• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN SEDERHANA TENTANG GAMBARAN ESTIMASI ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN JIWA

N/A
N/A
Muhammad Dzulkha Ikhsanul Fikri

Academic year: 2023

Membagikan "PENELITIAN SEDERHANA TENTANG GAMBARAN ESTIMASI ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN JIWA "

Copied!
58
0
0

Teks penuh

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan
  • Manfaat Penelitian

Kelebihan makanan pasien di rumah sakit mengakibatkan asupan nutrisi pasien tidak mencukupi, terutama pada pasien yang tidak mendapat makanan selain di rumah sakit. Akibatnya, pasien mengalami malnutrisi gizi dan hal ini berdampak pada lama rawat inap di rumah sakit serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian pasien yang juga berdampak pada biaya yang lebih tinggi. Penelitian di RSJ Sambang Lihum Banjarbaru menunjukkan rata-rata sisa makanan sayur sebesar 67,8%, lauk hewani 52,2%, dan lauk nabati 50,8% dengan penurunan >25%.

Dengan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran perkiraan asupan makanan pada pasien kelas III di ruang Gatotkaca RSJD. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah “Bagaimana gambaran perkiraan asupan makanan pasien gangguan jiwa kelas III di ruang Gatotka RSJD. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan mengenai gambaran asupan makanan pada pasien gangguan jiwa kelas III di ruang Gatotkaca RSJD.

Selain itu, hasil ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai asupan makanan pada pasien kelas. Peningkatan pengetahuan tentang manajemen makanan di rumah sakit dan pengetahuan tentang asupan makanan pasien jiwa kelas III di RSJD.

Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit

Citra suatu rumah sakit ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, sehingga pelaksanaannya dipadukan dengan pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit. Pelayanan gizi merupakan salah satu parameter mutu pelayanan di rumah sakit karena makanan merupakan kebutuhan pokok manusia dan diyakini sebagai salah satu faktor yang dapat membantu penyembuhan suatu penyakit.

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang diberikan rumah sakit kepada pasien rawat inap dan rawat jalan. Fungsi pelayanan gizi rumah sakit adalah merencanakan pengantaran, pengolahan dan pendistribusian makanan kepada pasien (Moehyi, 1992). Tergantung pada kondisi rumah sakit, janji temu juga dapat dibuat untuk pengunjung (klinik rawat jalan atau keluarga pasien).

Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang dan benar-benar tidak dapat dimakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan mempersingkat hari rawat inap (PGRS, 2006). Perubahan nafsu makan ini akan mempengaruhi daya terima makanan yang disajikan oleh fasilitas pemberian makan rumah sakit.

Kelas III Pada Rumah Sakit

Faktor kenyamanan dapat berhubungan dengan kondisi lingkungan fisik antara lain pencahayaan, kebisingan, suhu udara, sirkulasi udara, kelembaban udara, bau, getaran mekanis, dan warna.

Sisa Makanan

Penderita yang tidak menghabiskan makanannya atau mempunyai sisa makanan >25% akan menyebabkan defisiensi nutrisi dalam jangka waktu lama akibat defisiensi nutrisi (Renaningtyas & Endy Paryanto Prawirohartono, 2004). Selain menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi pasien, sisa makanan juga akan mengakibatkan terbuangnya biaya pada sisa makanan (Djamaluddin et al., 2005). Food waste merupakan dampak terhadap sistem pelayanan gizi di rumah sakit, sehingga permasalahan food waste tidak bisa diabaikan begitu saja karena jika masalah ini terjadi maka akan terjadi pemborosan anggaran makanan (SUMIYATI, 2008).

Evaluasi Sisa Makanan

Metode Evaluasi Sisa Makanan

Dalam metode ini, responden memperkirakan sisa makanan menggunakan skala estimasi visual (Nuryanti & Rahman, 2008). Dengan metode ini, sisa makanan diukur dengan memperkirakan secara visual jumlah sisa makanan per jenis hidangan. Hasil estimasi ini dapat berupa berat makanan yang dinyatakan dalam gram atau dalam bentuk skor jika menggunakan timbangan ukur (Nuryanti & Rahman, 2008).

