• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

N/A
N/A
Muhammad Arif

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Pencemaran udara di perkotaan merupakan permasalahan yang sangat serius dan memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara merupakan risiko masalah kesehatan terbesar di dunia. Menurut data tahun 2016, sekitar 6,5 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat paparan polusi udara. Polusi udara di Indonesia menyebabkan 16.000 kematian setiap tahunnya, 1 dari 10 orang menderita infeksi saluran pernafasan dan 1 dari 10 anak menderita asma (Kurniawati, 2017).

Sumber pencemaran udara disebabkan oleh meningkatnya aktivitas manusia yang menimbulkan zat pencemar, salah satunya adalah penggunaan kendaraan yang menimbulkan emisi gas buang kendaraan yaitu CO. Gangguan kesehatan akibat pencemaran udara secara otomatis mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja, sehingga mengakibatkan menurunnya nilai produktivitas dan menimbulkan kerugian ekonomi jangka panjang serta timbulnya permasalahan sosial ekonomi bagi keluarga dan masyarakat. Sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang berpindah atau tidak tetap pada suatu kawasan, yang berasal dari kereta api, pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya;

Sumber stasioner tersendiri adalah sumber emisi tetap di suatu wilayah yang berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa baku mutu parameter pencemaran udara berbeda-beda.

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien
Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien

Sumber Particulate Matter (PM 2,5)

Namun, meningkatnya polusi udara di atmosfer akan berdampak pada kesehatan manusia, kualitas udara, dan iklim global. Elemen jejak yang menjadi perhatian utama kesehatan meliputi As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, Al, Mn dan Zn.

Dampak Particulate Matter 2,5 (PM 2,5)

Baku Mutu Particulate Matter 2,5 (PM 2,5)

Pengukuran dan Analisis

Lokasi Pemantauan Kualitas Udara

Daerah sekitar lokasi penelitian telah ditetapkan sebagai daerah penelitian, oleh karena itu stasiun pengambilan sampel uji harus ditempatkan di sekitar daerah/wilayah tersebut; Untuk menentukan dampak pembangunan di masa depan terhadap lingkungan, stasiun harus berlokasi di wilayah yang direncanakan; Informasi kualitas udara harus diperoleh di seluruh wilayah studi sehingga kualitas udara dapat dipantau (dievaluasi) di seluruh wilayah.

Hindari area yang dapat mengubah konsentrasi akibat penyerapan atau adsorpsi (misalnya, di dekat bangunan atau pohon); Hindari area dimana mungkin terdapat gangguan kimiawi pada polutan yang akan diukur: emisi dari kendaraan bermotor, yang dapat mencemari pengukuran ozon, amonia dari pabrik, yang dapat mencemari pengukuran gas asam; Hindari area di mana gangguan fisik dapat berdampak buruk pada pengukuran debu (bahan partikulat) Jangan berada di dekat insinerator, baik domestik maupun komersial, gangguan listrik untuk menguji peralatan pengambilan sampel dari saluran listrik bertegangan tinggi;

Menempatkan sampel uji pada atap bangunan mungkin lebih baik untuk wilayah dengan populasi/kepadatan bangunan sedang hingga tinggi; Letakkan di atap bangunan yang higienis dan tidak terkena gas buang dari dapur, insinerator atau sumber lokal lainnya.

Faktor Meteorologi

  • Cara Kerja
    • Sebelum Praktikum
    • Pada Saat Praktikum
    • Setelah Praktikum
  • Rumus Perhitungan
    • Volume udara yang dihisap
    • Volume STP
  • Cara Kerja
  • Rumus Perhitungan
    • Volume Udara yang Terhisap
    • Volume STP
    • Konversi Curter

Arah angin juga mempengaruhi penyebaran bahan pencemar, yaitu melihat arah penyebaran bahan pencemar di permukaan bumi. Filter dikondisikan selama 24 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik (filter diberi nomor sebelum ditimbang). Setelah ditimbang, masukkan filter ke dalam kotak arsip berisi silika gel dan dilapisi kertas atau aluminium foil;

Pasangkan filter secara akurat antara pelat muka dan segel, pasang alat pengukur aliran sesuai dengan waktu pengukuran; Catat kondisi meteorologi (suhu, tekanan udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin) minimal setiap 10 menit, dan catat kembali aliran udara setelah pengambilan sampel berakhir; Setelah bagian praktikum, matikan alat LVS, buka panel depan dan lepaskan filter, filter dilipat sehingga bagian-bagian yang mengandung partikel tersuspensi saling berhadapan;

C = konsentrasi partikel tersuspensi (µg/m3) Ws = berat filter serat kaca setelah pengambilan sampel (g) Wo = berat filter serat kaca sebelum pengambilan sampel (g) 106 = konversi dari g ke ( µg) 3.1.3.4 Penghitung Konversi untuk Partikulat 24 Jam. C = konsentrasi partikel tersuspensi (µg/Nm3) Ws = berat filter serat kaca setelah pengambilan sampel (g) Wo = berat filter serat kaca sebelum pengambilan sampel (g) 106 = konversi dari g ke µg.

