• Tidak ada hasil yang ditemukan

Leni Salindri UAS Pengkajian Wacana

N/A
N/A
LENI SALINDRI

Academic year: 2025

Membagikan "Leni Salindri UAS Pengkajian Wacana"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Leni Salindri NIM : 2302170003

UJIAN AKHIR SEMESTER

PENGKAJIAN WACANA (13 JUNI 2024)

1. a) Standar wacana eksternal karya siapa yang unggul?

Standar wacana eksternal karya siapa yang unggul yang unggul dan banyak digunakan yakni diambil dari De Beaugrande, R. & Dressler, W. U. (1981). Introduction to Text Linguistics. London: Longman

b) Jelaskan yang dimaksud dengan standar wacana eksternal Sebutkan tiga macam standar wacana eksternal!

standar wacana eksternal yaitu standar yang digunakan untuk menentukan apakah suatu rangkaian kalimat atau tuturan memenuhi kualifikasi sebagai suatu teks. Tiga macam standar wacana eksternal yaitu

a. Keinformatifan b. situasional, dan c. intertektualitas

c) Jelaskan yang dimaksud dengan keinformatifan, situasional, dan intertektualitas sebagai standar wacana eksternal.

Keinformatifan

Keinformatifan suatu teks menjadi salah satu aspek penentu kualitas suatu teks.

Setiap teks idealnya memberikan informasi, alangkah baiknya bila informasi itu merupakan informasi baru bagi pembaca atau pendengar. Ukuran informasi itu baru atau tidak dilihat dari perspektif pembaca atau pendengar sehingga bersifat subjektif.

Keinformatifan berarti bahwa suatu teks harus memuat informasi-informasi baru dan harus dapat dipahami oleh pendengar.

Kesituasian (situationality)

Kesituasian adalah mengenai keadaan yang terkait dengan faktor-faktor yang membuat teks relevan dengan suatu situasi terjadinya peristiwa. Setiap teks harus mempertimbangkan informasi dengan keadaan/ situasi. Situsionalitas merupakan hal

(2)

yang esensial bagi tekstualitas suatu teks atau wacana. Dengan demikian, dalam penentuan tekstualitas suatu teks, penting sekali untuk diperhitungkan atau dipertimbangkan situasi saat suatu teks diproduksi atau dihasilkan (Renkema, 1993: 36).

Kriteria intensionalitas, keberterimaan, dan keinformatifan merupakan kriteria yang subjektif.

Intertektualitas

Intertektualitas adalah acuan teks, yaitu cara orang menggunakan atau mengacu pada teks yang terkenal. Intertekstual adalah cara pandang memahami ide pada teks dari sudut pandang yang luas. Konsep intertekstualitas terkait dengan suatu keadaan yang bertalian dengan faktor-faktor yang menyebabkan ketergantungan pemanfaatan suatu teks terhadap pengetahuan mengenai satu teks yang dijumpai terlebih dahulu. Artinya terdapat keterkaitan yang terjalin antara pengetahuan pembaca dengan informasi baru.

Pengetahuan terdahulu digunakan untuk memahami teks.

2. a) Jelaskan yang dimaksud dengan wacana argumentatif, analisis wacana argumentatif, tujuan, dan struktur wacana argumentatif!

Wacana argumentatif adalah wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Wacana argumentatif berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti objek yang diargumentasikan. Schiffrin (1987: 17) mengemukakan bahwa wacana argumentatif bisa berbentuk monolog (eksposisi dan eksplanasi) atau dialog (bantahan (dispute), konfrontasi, dan pertengkaran.)

Tujuan yang ingin dicapai melalui wacana argumentative yaitu a) Melontarkan pandangan/ pendirian

b) Mendorong atau mengubah suatu tindakan c) Mengubah tingkah laku pembaca

d) Menarik simpati

(3)

Struktur wacana argumentatif Struktur Definisi Pembukaan/

Pendahuluan

Bagian yang berfungsi untuk menarik perhatian pembaca pada argument yang dikemukakan dalam wacana

Isi Bagian yang berisi pembuktian kebenaran pendapat yang dikemukakan penulis, lalu dihubungkan secara logis dan kritis dari semua fakta-fakta, kesaksian, serta angka-angka yang ada.

Penutup Bagian yang berisi keseimpulan yang harus bisa menyakinkan pembaca untuk melakukan seperti apa yang ditulisnya

b) Sebut dan jelaskan dengan contoh ciri-ciri leksikal dan gramatikal wacana argumentatif serta tiga judul wacana argumentative yang ada di surat kabar

Ciri-ciri leksikal wacana argumentatif yaitu keterkaitan leksikal antara bagian- bagian di dalam wacana yang mencakup pengulangan (repetisii), padanan kata, lawan kata, sanding kata, dan hiponimi.

