• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TEKNOLOGI FARMASI IN PROCESS CONTROL (IPC) PEMBUATAN TABLET & EVALUASI GRANUL

N/A
N/A
Ivana Riwu

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN TEKNOLOGI FARMASI IN PROCESS CONTROL (IPC) PEMBUATAN TABLET & EVALUASI GRANUL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TEKNOLOGI FARMASI

IN PROCESS CONTROL (IPC) PEMBUATAN TABLET & EVALUASI GRANUL

Disusun Oleh:

Nama : Ahmad Risyaldi (M18030001)

Zulwak Mubarak (M18030003) Lalu Ibrahim (M18030018) Tanggal Praktikum : 3 Maret 2020

Dosen : Dwi Larasati M.Pharm,.Sci., Apt.

LABORATORIUM DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA

2020

(2)

IN PROCESS CONTROL (IPC) PEMBUATAN TABLET & EVALUASI GRANUL

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa diharapkan dapat membuat granul dan memahami IPC (In Process Control) dalam pembutan tablet.

2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami macammacam evaluasi sifat fisik granul.

B. DASAR TEORI a. Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan bahan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan. Berdasarkan metode pembuatan dapat dibedakan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak keuntungannya dalam desain dan pembuatannya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavaibiltas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan lambatnya kelarutan, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakkan kohesi yang baik da zat amorf atau gumpalan.

Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya dan tidak mempunyai masalah bioavaibiltas, mendesain dan memproduksi obat tersebut masih banyak tantangannya sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.

Tablet tersusun atas beberapa komponen seperti zat aktif dan zat eksipien atau tambahan. Yang termasuk zat tambahan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pengembang, bahan pelican, glidan, bahan penyalut, ajuvan seperti pewarna dan pengaroma.

1. Bahan pengisi (diluent atau filler)

Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa (Avicel). Bahan

(3)

pengisi dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik.

2. Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya.

Bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet.

Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian pula kekompakan tablet dapat dipengaruhi, baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat. Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang digunakan pada saat granulasi. Bahan pengikat yang umum digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, PVP (povidon), metil selulosa, karboksimetil selulosa dan pasta pati terhidrolisa.

3. Bahan penghancur (disintegrant)

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tabletnya pecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga memungkinkan larutnya obat dari obat dan tercapainya bioavabilitas yang diharapkan.

Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan.

4. Bahan pelicin (lubricant)

Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung. Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu dilakukan penambahan bahan

(4)

pelicin karena kadang terjadi masalah. Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping karena banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%.

Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk, magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat, likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika terletak di luar granul.

b. Metode pembuatan tablet

1. Metode granulasi basah (wet granulation)

Granulasi basah merupakan suatu proses perubahan dari bentuk serbuk halus menjadi granul dengan bantuan larutan bahan pengikat yang sesuai.

Pada metode granulasi basah ini bahan pengikat yang ditambahkan harus mempunyai jumlah yang relatif cukup, karena kekurangan atau kelebihan sedikit saja bahan pengikat akan menyebabkan granul yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dan akan mempengaruhi hasil akhir tablet.

Adapun keuntungan metode granulasi basah:

a. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa yang kompak, mempunyai penampilan, cukup keras dan tidak rapuh.

b. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi dibuat dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang menyebabkan bobot tablet

lebih besar.

c. Sistem granulasi basah mencegah terjadinya segregasi komponen penyusun tablet yang homogen selama proses pencampuran.

(5)

d. Untuk yang hidrofob maka granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat yang cocok.

Kelemahan granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta disolusi obat lebih lambat. Pada metode ini memerlukan peralatan dan penanganan khusus serta tenaga yang cukup besar.

2. Metode granulasi kering (dry granulation)

Metode pembuatan tablet yang digunakan jika dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya yang mana merintangi dalam granulasi basah.

8 Pada metode granulasi kering, granul terbentuk oleh penambahan bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya lebih besar (slugging) dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil.

