• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP PREEKLAMSIA[1]

N/A
N/A
Yuke Christiani

Academic year: 2024

Membagikan "LP PREEKLAMSIA[1]"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN PREEKLAMSIA

DI RUANG MATERNAL GBST RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas Clinical Teacher: Sri Lestari Dwi Astuti, S.Kep., Ners., M.Kes

Disusun Oleh : Pijar Cintalis P27220022184

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

TAHUN 2024

(2)

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI

Preeklamsia atau biasa disebut Kehamilan Incduced Hypertension (PIH) kehamilan atau toksemia kehamilan, ditandai dengan tekanan darah meningkat, oedema, bahkan adanya proteinuria. Biasanya preeklamsia terjadi pada ibu yang usia kehamilannya 20 minggu keatas atau tiap triwulan dari kehamilan, pada kehamilan 37 minggu tersebut umumnya preeklamsia biasa terjadi hingga minggu pertama setelah persalinan.

Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Muzalfah, 2022).

Preeklampsia adalah hipertensi pada usia kehamilan20 minggu atau setelah persalinan dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang di lakukan pengukuran 2 kali selang 4 jam di sertai dengan proteinuria 300 mg protein dalam urin selama 24 jam (Nurul, 2022).

B. ETIOLOGI

Preeklamsia adalah penyakit spesifik selama kehamilan tanpa etiologi yang jelas terdapat beberapa faktor resiko terjadinya preeklamsia:

1. Primigravida atau kehamilan pertama

Ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan.

Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol (Nur & Arifuddin, 2017). Berdasarkan teori immunologik, preeklamsia pada primigravida terjadi karena di primigravida pembentukan blocking antibody terjadi mengenai antigen yang belum sempurna, primigravida juga mengalami pembentukan Human Leucoyte Antigen (HLA-G) memainkan peran dalam memodulasi respons imun sehingga hasil konsepsi ditolak pada klien atau intoleransi ibu terhadap plasenta yang dapat menyebabkan preeklamsia.

(3)

2. Morbid obesitas atau kegemukan

Penyakit ini menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus, obesitas dapat mengakibatkan kolesterol meningkat, bahkan mengakibatkan jantung lebih cepat dan bekerja berat. Klien dengan obesitas dalam tubuhnya semakin banyak jumlah darah yang terkandung yang berarti semakin parah jantung dalam memompa darah sehingga dapat menyebabkan preeklamsia. Preeklamsia lebih menjurus terjadi pada klien yang memiliki riwayat diabetes mellitus dikarenakan saat klien kebutuhan janin yaitu plasenta lebih berperan aktif dalam memenuhi semua kebutuhannya.

3. Usia kehamilan

Preeklamsia muncul setelah klien dengan usia kehamilan 20 minggu dengan Gejala kenaikan tekanan darah. Jika terjadi preeklamsia di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronik. Sebagian besar preeklamsia terjadi pada minggu >37 minggu dan semakin tua kehamilan maka semakin berisiko untuk terjadinya preeklamsia.

4. Riwayat hipertensi

Seseorang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi preeklamsia pada kehamilannya. Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai preeklamsia sebesar 25%. Sedangkan bila tanpa hipertensi kronis angka kejadian preeklamsia hanya 5% (Malha et al., 2018).

5. Usia Ibu

Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun. Karena adanya perubahan jaringan rahim dan saluran lahir yang tidak fleksibel seperti halnya pembuluh darah, disebabkan oleh peningkatan tekanan darah. Seiring bertambahnya umur semakin mudah terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah ibu, proteinuria dan edema.

C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi preeklamsia dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut buku konsep preeklamsia patomekanise dan pencegahan (2021), yaitu:

a. Keseimbangan faktor angiogenik

Faktor yang berperan adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan placental growth factor (PIGF). VEGF merupakan faktor yang berperan dalam angiogenesis dan menstabilkan endotel pembuluh darah yang matur. PIGF juga

(4)

merupakan faktor pertumbuhan angiogenik yang memperkuat sinyal VEGF.

b. Relaksin

Relaksin diproduksi oleh korpus luteum ovarium dan kadarnya meningkat pada awal kehamilan. Produksi relaksin dipicu oleh human chorionic gonadotropin (HCG). Relaksin memiliki efek vasodilator renal.

c. Sitokin

Sitokin inflamasi berhubungan dengan iskemia plasenta dan disfungsi kardiovaskular dan ginjal. Perfusi darah ke uterus yang berkurang dapat menginisiasi timbulnya preeklamsia.

d. Renin angiotensin system (RAS)

RAS merupakan salah datu pengontrol tekanan darah. Reseptor angiotensin II terletak di villi dan ekstra villi trofoblast. Kadar angiotensin II sistemik meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan pada kehamilan normal. Kadar angiotensin II sedikit berkurang pada kehamilan dengan preeklamsia

D. KLASIFIKASI

Menurut (Lalenoh, 2020) klasifikasi preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan terbagi 3, yaitu :

1. Preeklamsia ringan

a. Kenaikan TD 140/90 mmHg

b. Adanya pembengkakan kaki, muka, jari tangan serta berat badan naik 1 kg lebih tiap minggunya

c. Adanya proteinuria d. Tidak ada nyeri kepala 2. Preeklamsia sedang

Tekanan darah sistolik 150-159 mmHg dengan tekanan diastolic 100-109 mmHg

3. Preeklamsia berat

a. Tekanan darah senilai >160/100 mmHg b. Adanya proteinuria >5 gr/L

c. Jumlah urine kurang (oliguria) dari 500cc/24 jam d. Serebral terganggu dan timbul nyeri pada epigastium e. Terjadinya edema paru atau sianosis

f. Eklampsia

(5)

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :

1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.

