• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Pneumonia[1]

N/A
N/A
Nur Laeli

Academic year: 2025

Membagikan "LP Pneumonia[1]"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS

PNEUMONIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah II

Di Ruang Teratai Rumah Sakit Tk.II Dr. Soepraoen

Oleh:

Nurul Aprisa Sakura (P17212235109)

PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG TAHUN AKADEMIK 2023/2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan Medikal Bedah pada Pasien dengan Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang Teratai Rumah Sakit Tk.II Dr. Soepraoen Periode tanggal 5 Agustus s/d 10 Agustus Tahun Akademik...

Telah disetujui dan disahkan pada Tanggal …… Bulan………... Tahun………

Preceptor Lahan RS

_________________________

Malang, Preceptor Akademik

_________________________

Mengetahui, Kepala Ruang ……

_________________________

NIP/NIK. NIP.

NIP/NIK.

(3)

A. Pengertian

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bawah yang ditandai dengan batuk dan sesak napas, hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru. Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular yang memiliki tingkat kematian tinggi baik dialami kelompok lansia atau anak-anak (Nussy, 2022).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru- paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).

B. Etiologi

Berikut merupakan penyebab atau etiologi pneumonia, yaitu:

1. Merokok: asap rokok mengandung partikel seperti hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, nikotin, nitrogen oksida dan akrolen yang dapat menyebabkan efek bakterisida sehingga menganggu sistem pertahanan paru.

2. Polusi udara: Terpajan polusi udara penurunan fungsi silia yang bertugas mengeluarkan benda asing seperti debu dan mikroba sehingga mempermudah akumulasi debu pada saluran pernapasan.

3. Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus, haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.

4. Virus: virus influenza, adenovirus

5. Jamur: hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastornyces dermatitides

6. Aspirasi: makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion, benda asing)

7. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Meisaningsih, 2021).

(4)

C. Klasifikasi

Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi, yaitu:

1. Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumor bilateral atau "ganda".

2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) dapat terjadi pada ujung bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membena bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalan dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular (Aslina, 2019).

D. Tanda dan Gejala

1. Sputum purulent yaitu gejala batuk yang tidak produktif sputum atau produktif sputum, dimana sputum ini bersifat mukoid, purulen, gejala batuk, terutama batuk produktif sputum merupakan gejala yang paling konsisten.

2. Bunyi napas tambahan ronkhi

Bunyi napas tambahan dikarenakan penumpukan sputum yang berlebihan pada saluran pernapasan.

3. Demam : menggigil dan/atau berkeringat, di mana gejala mengigil sering dijumpai pada pneumonia.

4. Dyspnea: sesak napas yang disebabkan karena pasien mengalami sumbatan jalan napas oleh sputum.

5. Nyeri : nyeri semakin berat ketika bernapas dan batuk

E. Patofisiologi

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada

(5)

keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.

Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi 13 terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.

(6)

F. Pathway

(7)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah pneumonia adalah :

1. Radiologi yaitu pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.

2. Laboratorium yaitu terjadinya peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000/ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia.

3. Mikrobiologi yaitu jenis pemeriksaan mikrobiologi diantaranya yaitu biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.

4. Analisa gas darah: ditemukan hipoksemia berat atau sedang. Di dalam beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) akan menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.

H. Penatalaksanaan

Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada pasien maupun keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan napas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

Penatalaksanaan pneumonia antara lain:

1. Terapi oksigen untuk m njaga kelancaran pernapasan.

2. Kebutuhan istirahat pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong ditempat tidur.

3. Kebutuhan nutrisi dan cairan pasie pada diagnosis medis pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan

(8)

dehidrasi. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan caieran glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

4. Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan gram dan pedoman antibiotik (pola resistensi, faktor resiko, etiologi harus dipertimbangkan). Terapi kombinasi dapat juga digunakan.

5. Terapi suportif mencakup hidrasi, antipiretik, medikasi antitusif, antihistamin, atau dekogestan nasal.

a. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.

I. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian meliputi :

1. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status pernikahan

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama

Keluhan utama pasien adalah sesak napas dan badan lemas b. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma.

Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.