Perkirakan sisa makanan dengan cara melihat sisa makanan di piring dan memperkirakan jumlah sisanya. Skala penilaian digunakan oleh pengamat terlatih untuk menunjukkan konsumsi. 1981) menjelaskan metode skala 5 poin. Kelebihan metode pemisahan visual adalah memerlukan waktu yang singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya dan dapat mengidentifikasi sisa makanan berdasarkan jenisnya (MURWANI, 2001).

Sedangkan kelemahan metode evaluasi visual antara lain perlunya evaluator yang terampil, teliti, berkualitas, memerlukan kemampuan menilai (overestimation) atau kurang menilai (underestimation). Keberhasilan suatu organisasi pangan antara lain disebabkan oleh adanya sisa makanan, karena jumlah makanan yang terbuang melebihi 25%.

Faktor yang Mempengaruhi Sisa Makanan

Jika asupan makanan yang diberikan kurang, dalam hal ini asupan makanan rendah, maka pasien akan meninggalkan sisa-sisa makanan. Hal ini dikarenakan keadaan psikologis yang terjadi pada pasien berupa depresi dapat mengurangi asupan makanan (Isselbacher, 1999). Kebiasaan makan merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan, yang akan membentuk pola perilaku makan.

Apabila pola makan pasien tidak sesuai dengan makanan yang disajikan oleh pihak rumah sakit maka akan berdampak pada dimakan atau tidaknya makanan yang disediakan (Priyanto, 2009). Pada anak, terdapat faktor yang menyebabkan kesulitan makan dan dapat menghalangi anak untuk mengonsumsi makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Asupan makanan juga tergantung pada rasa yang dihasilkan oleh makanan tersebut, termasuk bau, rasa dan rangsangan mulut.

Berkurangnya kemampuan mengecap akan mengganggu nafsu makan yang dapat mengakibatkan rendahnya asupan makanan seseorang dan berujung pada sisa makanan. Pasien yang sedang hamil atau menyusui memerlukan asupan makanan yang lebih banyak dibandingkan pasien normal lainnya. Selain itu, karakteristik pasien yang memiliki nafsu makan rendah dapat mempengaruhi rendahnya asupan makanan pasien yang juga dapat menyebabkan sisa makanan (Arisman, 2002).

Bila terjadi gangguan pada saluran pencernaan, asupan makanan pun terganggu dan penderita bisa menderita. Menurut Moore (1997), obat-obatan dapat mempengaruhi asupan makanan atau penyerapan nutrisi, metabolisme, dan ekskresi. Beberapa efek khusus obat dapat menyebabkan perubahan asupan makanan akibat perubahan nafsu makan, perubahan indra perasa dan penciuman, atau mual dan muntah (Suharyati, 2006).

Makanan yang tersaji dengan indah, wanginya nikmat dan rasanya nikmat merupakan ciri-ciri makanan yang mempunyai cita rasa tinggi. Makanan yang tidak memiliki warna yang menarik untuk disantap dapat menurunkan nafsu makan seseorang. Makanan yang tekstur atau konsistensinya padat atau kental juga mempengaruhi ketertarikan seseorang untuk memakannya.

Suhu makanan memegang peranan penting dalam penyiapan makanan, terutama makanan berkuah seperti soto, sop dan sayuran. Makanan yang disajikan dalam keadaan panas dapat mengeluarkan aroma yang dapat menarik makanan untuk dikonsumsi (Widyastuti & Pramono, 2014).

Estimasi Asupan Makanan

Kerangka Teori

  • Kerangka Konsep
  • Jenis Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Populasi Sampel
  • Variabel Penelitian
  • Definisi Oprasional
  • Jenis Data
  • Teknik Pengambilan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Perbandingan Asupan Makanan di Pagi, Siang dan Sore Hari
  • Estimasi Asupan Lauk Hewani
  • Estimasi Asupan Lauk Nabati
  • Estimasi Asupan Sayur

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah asupan makanan pada pasien gangguan jiwa kelas III di ruang RSJD Gatotkaca. Berdasarkan hasil observasi sisa makanan dengan metode comstok pada tanggal 1 Desember 2021 pada pasien kelas III di ruang RSJD Gatotkaca. Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pangan yang asupannya paling tinggi dan paling banyak dikonsumsi adalah pangan hasil samping hewani yang rata-rata mendapat asupan sebesar 97% selama 3 (tiga) hari.

