• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR NARATIF NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN DARI LAMALERA KARYA MARIA MATILDIS BANDA: KAJIAN NARATOLOGI A. J GREIMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR NARATIF NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN DARI LAMALERA KARYA MARIA MATILDIS BANDA: KAJIAN NARATOLOGI A. J GREIMAS"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR NARATIF

NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN DARI LAMALERA

KARYA MARIA MATILDIS BANDA:

KAJIAN NARATOLOGI A. J GREIMAS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Paskalia Irene Jaga Lejap NIM. 164114022

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTO

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena atas berkat dan perlindungan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Naratif Suara Samudra

Catatan dari Lamalera Karya Maria Matildis Banda:Kajian Naratologi A.J.

Greimas” ini tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Donatus Dori Gole, Ibu Benedikta Bota, Om Edi Orolaleng, Kakak Marianus Lejap dan Adik Yuni Lejap karena selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk tetap semangat dalam mengerjakan skripsi sampai selesai.

Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada Bapak Dr. Yospeh Yapi Taum, M.Hum. dan Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing saya. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum juga Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., Ibu Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Bapak Rano Sumarno,S.Sn. (alm) Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. (alm.), Bapak Drs. A. Hery Antono, M.Hum. (alm.), F.X. Sinungharjo, S.S., M.A., dan Antonius Hendrianto, S.S., M.A. yang telah membantu saya secara akademis atas penyelesaian masa perkuliahan ini.

Selain itu untuk teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2016 yang tak henti saling menyemangati satu sama lain dan teman-teman dan Student Staff Humas 2019 yang selalu memberikan motivasi dan informasi untuk segera menyelesaikan skripsi dan terkhusus untuk dua orang sahabat yang menemani hari-hari saya

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Lejap, Paskalia Irene Jaga. 2019.”Struktur Naratif Novel Suara Samudra

Catatan dari Lamalera Karya Maria Matildis Banda: Kajian Naratologi

A.J.Greimas”.Skripsi Strata satu (S-1). Program Studi Sastra Indonsia, Fakultas Sastra,Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas stuktur naratif novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera karya Maria Matilidis Banda: Kajian Naratologi A.J.Greimas. Hal

penting dalam novel ini adalah tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera dan kepercayaan akan kuatnya pertobatan suci lamafa. Hal ini memunculkan sebuah permasalahan dan pandangan baru dalam struktur naratif novel Suara Samudra

Catatan dari Lamalera.

Sehubungan dengan permasalahan di atas peneliti menggunakan teori struktur naratif A.J.Greimas. Teori ini dipakai untuk mencari struktur aktansial, struktur fungsional, dan tiga poros semantik yang terdapat dalam novel Suara

Samudra Catatan dari Lamalera. Penelitian ini menggunakan metode studi

pustaka dalam mengumpulkan data, metode formal untuk analisis data, dan metode deskriptif kualitatif untuk penyajian hasil analisis data.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Novel Suara Samudra Catatan

dari Lamalera memiliki alur yang saling berkaitan satu dengan yang lain pada

setiap aktan atau tokoh dalam cerita. Pertama, struktur aktansial Lyra dan Arakian selalu muncul baik sebagai subjek maupun objek dalam struktur aktansial. Kedua, struktur fungsional membantu dalam menentukan situasi awal, taraf transformasi, dan situasi akhir dengan memunculkan konflik dari masing-masing aktan penentang. Ketiga, dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera terdapat tiga tokoh yang terlibat dalam setiap poros yaitu Lyra, Arakian dan Mariana. Ketiga tokoh ini menjadi pengerak cerita dan sebagai pengerak konflik dalam poros semantik, namun pada akhirnya setiap konflik yang dimunculkan bisa diselesaikan dengan pertobatan suci seorang lamafa dan keberanian untuk mengakui masa lalu.

Kata Kunci: naratologi, struktur naratif, struktur aktansial, struktur fungsional,

(11)

xi ABSTRACT

Lejap, Paskalia Irene Jaga. 2019. “A Suara Samudra Catatan dari Lamalera Novel Written by Matia Matildis Banda Narative Structural: A. J. Greimas Narratology Study”. Bachelor Degree Thesis. Indonesian Letters Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis describes about narrative structural in Suara Samudra Catatan

dari Lamalera Novel Written by Matia Matildis Band: A. J. Greimas Narratology

Study. An interesting thing which is showed is this novel describes about the whale captive tradition in Lamalera which is revealed in a fictive characters. This raises a new problem and perspective in the narrative structure of Suara Samudra

Catatan dari Lamalera.

