-guru saya dari taman kanak-kanak hingga fakultas; dan 3. Almamater Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Dalam novel Langit Langit diperlihatkan bagaimana keimanan yang menjadikan masyarakat Banuaha kurang berpikiran terbuka atau terbelakang dalam perkembangan pemikiran dan kehidupan, sehingga menyebabkan mereka memiliki pemikiran yang sederhana dan tidak dapat dijelaskan dengan akal. Mengacu pada permasalahan di atas, penelitian terhadap novel Langit Manusia menggunakan teori strukturalisme genetik Goldman yang menekankan pada aspek kepengarangan dan keturunan.
Tesis ini mengkaji novel Langit Langit menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dengan metodologi penelitian yaitu metode penelitian deskriptif dialektis. Kajian strukturalisme genetik dalam novel Manusia Surgawi tidak hanya melihat dari sisi struktural novel saja, namun juga melihat latar belakang pengarang sebagai pencipta sebuah karya. Sehingga homologi pandangan dunia pengarang dengan makna sebenarnya dapat kita temukan dalam novel Langit Manusia.
Sonjaya: Kajian Strukturalisme Genetik” Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian gelar sarjana (S1) di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Sunarti Mutamar, M.Si. Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini; Staf pengajar Jurusan Sastra Indonesia, staf akademik, staf kemahasiswaan dan staf lainnya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember yang telah menyumbangkan ilmu dan tenaganya selama penulis menyelesaikan studinya di.
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya dan Perpustakaan Pusat Universitas Jember membantu kami dalam penyusunan tesis;
Latar Belakang
Strukturalisme genetik merupakan penelitian yang berfokus pada latar belakang sejarah penciptaan karya sastra dengan melihat karya sastra dari dua sudut pandang, yaitu internal dan eksternal. Terlebih lagi, penelitian terhadap karya sastra, khususnya novel, yang menggunakan pendekatan sosiologi sastra, khususnya yang berkaitan dengan strukturalisme genetik, masih kurang. Pertanyaan yang melatarbelakangi kajian novel ini dalam penelitian sastra adalah keinginan untuk mengetahui hakikat dan alur pemikiran pengarang dalam menceritakan kembali seorang tokoh budaya dari sudut pandangnya.
Tentu saja kajian ini harus diikuti dengan penempatan karya sastra tersebut sebagai karya fiksi utuh dan perbandingannya dengan realitas yang melatarbelakangi novel tersebut dalam kenyataan. Komponen yang akan kita kaji melalui pendekatan sosiologi sastra adalah unsur-unsur yang terkandung dalam Strukturalisme Genetik menurut Goldman dalam novel Jajang Agus Sonjaya. Kami berharap manfaat teoritis dari penelitian ini dapat membantu untuk mengembangkan penerapan sosiologi sastra dan penerapannya dalam analisis suatu karya sastra.
Strukturalisme genetik berupaya memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik dalam pemahaman karya sastra. Strukturalisme genetik sering juga disebut strukturalisme historis, yang menganggap karya sastra yang khas dianalisis dari sudut pandang sejarah. Pada hakikatnya karya sastra selalu berkaitan dengan masyarakat dan sejarah yang turut mengkondisikan terciptanya karya sastra, sekalipun tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor-faktor luar tersebut.
Goldmann meyakini adanya homologi antara struktur karya sastra dan struktur masyarakat, karena keduanya merupakan produk dari aktivitas penataan yang sama (dalam Faruk, 2010: 64). Goldmann tetap berpegang pada strukturalisme karena ia menggunakan prinsip-prinsip struktural yang ditolak oleh pendekatan Marxis. Namun kelemahan pendekatan strukturalis diperbaiki dengan memasukkan faktor genetik dalam memahami karya sastra. Unsur-unsur dalam strukturalisme genetik adalah fakta manusia, subjek kolektif, penataan, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan (dalam Faruk, 2010).
Menurut Suwardi Endraswara (2003:60), karya sastra yang mampu mengungkapkan fakta kemanusiaan merupakan hal terpenting dalam kajian strukturalisme genetik. Oleh karena itu, karya sastra tidak dapat dipahami secara utuh bila keseluruhan kehidupan masyarakat yang menghasilkan teks sastra diabaikan begitu saja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dialektis yang merupakan bagian dari pendekatan teori strukturalisme genetik.
Selain itu, metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektika yang merupakan bagian dari pendekatan teori strukturalisme genetik. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dan metode dialektis yang merupakan bagian dari pendekatan teori strukturalisme genetik.
Sistematika Penulisan
Modernisme Global
Ada banyak perdebatan mengenai kapan modernisme pertama kali muncul, namun modernisme artistik di Eropa dimulai pada abad ke-18, pada masa itu teori relativitas ditemukan, industrialisasi dimulai, dan ilmu sosial memunculkan gaya-gaya baru. Dalam hal ini Modernisme akan diarahkan pada topik utama pembahasan yaitu modernisme yang terjadi di Indonesia dengan kajian utama yaitu Modernisme yang terjadi pada tubuh Islam di Indonesia. Gerakan modernisasi pemikiran Islam di Indonesia pada awalnya merupakan kelanjutan dari “gerakan pemurnian” yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Djamil Djambek Abdul Karim Amrullah dan Haji Abdullah Ahmad di Sumatera Barat.
