Mata Kuliah
PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIKA Laporan Tugas Membaca
“Apa Itu Teologi”
Buku Christian Theology Penulis Millard J. Erickson
Disusun oleh:
Nama : Vini Kartika Sari NIM : 2023010177 Semester : III
Dosen : Ermanayono, M, Th
PRODI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL BANJARBARU 2024
Teologi (Millard J. Erickson)
Manusia adalah sosok yang kompleks dan mengagumkan, mampu melakukan kegiatan fisik yang rumit dan memikirkan hal yang abstrak sehingga menghasilkan sesuatu yang indah dan luar biasa. Dalam keberadaannya manusia merupakan sosok yang religius terlihat dari dimanapun manusia berada dengan letak geografis yang terpisah dan budaya yang berbeda didalam setiap catatan sejarah ditemukan catatan tentang agama.
Agama adalah salah satu istilah yang kita anggap dipahami tetapi hanya sedikit yang benar-benar bisa mendefinisikannya. Ciri-ciri umum tertentu muncul dalam banyak deskripsi tentang agama, dimana adanya kepercayaan manusia terhadap suatu pribadi yang lebih tinggi dari pribadi manusia sendiri. Agama juga biasanya melibatkan pandangan dunia dan kehidupan, yaitu suatu perspektif atau gambaran umum mengenai realitas secara keseluruhan, dan suatu konsepsi tentang bagaimana individu berhubungan dengan dunia dalam perspektif ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menemukan satu esensi umum dalam semua agama. Misalnya pada sebagian besar Abad Pertengahan, khususnya di Barat, agama dianggap sebagai keyakinan atau dogma. Yang membedakan agama Kristen dengan Yudaisme atau Hinduisme adalah seperangkat kepercayaan yang berbeda. Ketika Reformasi terjadi, doktrin (atau dogma) yang berbeda-beda dianggap sebagai pembeda antara Kristen Protestan dan Romawi Katolik. Bahkan denominasi Protestan dipandang berbeda satu sama lain terutama dalam gagasan mereka tentang peran masing-masing ilahi kedaulatan dan kebebasan manusia, baptisan, struktur gereja pemerintah, dan topik serupa.
Namun, dengan dimulainya abad kesembilan belas, pemahaman lokus agama bergeser. Friedrich Schleiermacher, dalam bukunya On Religion : Speeches to Its Cultured Despisers, menolak gagasan tentang dogma atau etika sebagai lokus agama. Perumusan Schleiermacher sebagian besar merupakan reaksi terhadap penelitian dari Immanuel Kant.
Meskipun Kant lebih merupakan seorang filsuf daripada seorang teolog namun dia mempunyai dampak yang sangat besar terhadap filsafat agama, dia dikenal dengan 3 kritiknya yaitu : The Critique of Pure Reason (1781), The Critique of Practical Reason (1788) dan The Critique of Judgment (1790). Dalam upayanya, ia menyangkal gagasan bahwa pengetahuan teoritis tentang objek-objek yang melampaui pengalaman inderawi adalah mungkin. Hal ini tentu saja membuang kemungkinan adanya pengetahuan nyata atau kognitif dasar bagi agama seperti yang dipahami secara tradisional. Namun sebaliknya, Kant yakin bahwa agama adalah objek dari alasan praktis. Dia menganggap bahwa Tuhan, norma-
norma dan kehidupan abadi diperlukan sebagai postulat yang tanpanya moralitas tidak bisa berfungsi. Dengan demikian agama menjadi persoalan etika. Pandangan agama ini diterapkan pada teologi Kristen oleh Albrecht Ritschl, yang mengatakan bahwa agama adalah masalah penilaian moral.
Lalu bagaimana kita memandang agama? Penulis berpendapat bahwa agama memang merupakan keyakinan atau doktrin, perasaan atau sikap dan cara hidup atau cara berperilaku.
Kekristenan memenuhi semua kriteria agama ini. Ini adalah sebuah cara hidup, jenis perilaku dan gaya hidup. Dan ini bukan hanya tentang pengalaman individu yang terisolasi, tetapi tentang melahirkan kelompok sosial. Kekristenan juga melibatkan perasaan-perasaan tertentu, seperti ketergantungan, cinta, dan kepuasan. Dan Kekristenan tentu saja melibatkan serangkaian hal ajaran, cara memandang realitas dan diri sendiri, serta cara pandang dari mana seluruh pengalaman menjadi masuk akal. Maka, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa memegang keyakinan bahwa Yesus dipegang dan diajarkan adalah bagian dari apa artinya menjadi seorang Kristen atau pengikut tentang Kristus.
Definisi Teologi.
Kajian ilmu tentang Tuhan merupakan kajian awal atau dasar dari definisi teologi.
