• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "laporan - SIMAKIP"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Urgensi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Remaja
  • Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
  • Tahap Perkembangan Masa Remaja
  • Kesehatan Reproduksi Remaja
  • Pergaulan Bebas
  • Perilaku Penyimpangan Seksual
  • Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual

Sedangkan seks bebas adalah hubungan antara pria dan wanita tanpa ikatan pernikahan. Dalam penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas dapat dijelaskan penyebab dan akibat pergaulan bebas kepada para remaja khususnya para pelajar. Dengan cara ini mereka dapat menghindari hal-hal yang akan membawa mereka ke seks bebas.

Pada dasarnya setiap individu menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri, sehingga seks bebas dihindari. Pada dasarnya mereka yang melakukan seks bebas paham bahwa yang mereka lakukan itu salah. Pacaran sangat erat kaitannya dengan seks, karena tidak sedikit dari mereka yang melakukan seks bebas dengan orang yang mereka cintai.

Jika 23 remaja atau pelajar sendirian di tempat yang sunyi, akan ada orang ketiga yaitu setan yang dapat menjurus pada seks bebas. Munakahat adalah salah satu cara yang ditawarkan Islam sebagai solusi seks bebas.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Subjek atau Responden
  • Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisis Induksi
  • Kerangka Penelitian

Hasil kuesioner Skala sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi Hasil kuesioner pada bagian ini menunjukkan skala sikap remaja terhadap kesehatan reproduksinya. Dari Tabel 4.1 terlihat skala kecenderungan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi pada pernyataan 1 dengan persentase sebesar 66,5% menunjukkan sangat tidak setuju dengan boleh dilakukannya hubungan seks sebelum menikah. Sebanyak 41,5% remaja sekolah setuju dengan pernyataan 5 bahwa pendidikan kesehatan reproduksi tidak perlu diberikan di sekolah.

Hasil kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kesehatan reproduksi remaja putri, hal yang diukur dalam penelitian ini meliputi 10 jenis pernyataan kepatuhan terkait perilaku kesehatan reproduksi remaja putri yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat hasil kuisioner perilaku kesehatan reproduksi remaja putri yaitu untuk pernyataan 1 tentang membersihkan alat vital dengan sabun yang memiliki PH tinggi (34,6%), pernyataan 2 tentang membersihkan alat kelamin setelah buang air kecil ( BAK) atau buang air besar dengan air bersih (99%), pernyataan 3 tentang mengganti pembalut 4-5 kali sehari saat haid (51,2%), pernyataan 4 tentang menggunakan celana dalam berbahan karet (26,9%), pernyataan 5 tentang menggunakan celana dalam katun ( 79,8%), 6. pernyataan tentang mengganti celana dalam jika basah (94,2%), 7. pernyataan tentang pemeriksaan rutin ke dokter untuk deteksi dini kanker organ reproduksi (27,8% ), pernyataan 8 tentang selalu membersihkan alat kelamin setelah buang air besar dimulai dari depan ke belakang (90,4%), pernyataan 9 tentang selalu mengeringkan alat kelamin setelah buang air kecil atau besar dengan handuk atau tisu yang kering dan bersih (81,7%), 10 pernyataan tentang selalu mencuci tangan sebelum dan. Pada pernyataan pada angket tentang perilaku kesehatan reproduksi remaja putri terdapat beberapa pernyataan yang tidak dijawab oleh responden, kecuali pernyataan no. 4 dan 7.

