• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR TERMOREGULASI

N/A
N/A
Surya Indah

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR TERMOREGULASI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN DASAR TERMOREGULASI

A. KONSEP TEORI TERMOREGULASI 1. Definisi Termoregulasi

Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh adalah mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, sehingga suhu tubuh tetap konstan dan ada dalam rentang yang sesuai (Potter & Perry, 2017). Termoregulasi adalah suatu proses fisiologis terintegrasi secara aktif padasetiap individu dalam mempertahankan suhu tubuh internal untuk tetap dalamsuhu tubuh yang normal dengan melawan perubahan suhu lingkungan yang tidaksesuai dengan kondisi tubuh. Pengaturan termoregulasi berpusat pada hipotalamusanterior dalam menjaga suhu tubuh individu (Andriyani dkk., 2015)

Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di perhatikan secara konstan (Hidayat & Uliyah, 2012). Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah- ubah tergantung kondisi tubuh orang tersebut, namun pada umumnya suhu tubuh normal berada pada rentang antara 36,5 – 37,20C.

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting : sensor di bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2010).

Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh.

Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.

Pengaturan termoregulasi berpusat pada hipotalamus anterior dalam menjaga suhu tubuh individu (Andriyani dkk., 2015). Hipotalamus merupakan salah satu bagian yang termasuk dalam sistem endokrin manusia. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin diperantarai oleh hormon, yang dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh,

(2)

diabsorbsi ke dalam aliran darah, dandibawa melalui sistem sirkulasi menuju sel target.

Aktivitas yang diatur atau dipengaruhi oleh sistem endokrin meliputi:

a. Reproduksi dan laktasi b. Proses sistem kekebalan c. Keseimbangan asam-basa

d. Asupan cairan, keseimbangan volume cairan intraseluler dan ekstraseluler;

e. Metabolisme karbohidrat, protein,lemak, dan asam nukleat f. Digesti, absorbsi, dan distribusi nutrient

g. Tekanan darah

h. Adaptasi terhadap perubahan lingkungan (misal:suhu).

Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,89ºC dan naik turunya berkisar antara

36,11ºC sampai 37,22ºC. perbedaan harinya kira-kira satu derajat, tingkat terendah dicapai pada pagi hari dan titik tertinggi antara pukul 5 dan 7 petang.

Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam terutama hati, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini di hantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian di buang keudara dan lingkungan sekitarnya. Adapun anatomi dari gangguan termoregulasi adalah :

a. Kulit

Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera lain. Jika kulit dingin melebihi suhu tubuh maka ada tiga proses untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses yaitu menggigil untuk memproduksi panas, berkeringat untuk menghalangi panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas. (Asmadi 2008).

b. Hipotalamus Integritas

Pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus di rangsang, efektor sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan keringat dan vasodilatasi perifer.Sinyal dari sensitif reseptor dingin dan hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokonstriksi, menggigil, dan melepaskan epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi panas.Hal ini untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas. (Aziz,2012).

(3)

c. Inti Tubuh.

Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap suhu tubuh pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abnormal, spinal cord, dan lain- lain.Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti. (Aziz,2012).

3. Pengeluaran Panas

Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.

a. Radiasi

Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.

b. Konduksi

Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.

Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.

c. Konveksi

Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.

d. Evaporasi

Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.

Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui

(4)

peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering.

Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.

4. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Potter dan Perry (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain:

a. Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor (vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme menurun.

b. Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas terjadi peningkatan suhu tubuh.

c. Kadar Hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 40 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

(5)

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 40 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

d. Irama Sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 10C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.

e. Stress

Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.

f. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan.

Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2010) antara lain :

a. Laju Metabolisme Basal (BMR)

Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu, semakin tinggi BMR-nya.

b. Aktivitas otot

Aktivitas otot, termasuk menggigil akan meningkatkan laju metabolisme.

c. Sekresi tiroksin

Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh

(6)

tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler.

d. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis.

Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler.

e. Demam

Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan suhu tubuh.

5. Manifestasi Klinis

Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.

Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien :

a. Demam

Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.

b. Kelelahan akibat panas

Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.

Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.

c. Hipertermia

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia.

Biasanya suhu tubuh mencapai >40oC.

d. Heatstroke

(7)

Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas uang tinggi.klien yang berisiko termasuk yang masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang menjalankan olahraga berat.

