• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR KERJA MAHASISWA (Tutorial I Skenario 4)

N/A
N/A
Vanesha Santoso

Academic year: 2024

Membagikan "LEMBAR KERJA MAHASISWA (Tutorial I Skenario 4)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR KERJA MAHASISWA (Tutorial I Skenario 4) UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PRODI KEDOKTERAN GIGI

KODE DOKUMEN

FORM PP-05 LEMBAR KERJA MAHASISWA

Dosen Pengampu Mata kuliah : drg. Leni Rokhma Dewi Sp.PM Pokok Bahasan : Lupus Eritematosus

Model Pembelajaran : Case Method

IDENTITAS MAHASISWA Nama/NIM/Kelas /221610101/Tutorial 9

Nama Anggota kelompok

1. Vanesha Santoso/221610101096 2. Radila Rahmasari/221610101097

3. Geraldine Dwinugrahanti Yoanita/221610101098 4. Intantia Novianti Putri Azhari/221610101101 5. Wahyu Putri Maulidha/221610101102 6. Sevina Putri Salsabila/221610101103 7. Rosyida Qurrota A’yunin/221610101104 8. Kusumo Mukti Wibowo/221610101105 9. Ainun Pryanka Abdullah/221610101106

10. Muhammad Arsyad Syahabuddin/221610101107

Pertemuan Ke 4

Hari/Tanggal Senin/30 Oktober 2023

BAHAN DISKUSI

Bacalah dengan seksama skenario 2 yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7 jump, tentukan Learning objectivenya. Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul, atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan.

SKENARIO 2

(2)

LUPUS ERITEMATOSUS (drg Leni Rokhma Dewi Sp.PM)

Seorang wanita berusia 42 tahun datang ke poliklinik RGM Universitas Jember dengan keluhan utama kulit menebal kemerahan dengan pengelupasan halus pada hidung, bibir dan belakang telinga kiri, berlangsung selama +- 6 tahun. Awal mula hanya berupa bercak kecil kemerahan sebesar kacang kedelai, semakin lama semakin meluas, terasa perih jika terpapar sinar matahari. Kesehatan umum baik, pasien belum pernah periksa ke dokter, TD 110/70 mmHg dengan suhu afebris. Riwayat kesehatan keluarga, tidak ada yang mempunyai keluhan seperti pasien.

Pemeriksaan klinis (gambar) ekstra oral dijumpai plak eritem berbatas tegas dengan deskuamasi halus pada regio nasalis, regio labialis superior, bibir, dan perioral. Pada regio palpebra inferior dekstra et sinstra dijumpai makula hipopigmentasi. Pemeriksaan intra oral pada palatum dijumpai plak, eritem, dengan beberapa area berupa stria putih di tengah area eritem. Pemeriksaan penunjang darah lengkap, urin lengkap, faal ginjal dan faal hepar, gula darah, dan elektrolit normal, LED 30mm/ jam, dengan ANA Test 0,25. Dokter mendiagnosis sebagai lupus eritematosus.

HASIL DISKUSI A. Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms

1. (101) Lupus eritematosus

(3)

- (096) Penyakit autoimun reumatik kronis, dapat mengenai banyak organ tubuh dengan tampilan klinis yang sangat beragam.

- (098) Penyakit autoimun kronis di mana terdapat radang yang disebabkan ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri.

- (105) SLE atau lupus adalah penyakit autoimun kronik, kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri. peradangan luas dan kerusakan jaringan. mempengaruhi kulit, sendi, ginjal.

2. (098) Suhu afebris

- (104) Suhu dalam kisaran normal tanpa peningkatan suhu yang mengindikasikan demam, tidak sedang mengalami peradangan.

- (101) Tubuh dalam kondisi normal dan tidak demam, suhunya 36 derajat celcius dan tidak melebihi 38 derajat celcius.

- (107) Kondisi suhu normal tubuh sekitar 98-99 fahrenheit, disebut juga sebagai normotermia.