(a) Repetisi (pengulangan)

Repetisi atau pengulangan adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat

(b) Sinonimi

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk sebuah benda atau hal yang sama;

atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan

salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) sinonimi antar morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.

(4)

(c) Antonimi (lawan kata)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benada atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Berdasarkan sifat oposisi makan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak (contoh: hidup-mati), (2) oposisi kutub (contoh: kaya-miskin), (3) oposisi hubungan (contoh: bapak-ibu), (4) oposisi hirarkial (contoh: kilogram-ton), (5) oposisi majemuk (contoh: berdirijongkok-duduk-berbaring).

(d) Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan pendidikan akan digunakan kata-kata yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

(e) Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat.

Contoh :

binatang melata = reptil => katak, ular, cicak, kadal, bunglon.

Ciri-ciri gramatikal wacana argumentatif yaitu keterkaitan bagian-bagian wacana secara gramatikal yang meliputi pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (konjungsi)

(a) Pengacuan atau referensi adalah salah atau jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Terdapat dua jenis pengacuan yaitu pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan endofora apabila acuannya berada dalam teks wacana itu, dan dikatakan pengacuan eksofora apabila acuannya di luar teks wacana. Pengacuan endofora dibagi menjadi dua jenis yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi gramatikal

(5)

yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang akan disebut kemudian. Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur yang satu dengan yang unsur yang lain.

(b) Penyulihan (substitusi) Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yan berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal (kata benda), verbal, frasal, dan klausal.

(c) Pelesapan (elipsis)

Pelesapan atau elipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan lingual yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat.

(d) Perangkaian (konjungsi)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkai dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau pemarkah disjungtif.

judul wacana argumentatif dari surat kabar 1. Menyelamatkan KPK

Tajuk Rencana dari

https://www.kompas.id/baca/opini/2024/04/30/menyelamatkankpk?open_from=Tajuk _Rencana_Page ( 30 April 2024 )

(6)

2. Hari Buruh: Refleksi Perjuangan, Tantangan dan Harapan https://www.rri.co.id/opini/665597/hari-buruh-refleksi-perjuangan-tantangan-dan- harapan (1 Mei 2024)

3. Opini: Hari Pendidikan Nasional, Muliakan Guru Kehidupan dari https://www.wartalampung.id/opini-hari-pendidikan-nasional-muliakan-guru-

kehidupan.html (2 Mei 2024)

3 a) Jelaskan yang dimaksud dengan wacana deskriptif, tujuan wacana deskriptis, struktur wacana deskriptif

Menurut Ann (1995) wacana deskriptif adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai interaksi antara penutur dengan pendengar, juga sebagai aktiviti personal, yaitu bentuknya ditentukan oleh tujuan sosial.

Harun Aminurrashid (2001)yang memaparkan Wacana deskriptif sebagai rentetan kalimat yang berkaitan serta menghubungkan satu proposisi dengan satu proposisi lain atau membentuk satu kesatuan sehingga wujud makna yang serasi antara kalimat- kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahawa wacana deskriptif merupakan kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar atas kalimat atauklausa dengan koheren dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan serta mampu mempunyai permulaan dan kesimpulan jelas yang disampaikan secara lisan dan bertulis.

Harimurti Kridalaksana (1982) memberikan penjelasan lebih sederhana tentang wacana deskriptif yaitu cara objek atau idea dibincangkan secara terbuka kepada awam sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas.

Wacana deskriptif adalah jenis wacana yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu objek, tempat, orang, atau peristiwa secara detail sehingga pembaca atau pendengar dapat membayangkan atau merasakan apa yang dijelaskan oleh penulis atau pembicara. Wacana ini biasanya melibatkan penggunaan kata-kata yang kaya akan detail sensorik, seperti warna, bentuk, ukuran, tekstur, suara, bau, rasa, dan perasaan.