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa asupan makanan yang diamati selama 3 hari menunjukkan bahwa makanan yang asupannya paling tinggi adalah pada sore hari (94%), disusul pada sore hari (93%) dan paling sedikit pada pagi hari (87). %) dan memiliki sisa makanan paling banyak dibandingkan makan siang dan sore hari. Kemungkinan makan terlalu dini juga dapat mempengaruhi asupan makan di pagi hari yang lebih sedikit dibandingkan makan siang dan sore. Dari tabel 4.3 terlihat asupan makanan pokok paling besar pada hari ke 1 (satu) dan 3 (tiga) dan hari ke 2 mempunyai selisih sebesar 2% dari hari ke 1 dan hari ke 2.

Bentuk makanan pada makanan pokok kelas III ruang Gatotkaca berupa makanan biasa saja dan tidak ada yang diberi diet. Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa asupan lauk pauk hewani mempunyai persentase asupan paling tinggi dibandingkan jenis bahan makanan lainnya. Hasil observasi Comstok menunjukkan bahwa sisa makanan pada hari kedua sebagian besar terdapat pada lauk hewan sore hari yaitu udang galah (87%).

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa menu lauk sayur hari pertama antara lain kerupuk untuk sarapan, tahu asinan kulit pada menu makan siang, dan bihun tumis udang pada sore hari. Menu pada hari kedua Asupan lauk sayur tertinggi terdapat pada hari pertama (93%) dan menu lauk sayur yang paling sering dikonsumsi dan asupan tertinggi adalah kerupuk (99%). Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata asupan lauk pauk hewani lebih rendah dibandingkan dengan asupan lauk pauk hewani.

Hasil observasi Comstok menunjukkan sisa lauk nabati sebagian besar terdapat pada menu hari ke-2 saat sarapan pagi (80%). Berdasarkan Tabel 4.6 di atas terlihat menu sayur yang disajikan pada hari pertama terdiri dari sayur tumis pada pagi hari, sayur brongkos pada menu makan siang, dan sayur ca pada menu sore. Pada hari kedua terdapat sayur kari, sayur asem pada menu makan siang di pagi hari dan sayur ca pada menu sore.

Tabel 3.1 Definisi Oprasional  No  Variabel
Tabel 3.1 Definisi Oprasional No Variabel

Kesimpulan

Saran

DESKRIPSI PENILAIAN LANJUT TERHADAP UNSUR KUALITAS PANGAN PADA PEMBERIAN GIZI DI UPT REHABILITASI SOSIAL DHARMA USIA LANJUT. FAKTOR PENYEBAB RESIDU MAKANAN UMUM PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT DR AK GANI PALEMBANG TINGKAT II. Evaluasi sistem pengantaran makanan lunak dan analisis limbah makanan lunak di beberapa rumah sakit di DKI Jakarta, 2011.

Faktor yang berhubungan dengan food wastage pada pasien rawat inap RSUD Djatiroto Lumajang. Hubungan depresi, asupan makanan dan prevalensi dengan sisa sarapan pagi pada pasien rawat inap (Studi di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya). Faktor yang berhubungan dengan penerimaan makan siang pegawai Rumah Sakit Wanita dan Anak Brawijaya Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2009.

Hubungan Penampilan Makanan dengan Faktor Lain dan Residu Biasa Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri Cinere Depok April-Mei 2012 Pengaruh Variasi Produk dan Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Teh Kotak Ultrajaya (Survei Universitas Pendidikan Indonesia Mahasiswa FPIPS). ABSTRAK) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RESIDU MAKANAN PADA PASIEN Rawat Inap KELAS III DI RUMAH SAKIT KOTA SEMARANG.

Pengaruh Penggunaan Resep Standar Lauk Sayur Tempe yang Dimodifikasi Terhadap Penerimaan dan Persepsi Rawat Inap. Pengaruh citra toko, atmosfer toko dan teater toko terhadap keputusan pembelian di Kedai Amarta Semarang. Variabel yang mempengaruhi kualitas pelayanan rawat inap terhadap kepuasan pasien di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Tabel 3.1 Definisi Oprasional  No  Variabel
Tabel 4. 1 Gambaran Estimasi Asupan Makanan Tangggal 1-3 Desember 2021  Tanggal  Waktu  Makanan
Gambar 4. 2 Grafik Estimasi Asupan Makanan
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Endry Martius, MSc IV/a 4 Prof.Dr.Ir... Hasmiandy Hamid, SP, MSi III/d 8