- (105) Istilah medis untuk demam dan bisa dibagi menjadi 3, yaitu subfebris, febris, dan hiperreksia. rentang suhu afebris ini suhu normal sekitar 36-37 celcius.

3. (102) Faal

- (106) Fungsi atau kinerja organ sistem tubuh. Misalnya faal ginjal, merujuk pada fungsi ginjal dalam filtrasi darah, mengatur keseimbangan cairan, dan mengeluarkan produk hasil metabolisme.

- (096) Ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja dari alat-alat tubuh manusia dalam keadaan normal, baik dalam keadaan aktif maupun pasif.

- (107) Pemeriksaan faal merupakan tes untuk mengevaluasi kesehatan dan fungsi organ. Contohnya faal ginjal, yaitu untuk memeriksa fungsi ginjal dengan mengambil darah dan urin lalu menilai hasil yang didapatkan. Contoh lainnya adalah faal hati yaitu tes untuk memeriksa fungsi hati. Dilakukan dengan melakukan serangkaian tes seperti pengambilan darah.

4. (096) Makula hipopigmentasi

- (102) Kelainan pada kulit berupa perubahan warna, lesi datar. Hipopigmentasi perubahan warna kulit lebih terang. Kelainan pada kulit berupa perubahan warna lebih terang dari sekitarnya.

- (104) Kondisi di area kulit kehilangan pigmen melanin berupa lesi datar.

- (106) Bercak kulit yang lebih muda atau lebih terang daripada kulit sekitarnya,

(4)

tanpa tonjolan atau depresi yang signifikan, dengan diameter kurang dari 1 cm.

- (097) Hipopigmentasi disebabkan karena kurangnya melanin, yaitu zat alami pemberi warna kulit.

5. Stria putih

- (098) Lesi berbentuk seperti garis berwarna putih.

- (105) Stretch mark, garis halus atau guratan di kulit berwarna putih, merah muda.

6. Hasil pemeriksaan LED 30 mm/jam

- (101) Singkatan dari Laju Endap Darah, kecepatan mengendapnya sel darah merah dari pasien. Hasilnya bisa normal, tinggi, rendah. Diimbangi dengan usia.

Normal: wanita di bawah 50 tahun kurang dari 20 mm/jam, jika di atas 50 tahun itu lebih dari 30 mm/jam. Jadi mengacu pada skenario termasuk dalam hasil LED tinggi untuk wanita usia 42 tahun dengan hasil LED 30 mm/jam

- (104) Mengetahui aktivitas peradangan di tubuh, bisa menentukan keparahan inflamasi dalam tubuh. Jika wanita usia kurang dari 50 tahun maka nilai LED normal 20 mm/jam pada skenario sebesar 30 mm/jam sehingga termasuk tinggi.

- (107) LED adalah singkatan dari Laju Endap Darah, tes ini mengukur seberapa cepat sel darah mengendap untuk mendiagnosis penyakit, seperti autoimun dan infeksi.

7. Deskuamasi

- (097) Proses pengelupasan kulit pada bagian terluar secara alami sehingga dapat tergantikan dengan yang baru.

- (104) Kondisi dimana lapisan kulit terluar mulai tergantikan, bisa karena terkena sinar matahari, dll.

- (101) Pemahaman dari deskuamasi epitel yang berarti pelepasan sel epitel dari permukaan jaringan. Pada skenario deskuamasi yang dimaksud adalah pada kulit yang berarti adanya pelepasan atau pengelupasan jaringan dalam kulit.

B. Step 2: Defining the problem

1. Apa pengertian dari lupus eritematosus?

2. (104) Apa saja gejala klinis dari lupus eritematosus?

3. (105) Bagaimana proses terjadi lupus eritematosus sehingga dapat menyebabkan

(5)

bercak kecil kemerahan menjadi meluas?

4. (102) Bagaimana maksud dari hasil ANA test 0,25 dan pemeriksaan diagnosis LED?