(7)

Tujuan Wacana Deskriptif

a) Memberikan Gambaran yang Jelas

Tujuan utama dari wacana deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan rinci tentang objek atau situasi yang sedang dideskripsikan sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami dan membayangkannya dengan baik.

b) Menghidupkan Imajinasi Pembaca

Dengan menggunakan deskripsi yang kaya dan detail, wacana deskriptif membantu menghidupkan imajinasi pembaca, membuat mereka merasa seolah-olah mereka benar-benar melihat atau mengalami sendiri apa yang dijelaskan.

c) Mengomunikasikan Pengalaman atau Perasaan

Wacana deskriptif sering digunakan untuk mengomunikasikan pengalaman atau perasaan penulis kepada pembaca. Misalnya, seorang penulis mungkin menggunakan deskripsi untuk menyampaikan bagaimana rasanya berada di tempat yang indah atau mengalami suatu peristiwa tertentu.

d) Menjelaskan Karakteristik dan Detail

Dalam wacana deskriptif, penulis berusaha menjelaskan karakteristik dan detail dari subjek yang dideskripsikan secara mendalam, sehingga pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang subjek tersebut.

struktur wacana deskriptif Struktur Definisi

Identifikasi: Bagian ini berisi pengenalan atau identifikasi objek yang akan dideskripsikan. Pada tahap ini, penulis menyebutkan apa atau siapa yang akan dideskripsikan.

Deskripsi Bagian:

Bagian ini berisi rincian atau deskripsi lebih lanjut tentang objek yang telah diidentifikasi. Penulis menjelaskan ciri-ciri khusus objek tersebut secara mendetail, meliputi aspek fisik, karakteristik, dan hal-hal lain yang relevan.

Penutup (Opsional):

Kadang-kadang, wacana deskriptif bisa diakhiri dengan kesimpulan atau komentar penulis tentang objek yang dideskripsikan. Namun, ini tidak selalu ada dan tergantung pada tujuan penulisan.

(8)

b) sebut dan jelaskan ciri-ciri leksikal dan gramatikal wacana deskriptif ciri-ciri leksikal wacana deskriptif

(a) Penggunaan Kata-kata Konkret dan Spesifik

Wacana deskriptif sering menggunakan kata-kata yang spesifik dan konkret untuk menggambarkan objek atau situasi secara detail. Kata-kata ini membantu menciptakan gambaran yang jelas dan nyata bagi pembaca.

(b) Penggunaan Adjektiva yang Beragam:

Adjektiva atau kata sifat digunakan secara melimpah untuk memberikan detail tentang bentuk, warna, ukuran, tekstur, dan karakteristik lainnya dari objek yang dideskripsikan

(c) Penggunaan Kata-kata Kiasan

Metafora, simile, dan personifikasi sering digunakan untuk membuat deskripsi lebih menarik dan imajinatif.

(d) Penggunaan Verba Statis

Kata kerja yang statis (seperti "adalah", "merupakan") lebih sering digunakan dibandingkan dengan kata kerja dinamis, karena fokusnya adalah pada keadaan atau sifat dari objek yang dideskripsikan.

Ciri gramatikal wacana deskriptif

(a) Pengacuan (referensi) adalah kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya.

(b) Penyulihan (substitusi) nominal,verbal, frasal, dan klausal.

(c) Pelesapan (ellipsis) yaitu penghilangan satuan lingual tertentu yang telah disebut sebelumnya

(d) Perangkaian (konjungsi)

Menggunakan konjungsi untuk merangkai atau menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain.

(9)

4. Jelaskan perbedaan antara wacana naratif dan wacana eksposisi, ciri wacana naratif, dan wacana eksposisi, macam-macam wacana naratif dan eksposisi dan buatlah satu contoh wacana naratif dan satu contoh wacana eksposisi.

Perbedaan wacana naratif dan eksposisi

Pembeda Wacana Naratif Eksposisi

Tujuan menceritakan, atau menyampaikan pesan moral.

menjelaskan atau

memberikan pemahaman yang jelas.

Unsur pembangun Menggunakan alur cerita, karakter, dan setting.

Menggunakan fakta, data, dan informasi objektif.

sifat emosional dan imajinatif. informatif dan edukatif.

ciri wacana naratif, dan wacana eksposisi, Menurut Keraf, teks narasi memiliki ciri-ciri yakni

(a) mengutamakan tindakan dan perbuatan, (b) diurutkan sesuai waktu,

(c) mampu menjawab pertanyaan ‘apa yang terjadi’, (d) terdapat adanya konflik.

Adapun ciri-ciri dari wacana eksposisi adalah sebagai berikut.

(a) Memaparkan definisi sebuah informasi.

(b) Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.

(c) Bentuk kalimatnya berupa pemaparan.

(d) Bersifat tidak memengaruhi.

(e) Disertai dengan bukti, data, contoh, dan gambar.

(f) Pembaca memperoleh informasi dengan jelas.

(g) Penutup berfungsi menegaskan kembali informasi yang dibahas.