Fenomena modernisme Islam di Indonesia mulai muncul pada tahun 1970-an, dipicu oleh generasi muda yang terpelajar. Kemunculan tokoh ini dinilai banyak kalangan membawa angin segar, wacana filosofis terhadap reformasi Islam di Indonesia, sekaligus menutupi sebagian besar kelemahan pemikiran para reformis sebelumnya (tradisionalisme, fundamentalisme, primordialisme, yang umumnya sangat tekstual). ). Dalam hal ini sastra Islam juga tentu akan memberikan dampak antara kemajuan pemikiran Islam dan karya sastra itu sendiri.
Namun jika merujuk pada asal muasal karya sastra tersebut, maka patutlah jika kita menerima keberadaan karya sastra Islam sebagai sebuah genre sastra tersendiri. Penggambaran tokoh dalam karya sastra Islam mengacu pada nilai-nilai moral Islam, sehingga penggambaran perkataan dan perilaku tokoh sangat berbeda dengan sastra non Islam. Sastra Islam sangat menjaga norma-norma atau nilai-nilai moral, sedangkan sastra sekuler atau umum tidak memperhatikan nilai-nilai tersebut dalam menggambarkan perilaku para tokohnya.
Gerakan sastra modernisme merupakan gerakan yang muncul karena gerakan sebelumnya (realisme) mempunyai beberapa kekurangan, yaitu perhatian realisme terhadap realitas sosial yang dianggap sebagai penyalahgunaan seni. Kritik ini membawa pada perkembangan seni dan sastra yang sekarang disebut modernisme. Dalam modernisme, tugas seni bukanlah berdialog dengan realitas, melainkan mengasumsikan realitas baru di masa depan.
Kata modern digunakan sekadar untuk menunjukkan betapa intensifnya pengaruh Barat terhadap perkembangan dan kehidupan sastra pada masa itu. Sebelum berkembangnya sastra Indonesia modern, kita mengenal sastra Melayu atau sering disebut sastra Melayu kuno/klasik untuk membedakannya dengan sastra Melayu modern yang berkembang di Malaysia. Oleh karena itu, tulisan di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dari setiap masanya.
Novel Langit Langit merupakan novel yang memuat berbagai aspek kehidupan masyarakat Banuaha sebagai bagian dari masyarakat Nias. Dalam novel tersebut keberadaan kepercayaan terlihat dari kepercayaan masyarakat Banuaha terhadap nenek moyang dan asal usul leluhurnya, kepercayaan terhadap makhluk halus, kepercayaan terhadap tradisi dan mitos yang berlaku di masyarakat, serta pelaksanaan upacara adat. Masyarakat Banuaha yang digambarkan dalam Manusia Langit percaya bahwa nenek moyang mereka yang disebut Lowalani adalah orang-orang yang diturunkan dari langit.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang, masyarakat Banuaha Manusia Langit mendirikan bekhus atau menhir sebagai tempat penghormatan. Dengan menyebut nama nenek moyangnya, masyarakat Banuaha juga mengikuti aturan adat yang telah disepakati, karena jika dilanggar maka akan terjadi hal buruk pada dirinya. Selain kepercayaan terhadap nenek moyang, masyarakat Banuaha Manusia Langit juga mempercayai adanya makhluk halus dalam kehidupannya, seperti roh pemakan bayi dan tesafo.
Roh pemakan bayi konon merupakan roh yang gemar memangsa bayi masyarakat Banuah setelah lahir. Meski kabar hantu bayi dalam novel tersebut tersebar ke seluruh masyarakat Nias, namun akhirnya diketahui bahwa hantu bayi hanyalah mitos yang diciptakan oleh masyarakat sendiri sebagai pembelaan atas kejahatan yang dilakukannya. Namun saat ini digambarkan bahwa tradisi pengayauan pada masyarakat Banuaha tidak lagi terjadi setelah masuknya agama Kristen ke dalam kehidupan mereka.
Upacara adat yang digambarkan dalam Manusia Surga antara lain upacara pembangunan rumah adat, upacara pengangkatan pemimpin adat, upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. Segala penggambaran landasan pemikiran yang masih menganut adat istiadat terbentur dengan pemikiran-pemikiran baru seperti masuknya agama baru, semakin terkikisnya adat istiadat akibat berkembangnya zaman, semakin menegaskan bahwa novel Langit Man bukan lagi sebuah novel yang berkisah. permasalahan dalam kehidupan sosial masyarakat Nias melainkan penggambaran peperangan, Ideologi penulis berdasarkan modernitas dan kehidupan sosial masyarakat Nias berdasarkan tradisi atau adat istiadat. Penggambaran eksploitasi dan pembebasan terlihat jelas pada hubungan subjek dan objek dalam novel, antara Mahendra dengan masyarakat Nias, antara Sayani dengan masyarakat Nias, antara Saita dengan Ama Budi dan masyarakat Nias.
Salah satu contoh proses dominasi tersebut adalah Mahendra dan masyarakat Nias, yang merupakan gambaran keseluruhan pembahasan. Kearifan lokal dalam novel Langit Manusia karya J.A. Tracking Stones membongkar mitos petualangan lintas budaya di Nias. Mahendra sedang melakukan penggalian di dekat Sungai Goma bersama Sayani ketika ia menemukan sebuah periuk yang awalnya dianggap sebagai artefak peninggalan masyarakat Nias zaman dahulu.
Pak Nai Laiya menawarkan Mahendra untuk bisa berhubungan langsung dengan roh leluhur masyarakat Nias tanpa harus meneliti daerah tersebut. Adapun pendapat Mahendra tentang periuk yang diduga merupakan periuk yang digunakan sebagian masyarakat Nias untuk membuang bayi, membuat warga lain yang mendengar kabar tersebut pun geram.