• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laprak limnologi kel.5

Diani Rizka Aufa

Academic year: 2023

Membagikan "Laprak limnologi kel.5"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIKUM LIMNOLOGI

PENGUJIAN SIFAT FISIKA KIMIA KUALITAS AIR

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Limnologi

Oleh

Kelompok 5 /Perikanan B

Diani Rizka Aufa 230110230061 Addinda Amaliyyah 230110230064 Marsha Sabilla Favela 230110230089 Aji Fatah Alim 230110230093 Izzan Miftahurrahman 230110230101 Muhamad Ilham Nugraha 230110230116

UNIVERSITASPADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul β€œLaporan Akhir Praktikum Limnologi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada praktikum limnologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor fisika dan kimia dalam perairan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada :

Bapak R. Mochamad Candra Wirawan Arief, Ph.

Teh Annisa & Kang Henry selaku asisten penanggung jawab mata kuliah Limnologi.

Dosen dan asisten mata kuliah Limnologi

Kami menyadari, tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Jatinangor, 13 November 2023

Kelompok 5

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktikum ... 1

1.3 Manfaat Praktikum ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kolam Rektorat Universitas Padjadjaran ... 3

2.2 Kualitas Air ... 3

2.2.1 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) ... 3

2.2.2 Suhu ... 3

2.2.3 Kecerahan ... 4

2.2.4 Alkalinitas ... 4

2.2.5 Karbondioksida Bebas ... 4

2.2.6 Nitrit ... 5

2.2.7 Nitrat ... 5

2.2.8 Fosfat ... 5

2.2.9 Ammonia ... 5

2.2.10 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ... 5

2.2.11 Potencial of Hydrogen (pH) ... 6

BAB III BAHAN DAN METODE ... 7

3.1 Waktu dan Tempat ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 7

3.2.1 Alat Praktikum ... 7

3.2.2 Bahan Praktikum ... 10

3.3 Prosedur Praktikum ... 12

3.3.1 Oksigen Terlarut ... 13

3.3.2 Suhu ... 13

(4)

iii

3.3.3 Potencial of Hydrogen (pH) ... 14

3.3.4 Kecerahan ... 14

3.3.5 Nitrit ... 15

3.3.6 Nitrat ... 15

3.3.7 Fosfat ... 15

3.3.8 Ammonia ... 15

3.3.9 Alkalinitas ... 16

3.3.10 Karbondioksida Bebas ... 16

3.3.11 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) ... 18

4.2 Suhu ... 18

4.3 Kecerahan ... 19

4.4 Alkalinitas ... 19

4.5 Karbondioksida Bebas ... 20

4.6 Nitrit ... 21

4.7 Nitrat ... 22

4.8 Fosfat ... 22

4.9 Ammonia ... 23

4.10 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 28

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum………..………….7

2. Bahan Praktikum………..10

(6)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum………29

2. Bahan Praktikum……….30

3. Kegiatan Praktikum...31

4. Perhitungan………..32

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.

Makhluk hidup di muka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air terutama organisme di perairan. Air yang bersih dan sehat sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan organisme di perairan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas suatu perairan diantaranya, Oksigen Terlarut, Suhu, potential of Hydrogen (pH), Kecerahan,

Alkalinitas, Karbondioksida Bebas, Nirit, Nitrat, Fosfat, Ammonia, dan Biochemical Oxygen Demand (BOD). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa suatu badan perairan terbebas dari zat pencemar. Dengan demikian kami melakukan uji coba pengukuran kualitas air di Kolam Rektorat Universitas Padjadjaran.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur beberapa parameter fisik dan kimia dalam air, yang berhubungan dengan kualitasnya, meliputi:

1. Mengukur suhu air: Suhu air memainkan peran penting dalam kualitas air. Pengukuran suhu dapat memberikan informasi tentang perubahan musiman, suhu optimal untuk organisme hidup, dan kemampuan air untuk mengekstraksi dan mengangkut zat kimia.

2. Mengukur pH air: pH adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan air.

Air yang terlalu asam atau terlalu basa bisa merusak lingkungan hidup air dan makhluk hidup di dalamnya. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan apakah air berada dalam kisaran pH yang dapat diterima.

(8)

3. Mengukur cahaya dalam air: Kekeruhan air mengacu pada jumlah partikel yang terlarut atau tersuspensi yang ada di dalamnya. Tingkat kekeruhan dapat menunjukkan keberadaan kontaminasi atau mineral tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas air.

