• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Ekologi Akuatik

N/A
N/A
Triani Rizki

Academic year: 2025

Membagikan "LP Ekologi Akuatik"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuakultur atau budidaya perairan merupakan usaha manusia dalam meningkatkan produktivitas dengan kegiatan produksi organisme air pada wadah terkontrol agar mendapatkan keuntungan. Organisme air yang diproduksi yaitu ikan (finfish), udang (krustasea), kerang (moluska), teripang (holothuria), dan tanaman air (alga), dan secara umum semuanya disebut sebagai ikan, baik untuk dikonsumsi, bahan baku industry maupun ikan hias. Berdasrakan habitat organisme yang digunakan dikenal sebagai budidaya air tawar, air payau, dan budidaya laut (Effendi 2010 dalam Effendi, 2019 : 10).

Perairan tawar adalah ekosistem yang dibentuk oleh sungai dan genangan air.

Ekosistem perairan yang terbentuk dari genangan air meliputi danau, payau, rawa, dan tambak. Perairan darat yang berinteraksi memiliki bioma unik yang bervariasi dan dipengaruhi oleh medan, sumber air, sifat arus atau genangan, dan lingkungan sekitarnya (Yulianda, 2020). Perikanan budidaya air tawar bertujuan untuk menghasilkan ikan menggunakan beberapa sistem budidaya di lokasi seperti wadah dan sumber air. Ikan air tawar merupakan salah satu komoditas budidaya yang banyak dikembangkan dan dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi (Goimawan, 2012 dalam Sutiani dkk., 2020).

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antar organisme atau organisme dengan lingkungannya. Berdasarkan perkembangannya ekologi bisa disebut sebagai ilmu dasar lingkungan, ilmu yang mempelajari makhluk

(2)

hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dengan komponen di sekitarnya (Effendi dkk., 2018). Ekologi perairan adalah kajian tentang semua habitat dan lingkungan atau komponen abiotik dan biotik dimana air sebagai medium utama.

Habitat dan lingkungan perairan dapat membentuk hubungan interaksi atau timbal balik dengan organisme-organisme perairan yang terdapat dapat dalam lingkungan tersebut (Akbarurrasyid, 2021).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Ekologi Akuatik perairan tawar ini adalah untuk memeperkuat kompetensi dan kemampuan mahasiwa dalam survey ekosistem perairan tawar dan mengkaji komponen-komponen biotik dan abiotik yang berinteraksi dalam ekosistem.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum Ekologi Akuatik ini adalah untuk mengenalkan dan menumbuhkan dan menumbuhkan kepedulian/perhatian mahasiswa terhadap ekosistem perairan tawar.

(3)

BAB 2 METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Akuatik dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Maret 2023.

Pelaksanaan praktikum dilakukan pada pukul 08.00 sampai selesai. Bertempat di Paneki, Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Adapun denah lokasi praktikum dapat dilihat pada gambar 2-1 berikut.

Gambar 2-1. Lokasi praktikum 2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum lapang ini adalah millimeterblok atau mistar untuk mengukur organisme, plastik gula sebagai tempat organisme, botol kaca terang dan gelap, spidol untuk menandai sampel, gelang karet, keranjang plastik, dan seser untuk menangkap organisme yang ada diperairan. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah alkohol.

2.3 Metode

Menentukan lokasi pengamatan, membuat transek pada lokasi yang telah ditentukan, mengamatai dan lakukan koleksi organisme nekton, bentos, plankton,

(4)

dan tumbuhan air yang terdapat di dalam transek maupun dilingkungan sekitar pengamatan, menyimpan hasil koleksi sampel ke dalam plastik, mengamati faktor biotik dan abiotik pada lingkungan.

2.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.

(5)

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Adapun klasifikasi tumbuhan paku ialah sebagai berikut, Kingdom : Plantae, Divisi : Pteridophyta, Class : Filicopsida, Famili : Nephrolepidaceae, Ordo : Polypodiales, Genus : Dryopteris, Spesies : Dryopteris filix-mas (Yunita dkk., 2021).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada area sungai paneki dapat ditemukan tumbuhan paku yang dapat dilihat pada gambar 3-1 sebagai berikut.

