PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME
TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR UNTUK SISWA KELAS X SMAN 1 LAWANG
Adelicha Yunita Mustiko Ningrum; Valda Tsabitha Priyani; Hanumi Oktiyani Rusdi; Aloh Mudaiyin
Univrsitas Negeri Malang
A R T I C L E I N F O Article history:
Received :
Received in revised form :
Accepted : Available online : Kata Kunci:
Team Game Tournament (TGT), learning outcomes, reaction rates, Periodic System of Elements
A B S T R A K
Guru yang berperan sebagai pelaksanan Pendidikan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dari proses pendidikan. Jika pelaksanaan pembelajaran di kelas bermutu akan menghasilkan output yang berkualitas. Peran sangat besar yang dipegang oleh guru yaitu dalam pengorganisasian kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran dan siswa sebagai subyek yang sedang belajar. Salah satu perannya adalah memberi semangat kreativitas dengan merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar, salah satunya melalui model pembelajaran inovatif yang diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan kesulitan peserta didik dalam memahami materi system periodic unsur. Kemampuan guru dalam mengemas suatu rancangan pembelajaran yang bermutu tentu diawali dari persiapan mengajar yang matang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Game Tournament (TGT). TGT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas tiga siklus yang menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi dan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis belajar siswa. Jumlah subyek penelitian sebanyak 36 peserta didik kelas X-6 SMAN 1 Lawang. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes tertulis dengan soal essay. Berdasarkan analisis data diperoleh prosentase hasil belajar afektif yaitu terjadi peningkatan sebesar 14,78% dari rata-rata 66 pada siklus 1 menjadi rata-rata 75,75 pada siklus 3. Dan terjadi peningkatan sebesar 4,41% pada nilai terendah yang awalnya 40 menjadi 62. Serta penigkatan 3,47% pada nilaitertinggi yang awalnya 88,5 menjadi 95..
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Pendahuluan
Sumber daya manusia berada pada posisi sentral dalam pembangunan, salah satunya pembangunan di bidang pendidikan. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan ujung tombak suatu bangsa (Musyaddad, 2013:51). Penyelenggaraan pendidikan yang baik dapat diwujudkan melalui interaksi belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik yang seringkali kita kenal dengan istilah kegiatan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar dalam proses pendidikan dan merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Dalam mencapai tujuan pendidikan, banyak komponen-komponen yang mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, diantaranya kurikulum, guru, model pembelajaran, sumber belajar, serta media belajar yang digunakan (Siti K, dkk, 2013).
Peran pendidik mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran. Peran pendidik lebih kearah memfasilitasi, membimbing dan mendorong peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuannya serta berprestasi di bidangnya. Baik buruknya prestasi peserta didik sejauh ini masih dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan persiapan yang baik dari peserta didik (Fatchurrochman, 2011: 61), salah satunya persiapan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun,pada kenyataannya pendidik masih seringkali mendominasi kegiatan pembelajaran dan menempatkannya sebagai pusat pembelajaran (Widhiastuti, 2014: 48). Sehingga pada akhirnya peserta didik bersikap pasif dan lebih diposisikan sebagai obyek belajar bukan subyek belajar. Hal
ini tentunya berpengaruh terhadap keaktifan dan prestasi belajar peserta didik. Peserta didik yang aktif dan bersemangattentunya akan menjadi sebuah poin penting dalam keberhasilan pembelajaran. Namun pada kenyataannya, dalam pembelajaran mata pelajaran Kimia, guru mengalami kendala saat mentransfer materi pembelajaran. Hal ini dikarenakan banyaknya peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Terlihat pada perilaku siswa dikelas saat pembelajaran yang masih terlihat kurang antusias, ada pula yang terkesan masih bingung saat ada riview materi, bahkan kurang dari 50% materi yang dapat diterima oleh sebagian kecil siswa dan lainna tidak berani dan tidak berantusias untuk menanyakan ketidakpahamannya.
Agar dapat menarik perhatian siswa terutama di rentang generasi anak saat ini dan supaya siswa aktif kepada pelajaran kimia, maka diperlukan strategi pembelajaran oleh guru. Guru yang kreatif berusaha untuk memilih metode yang serasi dan juga sedapat mungkin diselingi yang baru sehingga murid merasakan adanya kesegaran ketika menerima pelajaran di dalam kelas, terhindar dari rasa bosan dan mengantuk, bahkan pelajaran akan dirasakan tidak sulit dan menjadi disenangi karena adanya harmonisasi di dalam pemakaian model pembelajaran.
Model pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan keaktifan siswa, aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Model pembelajarann kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi secara terbuka dan memberikan suasana yang menyenangkan sehingga akan tercipta adanya ketergantungan positif, interaksi tatap muka, penilalaian individu, mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah kemampuan akademiknya, serta meningkatkan rasa harga diri dan kepercayaan diri (Anatri D., dkk, 2012).