2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.

3. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.

4. Edema Paru.

5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.

6. Oligohidramnion

F. PENATALAKSANAAN

Menurut Adriani & Wirjatmadi (2022), penatalaksanaan preeklamsia memiliki beberapa prinsip dan beberapa penatalaksanaan sesuai dengan tingkat klasifikasinya, yaitu :

a. Melindungi klien dari penyebab tekanan darah meningkat b. Mencegah progresovitas penyakit menjadi eklampsia

c. Menurunkan atau mengatasi risiko janin (pertumbuhan janin yang terlambat, solusio plasenta, hipoksia sampai terjadi kematian pada janin) d. Melahirkan dengan cara yang aman dan cepat sesegera mungkin setelah

matur, atau imatur jika diketahui adanya resiko pada janin dan klien juga lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

G. KOMPLIKASI 1. Bagi Ibu

a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.

b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang.

c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang

(6)

berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.

d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.

e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.

f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.

g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.

2. Bagi Janin a. Prematuritas.

b. Kematian Janin.

c. Terhambatnya pertumbuhan janin.

d. Asfiksia Neonatoru.

H. PATHWAY

(7)

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN 1. Identitas

1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian,diagnose medis)

2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien, jenis kelamin, pekerjaan )

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.

2) Riwayat kesehatan sekarang : Data diambil saat pengkajian berisi tentang perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan mendapatkan perawatan di bangsal. Rasa nyeri saat bedah dan adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasi nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi nyeri, serta kualitas nyeri.

3) Riwayat kesehatan dahulu : Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit keluarga , adakah anggota keluarga dari pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus karena termasuk penyakit yang menurun.

3. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum :Compos mentis, apatis, somnolen, delirium, stupor (soporos coma), koma.

2) Tanda- tanda vital : pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu meliputi, tekanan darah, nadi, suhu, respiratory rate, saturasi oksigen.

3) Pemeriksaan fisik head to toe

(8)

1. Kepala : dilihat kebersihan, bentuk simetris atau tidak, adakah oedemaatau tidak.

2. Mata : apakah anemis, icterus dan bagaimana reflek terhadap cahaya.

3. Hidung : apakah fungsi penciuman normal atau tidak, apakahpernafasan cuping atau tidak.

4. Mulut : kebersihan, warna

5. Telinga : bentuk, ukuran, adakah serumen 6. Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid.

7. Dada : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

8. Ekstremitas : adakah luka pada ekstremitas.

9. Abdomen : inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi 10. Genetalia : apakah bersih, apakah terpasang kateter.

4. Pengkajian Fungsional Gordon 1) Pola Persepsi Kesehatan

a. Sebelum sakit : tanyakan apakah pasien kurang memahami tentang penyakitnya. riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.

b. Saat sakit : tanyakan apakah pasien mulai tahu tentang penyakit yang dialaminya sekarang, tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien dyspepsia.

2) Pola Nutrisi Metabolik

a. Di rumah : Tanyakan apakah pasien sering makan telat dan dalam kesehariannya dan jarang minum, berapa porsi makannya.

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi RS, dan sering minum.

(9)

3) Pola Eliminasi

a. Di rumah : Tanyakan apakah pasien BAB dengan konsistensi padat,warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. Sedangkan pasien BAK dengan frekuensi berapa kali sehari dengan warna yangjernih, normal dan bau yang khas

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan BAB dan BAK sedikit.

4) Pola Latihan dan Aktivitas

a. Di rumah : Tanyakan aktivitas apa saja yang dilakukan pasiensehari- hari di rumah

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kegiatan yang dilakukan pasien selamadi rumah sakit

5) Pola Istirahat dan Tidur

a. Di rumah : Tanyakan apakah selama dirumah pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 6 jam dalam sehari, pasien tidur dengan nyenyak dan saat bangun merasa segar.

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah selama sakit pasien tidak pernahtidur siang karena tidak nyaman dan nyeri. Dan saat bangun dari tidur, pasien merasa tidak segar dan lesu. Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.

6) Pola Kognitif dan Preseptual

a. Di rumah : Tanyakan kepada pasien selama dirumah apakah mengetahui mengenai penyakit yang diderita

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kepada pasien mengenai pemahamannyaterhadap penyakit yang diderita selama di rumah sakit 7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

(10)

a. Di rumah : Tanyakan apakah keluarga pasien mengatakan pasien sangat mudah bergaul, bercakap dengan menggunakan bahasa Jawajengah-an.