6. Patofisiologi

Pusat pengaturan suhu dalam tubuh manusia yaitu di hipotalamus. Hipotalamus menerima rangsang suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang masuk ke dalam otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas yang berada di kulit. Tubuh akan berusaha mempertahankan suhu tubuh dalam 37C meskipun suhu lingkungan di luar tubuh banyak yang berubah. Panas dapat dibuang melalui kulit dan saluran pernafasan serta melalui aliran darah. Kulitdapat melepaskan panas dengan cara pemancaran (radiasi), konveksi, atau penghantaran (konduksi) (Kukus, 2009).

Titik tetap tubuh dipertahankan agarsuhu tubuh inti konstan pada 36,5-37,5C.

Apabila hipotalamus mendekati suhutubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batastoleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap ( set point )yakni pada suhu 37C (Giddens, 2017).

Peningkatan suhu tubuh disebabkan adanya gangguan pada set point padahipotalamus

yang dapat disebabkan oleh bakteri yang merangsang PMN untukmenghasilkan piogen.

Piogen merupakan substansi yang menyebabkan demamdan berasal baik dari eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen adalah pirogenyang berasal dari luar tubuh, terutama mikroba dan produk seperti toksin. Pirogenendogen adalah mikroorganisme atau toksik.

Pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogenmemasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi dihipotalamus. Pirogen endogen terdiri dari interleukin 1, interleukin 6, dan TNF(tumor necrosis factor ) (Kothari dan Karnad, 2005; Sari dkk., 2013).

Hipertermi dapat menyebabkan permasalahan yang serius yaitu peningkatan curah jantung, konsumsi oksigen, produksi dioksida, dan peningkatanmetabolisme basal (basal metabolic rate/BMR). Pada saat seseorang dalamkondisi hipertermi maka akan terjadi

(8)

peningkatan konsumsi oksigen sebesar 10% per 1C yang dapat menyebabkan kematian.

Peningkatan konsumsi oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan hipoksia sel.

(9)

Hipoksia yang terjadi pada miokard dapat menyebabkan angini (nyeri dada) dan hipoksia cerebral yang dapat menyebabkan kecemasan. (Susanti, 2012).

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit. Cairan danelektrolit sangat dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.

Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang sehingga mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan dapat menyebabkan kejang (Kothari dan Karnad, 2005; Setiawati, 2009). Hipotermia terjadi akibat kehilangan panas berlebihan, produksi panasyang kurang serta disfungsi regulasi hipotalamus. Hipotermia dapat terjadi akibataksidental ataupun terapeutik. Hipotensi aksidental dapat terjadi akibat paparandari lingkungan sedangkan terapeutik dapat terjadi akibat proses tindakan atau perawatan pada penyakit misalnya pembedahan yang teralalu lama (Giddens,2009)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap, Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infesi

b. Pemeriksaan urin c. Uji widal

Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin.

Agglutininyang spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien.

Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah di

laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin

dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid.

d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl e. Uji tourniquet

f. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan.

(10)

g. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, autografi atau limfangi giografi

8. Penatalaksanaan Medis

a. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam) b. Berikan motivasi untuk minum banyak

c. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang

d. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha

e. Pemberian obat Antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk membantu dalam penurunan panas

f. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi

g. Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres.

h. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan

demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin.

i. Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi (Potter and Perry, 2005).

(11)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GANGGUAN TERMOREGULASI 1. Pengkajian

a. Pengkajian umum

1) Tempat pengkajian suhu tubuh

Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu inti dari arteri paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan intensif.

Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang di psang invasif secara terus-menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini harus memiliki pembacaan akurat yang secara cepet dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik.

Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut rektum dan aksila. Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara kimia juga dapat digunkan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila dan kulit menghandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran.panas dari darah di alirkan ke alat termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi panas tubuh erhadap sensor inframerah.

Karena suplai darah arteri membran timpani dianggap sebagai suhu inti.

Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat harus diukur dengan akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36 ºC dan 38 ºC. Walaupun temuan riset dari banyak dari banyak didapati pertentangan; secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 ºC lebih tinggi dari suhu oraldan suhu aksila 0,5 ºC lebih rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut memiliki keuntungan dan kerugian. Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk pasien. Perlu dilakukan pengukuran pada tempat yang sama bila pengukuran tersebut di ulang.

2) Termometer

Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit. Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol.

(12)

3) Termometer air raksa-kaca

Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa. Ada 3jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia.

4) Termometer elektronik

Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur.

Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai.

5) Termometer sekali pakai

Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan

(13)

digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996). Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil.

Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda. Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.

b. Pengkajian keperawatan 1) Pengkajian identitas pasien

Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku / bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medic, diagnose medic, alamat klien.