Salah satu contoh model pembelajaran kooperatif adalah TGT (Teams Games Tournaments). Model pembelajaran TGT terdiri dari lima langkah yaitu: tahap penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan dan penghargaan kelompok. Dalam model pembelajaran TGT, belajar dapat dilakukan sambil bermain. Model ini merupakan upaya untuk menciptakan keaktifan semua siswa di dalam kelas. Permainan dapat merangsang minat siswa dalam aktivitas kelas sehingga siswa menjadi termotivasi dan memiliki minat untuk belajar.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok belajar yang beranggotakan 3-4 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis, agama dan suku yang berbeda. Pembelajaran tipe TGT melibatkan seluruh siswa tanpa melihat perbedaan. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung penguatan. Aktivitas belajar dalam permainan dirancang dalam pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggungjawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Berdasar uraian di atas, penulis memilih untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran TGT pada materi laju reaksi. Penerapan model pembelajaran TGT dalam penelitian ini menggunakan sistem belajar sambil bermain. Dengan adanya game diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar kimia serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerjasama sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kajian Literatur
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 pasal 1 ayat (10) dan Permenristek dikti nomor 44 Tahun 2015 pasal 1 ayat (10) mendifinisikan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi antara mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga diperlukan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan sumber belajar sesuai dengan peran masing-masing.
Dosen berperan mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada mahasiswa.
Pembelajaran yang efektif berlangsung pada suatu proses berkesinambungan dan terarah berdasarkan perencanaan yang matang. Pembelajaran harus mampu mengkondisikan peserta didik untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baru untuk membangun konsep mandiri dari materi yang telah dipelajari (Purnamasari, 2014: 4). Tujuan dari proses pembelajaran ini adalah hasil belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Hasil belajar (Suprihatin, 2020: 67) merupakan kemampuan yang dimiliki dan diperoleh peserta didik melalui transfer pengalaman belajar baik dengan atau tanpa bantuan orang lain. Hasil dari evaluasi atas kemampuan, kecakapan, dan keterampilan saat belajar (berupa angka, huruf dan tingkah laku tersebut) dapat memperlihatkan tinggi dan rendahnya prestasi belajar seseorang.Tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh tidak lepas dari tinggi rendahnya motivasi peserta didik dalam belajar. Menurut Hamdu (2011: 83), prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan- perubahan dalam pengetahuan (kognitif), pengalaman keterampilan (psikomotorik), dan nilai-nilai sikap (afektif) yang bersifat konstan. Definisi tersebut memberi pengertian bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai,
80 dialami atau ditunjukkan oleh peserta didik secara langsung dalam periode tertentu yang dapat dinyatakan melalui angka, huruf maupun tingkah laku. Prestasi belajar dapat menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar dalam melakukan perubahan dan perkembangannya.
Pembelajaran kooperatif sudah dikenal dalam pembelajaran sehari-hari, namun dalam pelaksanaannya masih ada yang menganggap belajar kelompok biasa (Purnamasari,, 2014: 3). Metode Pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) merupakan salah satu metode student teams learning, yang mudah diterapkan.
Metode ini dianggap mampu mengihupkan suasana menjadi lebih menyenangkan melalui permainan (Nashiroh, 2020: 23). Metode pembelajaran yang diciptakan oleh Robert Slavin ini bertujuan untuk mereview dan penguasaan terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh pendidik (Frianto, 2016: 75), dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok tertentu kemudikan dipertandingkan (Gonzalez, 2014: 4). Metode ini melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,melibatkan peranpesertadidik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan (Nopiyanita, 2013: 137) dan mampu meningkatkan motivasi belajar (Aulia, 2017: 262). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif metode Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Dalam metode ini peserta didik belajar kelompok sesuai taraf perkembangannya (Gonzalez, 2014:4-5), sehingga diharapkan peserta didik lebih leluasa dalam menyampaikan pemahaman mereka terkait materi ajar dan lebih terdorong mencari solusi dari permasalahan materi yang ditemukan (Nopiyanita, 2013: 137)
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan 3 siklus yang di setiap siklus terdapat beberapa tahapan meliputi perencanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta mengatasai berbagai permasalahan yang terdapat di dalam kelas seperti keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-6 di SMAN 1 Lawang pada tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 36 siswa. Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data dari hasil observasi kegiatan pendidik dan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Adapun Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Sedangkan Teknik kuatitatif digunakan untuk mengaalisis data berupa angka yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik. Tahap- tahap penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahap-tahap penelitian
Untuk keperluan analisis, maka data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Data tentang hasil belajar berupa skor tes yang diperoleh melalui tes tertulis bentuk essay tiap akhir pertemuan setiap siklus.