5. (106) Mengapa pasien mengalami rasa perih jika terpapar sinar matahari?

6. (101) Mengapa di riwayat keluarga tidak ada yang mempunyai keluhan seperti pasien?

7. (098) Apakah ada manifestasi klinis lain selain plak, eritem, dengan beberapa area berupa stria putih di tengah area eritem?

C. Step 3: Brainstorming

1. Apa pengertian dari lupus eritematosus?

- (097) Penyakit autoimun kronis dengan manifestasi klinis yang luas disebabkan karena aktivitas sel T dan sel B menjadi hiperaktif sehingga bisa merusak jaringan.

- (102) Lupus eritematosus sistemik (LES) penyakit autoimun kronis dengan gejala heterogen yang melibatkan multiorgan. Penyakit ini ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap antigen nuklear. Hilangnya self-tolerance menyebabkan fungsi sistem imun abnormal sehingga terbentuk autoantibodi yang memicu pembentukan kompleks imun dan merusak jaringan sehat. Terdapat 4 tipe lupus yang dikenal hingga saat ini, yaitu lupus eritematosus neonatal dan pediatri, lupus eritematosus diskoid, lupus imbas obat, dan lupus eritematosus sistemik.

- (104) Penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan yang sehat, dapat menyebabkan sel tubuh mengalami kerusakan.

Penyebab karena faktor lingkungan, hormon, genetik. Jenisnya ada 4.

- (105) Penyakit inflamasi kronis. Perjalanan penyakit dari SLE beragama lingkungan, genetik, imunologi yang memegang peranan penting.

2. (104) Apa saja gejala klinis dari lupus eritematosus?

- (106) Lupus erythematosus adalah penyakit autoimun di mana sistem imun menyerang jaringan tubuhnya sendiri, sehingga dapat memunculkan beberapa gejala klinis di antaranya:

1) Ruam kulit fotosensitif biasanya terjadi pada wajah atau ekstremitas, yang merupakan daerah yang terpapar sinar matahari.

- Systemik Lupus Erythematosus (SLE): butterfly rash, ruam terjadi pada hidung dan kedua pipi membentuk pola simetris menyerupai kupu-kupu, berwarna kemerahan dengan tepi yang jelas.

- Discoid Lupus Erythematosus (DLE): discoid rash, lesi yang muncul pada

(6)

berbagai bagian tubuh, berbentuk cakram dengan tepi yang jelas, hiperpigmentasi di tepi dengan tengah kesi yang lebih terang sehingga menampilkan cincin yang khas.

2) Raynaud, jari-jari tangan berubah warna menjadi sangat pucat akibat penyempitan pembuluh darah sebagai respon terhadap dingin atau stress.

Kemudian membiru akibat kekurangan oksigen, lalu merah saat aliran darah kembali normal.

3) Alopecia, rambut rontok.

4) Arthritis, nyeri sendi

5) Gejala neurologis; migrain, kecemasan, atau depresi.

- (102) Ruam Malar atau "Butterfly" rash adalah tanda klinis khas pada Odapus. Hal ini biasa muncul terutama pada pipi, hidung, terkadang juga pada dagu dan telinga. Butterfly rash ini adalah tanda khas untuk mendiagnosis lupus jik adilihat dari manifestasi oralnya. Pada oral cavity pasien odapus, manifestasinya hampir sama dengan oral lichen planus yaitu terdapat lesi stria putih. Untuk membedakannya dari lichen planus, bisa dilihat dari adanya ruam malar, jika terdapat ruam malar maka diagnosis yang tepat adalah lupus eritematosus.

Fenomena Raynaud's yaitu jari berwarna putih atau biru saat terkena suhu dingin.

SLE ini melibatkan berbagai jenis jaringan baik sendi, otot, tulang, jaringan lunak dan struktur pendukung tulang sendi seperti tendon, ligamen, dan bursae. Kelainan sendi merupakan kelainan yang paling banyak terjadi yang mana radang sendi atau arthritis ini sering terjadi pada Odapus." Pada sendi bisa memerah, panas, dan bengkak. Gejala artritis yang paling umum dialami adalah kaku, dan terasa sakit.