Data

Data Filter

Kondisi Meteorologi

Perhitungan

Total Suspended Particulate (TSP) .1 Volume Udara yang Dihisap

  • Volume STP
  • Konsentrasi Partikel Tersuspensi dalam 1 Jam
  • Konversi Sampling Menjadi 24 Jam

Hasil konsentrasi partikel tersuspensi dengan lama pengambilan sampel 1 jam sebesar 189,567 µg/Nm3, dan dihitung selama 24 jam diperoleh data konsentrasi partikel sebesar 100,397 µg/Nm3. PP no. 22 Tahun 2021 dalam peraturan ini menjelaskan bahwa baku mutu parameter pencemaran udara berbeda-beda. Baku mutu udara ambien adalah konsentrasi partikel tersuspensi di udara ambien dalam 24 jam sebesar 230 µg/m3.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, aturan tersebut menyatakan bahwa nilai ambang batas PM2.5 adalah nilai baku konsentrasi PM2.5 adalah 55 µg/m3 per 24 jam. Faktor yang mempengaruhi jumlah partikel di udara adalah kecepatan angin, suhu dan kelembaban. Suhu di lokasi sampel yang relatif tinggi menyebabkan terjadinya penguapan yang juga mengakibatkan kelembapan tinggi.

Kandungan air di udara pada saat pengambilan sampel tinggi, menyebabkan partikel jatuh ke tanah dan bereaksi dengan air, sehingga konsentrasi partikel tersuspensi di udara menjadi kecil. Arah angin yang dominan dari barat daya hingga timur laut dengan kecepatan relatif kecil juga mempengaruhi penyebaran dan arah penyebaran partikel tersuspensi sehingga membuat data TSP menjadi kecil. Nilai konsentrasi partikulat PM2.5 di Masjid Nurul Ilmi Unand melebihi baku mutu.

Meningkatnya kadar air di udara menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke tanah dan bereaksi dengan air, sehingga konsentrasi partikel-partikel tersuspensi di udara menjadi tinggi. Kecepatan dan arah angin yang berlaku dari utara ke selatan juga mempengaruhi penyebaran dan arah sebaran partikel tersuspensi. Lingkungan ekosistem juga mengalami dampak pencemaran udara, yaitu rusaknya ekosistem lingkungan tempat hidup berbagai jenis makhluk hidup, seperti TSP.

Lingkungan ekosistem juga mengalami dampak pencemaran udara, yaitu rusaknya ekosistem lingkungan tempat hidup berbagai jenis makhluk hidup, seperti kebakaran hutan yang merusak tumbuhan dan hewan. Lulusan Teknik Lingkungan juga dapat melakukan aksi aktif terhadap masyarakat sekitar, seperti memberikan orasi tentang bahaya partikel yang melebihi baku mutu dan membagikan masker gratis. Peran Sarjana Teknik Lingkungan adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya PM2.5 dalam mengurangi konsentrasi partikel PM2.5 di udara, termasuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, memilih menggunakan angkutan umum, dan bersepeda.

PENUTUP

Saran

Pemerintah hendaknya memberikan edukasi dan informasi mengenai dampak pencemaran udara pada lembaga penghasil partikel dan melakukan pemantauan secara berkala; Sarjana Teknik Lingkungan diharapkan mampu mencurahkan waktu dan tenaganya untuk pengembangan inovasi terkait penurunan kadar TSP dan PM2.5 di udara ambien. SNI udara ambien Bagian 3: Cara pengujian total partikulat tersuspensi dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS).

CATATAN: Pada arah angin dominan, lokasi pemantauan kualitas udara minimal terdiri dari dua lokasi, dengan prioritas diberikan pada kawasan pemukiman atau tempat tertentu. Sedangkan pada arah angin lainnya minimal satu titik dengan kriteria penentuan lokasi seperti pada Gambar 1. Data arah angin dapat berupa data sekunder dari stasiun meteorologi terdekat atau data pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan jarak lokasi pengukuran ke industri ditentukan berdasarkan hasil simulasi model, observasi lapangan, pengukuran sesaat dan kreasi isoplet.

Untuk mendukung pemantauan kualitas udara, perlu dilakukan pemantauan kondisi meteorologi antara lain arah angin, kecepatan angin, kelembaban dan suhu.

Gambar 1    Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien  3.4  Persyaratan penempatan peralatan pengambil contoh uji
Gambar 1 Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien 3.4 Persyaratan penempatan peralatan pengambil contoh uji

Produced by WCopyfind.4.1.5 with These Settings

BERSIH PARTIKULAT

PARTIKULAT RADHOL

Gambar

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien
Gambar 2.1 High Volume Air Sampler (HVAS)
Tabel 4.1 Berat Filter untuk Total Suspeded Particulate (TSP)
Gambar 1    Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien  3.4  Persyaratan penempatan peralatan pengambil contoh uji
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Acuan Baku Mutu : Baku Mutu Udara Ambien Lampiran VII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan

Hasil pengukuran TSP kelompok 9 dalam rentang waktu 1440 menit adalah, yaitu 175,491 μg/m 3 dibandingkan dengan standar WHO yang berlaku maka kadar TSP yang telah

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Dalam Aspek Pengendalian Limbah Padat dan Pencemaran Udara Di PT.. Bukaka Teknik