3. Metode cetak langsung (direct granulation)

Keuntungan penggunaan metode ini adalah waktu produksi yang lebih singkat, dapat dipakai untuk bahan yang tidak tahan air, tetapi kerugiannya adalah sering terjadi pemisahan antar partikel (segregation) pada waktu partikel turun di hopper ke die sehingga terjadi ketidakseragaman bahan aktif.

c. Evaluasi dalam pembuatan granul

Bahan obat sebelum dibuat tablet pada umumnya dicampur terlebih dahulu bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet.

Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing) menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlalu kering, dna hancur baik didalam air. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain :

(6)

1. Waktu alir serbuk

Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh kedalam corong alat uji waktu alir dan dirarakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik.

2. Sudut diam serbuk

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik.

3. Pengetapan serbuk

Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (vo) dengan volume setelah pengetapan (vt).

C. ALAT DAN BAHAN 1. Formula & Bahan

Formula I

R/ Laktosa 100 mg Sol. Gelatin 5% qs Amilum kering 30 mg Formula II R/

Laktosa 100 mg Sol. Gelatin 5% qs Amilum kering 30 mg Talk 10 mg

(7)

2. Alat N O

ALAT NO ALAT

1 Beaker glass 6 Timbangan analitik

2 Loyang 7 Oven

3 Ayakan 8 Gelas ukur

4 Sendok 9 Penggaris

5 Cawan Petri 10 Corong

3. Perhitungan

Semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat 500 tablet.

Formula I

R/ Laktosa 100 mg

100 mg x 500 = 50000 mg = 50g Sol. Gelatin 5% qs

Amilum kering 30 mg

30 mg x 500 = 15000 mg = 15g Formula II

R/ Laktosa 100 mg

100 mg x 500 = 50000 mg = 50g Sol. Gelatin 5% qs

Amilum kering 30 mg

30 mg x 500 = 15000 mg = 15g Talk 10 mg

10 g x 500 = 5000 mg = 5g D. CARA KERJA

a. Pembuatan Granul

1. Timbang semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat 1500 tablet.

2. Buat solutio gelatin 5%.

3. Campur amilum dan laktosa hingga homogen.

(8)

4. Tambahkan solutio gelatin pada campuran sedikit demi sedikit sampai diperoleh masa yang kempal.

5. Ayak masa basah menggunakan ayakan no. 12 mesh hingga terbentuk granul basah.

b. Penentuan kandungan lembab granul

1. Timbanglah granul basah yang diperoleh sebanyak 6 kali masing-masing sebanyak 20 gram.

2. Masukkan masing-masing granul dalam petri untuk dikeringkan pada waktu 15,30,45,60 menit dan 3 hari (timbanglah cawan petri kosong dan tutup terlebih dahulu).

3. Bukalah cawan petri sewaktu dalam almari pengering.

4. Tutuplah kembali cawan petri setelah selesai waktu pengeringan dan biarkan dingin.

5. Timbanglah kembali granul kering dan cawan untuk mengetahui berat granul kering.

6. Hitunglah kandungan lembab granul kering masing-masing waktu pengeringan.

7. Buatlah kurva hubungan waktu dan kandungan lembab granul.

c. Evaluasi

i. Pengetapan

1. Masukkan sejumlah granul ke dalam gelas ukur yang dimiringkan.

2. Tegakkan gelas ukur dan tambahkan lagi granul sampai volume 100 mL (catat sebagai V0).

3. Pasang gelas ukur pada alatnya, kemudian nyalakan rotor.

4. Catat perubahan volume pada menit: ke-5, 10, 25, 50 dan 100 menit (catat sebagai Vt). Apabila belum diperoleh volum konstan maka lanjutkan sampai diperoleh volum konstan (catat sebagai Vk).