Sebagian besar kasus terjadi pada tangan, pergelangan tangan, dan kaki, dan gejala ini akan cenderung lebih parah pada saat bangun tidur di pagi hari.

Pada DLE, lesi cenderung membentuk lingkaran kasar dengan pinggiran eryhtematous yang meninggi, bersisik dan mengalami depigmentasi.

- (101) Lupus eritematosus terjadi karena sistem imun tidak bekerja seperti yang seharusnya, justru malah bekerja dengan melawan jaringan sehat dari tubuh itu sendiri. Karena disebabkan oleh kesalahan kerja sistem imun, maka akan banyak gejala klinis karena sistem imun tidak menyerang satu organ saja. Manifestasi termasuk ruam kupu-kupu/butterfly rash, fotosensitivitas erythema, discoid lupus, lesi bulosa, subacute cutaneous rash, fenomena Raynaud. Lesi kulit berbentuk diskoid atau cakram, yang patognomonik untuk lupus diskoid.. Ruam fotosensitivitas dapat muncul bahkan setelah paparan sinar matahari ringan.

Alopecia dengan kerontokan rambut yang tidak merata atau menyebar disertai jaringan parut di kulit kepala adalah manifestasi kulit lainnya. Fenomena Raynaud dapat menyebabkan perubahan warna jari menjadi kebiruan dan kulit menjadi pucat. Radang persendian, sariawan yang tidak nyeri, pandangan kabur, dan merasa lemas yang berlebihan.

(7)

- (107) Terkadang ada nyeri pada persendian yang dapat berpindah-pindah. gejala mudah lelah meskipun melakukan aktivitas sederhana, tidak bisa cepat pulih karena ada komplikasi kondisi kronis, gejala demam yang menandakan penyakit ini sudah menyebar lebih luas.

- (105) Ruam kupu-kupu, sensitivitas terhadap matahari menyebabkan ruam kulit.

nyeri dada yang bisa menjadi pertanda peradangan pada lapisan jantung atau paru- paru. sesak nafas, nyeri pleuritik yang meningkat didapatkan pleura, keletihan, nyeri bengkak sendi, demam, pendarahan yang tidak biasa.

3. (105) Bagaimana proses terjadi lupus eritematosus sehingga dapat menyebabkan bercak kecil kemerahan menjadi meluas?

- (104) Proses perluasan ruam pada lupus bisa terjadi karena respons sistem kekebalan tubuh terhadap jaringan tubuh yang sehat. Sistem kekebalan tubuh dalam lupus menghasilkan antibodi yang menyerang berbagai jaringan tubuh dan mengakibatkan peradangan. Ketika peradangan terjadi di kulit, ini dapat menghasilkan ruam kemerahan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Perluasan ruam pada lupus terjadi arena proses peradangan yang terus menerus, dimana sistem kekebalan tubuh erus menyerang jaringan sehat.

Pada pasien autoimun, sel imun memproduksi antibodi dengan jumlah banyak bisa melebihi kebutuhan. Antibodinya naif, belum matang sehingga yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang tubuh sehingga bisa menyebabkan inflamasi.

Oleh karena peradangan tidak dirawat sehingga reaksi autoimun terus meningkat.

walaupun tubuh memberikan marker dengan ruam yang kecil yang mengikuti garis otot.

4. (102) Bagaimana maksud dari hasil ANA test 0,25 dan pemeriksaan diagnosis LED?

- (105) Antinuklear antibody test, mendeteksi adanya autoantibodi, berbalik menyerang diri sendiri seperti lupus eritematosus. Tes ANA berperan dalam mengetahui kondisi antinuklear antibodi dalam tubuh. mengacu pada tingkat kepekaan antibodi, hasilnya dalam bentuk pecahan. angka yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kepekaan antibodi yg tinggi. pecahan 1:4, dianggap rendah atau negatif apabila ada gejala yang mendukung bisa dianggap autoimun.