(9)

3. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.

b. Pola nutrisi

Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.

c. Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan evaporasi karena demam

d. Pola istirahat/tidur

Penderita akan sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak nafas.

e. Pola aktfitas dan latihan

Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik 4. Pemeriksaan Fisik

a. Head to toe b. Data Fokus

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Hipertermia (D.0130)

2. Pola napas tidak efektif (D.0005)

3. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) 4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

5. Perfusi perifer tifak efektif (D.0009)

(10)

C. Rencana Keperawatan yang Mungkin Muncul Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil Rencana Keperawatan Rasional Hipertermia

(D.0130)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama diharapkan

termoregulasi (L.14134)

membaik, dengan kriteria hasil (L.14134) :

1. Kulit merah menurun

2. Kejang menurun 3. Pucat menurun 4. Takipnea

menurun

5. Suhu tubuh membaik

6. Suhu kulit membaik

Regulasi temperatur (I.14578)

Observasi :

1. Monitor suhu sampai stabil (36,5 – 37,5°C)

2. Monitor suhu tiap 2 jam, jika perlu

3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia

1. Memantau suhu tubuh secara kontinu

membantu mengidentifikasi perubahan yang mungkin

memerlukan intervensi lebih lanjut

2. Monitoring yang lebih sering mungkin

diperlukan untuk pasien dengan kondisi yang tidak stabil atau ketika perubahan suhu tiba-tiba dapat terjadi 3. Untuk

mengetahui perubahan kondisi pasien yang memburuk atau komplikasi 4. Kulit yang

merah atau panas mungkin

menunjukkan hipertermia, sedangkan kulit yang pucat atau dingin bisa mengindikasi- kan hipotermia 5. Untuk

mengidentifikasi perubahan dalam

(11)

Terapeutik :

6. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu

7. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

8. Gunakan matras

penghangat, selimut hangat, dan penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu

9. Gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack, atau gel pad dan intravascular cooling cathetherization untuk menurunkan suhu tubuh

status

termoregulatori

pasien dan

memungkinkan tindakan segera untuk mencegah komplikasi 6. Untuk

penyesuaian cepat dalam

terapi dan

manajemen suhu pasien yang lebih efektif 7. mendukung mekanisme termoregulatori

tubuh dan

membantu mencegah dehidrasi serta kekurangan energi, yang dapat

memperburuk kondisi hipertermia 8. untuk membantu

mengatasi hipotermia dengan meningkatkan

suhu tubuh

secara bertahap dan nyaman, mendukung regulasi suhu tubuh

9. untuk mengurangi

suhu tubuh

secara efektif dalam kasus hipertermia berat,

menghindari kerusakan organ dan komplikasi

(12)

10. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi :

11. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke

12. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin

Kolaborasi :

13. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

terkait suhu tinggi

10. membantu mengurangi beban

termoregulatori

pada tubuh

pasien, membuatnya lebih mudah untuk mengatur suhu tubuh ke rentang normal 11. untuk

mencegah kondisi ini, terutama pada pasien atau individu yang berisiko tinggi.

Pencegahan melibatkan perubahan gaya

hidup dan

tindakan pencegahan

yang dapat

mengurangi risiko 12. untuk

mencegah paparan suhu dingin yang ekstrem,

terutama di lingkungan dingin, dan memastikan bahwa pasien atau individu melindungi diri dari hipotermi 13. untuk

menentukan kebutuhan antipiretik memastikan penggunaan

(13)

yang tepat dan efektif untuk mengatasi hipertermia Bersihan jalan

napas tidak efektif (D.0001)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama diharapkan bersihan jalan napas (L.01001)

meningkat, dengan kriteria hasil:

1. Produksi sputum menurun

2. Mengi menurun 3. Wheezing

menurun 4. Mekonium

menurun 5. Sianosis

menurun

6. Pola napas membaik

Manajemen Pola Napas (I.01011)

Observasi

1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:

gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)

5. Posisikan semi-fowler atau fowler

6. Berikan minum hangat

1. Untuk mengetahui keabnormalan pernapasan pasien 2. Penurunan

bunyi napas indikasi

atelaksis, ronchi berindikasi ketidakmampua n jalan napas sehingga otor aksesori

digunakan dan kerja

pernapasan meningkat 3. Pengeluaran

sulit jika sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru sehingga

memerlukan evaluasi lebih lanjut

4. Untuk

memaksimalka n ekspansi paru

5. Untuk

memaksimalka n jalan napas 6. Membantu

mengencerkan sekret sehingga

(14)