Gambar 3-1. Tumbuhan paku

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan golongan tumbuhan yang banyak dijumpai pada sekitar area sungai paneki. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sudah dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Tumbuhan paku berkembang biak dengan menggunakan spora. Tumbuhan paku dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ vegetative yang berupa akar, batang, rimpang dan daun. Sedangkan organ generate paku terdiri atas spora, sporangium, anteridium dan arkegonium. Letak sporangium atau sering disebut dengan sorus pada tumbuhan paku yang umumya terletak di bagian bawa daun yang berbentuk gugusan yang berwarna hitam atau cokelat. Letak dari sorus

(6)

sangat penting untuk klasifikasi tumbuhan paku. Dryopteris filix-mas mempunyai bentuk akar serabut. Batang rimpang yang tegak panjang, permukaannya berbulu berwarna coklat dan tidak bercabang. Daun majemuk berwarna hijau, kedudukannya anak daunnya berselang-seling, daun bergelombang dengan permukaan berbulu halus, tepi daun bergerigi dan ujung daun meruncing. Sorus letaknya pada bagian bawah permukaan daun berwarna kuning keemasan. Jenis pteridophyta ini ditemukan teresterial di bawah pohon pada permukaan tanah yang lembab (Flaurafaunaweb, 2017 dalam Yunita dkk., 2021).

3.2 Capung Jarum

Adapun klasifikasi capung jarum menurut Integrated Taxonomic Informatuion System (ITIS) ialah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Phylum : Arthtropoda, Class : Insecta, Famili : Calopterygidae, Ordo : Odonata Fabricus, (Selis, 1854).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada area sungai paneki dapat ditemukan capung yang dapat dilihat pada gambar 3-2 sebagai berikut.

Gambar 3-2. Capung Jarum

Capung jarum adalah jenis serangga air yang hidup pada permukaan air.

Morfologi capung jarum memiliki tubuh yang panjang dan ramping, dengan sayap. Capung jarum memiliki ukuran 5 cm, dan tubuhnya berwarna

(7)

coklat.Dalam ekosistem, capung mempunyai peran yang besar dalam menjaga keseimbangan rantai makanan. Capung berperan sebagai predator serangga kecil lainnya, bahkan kanibal terhadap jenisnya. Secara ekologi, capung berkembang biak di sekitar lingkungan perairan. Dalam siklus hidupnya, larva (nimfa) yang selama hidupnya berada di dalam air. Beberapa capung menempati habitat tertentu di sekitar perairan sungai bersih dan mengalir dengan intensitas cahaya matahari sedang seperti di bawah naungan pohon, bahkan beberapa jenis hanya hidup di lingkungan perairan yang masih bersih. Sebab itu, keberadaan capung di lingkungan dapat menjadi bioindikator perairan, bahwa secara tidak langsung kehadiran capung dapat menandakan bahwa di sekitar lingkungan tersebut masih terdapat air bersih. Perubahan dalam populasi capung dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk menandai adanya lingkungan yang tercemar (Pamungkas, 2015).

3.3 Keong Stenophysa marmorata

Adapun klasifikasi keong (Stenophysa marmorata) menurut Integrated Taxonomic Informatuion System (ITIS) ialah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Phylum : Molusca, Class : Gastropoda, Famili : Physidae Fitzinger, Ordo : Basommatophora, Genus : Stenophysa, Species : Stenophysa marmorata (Guilding, 1828).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada area sungai paneki dapat ditemukan keong yang dapat dilihat pada gambar 3-3 sebagai berikut.

