Keterangan
+1 0° - 20° flexion
+2 >20° flexion
+2 >20° extension
(Sumber: S. Hignett, L. McAtammey) Keterangan:
+1 jika memutar atau miring ke samping.
b. Punggung
Table 4. 9 Tabel penilaian punggung
Nilai Gambar Keterangan
+1 Berada pada posisi netral
(0°)
+2 0° - 20° extension
+2 0° - 20° flexion
+3 20° - 60° flexion
+4 >60° flexion
(Sumber: S. Hignett, L. McAtammey) Keterangan:
+1 jika memutar atau miring ke samping.
c. Kaki
Table 4. 10 Tabel penilaian kaki
Nilai Gambar Keterangan
+1
Kaki tertopang, bobot tersebar merata, jalan
atau duduk
+2
Kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata/postur tidak stabil (Sumber: S. Hignett, L. McAtammey)
Keterangan:
+1 jika lutut antara 30° - 60° flexion +2 jika lutut >60° flexion (tidak duduk)
Skor ditambah 0 (nol) apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai <5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat beban atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).
2) Grup B
Memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah dan telapak tangan.
a. Lengan atas
Table 4. 11 Tabel penilaian lengan atas
Nilai Gambar Keterangan
+1 20° extension - 20°
flexion
+2
>20° extension atau 20° - 45° flexion
+3 45° - 90° flexion
+4 >90° flexion
(Sumber: S. Hignett, L. McAtammey) Keterangan:
+1 jika posisi lengan abduksi dan memutar.
+1 jika bahu ditinggikan.
+1 jika bersandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi.
b. Lengan bawah
Table 4. 12 Tabel penilaian lengan bawah
Nilai Gambar Keterangan
+1 60° - 100° flexion
+2 <60° atau >100° flexion
(Sumber: S. Hignett, L. McAtammey) c. Telapak tangan
Table 4. 13 Tabel penilaian telapak tangan
Nilai Gambar Keterangan
+1 0° - 15° flexion atau
extension
+2 >15° flexion atau
extension (Sumber: S. Hignett, L. McAtammey)
Keterangan:
+1 jika pergelangan tangan menyimpang atau berputar.
Setelah semua pengukuran dilakukan, kemudian hasil pengukuran yang didapat diolah dengan tabel analisis metode REBA. Berikut merupakan tabel analisis dari REBA.
(Sumber : researchget.net)
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM
Dalam pengambilan data praktikum tentang postur kerja dengan menggunakan metode RULA dan REBA, dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut.
1. Objek manusia yang melakukan aktivitas kerja.
2. Kamera / handphone.
3. Lembar data.
4. Lembar kerja.
5. Alat tulis.
6. Balok (2 Kg).
7. Alat ukur (meteran).
Dan berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan praktikum tentang penilaian postur kerja pada manusia dalam melakukan aktivitas:
1. Mengobservasi aktivitas kerja yang dilakukan manusia.
2. Mengambil 2 gambar saat manusia melakukan aktivitas kerja pada bagian tubuh yang menjadi acuan untuk perhitungan menggunakan metode RULA dan REBA.
3. Menentukan beberapa foto yang memenuhi kriteria untuk menjadi bahan acuan untuk perhitungan.
4. Melakukan analisa dan perhitungan pada gambar yang telah ditentukan menggunakan metode RULA dan REBA termasuk dalam kategori berbahaya atau tidak pada lembar kerja.
D. LEMBAR KERJA
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email: [email protected]
LEMBAR PRAKTIKUM
Metode RULA:
A. Analisis lengan dan pergelangan tangan Langkah 1: Posisi lengan atas
Membentuk sudut 20° - 45° = +2 Langkah 2: Posisi lengan bawah Membentuk sudut 60° - 100° = +1 Langkah 3: Posisi pergelangan tangan
Telapak tangan tertekuk dengan sudut >15° = +3 Langkah 4: Putaran pergelangan tangan
Telapak tangan tertekuk pada posisi tengah = +1
Langkah 5: Cari skor postur pada tabel A dari langah 1 - 4 Skor = +3
Langkah 6: Penggunaan otot Postur sebagian besar statis = +1 Langkah 7: Gaya / beban
Beban < 4.4 Ibs = +0
Langkah 8: Temukan baris pada tabel C dari langkah 5 - 7 Skor = +4