Karena yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar, maka prosedur pengumpulan data adalah dengan tes. Tes dengan soal bentuk essay yang dilakukan setelah pemberian tindakan penerapan model
pembelajaran tipe TGT di setiap akhir pertemuan pada setiap siklus. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah nilai tes kimia pada materi laju reaksi dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournamnet (TGT). Data yang dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif. Secara individual, hasil belajar peserta didik dikatakan telah tuntas belajar jika mencapai KKM 78 dengan perhitungan sebagai berikut :
Skor peserta didik = x 100
Nilai ketercapaian peserta didik memiliki rentangan antara 0 sampai dengan 100 yang dikategorikan menjadi 5 taraf keberhasilan seperti yang tertera dalam Tabel 1 berikut ini.
Skor peserta didik Taraf Keberhasilan Nilai dengan Huruf
81-100 70-80 55-69 30-54 0-29
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
A B C D E Tabel 1. Nilai Ketercapaian Hasil Belajar Kognitif Peserta didik
Hasil dan pembahasan
Pada pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT) yang merupakan bentuk pembelajaran yang bersifat aktif dan kolaboratif terbukti mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik (Yudianto, 2014: 329)). Dengan penerapan metode Teams Games Tournament ini, mahasiswa menjadi lebih aktif, kritis, sehingga meningkatkan motivasi dalam belajar (Aulia, 2017: 262), kemampuan bekerjasama (Fauziah, 2019:209) dan berprestasi (Juwita, 2017:161). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, penggunaan metode Teams Games Tournament (TGT) pada mata kuliah Dasar Akuntansi ini mampu meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pada aspek interaksi dengan dosen, keaktifan dalam kelompok, aspek tanggung jawab dan antusisame dalam pembelajaran. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh dosen, mahasiswa sudah lebih berinteraksi dengan mahasiswa lain, lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode Teams Games Tournament (TGT) ini dapat dikatakan merupakan hal yang baru dan memicu semangat serta rasa ingin tahu baik bagi mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah Dasar Akuntansi. Sehingga dalam pelaksanaannya, terjadi perubahan dalam style mengajar dosen dan peningkatan yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Gambar 2. Prestasi Belajar Siklus 1
82 Gambar 3. Prestasi Belajar Siklus 2
Gambar 4. Prestasi Belajar Siklus 3
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang
Kehadiran dalam pembelajaran
90 10 90 10 100 0
Interaksi guru mahasiswa
AM
48 52 78 22 90 10
Keaktifan dalam kelompok
35 65 60 40 85 25
Tanggung jawab dalam pembelajaran
37 63 57 43 85 15
Antusias dalam pembelajaran
48 52 68 22 83 17
Tabel 2. Tabel Perbandingan Keaktifan Belajar Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3
Penerapan metode Teams Games Tournament dalam pembelajaran mata kuliah Dasar Akuntansi dari siklus 1 hingga siklus 3 terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa yang tergolongbaik, dengan rincian sebagai berikut: (1) pada aspek interaksi dengan guru (mahasiswa AM) tergolong baik meningkat 42% dari 48% menjadi 90%, (2) pada aspek keaktifan dalam kelompok tergolong baik meningkat 50% dari 35% menjadi 85%, (3) pada aspek tanggung jawab tergolong baik meningkat 48% dari 37% menjadi 85%, (4) pada aspek antusiasme tergolong baik meningkat 35% dari 48% menjadi 83%, (5) pada aspek kehadiran tergolong baik meningkat 10% dari 90% menjadi 100%. Hasil belajar mahasiswa pun terjadi peningkatan sebesar 14,78%
dari rata-rata 66 pada siklus 1 menjadi rata-rata 75,75 pada siklus 3. Dan terjadi peningkatan sebesar 4,41%
pada nilai terendah yang awalnya 40 menjadi 62. Serta penigkatan 3,47% pada nilaitertinggi yang awalnya 88,5 menjadi 95. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Teams Games Tournament ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik (Wilujeng, 2013: 52), (Nashiroh, 2020:20), (Susanti, 2020:45).
Simpulan dan saran
Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang disesuaiakan dengan materi yang disampaikan dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik sehingga metode Teams Games Tournament (TGT) ini dapat digunakan pada mata kuliah Dasar Akuntansi. Metode Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode yang melibatkan keaktifan dan kerjasama tim untuk berkompetisi, sehingga metode pembelajaran ini efektif meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan mahasiswa yang bermuara pada peningkatan prestasi belajarnya.