Identitas penanggung jawab (meliputi pengajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

2) Riwayat keperawatan a) Keluhan utama :

b) Riwayat penyakit sekarang

Hipertermi

- Pola Demam Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1- 2)oC.

- Intermitten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.

- Remitten : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.

- Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.Mulai timbulnya panas, berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.

Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

(14)

,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

(15)

c) Riwayat kesehatan lalu

- Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.

- Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.

d) Riwayat penyakit keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).

c. Pemeriksaan fisik

1) Ukur suhu inti selama setiap fase demam

2) Kaji factor-faktor pemberat seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan.

3) Identifikasi respons fisiologis terhadap suhu a) Ukur semua tanda-tanda vital

b) Observasi semua warna kulit c) Kaji suhu kulit (palpasi)

d) Kaji kenyamanan dan kesejatrahan klien

e) Tentukan fase demam : kedinginan, stabil, serangan demam.

2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermia

b. Hipotermia

c. Termoregulasi tidak efektif d. Risiko termoregulasi tidak efektif

(16)

3. Rencana keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI

Keperawatan

Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (D.0130) Setelah dilakukan perawatan Observasi:

Definisi : selama 1 x 24 jam - Identifikasi penyebab Suhu tubuh Diharapkan suhu tubuh hipertermia (mis. dehidrasi, meningkat di atas kembali normal, dengan terpapar lingkungan panas, rentang normal kriteria hasil : penggunaan inkubator)

tubuh - Mengigil - Monitor suhu tubuh

Menurun - Monitor kadar elektrolit - Kulit merah - Monitor haluaran urine

Menurun - Monitor komplikasi akibat - Suhu tubuh membaik hipertermia

Terapeutik:

- Sediakan lingkungan yang dingin

- Longgarkan atau lepaskan pakaian

- Basahi dan kipasi permukaan tubuh

- Berikan cairan oral

- Hindari pemberian antipiretik atau asprin - Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan tirah baring Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Hipotermia (D. Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipotermi 0131) Setelah dilakukan perawatan Observasi:

Definisi : selama 1 x 24 jam - Monitor suhu tubuh

Suhu tubuh berada Diharapkan suhu tubuh - Identifikasi penyebab dibawah rentang kembali normal, dengan hipotermia

normal tubuh. kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala

(17)

- Mengigil akibat hipotermia Menurun Terapeutik

- Kulit merah - Sediakan lingkungan yang Menurun hangat

- Suhu tubuh membaik - Ganti pakaian dana tau linen yang basah

- Lakukan penghangatan pasif

- Lakukan penghangatan aktif eksternal

- Lakukan penghangatan aktif internal

Edukasi:

- Anjurkan makan/minum hangat

Termoregulasi tidak Termoregulasi (L.14134) Regulasi Temperatur Observasi:

- Monitor suhu tubuh dalam rentang normal

- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu - Monitor warna dan suhu

kulit

- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia

Terapeutik:

- Pasang pemantau alat pengukur suhu, jika perlu - Tingkatkan asupan cairan

dan nutrisi yang adekuat - Gunakan topi bayi untuk

mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir

- Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan

- Sesuaikan suhu ligkungan efektif (D.0149) Setelah dilakukan perawatan

selama 1 x 24 jam Diharapkan suhu tubuh kembali normal, dengan kriteria hasil :

- Mengigil Menurun

- Kejang Menurun - Pucat menurun - Hipoksia menurun - Kulit merah

Menurun

- Suhu tubuh membaik - Pengisian kapiler

membaik

(18)

dengan kebutuhan pasien - Pertahankan kelembaban

inkubator 50% atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi

- Gunakan matras hangat, selimut hangat, jika perlu Edukasi

- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin

Risiko termoregulasi Termoregulasi (L.14134) Edukasi Termoregulasi tidak efektif Setelah dilakukan perawatan (I.12457)

(D.0148) selama 1 x 24 jam Observasi

Definisi : Diharapkan suhu tubuh - Identifikasi kesiapan dan Berisiko mengalami kembali normal, dengan kemampuan menerima

kegagalan kriteria hasil : informasi

mempertahankan - Mengigil Terapeutik

suhu tubuh dalam Menurun

rentang normal - Kejang Menurun - Sediakan materi dan media - Pucat menurun Pendidikan Kesehatan - Hipoksia menurun - Jadwalkan Pendidikan - Kulit merah Kesehatan sesuai

Menurun kesepakatan

- Suhu tubuh membaik - Berikan kesempatan untuk - Pengisian kapiler bertanya

membaik Edukasi

- Ajarkan kompres hangat jika demam

- Ajarkan cara pengukuran suhu

- Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat

- Anjurkan tetap memandikan pasien, jika

(19)

memungkinkan

- Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi - Anjurkan menciptakan

lingkungan yang nyaman - Anjurkan memperbanyak

minum

- Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar

- Anjurkan minum analgesik jika merasa pusing, sesuai indikasi

- Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam > 3 hari

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R., A. Triana, dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

A.Azis Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Health Books Publishing.