4. Mengukur kandungan oksigen terlarut: Oksigen terlarut sangat penting untuk kelangsungan hidup organisme air. Kandungan oksigen yang cukup diperlukan untuk menjaga kehidupan akuatik yang sehat. Praktikum ini bertujuan untuk memastikan kandungan oksigen terlarut yang cukup dalam air.

5. Mengukur kandungan bahan kimia tertentu: Ada beberapa bahan kimia yang harus diukur dalam air, seperti logam berat, pestisida, atau bahan kimia organik. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kandungan bahan kimia tertentu dalam air dan memastikan bahwa air tidak terkontaminasi dengan levels yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Dengan melakukan pengujian ini, praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air dan menentukan aman tidaknya untuk perikanan.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni : 1. Secara teoritis, manfaat dari praktikum ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan referensi dan acuan ilmu pengetahuan mengenai kualitas dan parameter perairan melalui praktikum yang dilakukan.

2. Secara Praktis

a. mendapatkan informasi terkait kualitas air melalui parameter yang diuji b. mengetahui kualitas dan kesesuaian parameter perairan dalam perairan c. mendapatkan kesimpulan akhir sebab dan akibat yang mempengaruhi hasil

praktikum.

(9)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolam Rektorat Universitas Padjadjaran

Kolam rektorat merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Selain untuk pemeliharaan, kolam rektorat juga bisa dijadikan sebagai ikon rektorat UNPAD. Kolam rektorat UNPAD yang berbentuk lingkaran memiliki makna, yaitu melambangkan keber- samaan. Kebersamaan juga diartikan sebagai kesatuan.

2.2 Kualitas Air

Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakter fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukan ukuran kondisi air relative terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air sering kali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum (Diersing 2009).

2.3 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut adalah total jumlah oksigen yang terlarut di air.

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad makhluk hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Umumnya oksigen terlarut dijumpai pada lapisan permukaan karena oksigen terlarut dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut berdifusi ke dalam air laut (Hutabarat dan Evans 1985).

2.4 Suhu

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Lalu suhu merupakan besaran fisik yang perlu diukur dan dikontrol untuk berbagai keperluan.

(10)

Pengamatan suhu di Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) suhu juga penting (Mulyanto 1992).

2.5 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh,dan yang paling keruh (Hamuna 2018).

2.6 Alkalinitas

Alkalinitas air yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan adalah alkalinitas. Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat, dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan satuan (mg/l) 2.7 Karbondioksida Bebas

Senyawa CO2 bebas adalah karbondioksida berbentuk molekul.

Senyawa CO2 yang dibutuhkan organisme autotrof untuk proses fotosintesis, adalah CO2- bebas atau CO2 pengimbang. Namun beberapa jenis tumbuhan dapat memanfaatkan HCO3- (bikarbonat) setelah terlebih dahulu dikonversi menjadi CO2- bebas dengan bantuan enzim carbonic anhydrase yang terdapat dalam tubuh organisme. Ketersediaan karbondioksida dalam perairan sangat ditentukan oleh kapasitas penyangga (buffer capacity) yang biasanya dinyatakan dengan nilai

(11)

5

Alkalinitas dengan satuan miligram eqivalen kalsium karbonat (meq/l CaCO3) (Susana 1988).

2.8 Nitrit

Nitrit merupakan bentuk antara oksidasi ammonia ke nitrat atau reduksi nitrat ke ammonia. Konsentrasi nitrit dan nitrat dalam air dapat menyebabkan gangguan diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan gila tidak tertolong akan meninggal (Amalia et al. 2021).

2.9 Nitrat

Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient (Effendi 2003).

2.10 Fosfat

Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolism dan pembentukan protein. Fosfat yang merupakan salahn satu senyawa nutrient yang sangat penting di laut. Di perairan laut, fosfat berada dalam bentuk organik dan anorganik terlarut serta partikulat fosfat (Chair 2020) 2.11 Ammonia

Goldman and Horne (1983) menyebutkan bahwa pada keadaan pH perairan yang alkalis dapat memicu terjadinya peningkatan konsentrasi ammonia bebas (undissosiated ammonia) berupa NH3–N yang bersifat toksik terhadap organisme hewan air, terutama ikan, pada pH 7,0 dan suhu sebesar 25oC hanya 0,55 % dari Total Ammonia Nitrogen (TAN) berada sebagai NH4OH (ammonia) hampir tidak ada sebagai NH3–N (amoniak bebas) dan sisanya sebagai NH4+ (ammonium) (Goldman dan Horne 1983).