7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

11. Berikan oksigen, jika perlu Edukasi

12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi

13. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

mudah dikeluarkan 7. Untuk

membantu pengeluaran sekret dan memaksimalka n jalan napas 8. Menghilangkan

lendir pada jalan napas 9. Untuk

meningkatkan saturasi oksigen

atau bisa

membuat saturasi oksigen tersebut stabil sebelum suction 10. Mengeluarkan

sumbatan atau benda asing dalam jalan napas

11. Memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh

12. Mengoptimalka n keseimbangan cairan dan membantu mengencerkan secret dan mudah dikeluarkan 13. Membuka area

atelaksis dan gerakan mengeluarkan sekret

Menurunakn kekentalan sekret 14. Membantu

mengencerkan dahak

(15)

Pola napas tidak efektif (D.0005)

Setelahdilakukan tindakan

keperawatan selama diharapkan pola napas (L.01004) membaik, dengan kriteria hasil:

1. Dispnea menurun

2. Frekuensi napas membaik

3. Kedalaman napas membaik

Manajemen Pola Napas (I.01011)

Observasi

1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:

gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)

5. Posisikan semi-fowler atau fowler

6. Berikan minum hangat

7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

1. Untuk mengetahui keabnormalan pernapasan pasien

2. Penurunan bunyi napas indikasi atelaksis, ronchi berindikasi ketidakmampuan jalan napas sehingga otor aksesori

digunakan dan kerja pernapasan meningkat

3. Pengeluaran sulit jika sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru sehingga memerlukan evaluasi lebih lanjut

4. Untuk

memaksimalkan ekspansi paru

5. Untuk

memaksimalkan jalan napas 6. Membantu

mengencerkan sekret sehingga mudah

dikeluarkan 7. Untuk membantu

pengeluaran

sekret dan

memaksimalkan

(16)

8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

11. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi

13. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

jalan napas 8. Menghilangkan

lendir pada jalan napas

9. Untuk

meningkatkan saturasi oksigen

atau bisa

membuat saturasi oksigen tersebut stabil sebelum suction

10. Mengeluarkan sumbatan atau benda asing dalam jalan napas 11. Memenuhi

kebutuhan

oksigen dalam tubuh

12. Mengoptimalkan keseimbangan

cairan dan

membantu mengencerkan secret dan mudah dikeluarkan 13. Membuka area

atelaksis dan gerakan

mengeluarkan sekret

Menurunakn kekentalan sekret 14. Membantu

mengencerkn dahak

Gangguan

pertukaran gas (D.0003)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama diharapkan

pertukaran gas (L.01003)

meningkat, dengan

Terapi oksigen (I.01026) Observasi :

1. Monitor kecepatan aliran

oksigen 1. Untuk

memastikan pasien menerima jumlah oksigen

(17)

kriteria hasil:

1. Bunyi napas tambahan menurun 2. Diaforesis

menurun 3. Gelisah

menurun

4. Napas cuping hidung menurun 5. PO2 membaik 6. PCO2 membaik

7. Ph arteri

membaik 8. Sianosis

menurun

2. Monitor posisi alat terapi oksigen

3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup

4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah), jika perlu

5. Monitor tanda-tanda hipoventilasi

6. Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis

7. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen

yang sesuai dengan

kebutuhan mereka.

2. Memastikan bahwa pasien mendapatkan oksigen secara efektif dan menghindari potensi risiko dari pergeseran atau

ketidaksesuaian alat

3. Memastikan fraksi oksigen yang diberikan sesuai dengan yang diresepkan untuk mencapai target saturasi oksigen, dan untuk menilai efektivitas terapi secara

berkelanjutan.

4. Untuk menilai apakah terapi oksigen

mencapai hasil yang diinginkan.

5. Untuk mengetahui indikasi pasien tidak cukup oksigen atau mengalami masalah

6. Monitoring ini penting untuk mencegah efek samping yang berpotensi serius 7. Kecemasan

dapat

mempengaruhi efektivitas terapi

(18)

8. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik :

9. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu

10. Pertahankan kepatenan jalan napas

11. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen

12. Berikan oksigen tambahan, jika perlu

13. Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi

dan

kesejahteraan pasien secara keseluruhan 8. Monitoring ini

penting untuk mencegah dan mengatasi masalah iritasi atau kerusakan mukosa hidung 9. Membantu

memastikan jalur napas tetap paten dan terapi oksigen dapat berfungsi

dengan baik 10. untuk

memastikan oksigen dapat mengalir ke paru-paru tanpa hambatan, yang mendukung efektivitas terapi oksigen