According to those problems, the researcher uses A.J. Greimas narrative structural theory. This theory looks for actansial structural, functional structural, and three semantic shaft which is found in the Novel of Suara Samudra Catatan

dari Lamalera. This research uses literature study methods in collecting the data.

It uses formal method (structural) in the data, then the final analysis is written qualitative description analysis.

The result of this research is like this: the novel of Suara Samudra Catatan

dari Lamalera has the connected allure with one and another in every character in

the story. The main characters are Lyra and Arakian . In every an axial structure, Lyra and Arakian will always come up as a subject or an object. Second, an axial structure helps to determine initial situation, transformation, and final situation even though is not similar but every structure will bring up the conflict in every opposing actant. Third, in the novel of Suara Samudra Catatan dari Lamalera has three characters that involved in every shift which is Lyra, Arakian, and Mariana. These three characters become a story drive and conflict drive in a semantic shift even though every conflict that will be come up will be resolved with holy repentance of Lamafa and the courage to acknowledge the past.

(12)

xii

Key words: Narratology study, actansial structural, functional structural, and

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

MOTTO ... vii DAFTAR ISI...xiii DAFTAR TABEL………....xvii BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.5 Tinjaun Pustaka ... 8 1.6 Landasan Teori ... 11

1.6.1 Skema Struktur Aktansial ... 12

1.6.2 Struktur Fungsional ... 15

1.6.3 Poros Semantik ... 16

1.7 Metode Penelitian ... 18

1.7. 1 Metode Pengumpulan Data ... 18

1.7.2 Metode Analisis Data ... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 18

1.7.4 Sumber Data ... 18

1.8 Sistematika Penyajian ... 19

BAB II ... 21

ANALISIS STRUKTUR AKTANSIAL ... 21

(14)

xiv

2.1 Pengantar... 21

2.2 Struktur Aktansial Lyra dan Arakian: Mengungkap Relasi Anak dan Ayah ... 24

2.2.1 Pengirim ... 26 2.2.2 Objek ... 26 2.2.3 Subjek ... 27 2.2.4 Penolong ... 28 2.2.5 Penentang ... 29 2.2.6 Penerima ... 32

2.3 Struktur Aktansial Lyra dan Mariana: Mengungkap Relasi Anak dan Ibu ... 33

2.3.1 Pengirim ... 35 2.3.2 Objek ... 36 2.3.3 Subjek ... 37 2.3.4 Penolong ... 37 2.3.5 Penentang ... 38 2.3.6 Penerima ... 40

2.4 Struktur Aktansial Arakian dan Adat Lamalera: Mengungkapkan ketegangan antara Arakian dan Adat ... 42

2.4.1 Pengirim ... 44 2.4.2 Objek ... 44 2.4.3 Subjek ... 45 2.4.4 Penolong ... 45 2.4.5 Penentang ... 46 2.4.6 Penerima ... 47 2.5 Rangkuman ... 49 BAB III ... 51

ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL ... 51

NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN LAMALERA ... 51

3.1. Struktur Fungsional Lyra dan Arakian: Relasi Antara Ayah dan Anak ... 51

3.1.1 Situasi Awal ... 53

3.1.2 Transformasi ... 54

3.1.3 Situasai Akhir ... 54

(15)

xv

3.2.1 Situasi Awal ... 57

3.2.2 Transformasi ... 58

3.2.3 Situasi Akhir ... 58

3.3. Struktur Fungsional Arakian dan Adat Lamalera: Relasi antara Arakian dan Adat Lamalera ... 59 3.3.1 Situasi Awal ... 61 3.3.2 Transformasi ... 62 3.3.3. Situasi Akhir ... 62 3.4 Rangkuman ... 63 BAB IV ... 65

POROS SEMANTIK NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN DARI LAMALERA ... 65