2.12 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

(12)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan suatu karakteristik yang menunjukan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang berada dalam suatu perairan. Semakin besar konsentrasi Biochemical Oxygen Demand (BOD) di dalam suatu perairan, maka hal itu menunjukan konsentrasi bahan organik yang tinggi di perairan tersebut (Rahmawati et al. 2005) 2.13 Potencial of Hydrogen (pH)

Segala sesuatu yang berhubungan dengan air membutuhkan pengukuran pH. Salah satu contohnya darah yang mengalir dalam tubuh manusia memiliki pH antara 7,35-7,45 dan bila pH tidak terjaga maka dapat berakibat fatal. Contoh lain terdapat pada hujan yang umumnya berada di kisaran pH 5.6, namun pada kasus tertentu dapat turun hingga pH 4-5 yang dikenal sebagai hujan asam. Namun yang perlu digarisbawahi disini adalah pH merupakan ukuran kosentrasi ion hidrogen pada suatu larutan, cairan atau apapun yang masih mengandung air di dalamnya. Jangkauan pH berada mulai dari 0-14 dimana titik tengah di nilai 7 dan ini adalah titik netral. Lebih dari pH 7 dikategorikan basa dan kurang dari pH 7 dikategorikan asam (Kohlmann, 2003).

(13)

7

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Limnologi dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 2023 di Kolam Rektorat dan Laboratorium

3.2 Alat dan Bahan

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Limnologi, disertakan dalam bentuk tabel dibawah ini.

3.2.1 Alat Praktikum

Adapun alat – alat praktikum dapat dilihat pada Tabel. 1

Parameter No Nama Alat Fungsi

Oksigen Terlarut 1.

2.

3.

4.

5.

DO Meter Botol Aquades Botol Winkler Termometer Hg

Alat titrasi (buret, Erlenmeyer, dan gelas ukur)

Untuk mengukur oksigen terlarut Untuk tempat aquades Untuk menyimpan air sampel

Untuk mengukur suhu air

Untuk mentitrasi larutan

Suhu 1.

2.

Termometer Botol aquades

Untuk mengukur suhu air

Untuk tempat aquades

pH 1.

2.

pH meter Botol aquades

Untuk mengukur kadar keasaman perairan Untuk tempat aquades

(14)

Parameter No Nama Alat Fungsi Kecerahan 1.

2.

Secchi disk Penggaris

Untuk mengukur kecerahan Untuk mengukur panjang tali Alkalinitas 1.

2.

Alat titrasi (buret, Erlenmeyer, dan gelas ukur)

Pipet Ukur

Untuk mengukur karbondioksida bebas Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

Karbondioksida Bebas

1.

2.

Alat titrasi (buret, Erlenmeyer, dan gelas ukur)

Piper ukur

Untuk mengukur karbondioksida bebas Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

Nitrit

1.

2.

Nitrit kit Gelas ukur

Untuk mengukur kadar nitrit

Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

Nitrat

1.

2.

Nitrat kit Gelas ukur

Untuk mengukur kadar nitrat

Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

Fosfat

1.

2.

1.

Fosfat kit Gelas ukur

Untuk mengukur kadar fosfat

Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

Ammonia

1.

2.

Spektrofotometer Gelas ukur

Untuk mengukur

transmitan suatu sampel Untuk mengukur larutan yang akan dipakai

(15)

9

Parameter No Nama Alat Fungsi

3.

4.

5

6..

Pipet ukur Tabung reaksi Termometer

pH meter

Untuk mengukur larutan yang akan dipakai Untuk mereaksikan dua larutan

Untuk mengukur suhu air

Untuk mengukur kadar keasaman perairan

BOD

1.

2.

3.

4.

BOD inkubator Botol winkler

Kertas saring Alat titrasi(buret, Erlenmeyer, dan gelas ukur)

Untuk menganalisa empiris suatu larutan Untuk menyimpan air sampel

Untuk memisahkan zat padat dari cairan Untuk mengukur BOD

(16)

3.2.2 Bahan Praktikum

Adapun bahan-bahan praktikum dapat dilihat pada Tabel 2.

Parameter No Nama Bahan Fungsi

Oksigen Terlarut/Dissolved

Oxygen

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Air sampel Larutan indikator amylum 1%

Larutan MnSO4

Larutan pereaksi O2

(O2-reagen) Larutan Na2S2O3

0,01N

Larutan H2SO4

pekat Tisu Aquades

Untuk sampel praktikum Untuk mengetahui titik akhir

Untuk mengikat Oksigen sehingga terjadi endapan Untuk menjadi pereaksi Untuk menentukan kadar DO pada air sampel

Untuk melarutkan endapan yang terbentuk

Untuk membersihkan bahan yang telah digunakan

Untuk pelarut saat

melarutkan senyawa kimia

Suhu 1.