Hasil kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui perilaku kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki. Hal-hal yang diukur dalam penelitian ini meliputi 7 jenis pernyataan konformitas tentang perilaku kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa hasil angket perilaku kesehatan reproduksi remaja laki-laki terdapat pada pernyataan 1 tentang selalu memangkas bulu kelamin di sekitar penis (26,7%), pernyataan 2 tentang menggunakan celana dalam yang ketat untuk menopang penis. (36,6%), pernyataan 3 tentang selalu memeriksakan diri ke dokter kulit dan kelamin jika terdapat luka dan lecet pada buah zakar (32,4%), pernyataan 4 tentang sering melakukan pengobatan sendiri jika daerah sekitar buah zakar terasa gatal (66,2%), pernyataan 5 tentang selalu memakai celana dalam yang tidak ketat untuk memperlancar peredaran darah di penis (57,7%). Data penelitian tentang sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dapat mencerminkan perilaku seksual mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, 10,5% remaja sangat setuju bahwa pendidikan kesehatan reproduksi tidak perlu diberikan di sekolah formal. Pengetahuan tentang perilaku kesehatan reproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja, jika perilaku kesehatan reproduksi pada remaja tidak memiliki pengetahuan yang baik. Kesehatan reproduksi dapat dimulai sejak dini dari diri sendiri dalam hal kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena dari situ kita dapat terhindar dari perilaku seksual yang menyimpang.

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil mengenai perilaku kesehatan reproduksi siswi di Bekasi adalah baik. Orang tua dan guru hendaknya lebih memantapkan perannya dalam program pendidikan dan pengawasan kesehatan reproduksi agar tidak mudah terpengaruh hal-hal yang tidak baik. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Secara keseluruhan, kuesioner berisi 10 pernyataan positif dan negatif yang harus diisi oleh responden muda untuk mengetahui tingkat pengetahuan mereka tentang reproduksi wanita dan pria. Berdasarkan data grafik di atas diketahui bahwa pada pernyataan 1 sebanyak 86% remaja mengetahui ciri-ciri gender primer dan sekunder pada remaja laki-laki, dan sebanyak 14% remaja masih belum mengetahui. Pada pernyataan 2, 92% remaja putri menjawab benar tentang ciri-ciri gender primer remaja putri, namun masih ada 8% siswa putri yang tidak menjawab.

Pada pernyataan 4, sebanyak 92% remaja mengetahui bahwa perkembangan alat kelamin sangat berpengaruh terhadap minat remaja terhadap lawan jenis, sedangkan 8% Pada pernyataan 6, sebanyak 37% remaja usia sekolah mengetahui bahwa masturbasi (masturbasi) merupakan salah satu bentuk seks pranikah yang berisiko, namun sebesar 63%. Pada pernyataan 9 diketahui bahwa 71% remaja mengetahui bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh hubungan seks pranikah, dan sisanya 29% tidak mengetahuinya.

Pada pernyataan 2, remaja menunjukkan sikap sangat tidak setuju dengan prosentase 68% jika setiap orang boleh berganti-ganti pasangan seks. Pada pernyataan 4, sekitar 59,8% remaja sekolah menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa tindakan aborsi atau aborsi adalah dosa. Pada pernyataan 7, sebanyak 52,7% remaja sangat tidak setuju dengan kalimat seks pranikah merupakan pergaulan modern.

Dalam pernyataan 8, yang menyatakan bahwa seks pranikah adalah dosa bagi agama yang Anda anut, sebanyak 60,7% siswa muda menyatakan sangat setuju. Pada pernyataan 9, 41,4% remaja tidak setuju bahwa ciuman, belaian, dan pelukan dari pacar merupakan ungkapan kasih sayang, sedangkan persentase tertinggi kedua, 39,7%, sangat tidak setuju. Pada pernyataan ke-10, 56,1% remaja sangat tidak setuju dengan pernyataan menjaga keutuhan hubungan. Saya tidak akan menghindarinya jika pacar saya menyentuh area erotis/erogen.

Data dari hasil penelitian ini diperoleh untuk mengetahui perilaku seksual menyimpang remaja perempuan dan laki-laki. Total ada 10 pertanyaan jika dijumlahkan, maka 8 pertanyaan untuk semua jenis kelamin dan sisanya 1 pertanyaan khusus untuk wanita tentang menstruasi dan 1 pertanyaan lagi khusus untuk pria tentang mimpi basah. 36 Ciri pubertas pada wanita dengan mengalami menstruasi sedangkan pada pria dengan mengalami mimpi basah.