Namun, Tuhan dalam agama Kristen adalah pribadi yang aktif harus ada definisi yang lebih luas termasuk tentag pekerjaan Tuhan dan hubungan Tuhan dengan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, teologi juga berupaya memahami karya ciptaan Tuhan, khususnya manusia dan keberadaannya juga karya penebusan Tuhan dalam hubungannya dengan umat manusia. Jadi definisi lebih luas tentang teologi adalah disiplin ilmu yang berusaha memberikan pernyataan yang terpadu tentang doktrin-doktrin iman Kristen yang terutama didasarkan pada Alkitab, ditempatkan dalam konteks budaya secara umum, diungkapkan dalam idiom kontemporer, dan terkait dengan masalah kehidupan.
Teologi bersifat Alkitabiah, sistematik, terhubung dengan isu-isu umum tentang budaya dan dapat juga menjawab permasalahan di masa kini serta dapat di praktekkan atau dilakukan.
Teologi Sistematik pada Peta Teologi
“Teologi” adalah istilah yang banyak digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi lebih dekat untuk istilah-istilah yang kita gunakan dalam teologi. Dalam pengertian ini, teologi mencakup beragam subjek seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, sejarah gereja, teologi sistematika, khotbah, pendidikan Kristen, dan konseling. Dalam pengertian yang lebih spesifik teologi mengacu pada istilah bahasan doktrinal khusus dari iman Kristen.
Ada beberapa disiplin ilmu yang ada di dalam Teologi, yaitu :
Sistematika yang didalamnya ada Bibliologi, Teologi Proper, Kristologi, Penumatologi, Antropologi, Soteriologi, Ekklesiologi dan Eskatologi.
Historika yang didalamnya ada Teologi Purbakala, Teologi Pertengahan, Teologi Reformasi dan Teologi Modern.
Dogmatika yang didalamnya ada Calvinis, Arminian, Teologi Perjanjian, Dispensasional, Katolik.
Kontemporer yang didalamnya ada Liberal. Neo-Ortodoks, Radikal, Konservatif.
Teologi Sistematik dan Teologi Biblika
Saat penulis menganalisa hubungan teologi sistematika dengan upaya doktrinal lainnya, penulis menemukan hubungan yang sangat erat antara Teologi Sistematika dan Teologi Biblika. Teologi Biblika merupakan teologi dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau Teologi yang murni berdasarkan Alkitab. Dalam hal ini Teologi Sistematika dalam hal yang baik dan tepat mungkin akan menjadi Teologi Biblika. Bukan sekedar berdasarkan Teologi Biblika tapi menjadi Teologi Biblika itu sendiri. Jadi Teologi Biblika merupakan bahan untuk membentuk Teologi Sistematik.
Teologi Sistematik dan Teologi Historika
Teologi Historika merupakan pembelajaran Teologi yang berkembang sepanjang sejarah gereja. Jika Teologi Perjanjian Baru adalah Teologi Sistematika abad pertama maka Teologi Historika mempelajari Teologi Sistematika yang dianut dan diajarkan oleh berbagai Teologi sepanjang sejarah gereja. Para teolog yang mempelajari teologi sistematika menemukan nilai-nilai penting dalam studi tentang teologi historika. Pertama-tama, ini membuat kita lebih sadar diri dan kritis terhadap diri sendiri, lebih sadar akan anggapan kita sendiri sehingga mempelajari Alkitab (atau materi lainnya) dari perspektif tertentu yang berakar dari sejarah dan situasi budaya kita dan tanpa kita sadari kita menyaring dengan
pemahaman kita sendiri membuat suatu penafsiran yang membentuk persepsi. Nilai kedua dari teologi historika adalah kita dapat belajar melakukan teologi dengan mempelajari cara teolog pada jaman-jaman sebelumnya. Nilai ketiga teologi historika adalah dapat menjadi sarana untuk mengevaluasi gagasan sebelumnya.
Teologi Sistematik dan Teologi Filsafat
Teologi sistematika juga menggunakan teologi filsafat. Ada tiga kontribusi yang diyakini oleh para teolog berbeda sebagai filsafat atau filsafat agama yang mungkin membentuk teologi, yaitu filsafat dapat (1) menyediakan konten untuk teologi; (2) membela teologi, atau menegakkan kebenarannya; (3) mencermati konsep dan argumennya.
Pentingnya Teologi
1. Teologi penting karena keyakinan doktrinal yang benar sangat penting bagi hubungan antara orang percaya dan Tuhan. Salah satu dari ini kepercayaan berkaitan dengan keberadaan dan karakter Tuhan.
2. Teologi diperlukan karena kebenaran dan pengalaman saling berkaitan. Meskipun beberapa orang akan menyangkal atau setidaknya mempertanyakan hubungan ini, dalam jangka panjang menjalankan kebenaran akan mempengaruhi pengalaman kita.
3. Teologi diperlukan karena banyaknya tantangan di masa kini. Tantangan sekuler yang didalamnya termasuk humanisme yang menjadikan manusia sebagai objek nilai tertinggi dan metode ilmiah yang mencari kebenaran tanpa bantuan wahyu dari Tuhan.