4.1 Poros Pencarian ... 65

4.1.1 Poros Pencarian Lyra dan Arakian ... 65

4.1.2 Poros Pencarian Lyra dan Mariana ... 66

4.1.3 Poros Pencarian Arakian dan Adat Lamalera ... 66

4.2 Poros Kekuatan ... 67

4.2.1 Poros kekuatan Lyra dan Arakian ... 67

4.2.2 Poros kekuatan Lyra dan Mariana... 68

4.2.3 Poros Kekuatan Arakian dan Adat Lamalera ... 69

4.3 Poros Komunikasi ... 70

4.3.1 Poros Komunikasi Lyra dan Arakian ... 70

4.3.2 Poros Komunikasi Lyra dan Mariana ... 70

4.3.3 Poros Komunikasi Arakian dan Adat Lamalera ... 71

4.4 Rangkuman ... 72

1) Poros Semantik Lyra dan Arakian ... 74

2. Poros Semantik Lyra dan Mariana ... 74

3. Poros Semantik Arakian dan Adat Lamalera ... 75

BAB V PENUTUP ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 79

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pola Aktansial……….13

Tabel 2 Model Fungsional………15

Tabel 3 Poros Semantik ………...17

Tabel 4 Skema Aktansial Lyra dan Arakian……….25

Tabel 5 Skema Aktansial Lyra dan Mariana……….35

Tabel 6 Skema Aktansial Lyra dan Adat Lamalera ……….……43

Tabel 7 Struktur Fungsional Lyra dan Arakian………..…..53

Tabel 8 Struktur Fungsional Lyra dan Mariana……….…...57

Tabel 9 Struktur Fungsional Arakian dan Adat Lamalera………....61

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah sebuah karya seni yaitu suatu karya yang menghendaki kreativitas. Dalam defenisi sastra telah disebutkan bahwa karya sastra bersifat imaginasi berarti bahwa karya sastra terjadi akibat penganganan dan hasil penganganan itu adalah penemuan-penemuan baru, kemudian penemuan baru itu disusun ke dalam suatu sistem dengan kekuatan imaginasi hingga terciptalah suatu dunia baru yang sebelumnya belum ada (Pradopo,1994: 59).

Karya sastra merupakan sebuah ciptaan kreasi, imajinatif yang muncul dari luapan emosi yang spontan dan bukan sebuah imitasi namun karya sastra bersifat koherensi artin ya bahwa bisa ditafsirkan keselarasan antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan tertentu (Leuxemburg, dkk (1989:5).

Novel merupakan karya fiksi atau karangan prosa yang panjang mengambarkan secara luas cerita kehidupan seseorang atau kelompok di dalam masyarakat dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku yang dituangkan dalam bentuk sastra, mengidentifikasi novel sangat terbantu dengan adanya unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik didalam novel.

Novel merupakan karya fiksi. Pengarang mengambil pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain dari dunia nyata lalu dituangkan dalam novel melalui sastra. Novel mengambar bagaimana keadaan masyarakat, kebudayaan, penokohan serta menampilkannya dengan gaya bahasa yang unik dengan runtutan

(18)

2

waktu sehingga dalam membaca seolah-olah pembaca berimajinasi menjadi tokoh antagonis, protagonis dan tritagonis dalam novel (Wellek dan Warren,1989:18-20) Karya sastra yang berlatar belakang kebudayaan yang dikaji adalah Suara

Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda. Tema yang

diangkat dalam novel ini adalah budaya dan tradisi Lamalera. Novel ini menyampaikan warna lokal budaya Lamalera melalui sastra dan bahasa. Kebudayaan lokal Lamalera menjadi ciri khas dalam novel ini dan menggambarkan bagaimana sebuah pertobatan suci lamafa atau penikam ikan paus di desa Lamalera kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lamalera adalah sebuah perkampungan nelayan di Pulau Lembata, NTT. Mata pencaharian utama yang dijadikan pegangan hidup masyarakat Lamalera adalah mencari dan menangkap ikan di laut atau sebagai nelayan tradisional (ola nua). Tradisi ini sudah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur semenjak berabad-abad tahun yang lalu, sebagai nelayan, masyarakat Lamalera lebih dikenal sebagai nelayan penangkapan ikan paus di Lamalera.