2.

3.

Air sampel Tisu Aquades

Untuk sampel praktikum Untuk membersihkan bahan yang telah digunakan

Untuk pelarut saat

melarutkan senyawa kimia

pH 1.

2.

Air sampel Tisu

Untuk sampel praktikum

(17)

11

Parameter No Nama Bahan Fungsi

3. Aquades Untuk membersihkan

bahan yang telah digunakan

Untuk pelarut saat

melarukan senyawa kimia Kecerahan 1. Air sampel Untuk sampel praktikum Alkalinitas 1.

2.

3.

Air sampel Larutan indikator methyl red 3 – 5 tetes

Larutan HCl 0.025N

Untuk sampel praktikum Mengetahui titik akhir titrasi dalam penentuan alkalinitas total

Menentukan kekuatan basa pada larutan

Karbondioksida Bebas

1.

2.

3.

Air sampel Larutan indikator phenolptealin 2 – 3 tetes

Larutan NaOH 1ml

Untuk sampel praktikum Menentukan titik ekuivalen pH

Mengatur alkalinitas dan pH

Nitrit 1.

2.

Air sampel Reagen 1 - 4

Untuk sampel praktikum Untuk mengetahui kandungan nitrit pada air sampel

Nitrat 1.

2.

Air sampel Reagen 1 - 4

Untuk sampel praktikum Untuk mengetahui kansingan nitrat pada air sampel

Fosfat 1.

2.

Air sampel Larutan SnCl2

0,25ml

Untuk sampel praktikum Untuk mengetahui kadar fosfat pada air sampel

(18)

Parameter No Nama Bahan Fungsi 3. Larutan NH4

molibdat 1 ml

Untuk menangkap senyawa fosfat

Ammonia 1.

2.

3.

4.

Air sampel Aquades

Larutan Signette 1ml

Larutan Nessler 0,5 ml

Untuk sampel praktikum Untuk pelarut saat

melarutkan senyawa kimia Untuk mempercepat tercapainya titik ekuivalen titrasi

Untuk mereaksikam ammonia atau bertujuan untuk identifikasi ammonia

BOD 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Air sampel Larutan indikator amylum 1%

Larutan MnSO4

50%

Larutan pereaksi O2

(O2-reagen) Larutan Na2S2O3

0,01N (larutan thiosulfat) Larutan H2SO4- pekat

Untuk sampel praktikum Untuk mengetahui titik akhir

Untuk mengikat Oksigen sehingga akan terjadi endapan

Untuk menjadi pereaksi Untuk menentukan kadar BOD pada sampel

Untuk melarutkan endapan yang terbentuk

3.3 Prosedur Praktikum

Berikut merupakan prosedur dalam kegiatan praktikum Limnologi ;

(19)

13

3.3.1 Oksigen Terlarut

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Oksigen Terlarut dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Ambil air sampel ke botol winkler sampai penuh.

2) Tambahkan 1ml MnSO4 dan 1 ml O2 reagen lalu homogenkan.

3) Tunggu sampai mengendap selama 3 menit.

4) Tambahkan 2 ml H2SO4 lalu homogenkan sampai larut.

5) Masukan 50 ml air sampel ke dalam Erlenmeyer.

6) Tambahkan 2 – 3 tetes amylum.

7) Titrasu thiosulfat dan catat berapa banyak yang terpakai.

8) Lalu hitung hasilnya menggunakan rumus.

𝐷𝑂0 =8000 Γ— π‘π‘Ž2 𝑆2𝑂3 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– Γ— π‘π‘œπ‘Ÿπ‘šπ‘Žπ‘™π‘–π‘‘π‘Ž π‘π‘Ž2 𝑆2 𝑂3 50 ×𝑝 βˆ’ 2

𝑝

Keterangan ;

8000 = Berat molekul O2 dalam 1000ml.

50 = Banyaknya contoh air yang di titrasi.

V = Volume botol Winkler yang digunakan.

2 = Banyaknya air terbuang saat ditutup/equal dengan banyaknya penambahan 2 ml larutan H2SO4

3.3.2 Suhu

Berikut meruoajab prosedur praktikum pengujian Suhu dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Termometer dikeluarkan dari tempatnya.

2) Tali yang ada diatas termometer dipegang dan jangan sentuh bagian termometernya.