(8)

Gambar 3-3. Keong

Stenophysa marmorata merupakan keong air tawar yang hidup di dasar perairan sungai, umumnya ditemukan disekitar bebatuan. Morofologi stenophysa memiiliki ukuran beragam, panjang tubuhnya 2 cm, dan warna tubuhnya coklat kehitaman. Keong air tawar merupakan anggota kelas Gastropoda yang dapat menyesuaikan diri untuk hidup di beberapa tempat. Hewan ini umumnya ditemukan di berbagai habitat, seperti sawah, saluran irigasi, sungai, selokan dan danau. Keong air tawar yang hidup di perairan, umumnya ditemukan sebagai detritivor, oleh sebab itu kelompok organisme ini memiliki peran penting dalam rantai makanan karena berfungsi menguraikan bahan-bahan organik di ekosistem perairan. Keanekaragaman keong air tawar di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia maupun biologi yang mampu mendukung kehidupannya di suatu perairan (Takim dan Anawaty, 2019).

(9)

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada area sungai paneki dapat di simpulkan bahwa, sekitar area sungai paneki banyak terdapat tumbuhan paku yang ditemukan teresterial di bawah pohon pada permukaan tanah yang lembab, capung jarum yang hidup pada permukaan air dan memiliki tubuh yang panjang dan ramping dengan ukuran 5 cm dengan warna tubuh yang coklat, serta Stenophysa marmorata yang merupakan jenis keong air tawar yang hidup di dasar perairan sungai, umumnya ditemukan disekitar bebatuan, memiiliki ukuran beragam, panjang tubuhnya 2 cm, dan tubuhnya berwarna coklat kehitaman.

4.2 Saran

Saran untuk praktikum ekologi selanjutnya agar lokasi yang digunakan saat praktikum bisa berganti sehingga organisme yang ditemukan dan diamati bisa lebih bervariasi jenisnya.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Akbarurrasyid, M. 2021. Ekologi Perairan. Buku Ajar. AMaFRad PRESS.

Effendi, I. 2019. Pengembangan Akuakultur Pada Lahan Suboptimal Menuju Agromaritim 4.0. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. 9-19.

Effendi, R., Salsabila, H., & Malik, A. 2018. Pemahaman Tentang Lingkungan Berkelanjutan. 18(2).

Pamungkas, D. W., & Ridwan, M. 2015. Keragaman Jenis Capung dan Capung Jarum (Odonata) di Beberapa Sumber Air di Magetan, Jawa Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(6).

Sutiani, L., Bachtiar, Y., Saleh, A. 2020. Analisis Model Budidaya Ikan Air Tawar Berdominansi Ikan Gurame (Opshronemus Gouramy) di Desa Sukawening, Bogor, Jawa Barat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(2).

Takim, R. R., & Anawaty, A. Keanekaragaman Dan Kelimpahan Keong Air Tawar (Mollusca: Gastropoda) Di Sungai Pomua Palandu Dan Sungai Toinasa, Poso, Sulawesi, Indonesia. Journal of Science and Technology.

8(2).

Yulianda, F. 2020. Ekowisata Perairan Suatu Konsep Kesesuaian Dan Daya Dukung Wisata Bahari Dan Wisata Air Tawar. PT Penerbit IPB Press.

Yunita, I., Nurma, Ibrahim, & Andalia, N. 2021. Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) yang Tumbuh Di Desa Uning Pune Kecamatan Putri Betung Kabupaten Gayo Lues. Jurnal Biology Education.

9(1).

(11)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit yang dibuang ke badan Sungai Mabat mempengaruhi kualitas air

76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 4 empat perusahaan properti dan real estate periode 2018-2021, maka kesimpulannya

Politeknik Negeri Sriwijaya Bab V Kesimpulan dan Saran 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di semester II dan VI FKIP Biologi Universitas Lancang Kuning, dapat disimpulkan bahwa terdapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian pada kedua subyek selama kurang lebih 4 minggu dapat di simpulkan bahwa pada wawancara dan observasi pertama,

74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah dilakukan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

Politeknik Negeri Sriwijaya 80 BAB V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang diambil dari penelitian yang dilakukan pada

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah “terdapat