- (101) Untuk mendeteksi ANA dapat menggunakan tes ANA. Tes ANA ini dapat mendeteksi auto-antibodies yang ada dalam serum darah. Titer ANA dapat dikatakan positif jika pada lebih atau setara dengan 1:80 dan didukung dengan gejala klinis. Jika titer menunjukkan <1:40 atau setara dengan 1:40 termasuk titer negatif. Pada skenario hasil ANA 0,25 yang dapat ditarik hasil setara dengan 1:40 menunjukkan bahwa pasien memiliki hasil ana test negatif. Namun ANA test hanya sebagai diagnosis penunjang yang masih perlu didukung dengan gejala

(8)

klinis seperti yang terlihat jelas yaitu plak plak eritema yang berbatas jelas.

- (107) Tes LED mengukur seberapa cepat eritrosit mengendap, hasilnya bervariasi tergantung faktor usia dan jenis kelamin. Nilai 30mm/jam dianggap tinggi karena melebihi batas normal. Tes LED memiliki kelemahan yaitu hasil pemeriksaan ini tidak terperinci dan tidak khusus sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan untuk melihat diagnosis lebih pastinya. Dengan demikian, tes LED dan ANA akan saling mendukung untuk menentukan diagnosis penyakit.

- (098) Pemeriksaan LED akan membantu dokter menentukan apakah pasien mengalami peradangan atau inflamasi, jika iya maka umumnya akan ditandai dengan laju endap darah (LED) tinggi. Dokter akan melihat hasil pemeriksaan LED bersama dengan informasi atau hasil tes lain untuk membantu mencari tahu diagnosis. Jadi pemeriksaan ini hanya menunjukkan kemungkinan adanya peradangan, namun tidak bisa menunjukkan penyebab peradangan tersebut yang merupakan diagnosis suatu penyakit.

Untuk prosedurnya : Sebelum menjalani pemeriksaan laju endap darah, pasien perlu menginformasikan keluhan, riwayat kesehatan, serta jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Setelah itu, petugas medis dapat mengambil sampel darah dari pasien melalui langkah-langkah berikut:

1) Membersihkan lengan pasien menggunakan larutan antiseptik.

2) Memasukkan jarum steril ke dalam pembuluh darah di bagian siku dalam. Lalu, tenaga medis akan memasang tabung khusus yang digunakan untuk menampung sampel darah. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum dimasukkan dan selama sampel darah diambil.

3) Apabila sampel darah dirasa sudah cukup, petugas medis dapat mengeluarkan jarum suntik serta menutup bekas suntikan dengan perban steril untuk menghentikan perdarahan.

4) Sampel darah akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

5) Lalu, sebagian sampel darah akan ditempatkan pada tabung reaksi dan diobservasi selama 1 jam untuk melihat jumlah endapan sel darah merah di bagian dasar tabung reaksi. Sementara itu, sebagian sampel darah lainnya akan digunakan untuk pemeriksaan darah lain, seperti complete blood count, dan lain-lain.

Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa dokter akan melakukan pemeriksaan laju endap darah ketika ia ingin memastikan adanya peradangan dalam tubuh pasien yang dicurigai sebelumnya. Contoh-contoh penyakit peradangan yang memerlukan pemeriksaan ini antara lain penyakit autoimun, kanker, dan infeksi yang umumnya ditandai dengan gejala demam, lemah, dan nyeri nyeri pada tubuh.

Pemeriksaan LED dapat memantau kondisi inflamasi, seperti rheumatoid arthritis atau lupus eritematosus sistemik serta memantau terapi atau pengobatan yang

(9)

telah dilakukan sebelumnya, misalnya pada tahap awal penyakit laju endap darah tinggi, setelah dilakukan perawatan beberapa hari pemeriksaan LED dilakukan ulang dan hasilnya LED turun mendekati normal, maka kesimpulannya telah terjadi perbaikan dan keberhasilan terapi.