3) Termometer dimasukkan kedalam air secara perlahan.

4) Tunggu hungga garis merah naik sakpai angka tertentu lalu catat.

(20)

5) Termometer diangkat dari air lalu sterilkan menggunakan aquades.

6) Masukan kembali termometer pada tempatnya.

3.3.3 Potencial of Hydrogen (pH)

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian potencial of Hydrogen (pH) dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Alat pH meter disterilkan menggunakan aquades.

2) Tutup pen pH meter dibuka dan tekan tombol power hingga kalibrasinya stabil

3) Lalu ujung pH neter dimasukkan ke dalam air

4) Tunggu hingga menunjukan nilai pH meter yang keluar.

5) Setelah angkanya keluar pen pH meter diangkat dan dibersihkan menggunakan aquades.

6) Tutup kembali pen pH meter.

3.3.4 Kecerahan

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Kecerahan dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Pengukuran dilakukan diatas perairan yang terbuka.

2) Keping secchi disk dumasukan sampai tidak terlihat untuk pertama kali dan hitung berapa panjang talu yang terkena air.

3) Keping secchi disk dimasukan lagi sampai tidak terlihat dan angkat sampai yang berwarna putih terlihat dan hitung berapa panjang tali yang terkena air.

4) Hitung skala tersebut dan masukan ke dalam rumus.

Keterangan :

SD1 = Keping secchi tidak terlihat untuk pertama kali (warna putih dan hitam).

SD2 = Keping secchi terlihat pertama kali (warna putih).

𝑆𝐷 =𝑆𝐷1 + 𝑆𝐷2 2

(21)

15

3.3.5 Nitrit

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Nitrit dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Air sampel dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 5 ml.

2) Masukan reagen 1 – 4 kedalam gelas ukur.

3) Homogenkan sampai berubah warna dan ukur warnanya dengan kertas warna.

3.3.6 Nitrat

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Nitrat dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Air sampel dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 5 ml.

2) Masukan reagen 1 – 4 kedalam gelas ukur.

3) Homogenkan sampai berubah warna dan ukur warnanya dengan kertas warna.

3.3.7 Fosfat

Berikut meruoakan prosedur praktikum pengujian Fosfat dalam kegiatan praktikum Limnologi

1) Saring air dengan kertas saring.

2) Masukan ke gelas ukur 25 ml.

3) Masukan ke tabung reaksi.

4) Tambahkan SnCl2 0,25 ml dan NH4 molibdat 1 ml llau homogenkan.

5) Diamkan selama 10 menit.

6) Hitung menggunakan spektrofotometer 650 nm.

3.3.8 Ammonia

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Ammonia dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Saring air dengan kertas saring.

2) Masukan ke gelas ukur 25 ml.

(22)

3) Masukan ke tabung reaksi.

4) Tambahkan laruran Signette 1 ml dan larutan Nessler 0,5 ml lalu homogenkan.

5) Diamkan selama 10 menit.

6) Hitung menggunakan spektrofotometer 425nm.

3.3.9 Alkalinitas

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Alkalinitas dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Sebanyak 50 ml air sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

2) Tambahkan 3 – 5 tetes larutan indikator Methyl Red.

3) Titrasi dengan larutan HCl 0.025 N hingga terjadi perubahan warna menjadi pink/merah muda.

4) Titrasi Erlenmeyer harus selalu digoyangkan.

5) Catat larutan HCl yang terpakai titrasi (catat oada saat timbul warna pink dan stabil.

6) Hitung hasil menggunakan rumus.

π‘šπ‘’π‘ž/π‘™πΆπ‘ŽπΆπ‘œ3 =1000

50 Γ— (π‘šπ‘™ 𝐻𝐢𝐿 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘–) 0,025 Γ— 50

Keterangan

50 = Banyak sampel yang di titrasu 0,1 = Normalita HCL.

50 = Berat setara/eqivalen CaCO3.

meq = miligram eqivalen.

3.3.10 Karbondioksida Bebas

Berikut merupakan prosedur prsktikum pengujian Karbondioksida Bebas dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Air sampel 50 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

2) Tambahkan 3 teteas larutan indikator Phenoptealuin.

(23)

17

3) Titrasi dengan larutan NaOG 0,1 hingga terjadi perubahan warna menjadi pink/merah muda.

4) Catat larutan NaOG yang terpakau (1ml = 21 tetes).

5) Titrasi Erlenmeyer harus selalu digoyang/diputar.

6) Lalu hitung hasilnya menggunakan rumus.

