• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laprak Persemaian 1

N/A
N/A
farandhika zacky

Academic year: 2024

Membagikan "Laprak Persemaian 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PERSEMAIAN HUTAN ACARA I

PENENTUAN LOKASI PERSEMAIAN

Disusun Oleh:

Nama : Hafis Eka Satria NIM : 23/513929/SV/22269 Kelompok : 3

Coass : Fariz Ikhsan

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA 2024

Diperiksa pada

(2)

ACARA I

PENENTUAN LOKASI PERSEMAIAN

I. TUJUAN

Tujuan acara praktikum kali ini yaitu mahasiswa mampu memilih lokasi persemaian dari pertimbangan Lokasi, fisik, dan tenaga kerja

II. DASAR TEORI

Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan penanaman adalah ketersediaan bibit berkualitas.

Bibit berkualitas ditandai oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Oleh sebab itu bibit yang akan ditanam harus memenuhi mutu genetik dan mutu fisik fisiologis (Ponisri, et al., 2022).

Persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan dan persemaian adalah hal yang sangat penting serta merupakan kunci pertama dalam mencapai kesuksesan keberhasilan kegiatan penanaman hutan (Pelupessy, 2007). Tujuan pembuatan persemaian adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman (Khaerudin 1994; Tuheteru, et al., 2020). dan meningkatkan SDM masyarakat dalam bidang pembibitan (Arianto 2013; Tuheteru, et al., 2020).

Kegiatan dalam pengelolaan persemaian yaitu penentuan lokasi, persiapan lapangan persemaian, pembuatan bedeng, penaburan benih, penyapihan kecambah asal bahan tanaman yang digunakan sebagai bibit dan pemeliharaan bibit sampai siap dipindah kelapangan (Daryono 1989; Tuheteru, et al., 2020).

Persemaian terdiri dari 4 jenis aspek, aspek teknis, aspek fisik, aspek tenaga keija dan bahan/material (Soewito, 1990; Sari, 2010). Syarat persemaian yang baik yaitu arealnya dekat dengan lokasi penanaman, dekat dengan sumber air, tempat

(3)

yang datar dengan kemiringan tidak lebih dari 5% tanah yang subur dan mudah untuk diawasi (Sujiprihati dan Sukeshi, 2009; Sari, 2010). Nurhusnah, et al., (2021) juga menyatakan bahwa syarat persemaian yang baik adalah dekat dengan sumber air dan pembuangan airnya mudah, mudah untuk melakukan pemeliharaan dan sedekat mungkin dekat dengan lahan yang akan ditanami. Lokasi persemaian sebaiknya dalam hamparan yang luas agar mudah pemeliharaannya dan persemaiannya. Para pengguna bibit mencakup operator pembibitan sendiri, perseorangan, organisasi kemasyarakatan, kelompok petani, badan pemerintahan, organisasi non pemerintah, perusahaan, atau swasta (Roshetko et al. 2015).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam acara praktikum kali ini yaitu:

1. Alat tulis 2. Klinometer 3. Kompas 4. GPS 5. Roll Meter

6. Laptop

7. Software QGIS 8. Software Basecamp 9. Kertas HVS

10. Millimeterblok

Bahan yang digunakan dalam acara praktikum kali ini yaitu:

1. Calon lokasi persemaian

IV. CARA KERJA

Menentukan lokasi yang

sudah di tentukan/sesuai

dengan syarat

Mengukur lokasi dan memetakan

lokasi yang di tentukan

Membuat sketsa rancangan persemaian di

lokasi yang sudah ditentukan

Menghitung luasan total dan luas persemaian

efektifnya

(4)

V. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

Tabel 5.1 Data Hasil Pengukuran dengan Kompas, Clinometer, dan Roll meter

(5)

Tabel 5.2 Perhitungan Secara Manual

Tabel 5.3 Perhitungan Menggunakan Qgis

(6)

VI. PEMBAHASAN

Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.

Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan (Irawan, et al, 2020). Berdasarkan penggunaannya persemaian dibedakan menjadi 3 macam persemaian yakni persemaian sementara, persemaian semi permanen,dan persemaian permanen (Lamen & Sinaga, 2021). Pada praktikum kali ini dilakukan di depan sekolah Jalan yacaranda, tepatnya pada Flat C dan Flat D.

Terlihat pada tabel 5.1 didapat 50 titik degan tingkat ketelitian terkecil jatuh pada dua meter dalam pengukuran belokan. Pengukuran diawali dengan arah barat yang menunjukan sudut azimuth sebesar 290° dengan jarak datar yang ditarik menggunakan roll meter 20 m untuk penarikan jarak maksimum. Setelah pengukuran sudut dan jarak datar dilakukan marking setiap titik menggunakan GPS. Marking ini ditujukan untuk melihat titik yang ditempatkan pada QGIS. Rata rata kemiringan yang di peroleh sebesar 0,02% yang menandakan area yang di ukur datar atau landai.

Kemudian setelah didapat data seperti tabel dilakukan perhitungan mulai dari menghitung keliling, luas dan perhitungan luas persemaian. Keliling didapatkan dengan menjumlahkan semua jarak datar yang ada dan diperoleh keliling sebesar 306 m. dan untuk luas dilakukan perhitungan seperti diatas sehingga didapat luas sebesar 0,674 Ha. Setelah itu dilakukan perhitungan luas persemaian efektif dan didapat 0,4 Ha lahan yang efektif untuk dilakukan persemaian didalamnya.