Gambar 4.4.  Data Hasil Usia Pertama Menstruasi pada  Perempuan
Gambar 4.4. Data Hasil Usia Pertama Menstruasi pada Perempuan

Pembahasan

42 karena mereka adalah perempuan untuk menunjukkan karakteristik gender pada remaja laki-laki dan sebaliknya untuk karakteristik perkembangan seksual pada remaja perempuan. Jawaban remaja perempuan dan laki-laki salah karena tidak mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari sehingga melupakan konsep tanda-tanda perkembangan gender primer pada laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak benar, masturbasi oleh perempuan dan laki-laki mempunyai resiko kesehatan, terutama bagi yang belum menikah, dalam hal: a) menimbulkan rasa sakit pada alat kelamin bagian luar, b) merusak selaput dara, c) impotensi atau hipotensi saat menikah, d ) mengganggu ejakulasi normal, e) melemahkan kecerdasan otak, baik hard skill maupun soft skill, karena akan sering berfantasi atau berpikir kotor, f) daya tahan tubuh lemah jika terlalu banyak sperma yang keluar, g) kemungkinan berkembangnya prostat kanker pada usia tua lebih besar, h) dapat mengalami insomnia, i) pada fase kronis, ketika menahan diri dari masturbasi, tetapi sperma justru keluar dengan sendirinya, ini akibat perintah otak yang sudah tidak mampu lagi ditahan itu, j) murung atau mudah tersinggung, biasanya dengan masturbasi/masturbasi, dan k) mengganggu kehidupan sosial.

Apalagi, sekitar 40% remaja di Bekasi menegaskan bahwa berhubungan seks sekali saja tidak menyebabkan kehamilan. Ada 2,9% dari sampel penelitian yang sangat tidak setuju apakah perempuan dan laki-laki harus menunggu sampai dewasa dan menikah sebelum berhubungan seks. Peran orang tua, masyarakat dan guru sebagai pembimbing sangat diperlukan dalam hal ini untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual pada remaja.

Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa 70% remaja putri atau mahasiswi di wilayah Bekasi memelihara perilaku kesehatan reproduksinya sendiri, sedangkan 57% siswa laki-laki di wilayah Bekasi memperhatikan perilaku kesehatan reproduksinya. Pendidikan perilaku tentang kesehatan reproduksi harus disampaikan secara tepat dan benar kepada remaja, mulai dari lingkungan keluarga misalnya orang tua memberikan informasi yang profesional dan terbuka atau bahkan dari sekolah memberikan pendidikan seks sekolah karena hasil review dari 35 penelitian di negara maju dan berkembang. negara berkembang menyimpulkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dalam kurikulum pendidikan tidak mengarah pada hubungan seksual dini maupun peningkatan aktivitas seksual remaja (Notoatmodjo, 2007). Menurut WHO hal ini dapat dihubungkan di berbagai negara yang menunjukkan bahwa informasi yang baik dan benar dapat mengurangi masalah reproduksi pada remaja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69,9% pelajar muda di Bekasi mengetahui konsep dasar reproduksi remaja. Ditemukan bahwa 70% remaja putri di Bekasi mempertahankan perilaku kesehatan reproduksinya sendiri, sedangkan 57% remaja pria memperhatikan perilaku kesehatan reproduksinya. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan untuk mengidentifikasi gangguan perilaku seksual tertentu seperti pedofilia, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) pada remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Ciri-ciri seks primer dan sekunder pada remaja laki-laki adalah mimpi basah, tumbuhnya rambut pada daerah tertentu. Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1 Saya membersihkan bagian vital. Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1 Saya selalu memotong rambut kemaluan saya.

Gambar 1. Remaja pelajar mengisi kuesioner
Gambar 1. Remaja pelajar mengisi kuesioner

SIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Gambar 4.1  Tingkat Pengetahuan Reproduksi Remaja
Gambar 4.4.  Data Hasil Usia Pertama Menstruasi pada  Perempuan
Gambar 4.6  Persentase Sumber Informasi tentang Seks
Gambar 4.7.  Persentase Memiliki Pacar
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

For item 1 (in Figure 3), the students usually listen to English songs. Figure 3 shows that the students like all English songs, including my favourite songs. Listening to English