π‘šπ‘”

𝑙𝐢𝑂2βˆ’ π‘π‘’π‘π‘Žπ‘  =1000

50 Γ— (π‘šπ‘™ π‘π‘Žπ‘‚π» π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘–) Γ— 0,1 Γ— 44 Keterangan :

44 = Berat molekul O2

50 = Banyaknya sampel yang dititrasi.

0,1 = Normalita NaOH

3.3.11 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Berikut merupakan prosedur praktikum pengujian Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam kegiatan praktikum Limnologi :

1) Encerkan 75 ml air sampel dan 300 ml aquades.

2) Masukan ke dalam botol winkler DO0 dan botol winkler DO5.

3) Hitung hasilnya.

Keterangan :

DO = Dissolver Oxygen

πΎπ‘Žπ‘‘π‘Žπ‘Ÿ 𝐡𝑂𝐷5 (π‘šπ‘”/𝑙) = 𝐷𝑂0 βˆ’ 𝐷𝑂 Γ— "π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›"

(24)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut adalah total jumlah oksigen yang terlarut di air.

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad makhluk hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Umumnya oksigen terlarut dijumpai pada lapisan permukaan karena oksigen terlarut dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut berdifusi ke dalam air laut (Hutabarat dan Evans 1985).

Hasil dari penelitian kami menunjukan bahwa DO (dissolved oxygen) di kolam rektorat memiliki nilai sebanyak 10,3 mg/l.

Kandungan oksigen terlarut minimum adalah 2 mg/l dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 mg/l selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Huet 1970). Hasil yang kami peroleh dalam pengukuran oksigen terlarut pada lokasi terkait adalah 10,3 mg/l, di mana konsentrasi oksigen terlarut yang ada di Kolam Rektorat tidak termasuk ke dalam skala ideal.

4.2 Suhu

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Lalu suhu merupakan besaran fisik yang perlu diukur dan dikontrol untuk berbagai keperluan.

(25)

19

Pengamatan suhu di Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) suhu juga penting (Aburrazak 2022).

Hasil dari pengamatan kami menunjukan bahwa suhu pada Kolam Rektorat memiliki suhu 27Β°C.

Mengingat pengamatan dilakukan pada siang hari, maka suhu air yang terukur dalam termometer sekitar 27Β°C. Kisaran suhu tersebut masih mendukung bagi kehidupan ikan dan biota perairan lainnya. Mulyanto (1992) menyatakan suhu yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25 – 32Β°C. Suhu air antara 20 – 30Β°C juga optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan (Effendi 2003).

4.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh,dan yang paling keruh (Hamuna 2018).

Kecerahan perairan yang tampak pada lokasi terkait tergolong sangat rendah. Sebagaimana pengukuran kedalaman intensitas cahaya yang telah dilakukan menggunakan secchi disk, diperoleh hasil 0,22 m. Turbiditas atau kekeruhan yang tinggi tersebut diakibatkan adanya partikel sedimen yang terdapat di dalam perairan. Mengingat Kolam Rektorat merupakan kolam yang dibuat untuk berbagai kegiatan civitas akademika. Fluktuasi turbiditas tersebut sejalan dengan nilai total padatan terlarut (TDS) yang memang saling berhubungan satu sama lain.

4.4 Alkalinitas

Alkalinitas air yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan adalah alkalinitas. Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk

(26)

menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat, dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan satuan (mg/l)

Fungsi utama alkalinitas adalah sebagai penyangga fluktuasi Potencial of Hidrogen (pH) air. Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi Potencial of Hidrogen (pH) makin rendah. Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat, dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan satuan (mg/l).

4.5 Karbondioksida Bebas

Senyawa CO2 bebas adalah karbondioksida berbentuk molekul.

Senyawa CO2 yang dibutuhkan organisme autotrof untuk proses fotosintesis, adalah CO2- bebas atau CO2 pengimbang. Namun beberapa jenis tumbuhan dapat memanfaatkan HCO3- (bikarbonat) setelah terlebih dahulu dikonversi menjadi CO2- bebas dengan bantuan enzim carbonic anhydrase yang terdapat dalam tubuh organisme. Ketersediaan karbondioksida dalam perairan sangat ditentukan oleh kapasitas penyangga (buffer capacity) yang biasanya dinyatakan dengan nilai

(27)

21

Alkalinitas dengan satuan miligram eqivalen kalsium karbonat (meq/l CaCO3) (Susana 1988).

CO2 sangatlah dibutuhkan oleh semua organisme untuk membantu proses fotosintesis, sehingga peranannya sangat penting.