Sebagai nelayan penangkapan ikan paus secara tadisional, masyarakat Lamalera terkait pada serangkaian tradisi dan tata cara yang berkaitan dengan kehidupannya sebagai nelayan. Tradisi serta tata cara adat yang dimaksud dimulai dengan pembuatan perahu khusus yang dikenal dengan Peledang (bahasa setempat disebut tena lamafail), proses penyiapan peralatan dan saran penunjang perahu, peralatan untuk menangkap ikan paus, sampai pada proses turun ke laut, pantangan-pantangan (tabu) yang harus dihindari dan pembagian hasil tangkapan (Oleona dan Bataona,2001:43)

(19)

3

Novel ini mengisahkan perjuangan seorang anak perempuan bernama Lyra. Lyra yang ingin mencari dan bertemu dengan ayah kandungnya yang berada di Lamalera dengan keberanian yang dimiliki akhirnya Lyra memberanikan diri untuk berangkat ke Lamalera sendirian dan mencari tahu semua yang ingin dicari.

Kerinduan Lyra untuk bertemu sosok ayah kandungnya sudah dipendam selama 27 tahun. Lyra membaca sebuah koran yang memberitakan tentang tragedi terseretanya 17 orang nelayan Lamalera oleh ikan paus ke Australia selama 4 hari dan hanya 10 orang yang berhasil diselamatkan sebuah kapal pesiar dari Australia sedangkan 7 orang belum ditemukan dalam musibah tersebut.

Lyra memanfaatkan momen ini untuk pergi ke Lamalera dan bertemu dengan Arakian. Lyra akhirnya ke Lamalera tanpa berpamitan dengan ibunya terkecuali Dika saudara kembarnya yang menjadi seorang pastor. Lyra memberanikan diri berangkat dari Bali menuju Lamalera seorang diri untuk bertemu dengan Arakian.

Awal kisah cinta kedua orang tua Lyra dan Dika bermula sewaktu di SMA Syuradikara Ende. Kisah cinta itu terpaksa diberhentikan karena tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua Mariana dengan alasan latar belakang keluarga. Arakian bahkan mendapatkan perlakuan kurang baik dari orang tua Mariana. Ketika keduanya dipisahkan secara paksa, Mariana dijodohkan dengan suami pilihan orangtuanya tanpa diketahui oleh oang lain, Mariana diam-diam sudah mengandung anak Arakian yang diberi nama Lyra dan Dika. lalu keduanya masing-masing memiliki keluarga Arakian bersama istirnya Ina Yosefina di Lamalera dan Mariana bersama suaminya Romansyah di Bali.

(20)

4

Masa lalu menjadikan Arakian seseorang yang lemah dengan memikul beban yang berat, kisah keluarga ini jelas menimbulkan komplikatif karena Arakian gagal menjadi seorang lamafa yang jujur dan bersih dari dosa masa lalu serta gagal menjadi ayah bagi Lyra dan Dika.

Di puncak segala bencana yang terjadi terseretnya Peledang Martiva Pukan membuat masyarakat Lamalera cemas akan bencana tersebut Lyra justru memanfaatkan momen ini untuk pergi ke Lamalera dan mencari Arakian.

Dalam penelitian ini novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera akan dikaji struktur naratif yang meliputi skema aktansial, struktur fungsional, dan poros semantik. Dari pola aktansial Novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera bisa dilakukan pengidentifikasi pengirim (sender), objek (object), penerima (receiver), subjek (subject), pembantu (helper) dan penentang (opponent) sedangkan dari struktur fungsional Suara Samudra Catatan dari Lamalera bisa mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi saat tahap I: situasi awal, II: Transformasi (tahap uji kecakapan, tahap utama, tahap kegemilangan) III: situasi akhir dan Poros Semantik novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera yang dikaji adalah pengirim, (poros komunikasi) objek, penerima, (poros pencarian), pendukung, subjek (poros kekuatan) dan penghalang.

Maria Matildas Banda adalah sosok sastrawan yang ulet dan produktif. ”Parosi Situasi” adalah kolom pribadi pada harian Pos Kupang edisi minggu (halaman pertama) yang kini memasuki tahun yang ke-11. Parodi situasi adalah rekaman kondisi sosial masyarakat Nusa Tenggara Timur di mata batin.