Namun seperti yang dikatakan pada skenario pemeriksaan ini jarang dilakukan secara tersendiri, sehingga digunakan sebagai penunjang. Dokter akan menganjurkan pemeriksaan lain untuk menentukan penyebab penyakit yang pasien alami, seperti hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia darah, dan lain sebagainya sesuai indikasi atau kecurigaan dokter terhadap penyakit tertentu.

- (103) Peningkatan LED sering terjadi pada lupus eritematosus sistemik (SLE). Hal ini sering diukur sebagai indikator potensial aktivitas penyakit. Oleh karena itu, tes ini dimasukkan dalam Systemic Lupus Activity Measure (SLAM). Laju endap darah merupakan penanda inflamasi sistemik yang tidak spesifik, merupakan biomarker yang berpotensi berguna dalam skenario klinis yang sering ditemui ini.

LED dapat meningkat pada peradangan akibat penyakit autoimun, infeksi, atau keganasan. LED meningkat seiring dengan aktivitas lupus dan infeksi, sehingga tidak terlalu spesifik untuk membedakan antara lupus dan infeksi.

5. (106) Mengapa pasien mengalami rasa perih jika terpapar sinar matahari?

- (096) Sinar UV merupakan faktor lingkungan yang paling sering menyebabkan eksaserbasi lupus eritematosus. Sinar UV akan menstimulasi apoptosis keratinosit sehingga menyebabkan stimulasi sel B dan produksi antibodi. Iradiasi sinar UV juga diketahui menyebabkan pembentukan molekul oleh sel epidermal dan dermal yang berbeda. Molekul tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan prostaglandin E2,TNF-α, reactive oxygen species (ROS), IL-1, intercellular adhesion molecule-1 dan menurunkan proses inflamasi.

- (097) Terdapat hubungan yang erat antara paparan sinar matahari dengan kejadian lupus. Sinar matahari diketahui mengandung sinar ultraviolet A, B dan C. Sinar Ultraviolet A (UVA) dan B (UVB), sangat berperan pada kejadian lupus.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa sinar ultraviolet tersebut merusak kulit dengan mengubah komposisi DNA di bagian permukaan kulit, sehingga merusak regenerasi sel dalam tubuh. Akibat proses tersebut terjadi pembentukan anti- DNA, yang diketahui merusak jaringan tubuh penderita lupus.

- (105) Sinar matahari dapat menjadi faktor pemicu lupus. paparan sinar matahari merangsang reaksi imun yg menyebabkan peradangan. dapat merusak sel-sel kulit yang memicu pelepasan zat kimia yang memperkuat inflamasi. bercak kemerahan dapat muncul akibat terpapar sinar matahari secara langsung (butterfly rash).

6. (101) Mengapa di riwayat keluarga tidak ada yang mempunyai keluhan seperti pasien?

(10)

- (106) Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama. Hal ini berkaitan dengan etiologi, berarti penyakit lupus erythematosus yang diderita pasien bukan disebabkan faktor genetik. Selain faktor genetik, etiologi lupus erythematosus dapat disebabkan karena faktor lingkungan, hormonal, atau obat- obatan tertentu. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko lupus adalah paparan racun, seperti merkuri, asap rokok, dan gel natrium silika. Beberapa zat tersebut dapat memicu peradangan dan mendorong terbentuknya autoantibodi yang menyerang sel tubuh sendiri. Hormonal, terutama hormon estrogen yang dapat merangsang produksi antibodi dan mempengaruhi respon imun, sehingga prevalensi penderita lupus pada wanita lebih tinggi dibanding pria. Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti hydralazine (untuk mengobati hipertensi) dan minocycline (obat jerawat) dapat menyebabkan drug-induced lupus, yaitu lupus yang timbul setelah mengkonsumsi obat tertentu lebih dari satu bulan dan menghilang setelah konsumsi obat dihentikan. Untuk Discoid lupus erythematosus (DLE) umumnya bisa dikendalikan dengan menghindari paparan langsung sinar matahari dan obat-obatan.