Lokasi persemaian yang telah direncanakan terletak di area dengan topografi yang relatif datar, yang memudahkan pengelolaan lahan dan mencegah terjadinya erosi. Lahan ini berada dekat dengan sumber air, seperti sungai kecil atau sumur, yang memastikan ketersediaan air yang cukup untuk irigasi dan perawatan bibit. Kondisi tanah di lokasi ini tergolong subur, tekstur tanah yang baik (tidak terlalu liat atau berpasir), yang sesuai untuk pertumbuhan bibit. Media tanam merupakan salah satu aspek fisik dari persemaian (Soewito, 1990; Sari,

(7)

2010).Secara iklim, lokasi ini berada di daerah dengan curah hujan sedang hingga tinggi, yang mendukung pertumbuhan bibit, serta memiliki suhu yang stabil sepanjang tahun. Lokasi ini juga mudah diakses melalui jalan yang baik, memudahkan distribusi bibit, peralatan, dan tenaga kerja.

Area bedeng persemaian ditempatkan di bagian tengah lahan, yang menerima cahaya matahari pagi yang cukup dan terlindung dari angin kencang oleh pepohonan atau bangunan di sekitarnya. Bedeng dibuat dengan ketinggian yang memadai untuk menghindari genangan air, dan diberi saluran drainase di sekitarnya untuk memastikan air tidak menggenang. Gudang Penyimpanan Bibit dan Alat Terletak dekat dengan pintu masuk untuk memudahkan akses dan distribusi. Gudang ini dilengkapi dengan ventilasi yang baik untuk menjaga kualitas bibit dan peralatan. Kantor atau Pos Pemantauan Terletak di area yang strategis, memungkinkan pengawasan mudah terhadap seluruh area persemaian.

Kantor ini juga berfungsi sebagai pusat administrasi dan tempat penyimpanan catatan kegiatan. Berdasarkan kondisi riil dan desain yang telah direncanakan, lokasi persemaian ini bisa dikatakan ideal, karena memenuhi beberapa kriteria penting seperti ketersediaan air yang memadai, tanah subur dan kondisi topografi yang sesuai, iklim yang mendukung serta aksesibilitas dan kemananan.

Berdasarkan perhitungan yang dilakuakan mengguanakan 2 metode yaitu secara manual dan menggunakan Qgis, di dapatkan juga hasil yang berbeda.

Pada metode manual di dapatkan hasil luas total 0, 75 ha dengan luas efektifnya sebesar 0,45 ha. Sedangan jika mengguanakan metode QGIS didapatkan luas total 0,67 ha dengan luas efektif 0,4 ha. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan metode yang dilakukan, penggunaan metode manual dapat terjadi kesalahan karena kesalahan orang yang mengukur/human eror. Dengan luas yang berbeda maka kebutuhan bibit atau benih juga akan terpengaruh, pada metode manual dibutuhkan 20, 12 kg benih sedangkan pada metode QGIS dibutuhkan benih sebesar 18,2 kg.

VII. KESIMPULAN

(8)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Irawan, U., Arbainsyah, R. A., Putranto, H., & Afifudin, S. (2020). Manual Pembuatan Persemaian dan Pembibitan Tanaman Hutan. Bogor (ID):

Operasi Wallacea Terpadu.

Lamen, V. A., & Sinaga, P. S. (2021). EVALUASI KONDISI PERSEMAIAN DI DEMPLOT PERSEMAIAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN

KHUSUS (KHDTK) DIKLAT KEHUTANAN SISIMENI

SANAM. Journal of Scientech Research and Development, 3(2), 90-102.

Nurhusnah, N., v Nuddin, A., & Sriwahyuningsih, A. E. (2021). STRATEGI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI KECAMATAN MALUA KABUPATEN ENREKANG. In Prosiding Seminar Nasional Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Vol. 2, pp. 299-309).

Pelupessy, L. (2007). Teknik persemaian. BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PATTIMURA (BPFP–UNPATTI), 111

Ponisri, P., Farida, A., Nanlohy, H. L., (2022). Pelatihan Pembuatan Persemaian Dan Cabutan Anakan Alam Di Kampung Kasih Kabupaten Sorong. Vol. 4 No. 1

Roshetko, J. M., Sebastian, G. E., Tolentino Jr, E., Carandang, W. M., Bertomeu, M., Tabdaba, A., & Yao, C. E. (2015). Buku Acuan Pembibitan Pohon. Bogor: World Agroforestry Centre.

SARI, A. N. (2010) PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Caricapapaya L.) IPB9.

Tuheteru, F. D., Albasri, H., Arif, A., Basrudin, W. R. N., & Jainuddin, I. P. S.

(2020). pengelolaan persemaian di Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Kehutanan Indonesia, 1(2), 74-84.

(9)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3

Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Lampiran 7 Lampiran 8 Pengukuran jarak

Lampiran 9 Pengambilan data GPS

(10)

Lampiran 10 Hasil layout Qgis Calon Persemaian

Lampiran 11 Sketsa Calon Persemaian

Referensi

Dokumen terkait

Uji Bartlett panjang tajuk kecambah normal benih kedelai Varietas Dering-1 pascasimpan empat bulan asal pemupukan susulan NPK majemuk saat awal berbunga (R 1 ) .... Analisis

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Kabupaten

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.

Penentuan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian lapangan. Dalam penelitian ini penulis menentukan tempat penelitian di SMP YPII

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.

Berbagai persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diantaranya melakukan observasi di lokasi yaitu di SMP Negeri 1 Mungkid Magelang.