Tinggi rendahnya kadar CO2 bebas dalam air ini dipengaruhi oleh difusi air hujan, dekomposisi bahan organik, dan hasil respirasi mikroorganisme.

Perairan dapat dikatakan tercemar apabila kandungan CO2 bebasnya telah melebihi 12 mg/l. Toleransi ikan terhadap CO2 bermacam-macam, tetapi umumnya jika melebihi 15 mg/l akan merugikan bagi ikan (Hidayah et al.

2017). Pada data terlampir diketahui kandungan CO2 dalam setiap stasiun melebihi 20,9 mg/l sehingga tidak disarankan untuk kegiatan perikanan.

4.6 Nitrit

Nitrit merupakan bentuk antara oksidasi ammonia ke nitrat atau reduksi nitrat ke ammonia. Konsentrasi nitrit dan nitrat dalam air dapat menyebabkan gangguan diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan gila tidak tertolong akan meninggal (Siahaan dan Hottaruli 2016).

Nitrit merupakan bentuk dari nitrogen yang teroksidasi sebagian. Kadar nitrit ini dipengaruhi oleh limbah organik yang sudah lama dan mengendap. Perairan alami umumnya mengandung nitrit sebesar 0 mg/l dan standar baku mutunya yaitu 0,06 mg/l. Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) rendahnya konsentrasi nitrit dipengaruhi juga oleh kelimpahan oksigen dari atmosfir. Dibantu dengan bakteri, oksigen akan mengoksidasi nitrit menjadi nitrat sehingga kandungan nitrit menjadi rendah. Pada ketiga stasiun didapatkan hasil nitrit yang kecil, sehingga perairan tidak dalam kondisi tercemar.

(28)

4.7 Nitrat

Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient (Effendi 2003).

Nitrat merupakan senyawa yang dapat larut dalam air (Bahri 2006). Nitrat dipengaruhi oleh pembuangan dari aktivitas manusia seperti limbah pertanian akibat pemupukan yang banyak mengandung nitrat.

Hasil pengamatan yang kami dapat kan bahwa nitrat yang kami peroleh berada di angka 0 mg/l. Itu menunjukan bahwa tidak ada nitrit yang terdeteksi pada saat pengukuran, yang merupakan hal yang baik dalam hal kualitas air dan keseimbangan lingkungan. Standar baku mutu yang ditetapkan oleh Gubernur No. 45 tahun 2002 yaitu sebanyak 30 mg/l sehingga dapat dikatakan kadar nitrat dalam perairan sangat rendah (Chair 2020).

4.8 Fosfat

Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolism dan pembentukan protein. Fosfat yang merupakan salah satu senyawa nutrient yang sangat penting di laut. Di perairan laut, fosfat berada dalam bentuk organik dan anorganik terlarut serta partikulat fosfat (Moriber 1974).

Tingginya nilai fosfat dalam perairan diduga karena pengaruh dari perkebunan yang berada di sekitar yang menggunakan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah (Prianto et al. 2010). Selain itu tingginya nilai fosfat ketika siang hari juga dipengaruhi oleh fitoplankton yang membutuhkan fosfat sebagai zat hara dalam melakukan fotosintesis.

(29)

23

Menurut PP RI No.22 Tahun 2021 pada Lampiran VI tentang kandungan fosfat di air sungai memiliki ambang batas sebesar 10 mg/l. Tingginya kadar fosfat dapat berpotensi menyebabkan blooming algae sehingga kurang baik untuk perairan.

4.9 Ammonia

Goldman and Horne (1983) menyebutkan bahwa pada keadaan pH perairan yang alkalis dapat memicu terjadinya peningkatan konsentrasi ammonia bebas (undissosiated ammonia) berupa NH3–N yang bersifat toksik terhadap organisme hewan air, terutama ikan, pada pH 7,0 dan suhu sebesar 25oC hanya 0,55 % dari Total Ammonia Nitrogen (TAN) berada sebagai NH4OH (ammonia) hampir tidak ada sebagai NH3–N (amoniak bebas) dan sisanya sebagai NH4+ (ammonium) (Goldman dan Horne 1983).

4.10 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan suatu karakteristik yang menunjukan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang berada dalam suatu perairan. Makin besar konsentrasi Biochemical Oxygen Demand (BOD) suatu perairan, menunjukan konsentrasi bahan organik di dalam air juga tinggi (Yudo 2010).

Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan (Rahmawati dan Azizah 2005). Tingginya nilai BOD menunjukkan bahwa banyak aktifitas organisme untuk menguraikan bahan organik. Dilihat dari kandungan Biochemical Oxygen Demand ( BOD) dalam perairan,sebuah perairan dapat dikatakan tercemar jika oksigen terlarutnya lebih dari 5 mg/l. Sehingga berdasarkandata yang

(30)

didapatkan, perairan tersebut sudah dikategorikan tercemar karena jumlah Biochemical Oxygen Demand ( BOD) nya berada lebih dari 5 mg/l.

(31)

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Kondisi perairan di Kolam Rektorat Universitas Padjadjaran ditinjau dari 11 (sebelas) parameter,yaitu parameter fisika (Suhu dan Kecerahan) dan kimia (Potential of Hydrogen (pH), Karbondioksida Bebas, Biochemical Oxygen Demand (BOD), Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO), Nitrit, Nitrat, Ammonia, Fosfat, dan Alkalinitas) didapatkan bahwa perairan di Kolam Rektorat Universitas Padjadjaran sudah memiliki data yang sesuai dengan standar seharusnya atau dikatakan memiliki kualitas perairan yang cukup baik sehingga ikan dan ekosistem lain di dalamnya bisa tumbuh dengan baik .

5.2 Saran

Berdasarkan dari data dan kesimpulan di atas, didapatkan saran dalam uji coba kualitas air ini, diantaranya:

Untuk mengurangi tingkat kekeruhan air di Kolam Rektorat dapat dilakukan dengan 2 proses, yang pertama pembentukan flok (gumpalan) yaitu dengan cara flokulasi dan koagulasi,lalu yang kedua dengan cara pemisahan flok dari air yaitu dengan cara sedimentasi (klarifikasi), flotasi, atau filt

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, H. T., Tasya, A. K., & Rahmadhani, D. (2021). Vol. 1 no. 1 (2021):

Prosiding Seminar nasional biologi 1Hoetary. uinradenfatah.ac.id.

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id/index.php/prosiding/issue/

view/1

Chair, M.Y. 2020. Analisis Konsentrasi Nitrat dan Fosfat di Sedimen pada Berbagai Jenis Mangrove di Desa Bojo ,Kecamatan Mallusetasi,Kabupaten Barru skripsi. Makassar. Universitas Hassanudin

Diersing, N. 2009. Water Quality: Frequently Asked Questions . Florida.

Brooks National Marine Sanctuary

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanisius press.

Goldman, C.R. dan Horne, A.J. 1983. Limnology. New York.McGraw Hill International Book Company.

Hamuna, B.,Rosye, H.R.T.,Suwito, Hendra, K.N., Alianto. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depare, Jayapura.

Jurnal Ilmu Lingkungan Hidup vol 16 (1).

Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta.

Kohlmann, F. J. (2003). What is pH, and how is it measured. A Technical Handbook for Industry, 86(2), 94-99.

Mulyanto, S. 1992. Lingkungan Hidup Untuk Ikan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(33)

27

Rahmawati, A.A., dan Azizah, R. 2005. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS. Jurnal Kesehatan Lingkungan vol 2(1).

Susana, T. 1988. Karbon Dioksida. Jakarta. Oseaografi LIPI

(34)

LAMPIRAN

(35)

29

Lampiran 1. Alat Praktikum

DO meter Gayung Botol winkler

Termometer Alat titrasi Erlenmeyer

Gelas ukur pH meter Secchi Disk

Penggaris Pipet ukur Spektrofotometer

Tabung reaksi BOD incubator Kertas saring abu

(36)

Lampiran 2. Bahan Praktikum

Larutan HCl 0,025 N Larutan Thiosulfat 0,02N

Larutan Amylum

Kit Sera Larutan SnCl2 0,25 ml

Larutan NH4 molibdat 1 ml

Larutan H2SO4 Pekat Larutan MnSO4 50% Aquades

Tisu Air Sample Larutan Methyl Red

Larutan HCL 0,025 N Larutan Signette 1ml Larutan O2 Reagen

(37)

31

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Mengukur kedalaman air menggunakan

secchi disk

Mengukur Suhu Pada Perairan

Mentitrasi Air Sample

Melakukan uji coba fosfat

Uji coba pengukuran nitrat

Homogenkan larutan dalam botol winkler

Memasukkan sampel di botol winkler kedalam Incubator

Meneteskan amylum kedalam sampel

Memasukkan sampel kedalam spektrofotometer

(38)

Lampiran 4. Perhitungan Hasil Praktikum

Referensi

Dokumen terkait