(9)

5. Hitung nilai T% (setelah diperoleh volum konstan).

6. Catat berat granul yang digunakan.

T% : VoVt

Vo ×100 % Keterangan:

Vo : Bobot granul awal

Vt : Bobot granul setelah pengetapan ii. Sifat Alir

Masukkan granul sebanyak 25 g ke dalam corong yang sebelumnya sudah ditutup bagian bawahnya. Tarik tutup bagian bawah dan hidupkan stop watch bersamaan. Catat waktu yang diperlukan untuk semua granul mengalir dan hitung kecepatan alir granul dalam gram per detik (kecepatan alir granul yang baik yaitu kurang dari 100 g/10 detik).

Satuan waktu alir: g/detik iii. Sudut Diam

Masukkan granul seberat 50 gram secara perlahan dengan arah memutar ke dalam alat (lubang bagian bawah ditutup). Buka penutup lubang bagian bawah, sehingga granul akan mengalir.

Ukur tinggi kerucut yang dihasilkan. Lakukan pengukuran selama 3 kali. Hitung sudut diam granul dengan rumus persamaan:

Hitung a (sudut istirahat) menggunakan persamaan berikut:

tg a= tinggi k erucut jarijari kerucut

(10)

E. HASIL PENGAMATAN

1. Evaluasi Laju Pengeringan Granul Kurva laju pengeringan

Formula I

menit ke 15 menit ke 30 menit ke 45 menit ke 60 hari ke 3 0

5 10 15 20 25

cawan petri A cawan petri B cawan petri C

Kurva laju pengeringan Formula II

menit ke 15 menit ke 30 menit ke 45 menit ke 60 hari ke 3 0

5 10 15 20 25

cawan petri A cawan petri B cawan petri C

10

(11)

2. Pengetapan Formulasi I T% = 100−85

100 ×100 % T%= 15%

Formulasi IIT% = 100−90

100 ×100 % T%= 10%

3. Waktu Alir Formulasi I

Waktu percobaan 1 = 25 g / 4.22 detik = 5.9 g/detik Waktu percobaan 2 = 25 g / 3.91 detik = 6.3 g/detik Formulasi II

Waktu percobaan 1 = 25 g / 2.83 detik = 8.8 g/detik Waktu percobaan 2 = 25 g / 2.74 detik = 9.1 g/detik 4. Sudut Diam

Formulasi I Diameter 10 cm Tinggi 3.2cm tg a=3.2

5 tg a=0.64

Formulasi II Diameter 10 cm Tinggi 3.2cm tg a=3.2

5 tg a=0.64

11

(12)

F. PEMBAHASAN 1. Evaluasi Granul

a. Pengetapan

Pada praktikum yang kami lakukan. Granul yang dihasilkan memiliki indeks pengetapan untuk formulasi I sebesar 15% dan formulasi II sebesar 10 % b. Waktu Alir

Pada praktikum yang kami lakukan. Granul yang dihasilkan memiliki sifat alir yang cukup baik karena hampir sesuai dengan persyaratan yang berlaku, yaitu 10g/detik. Percobaan yang kami lakukan menggunakan 25 g granul dan membutuhkan waktu untuk formulasi I sebesar 4.22 detik dan 3.91 detik. Serta formulasi II sebesar 2.83 detik dan 2.74 detik

c. Sudut Diam

Pada praktikum yang kami lakukan. Granul yang dihasilkan memiliki sudut diam sebesar 0.64 pada kedua formulasi

G. KESIMPULAN

Tablet adalah sediaan bahan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan.

Uji Evaluasi Granul terdiri dari:

Pengetapan Sifat Alir Sudut diam

Granul yang kami hasilkan memiliki sifat alir dan pengetapan yang baik, tetapi memiliki kadar lembab yang kurang baik.

H. DAFTAR PUSTAKA

12

(13)

Larasati. D, 2020, Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Farmasi, STIKes Madani, Yogyakarta

Syamsuni, 2012. Ilmu resep. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia edisi III Jakarta

Depkes RI 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta

Maryani, dkk 2014. Ilmu resep kelas XII . pilar utama mandiri : Jakarta

Ansel. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat. Jakarta : universitas Indonesia press

13

Referensi

Dokumen terkait

4.2 People outside of the target policy According to data obtained from BPMPK about achieving PBL policy is more emphasis on infrastructure development of the environment and the