- (102) Lupus Eritomatosus adalah penyakit autoimun, penyebab utamanya adalah karena sistem imun terutama hiperaktivitas sel B dan sel T yang menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri, sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi dan kerusakan jaringan. Faktor genetik dapat menjadi faktor predisposisi endogen penyebab penyakit lupus. Namun pada skenario tidak dijumpai adanya riwayat keluarga yang mengalami gejala serupa, sehingga pasien pada skenario bisa jadi mengalami lupus oleh karena faktor lain seperti stress, obat-obatan, dan faktor infeksi

- (098) Faktor genetik diduga mempengaruhi kerentanan dan perkembangan maupun tingkat keparahan penyakit SLE. Tetapi pada skenario tidak disebutkan adanya genetik. Berarti penyakit yang dialami oleh pasien tersebut memiliki etiologi faktor lain sebab penyakit SLE bersifat multifaktorial, di mana faktor risikonya beragam meliputi faktor genetik, hormonal serta lingkungan, terutama sinar UV.

- (097) Karena faktor genetik bukanlah penyebab dari penyakit eritema lupus.

genetik adalah faktor resiko dari eritema lupus, yang mana akan mempengaruhi jumlah sel imun yang dihasilkan tubuh lalu apabila ada keabnormalan sel imun akan semakin parah jika sel imun yang dihasilkan banyak. Namun bisa juga faktor genetik menyebabkan eritema lupus apabila ada riwayat keluarga yang menderita.

7. (098) Apakah ada manifestasi klinis lain selain plak, eritem, dengan beberapa area berupa stria putih di tengah area eritem?

- (106) Discoid Lupus Erythematosus (DLE) biasanya terbatas pada kulit dan tidak melibatkan organ internal seperti pada Sistemik Lupus Eritematosus (SLE). Ciri khas DLE terdapat manifestasi klinis ruam berupa discoid rash, lesi yang muncul

(11)

pada berbagai bagian tubuh terutama di area terbuka seperti wajah, leher, dan kulit kepala, berbentuk cakram dengan tepi yang jelas, hiperpigmentasi di tepi dengan tengah kesi yang lebih terang sehingga menampilkan cincin yang khas. Secara subjektif, ruam yang dialami pasien terasa gatal dan tidak nyaman.

- (096) Manifestasi klinis SLE pada tahap awal seperti lemah badan, berat badan turun, demam berkepanjangan sering membuat diagnosis SLE tidak dapat ditegakkan dan didiagnosis dengan penyakit lain. Setelah beberapa tahun, manifestasi klinis menjadi lebih beragam namun lebih spesifik dan dapat berdampak pada semua organ. Salah satunya adalah manifestasi klinis pada hematologik yang sering terjadi pada pasien lupus eritematosus, meliputi anemia, trombositopenia, leukopenia, dan sindrom antifosfolipid. Pasien sering mengalami anemia yang disebabkan oleh anemia penyakit kronik, hemolisis (autoimun atau mikroangiopati), perdarahan, insufisiensi renal, obat-obatan, infeksi, hipersplenisme, mielodisplasia, mielofibrosis dan anemia aplastik. Penyebab terbanyak adalah eritropoeisis yang tersupresi akibat inflamasi kronik.

D. Step 4: Mapping

E. Step 5: Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi, etiologi dan predisposisi, klasifikasi, patogenesis, gejala dan gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang lupus eritematosus.

(12)

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan gejala klinis manifestasi sistemik lupus eritematosus (sistemik lupus eritematosus).

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan gejala klinis manifestasi lupus eritematosus di rongga mulut (diskoid lupus eritematosus).

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tatalaksana diskoid lupus eritematosus (manifestasi di rongga mulut).

Referensi

Dokumen terkait