LOW BACK PAIN
1.
DEFINISI LOW BACK PAINNyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) adalah nyeri yang terlokalisasi antara batas costae dan lipatan gluteaus inferior. Nyeri ini seringkali disertai dengan nyeri pada salah satu maupun kedua kaki dan berkaitan dengan gejala neurologis pada ekstremitas inferior. Kondisi ini seringkali berkomorbid dengan kondisi lain seperti keadaan psikologis, sosisal dan biofisika sehingga berdampak pada proses penghantaran nyeri dan pengalaman nyeri individual (Fujii et al.,2019).
2. ETIOLOGI LOW BACK PAIN
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang. Penyebab tersering dari nyeri pinggang bawah adalah penyebab mekanik seperti trauma pada vertebra, diskus maupun jaringan lunak di sekitarnya. Penyebab kedua terbesar adalah akibat proses degeneratif seperti osteoartritis dan osteoporosis (Casino et al, 2021)
Tabel 1. Etiologi LBP (Cahya et al, 2021)
3. FAKTOR RISIKO
LOW BACK PAIN
Menurut Ramdas et al, 2018 terdapat beberapa faktor yang bisa menimbulkan kejadian nyeri punggung bawah antara lain :
3.1 Pertambahan Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.
3.2Overweight dan obesitas
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang.Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0)16. Hasil penelitian menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebihberisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang (Purnamasari, 2010).
3.3 Faktor Pekerjaan
a. Beban Kerja yang Berat
Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban > 25 kg (Nurwahyuni et al, 2021)
b. Lama Kerja
Aktivitas fisik yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang.
Durasi terjadinya postur janggalyang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Andini, 2015).
c. Postur kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja.Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan (Andini, 2015).
3.4 Riwayat Trauma
Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus (Andini, 2015)
3.5 Merokok
Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Andini, 2015)
4. PATOLOGI
LOW BACK PAIN
Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis yaitu, annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi, nukleus pulposus kehilangan cairan, tinggi diskus berkurang. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Salah satu penyebab Low back pain akibat degeneratif adalah Spondilosis Lumbal. Spondilosis lumbal adalah suatu kondisi pada tulang belakang dimana discus intervertebralis mengalami degenerasi yang diikuti perubahan pada tulang vertebra lumbal, sendi facet dan jaringan lunak disekitarnya. Nyeri pada spondilosis lumbal dapat disebabkan oleh canal stenosis yang terjadi akibat terbentuknya osteofit (Yulianza, 2013).
Kontruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan memberi perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Obesitas, masalah struktur, dan peregangan berlebihan dapat menyebabkan low back pain.
Perubahan degenerasi diskus intervertebrae akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak teratur merupakan penyebab nyeri punggung biasa, L4-L5 mengalami stress mekanis dan menekan sepanjang saraf tersebut. Keluhan low back pain dan keterbatasan aktivitas menimbulkan keluhan atau masalah pada klien yang mengalami low back pain (Putri & Oktaviani, 2017).
5. DIAGNOSIS KLINIS
LOW BACK PAIN
5.1 Klasifikasi
Nyeri pinggang bawah dapat diklasifikasikan sesuai onsetnya yaitu nyeri pinggang bawah akut yaitu terjadi selama <6 minggu, nyeri subakut terjadi selama 6 minggu – 3 bulan dan kronis terjadi selama >3 bulan (Hüllemann et al, 2021)
Berdasarkan penyebabnya, nyeri pinggang bawah dapat dibedakan menjadi nyeri pinggang bawah spesifik, sindroma radikular dan nyeri pinggang bawah nonspesifik.
Penyebab spesifik terdiri atas: fraktur vertebrae, malignansi, infeksi tulang belakang, spondiloartritis aksial, dan sindroma kauda equina.
Sindroma radikular yaitu: nyeri radikular, radikulopati, dan stenosis spinalis.
Kasus yang terbanyak pada fasilitas kesehatan primer adalah nyeri pinggang bawah nonspesifik (90-95% kasus) yang seringkali disebabkan oleh gangguan mekanik dan kondisi degeneratif pada sistem musculoskeletal
5.2 Anamnesis
Pada Anamnesis, pasien biasanya mengeluhkan nyeri punggung. Gejala neurologis yang berhubungan dengan nyeri pinggang bawah adalah
Nyeri radikular : nyeri yang timbul apabila terdapat keikutsertaan radiks riwayat nyeri kaki dermatomal, nyeri kaki yang lebih berat dibandingkan dengan nyeri pinggang dan perburukan nyeri kaki di saat pasien batuk, mengejan atau bersin.
Nyeri radikulopati : ditandai dengan adanya kelemahan, penurunan sensasi sensorik, atau penurunan motorik yang berkaitan dengan radiks, maupun kombinasi di antara keduanya serta dapat timbul bersamaan dengan nyeri radicular
5.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien nyeri pinggang bawah meliputi beberapa pemeriksaan neurologis:
Pergerakan lumbal (sudut fleksi dan ekstensi, tanda Kemp, dan one point tenderness)
Refleks tendon dalam (patella, achilles dan klonus kaki)
Tenderness (otot paravertebral, nervus supragluteal, truncus nervus ischiadicus, dan lesi suralis)
Manual muscle test (iliopsoas, quadriceps, hamstrings, TA, GC, EHL, FHL)
SLR (Straight Leg Rising) test atau Laseque test
Tes Bragard
Tes femoral nerve stretch 5.4 Pemeriksaan Penunjang