(21)

5

Sebagian besar karyanya berupa novel atau cerita bersambung (cerbung) di media massa yang kemudian diterbitkan menjadi novel. Novel-novel yang telah diterbitkan antara lain Bugenvil Tengah Karang (cerber Pos Kupang, Grasindo Jakarta,1998); Pada Taman Bahagia (juara III lomba cerber Femina, Grasindo, Jakarta, 1998); Liontin Sakura Patah (juara III lomba cerber Femina, Grasindo, Jakarta, 1998); Seharusnya aku mengerti (Nusa Tenggara, 1989); Tabitha (Bali Post,1997); Doben (Juara 1 lomba menulis cerber Femina,1999); Rabies (diterbitkan Care Internasional), 2001; Surat-surat dari Dili (Nusa Indah Ende,2005). Dan dua novel yang dalam proses penerbitan adalah tanah terjanji (kelanjutan surat-surat dari Dili) dan Suara Samudra (latar belakang penangkapan ikan paus di Lamalera Lembata (Sehandri, 2012: 55-56).

Maria Matildis Banda Lahir pada 29 Januari 1960 di Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lulus SMAK Syuradikara Ende, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, dan Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Mengabdi sebagai dosen tetap pada fakultas Sastra Universitas Undana Kupang, Denpasar, Bali. Pernah pula menjadi dosen di STFK Ledalero, Maumere, Flores. Menikah dengan drg.Dominikus Minggu Mere, M.Kes tahun 1991 (Sehandri, 2012: 55).

Pemilihan judul penelitian Struktur Naratif Novel Suara Samudra Catatan

dari Lamalera:Kajian Naratologi ini didasarkan pada tiga alasan sebagai berikut.

Pertama referensi tentang budaya Lamalera yang jarang dijumpai. Kajian terhadap novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera dapat mengungkapkan aspek-aspek tradisi dan budaya Lamalera untuk diketahui publik lebih luas. Kedua Pengarang

(22)

6

novel ini, Maria Matildis Banda, merupakan salah satu sastrawan NTT yang sangat produktif, karya-karyanya selalu mengungkapkan warna lokal NTT dan Timor Timur. Studi ini menempatkan posisi pengarang dalam deretan sastrawan yang mau mengarap aspek etnografi masyarakat. Ketiga Teori Struktur naratif kajian A.J. Greimas menarik untuk dipakai karena mengungkapkan peran struktur aktansial, struktur fungsional, dan poros semantik dalam Novel Suara Samudra

Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda dan memberikan alternatif

penyelesaian masalah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

1) Bagaimana struktur skema aktansial menurut Greimas dalam novel

Suara Samudra Catatan dari Lamalera?

2) Bagaimana struktur fungsional menurut Greimas dalam novel Suara

Samudra Catatan dari Lamalera?

3) Bagaimana poros semantik dalam novel Suara Samudra Catatan dari

(23)

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum menerapkan teori struktur naratif yang dikemukakan oleh A.J Greimas untuk meneliti novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildas Banda. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah.

1. mendeskripsikan struktur skema sktansial novel Suara Samudra

Catatan dari Lamalera, yang akan diuraikan dalam Bab II.

2. mendeskripsikan struktur fungsional novel Suara Samudra Catatan

dari Lamalera , yang akan diuraikan dalam Bab III.

3. mendeskripsikan poros semantik dalam novel Suara Samudra

Catatan dari Lamalera, yang akan diuraikan dalam Bab IV.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini digolongkan menjadi dua bagian, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan sebagai referensi peneliti sastra tentang penerapan teori struktur naratif kajian A.J.Greimas. Bahkan menambah wawasan pembaca tentang sisi lain dari novel

Suara Samudra Catatan dari Lamalera berupa kebudayaan lamalera,

kepercayaan dan adat istiadat yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel tersebut.

(24)

8 1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan referensi kajian budaya Lamalera yang ada dalam novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera serta sebagai bahan ajar guru Bahasa dan Sastra Indonesia.

1.5 Tinjaun Pustaka

Penelitian ini mengambil karya sastra yaitu novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera karya Maria Matildis Banda. Penelitian ini menggangkat novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera sebagai objek material dan teori A.J Greimas

sebagai objek formal, beberapa studi terdahulu telah menggunakan objek material dan objek formal tersebut sebagai bahan kajian.