Giddens, Jean Foret. 2017.Concept for Nursing Practice 2nd Edition.

Missouri:Elsevier

Kozier, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC

Kothari, V. M. dan D. R. Karnad. 2005. New Onset Fever in The Intensive CareUnit.

Japi. Vol 53: 949-953.

Kukus, Y., W. Supit., dan F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis dan Efekterhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik.Vol 1 (2): 107-11 Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik.

Volume

1. Jakarta : EGC

(21)

Termoreseptor perifer (kulit) Termoreseptor sentral (di hipotalamus bagian laisn SSP dan organ abdomen) Pusat integrasi

- Proses infeksi - Perubahan laju metabolism - Aktivitas yang berlebihan - Sepsis

- Berat badan ekstrem - Suhu lingkungan ekstrem

- Dehisrasi - Usia ekstrem (bayi premature dan lansia) - Pakaian yang tidak sesuai - Kerusakan hipotalamus

- Peningkatan kebutuhan oskigen - Trauma

Definisi : Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh adalah mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, sehingga suhu tubuh tetap konstan dan ada dalam rentang yang sesuai (Potter & Perry, 2017).

Etiologi : - Usia - Olahraga - Kadar hormone Control produksi/pengurangan panas Otot

rangka Pembuluh

darah

Kelenjar

keringat - Stress

- Lingkungan Control produksi panas Control pengurangan panas Manifestasi Klinis :

- Demam

- Kelelahan akibat panas - Hipertermia MK : Resiko termoregulasi

tidak efektif MK :

Hipertermi

MK :

Hipotermi MK : Termoregulasi tidak efektif

- Hipotermia - Sakit kepala

\

(22)

a.

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan darah lengkap

SDKI : Hipertermia (D.0130) SLKI : Termoregulasi (L.14134)

SDKI : Hipotermia (D. 0131) SLKI : Termoregulasi (L.14134) b.

c.

d.

e.

Pemeriksaan urin Uji widal

Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl Uji tourniquet

SIKI : Manajemen Hipertermia (I.15506)

Tindakan :

 Identifikasi penyebab hipertermia

SIKI : Manajemen hipotermia (I.14507) Tindakan :

 Monitor suhu tubuh

 Identifikasi penyebab hipotermia f. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat  Monitor suhu tubuh  Monitor tanda dan gejala hipotermia

Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT  Monitor haluaran urin  Sediakan lingkungan yang hangat (Serum Glutamat Piruvat Transaminase)  Berikan cairan oral  Ganti pakaian yang basah

 Lakukan pendinginan eksternal  Lakukan penghangatan pasif Penatalaksanaan : dengan kompres hangat  Anjurkan minum/makan hangat a. Mmonitor suhu berkala 4-6 jam

b. Berikan motivasi untuk minum banyak c. Tidur yang cukup agar metabolisme

berkurang

d. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha

e. Pemberian obat Antipiretik

f. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi

 Anjurkan tirah baring

 Kolaborasi pemberian cairan intravena

(23)

SDKI : Termoregulasi tidak efektif (D.0149) SLKI : Termoregulasi (L.14134)

SIKI : Regulasi temperature (I.14578) Tindakan :

 Monitor suhu tubuh

 Monitor tekanan darah

 Monitor warna dan suhu kulit

 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

 Jelaskan cara pencegahan hipotermia

 Kolaborasi pemberian antipiretik

SDKI : Risiko termoregulasi tidak efektif (D.0148)

SLKI : Termoregulasi (L.14134) SIKI : Edukasi termoregulasi (I.12457) Tindakan :

 Identifikasi kesiapan menerima informasi

 Jadwalkan pendidikan kesehatan

 Ajarkan kompres hangat

 Ajarkan cara pengukuran suhu

 Anjurkan memperbanyak minum

 Anjurkan penggunaan pakaian longgar

Referensi

Dokumen terkait