(h) Fakta digunakan sebagai alat kontribusi.

macam-macam wacana naratif dan eksposisi

Jenis wacana naratif dibedakan berdasarkan jenis cerita, yakni

(10)

a) narasi ekspositoris yaitu wacana narasi ekspositoris menampilkan informasi peristiwa yang tepat untuk pembaca ketahui.

b) narasi sugestif yaitu wacana yang menampilkan kisah fiksi yang sifatnya imajinatif.

Jenis wacana ekspositif yaitu

a) eksposisi definisi yaitu wacana yang bertujuan untuk memberikan pengertian atau makna suatu istilah atau konsep.

b) eksposisi klasifikasi yaitu wacana yang membagi suatu topik menjadi beberapa kategori atau kelompok berdasarkan ciri-ciri tertentu.

c) eksposisi proses yaitu wacana yang menjelaskan langkah-langkah atau tahapan- tahapan dalam melakukan suatu kegiatan atau proses.

d) eksposisi ilustrasi yaitu wacana yang menggunakan contoh atau analogi untuk menjelaskan suatu konsep atau ide.

e) eksposisi berita yaitu wacana yang menyajikan informasi faktual tentang kejadian atau peristiwa yang baru saja terjadi.

f) eksposisi pertentangan yaitu wacana yang membandingkan dua hal yang saling bertentangan untuk menunjukkan perbedaan dan kontras di antara keduanya.

g) eksposisi perbandingan yaitu wacana yang membandingkan dua atau lebih hal untuk menyoroti persamaan dan perbedaannya.

h) eksposisi analisis yaitu wacana yang memecah suatu konsep atau ide menjadi bagian- bagian yang lebih kecil untuk memahami struktur dan hubungannya.

contoh wacana naratif

Pengalaman Menarik Seminar ICOELLA 2024

Kamis, 30 Mei 2024 Dekanat FBS Unnes dipenuhi oleh para akademisi, mahasiswa, dan praktisi pendidikan dari berbagai negara. Mereka akan mengikuti kegiatan seminar internasional bertajuk ICOELLA 2024. Sebelum memasuki ruang bundar, baik presenter maupun partisipan melakukan registrasi di Lobi Dekanat Lantai 1.

Pukul 09.00 WIB, pewara mengumumkan pembukaan acara dengan Tari Semarangan yang ditampilkan oleh empat penari berbaju merah yang lincah gemulai. Kemudian setelah laporan ketua panitia, pewara dan mempersilakan Rektor Universitas Negeri Semarang untuk memberikan sambutan sekaligus membuka acara seminar internasional.

(11)

Rektor dengan penuh semangat menyampaikan pentingnya seminar ini sebagai wadah berbagi pengetahuan dan inovasi di bidang pendidikan dan seni.

Saat acara berlangsung, para peserta tampak antusias menyimak paparan presenter dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Sebelum sesi seminar paralel, baik petinggi, presenter, dan partisipan mengabadikan kegiatan dengan berfoto bersama.

contoh wacana eksposisi

Seminar Internasional ICOELLA 2024

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang mengadakan seminar internasional pada Kamis, 30 Mei 2024. Seminar dengan nama The First International Conference On Education, Languages, Literature, And Arts (ICOELLA) 2024 dilaksanakan di Ruang Bundar Dekanat, FBS, Unnes. Selain dilakukan secara luring, kegiatan ini juga diikuti partisipan secara daring melalui zoom. Seminar ini diikuti presenter dan participant dari berbagai negara. Tema yang diambil yaitu language, literature, and arts in 5.0 education. Acara diawali dengan tari Semarangan dam dibuka oleh Rektor Universitas Negeri Semarang. ICOELLA 2024 dibagi menjadi dua sesi, yakni sesi pleno dan sesi parallel. Pada sesi pleno diisi oleh empat presenter yakni Surahmat, S.Pd., M.Hum. dari Universitas Negeri Semarang, Assoc. Prof. Dr. Fonny Hutagalung dari Universitas Malaya, Assoc. Prof. Dr. Lee Luan dari Universitas Malaya, dan Prof. Dinny Devi Triana, M.Pd. dari Universitas Negeri Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (suatu acuan) yang

menarik untuk diteliti mengingat kekhasan bahasa yang digunakan terutama bagi pendengar yang berasal dari daerah lain.. Salah satu jenis aspek gramatikal yaitu referensi

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan (referensi) dalam wacana Khotbah Idul Adha

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal atau berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan)

Dengan ciri-ciri tersebut maka il merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya berada di dalam teks), yang bersifat anaforis (karena acuannya telah

Pengacuan (referensi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu referen)

Pengacuan (referensi) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu referen) yang

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (suatu acuan) yang