11. Memastikan bahwa oksigen diberikan

dengan cara yang aman dan efektif sesuai dengan

kebutuhan pasien 12. untuk

memenuhi kebutuhan jika kondisi berubah atau jika ada peningkatan kebutuhan oksigen

13. Memastikan bahwa oksigen tetap tersedia selama

(19)

Kolaborasi :

14. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

15. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

transportasi mendukung kontinuitas

terapi dan

mencegah penurunan saturasi oksigen 14. untuk

memastikan bahwa pasien menerima

jumlah yang sesuai

berdasarkan kondisi medis mereka

15. memastikan terapi oksigen tetap efektif dan sesuai dengan kebutuhan pasien dalam berbagai situasi Perfusi perifer

tidak efektif (D.0009)

Setela dilakukan tindakan

keperawatan

diharapkan perfusi perifer (L.02011) membaik, dengan kriteria hasil:

1. Denyut nadi perifer

meningkat 2. Kelemahan otot

menurun 3. Akral membaik 4. Turgor kulit

membaik

Perawatan Sirkulasi (I.02079) Observasi

1. Periksa sirkulasi perifer (mis:

nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)

2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis:

diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)

3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

1. Untuk mengetahui terjadinya penurunan sirkulasi perifer melalui nadi perifer dan edema

2. Untuk mengetahui faktor risiko yang

menyebabkan gangguan sirkulasi 3. Untuk

mengetahui rasa panas,

kemerahan, bengkak pada

(20)

Terapeutik

4. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi

5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cidera

7. Lakukan pencegahan infeksi

8. Lakukan perawatan kaki dan kuku

9. Lakukan hidrasi

Edukasi

10. Anjurkan berhenti merokok

11. Anjurkan berolahraga rutin

12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar

area anggota gerak

4. Untuk mencegah kekurangan atau perubahan perifer

5. Penekanan pada

area yang

cedera akan memperlambat sirkulasi perifer 6. Sirkulasi perifer

yang terganggu dapat

memperlambat penyembuhan luka pada area yang cedera 7. Untuk

mencegah terjadi infeksi 8. Melakukan

perawatan kaki dan kuku untuk mencegah infeksi

9. Menjaga status hidrasi seperti kelembaban mukosa, nadi adekuat

10. Untuk mencegah faktor pemicu 11. Untuk menjaga

sistem daya tahan tubuh dengan

olahraga 12. Untuk

menghindari kulit terbakar 13. Untuk menjaga

(21)

13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu

14. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta

16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis: melembabkan kulit kering pada kaki)

17. Anjurkan program

rehabilitasi vaskular

18. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis:

rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)

19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).

1.

sirkulasi perifer

14. Pemberian obat tekanan darah dapat

memperbaiki sirkulasi perifer 15. Obat beta

blocker dapat menyebabkan gangguan pada respetor beta 1 pada jantung yang berfungsi kardioakselarasi dalam

memompa drah ke seluruh tubuh

16. Menjaga ksehatan kulit

17. Memberikan program untuk memperbaik sirkulasi

18. Untuk menjaga konsumsi makanan yang sesuai

Agar tanda dan gejala darurat dapat segera diatasi

19. Dapat melaporkan tanda dan gejala darurat

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Aslina, N. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG MELATI RSUD BANGIL. In 2019.

https://media.neliti.com/media/publications/299406-asuhan-keperawatan- pada-tn-s-dengan-diag-aa69a593.pdf

Haniifah Nurdin, S., Oktiffany Putri, N., & Musripah. (2023). Studi Kasus:

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pneumonia Di Ruang Perawatan Umum Rs Hermina Bekasi. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik (JIKA), 6(2), 1–11.

Meisaningsih, N. L. P. (2021). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien Tn. S dengan Diagnosis Medis Pneumonia di Ruang H1 Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Keperawatan, 1–132.

http://repository.stikeshangtuah-sby.ac.id/563/1/REVISI PRINT Ni Luh Putu Meisaningsih 1820038%2C KTI Pneumonia.pdf

Nussy, S. A., & P., S. (2022). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Dengan Pneumonia Di Ruang Bernadeth III Rumah Sakit Stella Maris Makassar. (Doctoral Dissertation, STIK Stella Maris).

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik. (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (II (ed.)). DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (II). DPP PPNI.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian zink sebagai suplemen pada terapi pneumonia pada anak khususnya untuk usia 1 bulan sampai 60 bulan efektif menurunkan length