Pasien seorang yang ramah dan sangat memperhatikan tata krama dalam kesehariannya.

b. Di Rumah Sakit : Apakah pasien selama anamnesis dapat menjawab pertanyaan dengan baik, pasien kadang merasa malu terhadap orangsekitar karena mempunyai penyakit kanker endometrium, akibat daripersepsi yangsalah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak disebabkan dari berganti- ganti pasangan.

8) Pola Latihan dan Aktivitas

a. Di rumah : Tanyakan aktivitas apa saja yang dilakukan pasiensehari- hari di rumah

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan kegiatan yang dilakukan pasien selamadi rumah sakit

9) Pola Istirahat dan Tidur

a. Di rumah : Tanyakan apakah selama dirumah pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 6 jam dalam sehari, pasien tidur dengan nyenyak dan saat bangun merasa segar.

b. Di Rumah Sakit : Tanyakan apakah selama sakit pasien tidak pernahtidur siang karena tidak nyaman dan nyeri. Dan saat bangun dari tidur, pasien merasa tidak segar dan lesu. Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker

endometrium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien.

10) Pola Kognitif dan Preseptual

a. Di rumah : Tanyakan kepada pasien selama dirumah apakah mengetahui mengenai penyakit yang diderita

b. Di Rumah Sakit :Tanyakan kepada pasien mengenai pemahamannya terhadap penyakit yang diderita selama di rumah sakit

11) Pola Persepsi dan Konsep Diri

(11)

a. Di rumah : Tanyakan apakah keluarga pasien mengatakan pasien sangat mudah bergaul, bercakap dengan menggunakan bahasa Jawajengah-an.

Pasien seorang yang ramah dan sangat memperhatikan tata krama dalam kesehariannya.

b. Di Rumah Sakit : Apakah pasien selama anamnesis dapat menjawab pertanyaan dengan baik, pasien kadang merasa malu terhadap orangsekitar karena mempunyai penyakit kanker endometrium, akibat daripersepsi yangsalah dari masyarakat. Meskipun penyakit ini tidak disebabkan dari berganti- ganti pasangan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

2. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN No.

Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maka diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil:

1. Verbalisasi kebingungan menurun

2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun 3. Perilaku gelisah menurun

Perilaku tegang menurun

Observasi

1. Identifikasi masalah yang dialami Terapeutik

1. Buat kontrak dengan pasien

2. Ciptakan ruang tenang dan nyaman Edukasi

1. Anjurkan mendengarkan music yang lembut atau music yang disukai

2. Anjurkan berdoa, berdzikir, membaca kitab, ibadah sesuai agama yang dianut

1. Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi tenang

2. Setelah dilakukan tindakan Observasi

(12)

keperawatan selama 3×24 jam maka diharapkan status cairan membaik dengan kriteria hasil :

1. Hemoglobin membaik 2. Tekanan darah membaik 3. Frekuensi nadi membaik 4. Kekuatan nadi meningkat

1. Periksa uterus

2. Identifikasi penyebab kehilangan darah (mis. atonia uteri, robekan jalan lahir)

3. Identifikasi keluhan ibu (mis. keluar banyak darah, pusing, pandangan kabur)

4. Identifikasi riwayat perdarahan pada kehamilan lanjut

5. Monitor risiko terjadinya perdarahan

6. Monitor Hb,Ht, PT dan APTT sebelum dan sesudah perdarahan Terapeutik

1. Lakukan penekanan pada asera perdarahan, jika perlu

2. Pasang oksimetri

3. Berikan oksigen nasal kanul 3lpm 4. Posisikan supine

5. Pasang IV dengan selang infus transfuse

6. Pasang kateter untuk meningkatkan kontraksi uterus

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu

2. Kolaborasi pemberian uterotonika, antikoagulan, jika perlu

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maka diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:

1. Keluhan lelah menurun

Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Monitor kelelahan fisik dan

emosional

3. Monitor pola dan jam tidur 4. Monitor lokasi dan

(13)

ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)

2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

DAFTAR PUSTAKA

Frestiana, E. (2020). Aplikasi tindakan teknik counter pressure terhadap penurunan nyeri pada asuhan keperawatan ny. S dengan persalinan kala I fase aktif di ruang vk RSUD SUKOHARJO. KTI tidak dipublikasikan. Surakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Hafifah. (2021). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam

http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporanpendahu luan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 29 April 2024)

(14)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan

Wagiyo & Putrono. (2021). Asuhan keperawatan antenatal, intranatal dan bayi baru lahir fisiologis dan patologis. Yogyakarta : CV. Andi Offset.

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2020; 523-529

Nurul, Aziza. (2022). Hubungan Usia dan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin. Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol.2 No.4

Syahadatina, Meitria (2021). Konsep preeklamsia patomekanise dan pencegahan.

Yogyakarta : CV Mine

Referensi

Dokumen terkait

Membahas tentang nyeri punggung bawah (NPB) yang banyak dialami oleh pekerja di seluruh dunia biasanya paling banyak dijumpai sebagai akibat dari kelainan mekanikal gerak