Daftar Rujukan
Aulia, Syifa H dan Harlinda Sofyan. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap motivasi belajar ipa di kelas iv sdn kelapa dua 06 pagi jakarta barat. international journal of elementary education vol 1 no. 4 (2017) pp 249-263
Anatri Destya, Haryono, Sulistyo Saputro.2012.Pembelajaran Kimia Dengan Metode Team Game Tournament (TGT) Menggunanakan Media Animasi dan Kartu Ditinjau dari Memori dan Gaya Belajar Siswa.Surakarta : JURNAL INKUIRI ISSN : 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (Hal 177-182).
Tersedia pada http://eprints.uns.ac.id/1584/1/145-262-1-SM.pdf. Diakses tanggal 17 Agustus 2014
Diah Megasari Tyasning, Haryono, Nanik Dwi Nurhayati.2012.Penerapan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Minyak Bumi Pada Siswa Kelas X-4 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012.Surakarta:
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia. Tersedia pada http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107546&val=4061. Diakses tanggal 20 Agustus 2014.
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Frianto, Bidi Eko Sortjipto dan Ahmad Amirudin. The implementation of cooperative learning model team game tournament and fan n pick to enhance motivation and social studies learning outcomes. Osr journal of humanities and social science (iosr-jhss) volume 2, issue 5, ver. 7 (2016) p-issn 2279- 0845 (page 74-81).
Fatchurrochman, Rudy. 2011. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin, dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif teknik kendaraan ringan kelas xi (penelitian pada siswa kelas xi teknik kendaraan ringan smk negeri 1 jatibarng, kabupaten indramayu, propinsi jawa barat). Edisi khusus no. 2 (2011) issn 1412-565X
Fauziah, dkk. (2019). Peningkatan keterampilan Kerjasama melalui model pembelajaran kooperatif teams games tournament kelas 3 sekolah dasar. Jpgsd volume 4 halaman 196-210
Gonzales, J. 2014. Multi-faceted Impact of a Team Game Tournament on the Ability of The Learners to Engage and Develop their Own Critical Skill Set. International Journal of Engineering Education, 30 (5), 1213-1224.
Hamdu, Ghullam dan Lisa Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar (Studi Kasus Terhadap Siswa Kelas IV SDN Taruma Regina Kecamatan Tawang Kota
84 Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Indonesia Volume 12 No. 1 (2011) hal. 81-86
Khoirifah, Siti, Ernawati Saptaningrum, Joko Saefan.2013.Pengaruh Pendekatan Problem Solving Model Search, Solve, Create and Share (SSCS) Berbantuan Modul Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis.Semarang : Seminar Nasional 2nd Lontar Physics
Forum 2013. Tersedia pada
http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/lpf2013/lpf2013/paper/view/136/87. Diakses tanggal 12 Agustus 2014
Luluk Fajri, Kus Sri Martini,Agung Nugroho C.S.,2012.Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) Dilengkapi dengan Teka-Teki Silang Bagi Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri Boyolali Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.Surakarta : Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 1 No. 1 Tahun 2012.
Tersedia pada http://eprints.uns.ac.id/11435/1/1062-3379-2-PB.pdf. Diakses tanggal 17 Agustus 2014
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nur, M dan Prima. 2008. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Musyaddad, Kholid. Problematika pendidikan di indonesia. Edu-Bio Volume 4 Tahun (2013) hal. 51- 57 Nopiyanita, Tri, Haryono dan Ashadi. (2013). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games
tournament untukmeningkatkan prestasi belajar siswa pada materi reaksi redoks kelas x semester genap SMAN Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013. Jurnal pendidikan kimia (jpk) volume 2 no. 4 issn 2337-9995.
Permenristek diktiNomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi.
Permenristek diktiNomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi
Purnamasari, Yanti. (2014). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe teams game tournament terhadap kemandirian belajar dan peningkatan kemampuan penalaran dan koreksi matematika peserta didik smpn 1 kota tasikmalaya. Jurnal pendidikan dan keguruan vol. 1 no. 1 (2014) artikel Suprihatin, Siti dan Yuni Mariani Malik. (2020). Guru menginovasi bahan ajar sebagai langkah 2 meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal program studi pendidikan ekonomi vol. 8 no. 1 halaman 65-72
Wilujeng, Sri. (2013). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model teams games tournament.
Journal of elementary education vol. 2 no. 1 halaman 45-53.
Wiwit, Hermansyah Amir dan Dody Dori Putra.2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dengan Dan Tanpa Penggunaan Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 9 Kota Bengkulu.Bengkulu: Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012. Tersedia pada http://repository.unib.ac.id/495/1/09.%20Isi%20vol%20x%202012%20-%20Wiwit%20071- 078.pdf. Diakses tanggal 17 Agustus 2014
Vol. 2, No. 2, Tahun 2018 , pp. 78-87
80