Titik Awal Teologi
Para teolog berusaha mengembangkan penjabaran yang sistematis terhadap permulaan Teologi Kristen dan menghadapi dilema mengenai pertanyaan tentang titik awal teologi ini.
Haruskah teologi dimulai dengan gagasan tentang Tuhan, atau dengan sifat dan sarana pengetahuan kita tentang Dia? Dalam hal tugas kita di sini, haruskah doktrin Tuhan didahulukan, atau doktrin Kitab Suci?
Ada banyak argumen tentang titik awal teologi ini. Perkembangan ini menggunakan dua verietas pendekatan yaitu rasional dan empiris dan hasilnya sebagai berikut:
1) Tuhan itu eksis atau sungguh ada (poin ini diasumsikan sebagai kebenaran pertama atau ditetapkan oleh bukti empiris).
2) Tuhan telah secara khusus menyatakan diri-Nya di dalam Alkitab.
3) Wahyu khusus ini harus diselidiki untuk menentukan apa yang telah diwahyukan oleh Tuhan.
Atas dasar ini, baik Tuhan maupun wahyu diri-Nya diandaikan bersama-sama, atau kita menganggap Tuhan yang menyatakan diri sebagai satu kesatuan. Dari pembuktian dasar ini kita dapat melanjutkan untuk menguraikan keseluruhan sistem teologis dengan mengungkapkan isi Alkitab. Dan sistem ini akan berfungsi sebagai pandangan dunia yang, seperti pandangan lainnya, dapat diuji kebenarannya.
Teologi sebagai Ilmu
Apa yang harus kita katakan tentang teologi sebagai ilmu? Pertama-tama harus dicatat bahwa definisi ilmu pengetahuan yang ada terbatas pada pengetahuan alam dan yang kemudian cenderung membatasi pengetahuan yang sempit pada ilmu. Kedua, jika kita menerima kriteria tradisional untuk pengetahuan, teologi harus dianggap ilmiah karena : (1) Teologi mempunyai pokok bahasan yang pasti untuk dipelajari, terutama apa yang telah diwahyukan Tuhan tentang diri-Nya. (2) Teologi berkaitan dengan hal-hal objektif. Teologi tidak sekedar memberi ekspresi perasaan subyektif teolog atau orang Kristen. (3) Teologi mempunyai metodologi yang pasti untuk menyelidiki pokok bahasannya. (4) Teologi mempunyai metode untuk memverifikasi proposisinya. (5) Ada koherensi di antara proposisi pokok bahasannya. Ketiga, sampai batas tertentu, teologi memiliki kesamaan dengan bidang ilmu pengetahuan lainnya, yaitu : (1) Teologi tunduk pada prinsip atau aksioma dasar tertentu berdasarkan aturan logika yang sama seperti disiplin ilmu lainnya. (2) Teologi dapat dikomunikasikan. Apa yang dirujuk oleh seorang teolog agar dapat dipahami, diamati, dan diselidiki oleh orang lain juga. (3) Teologi menggunakan, setidaknya sampai batas tertentu, metode-metode yang digunakan oleh disiplin ilmu tertentu lainnya. (4) Ada kesamaan materi pelajaran dengan disiplin ilmu lain, bahwa beberapa proposisinya dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh ilmu alam, ilmu perilaku, atau sejarah serta ilmu lainnya.
Mengapa harus Alkitab.
Alkitab harus dijadikan sumber dan kriteria utama untuk membangun kita pemahaman teologi Kristen atau bahkan agama Kristen. Ini memerlukan analisis lebih dekat tentang hakikat Kekristenan. Kristen adalah sebuah gerakan yang mengikuti Yesus Kristus.
Sehingga Injil adalah sumber informasi sejarah yang dapat diandalkan (sebuah asumsi yang akan diuji nanti), kita harus mengacu pada asumsi tersebut untuk laporan tentang kehidupan
dan pengajaran Yesus. Kitab Perjanjian Lama yang merupakan kitab yang didukung oleh Yesus dipakai sebagai sumber lanjutan tentang Kekristenan.
Namun sebuah khotbah yang Alkitabiah tidak hanya terdiri dari kutipan-kutipan Alkitab yang dirangkai. Sebaliknya, ini melibatkan penafsiran, parafrase, analisis, dan sintesis ulang materi, dan menerapkannya pada situasi tertentu. Mereka menyesuaikan apa yang mereka katakan kepada pendengar, menggunakan nuansa makna yang sedikit berbeda untuk situasi yang berbeda. Dalam menjadikan Alkitab sebagai sumber utama atau sumber utama pemahaman kita, kita tidak sepenuhnya mengecualikan semua sumber lainnya.
Khususnya, jika Tuhan juga telah menyatakan diri-Nya secara umum dalam bidang-bidang seperti alam dan sejarah (seperti yang diajarkan oleh Alkitab sendiri), maka kita juga bisa melakukannya Periksalah ini dengan baik untuk mendapatkan petunjuk tambahan untuk memahami wahyu utama.