Penelitian pertama ditulis oleh Samapta (2011) dalam skripsi “Novel Ombak

Sandykalaning karya Tamsir As dalam Kajian A.J.Greimas”. Penelitian ini

mengkaji skema aktansial dan korelasi antara skema aktansial dan struktur fungsional dalam membentuk cerita utama dalam novel Ombak Sandykalaning. Dengan menggunakan teori A.J. Greimas novel ini bisa diruntutkan dengan enam aktan dan tiga model fungsional dalam novel tersebut.

Penelitian kedua ditulis oleh Wardhani (2015) dalam skripsi “Kajian Naratologi pada Novel La Lenteur karya Milan Kundera”. Penelitian ini mendeskripsikan alur cerita, letak narator dan fungsi kemelanturan dalam alur penceritaan pada novel La Lenteur karya Milan Kundea.

(25)

9

Penelitian ketiga ditulis oleh Salahuddin (2015) dalam skripsi “Skema aktan dan model fungsional novel Mayamah Karpov: Kajian Naratologi A.J.Greimas”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan skema aktan dan model fungsional pada konflik dalam novel Maryamah Karpov berdasarkan teori naratologi A.J.Greimas membantu pembaca dalam mengungkapkan makna yang disampaikan oleh penagarang. Data dalam penelitian ini ada kata, paragraph atau pernyataan yang dianggap sebagai representasi hubungan antara skema aktan dan model fungsional. Peneliti menemukan 11 aktan, 11 model fungsional dan 11 konfilk yang terdapat dalam novel ini.

Penenelitian keempat ditulis oleh Taum, (2017) dalam makalah berjudul Suara Samudra Suara dari Langit: Pembacaan atas novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera Karya Maria Matildis Banda. Dalam penelitian yang dilakukan

ditemukan teori Naratologi A.J.Greimas dengan menerapkan skema aktansial dan sktuktur fungsional dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan dan merumuskan bagaimana teori naratologi Greimas membentuk kita dalam pola pemikiran tentang aktan dan struktur fungsional dalam cerita sehingga bisa memahami alur cerita dengan benar dan tepat ditemukan perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Taum (2017) bahwa tidak ditemukan deskripsi terkait poros semantik dan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dikaji terkait struktur aktan, model fungsional dan poros semantik.

(26)

10

Penelitian kelima ditulis oleh Maharani (2018) dalam skripsi berjudul “Tiga Versi Cerita Panji: kajian naratologi menurut prespektif A.J.Greimas”. penelitiannya mengkaji tiga versi cerita panji. Tujuan dalam cerita ini adalah mendeskripsikan struktur aktansial, struktur fungsional (semantis) dan mendeskripsikan poros semantik yang terdapat dalam cerita Keoang emas, Ande-ande Lumut, dan Entit dalam tiga versi cerita Panji. Penelitian ini menggunakan teori Naratologi Struktural A.J Greimas yaitu mengidentifikasi Cerita Panji dalam teori struktur aktansial, struktur fungsional dan poros semantis.

Penelitian keenam ditulis oleh Salverosari (2018) dalam skripsi “Analisis Struktur Naratif Serial Petualangan di Negeri Awan Karya Eddy Supangkat: Prespekti A.J Greimas”. Penelitian ini mengkaji sebuah cerita yang bergenre fantasi. Cerita ini dikaji menggunakan teori naratologi A.J Greimas yaitu skema aktansial, struktur fungsional dan poros semantik untuk melihat bagaimana Rio , Nenek Sihir dan tokoh lain dalam memerankan penokohan dalam cerita ini sehingga alur ceritanya tetap berjalan sesuai dengan teorinya A.J.Greimas

Ke-enam penelitian di atas menggunakan objek formal yang sama yaitu teori A.J Greimas namun didalam penelitian ini mengkaji Struktur Naratif Suara

Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildas Banda:Kajian

A.J.Greimas. Penelitian ini memberikan kebaharuan dari makalah Taum tentang skema dua aktansial dan sturktur dua fungsional. Peneliti menambahkan tiga poros semantik dalam penelitian ini.

(27)

11

1.6 Landasan Teori

Teori Naratif merupakan bentuk dari teori struktural, sehingga suatu struktur naratif harus mempuyai unsur-usur pembangun yang terdiri atas unsur-unsur tertentu. Teori naratif juga merupakan salah satu pendekatan objektif karena dasar kerja teori ini pada bentuk naratif. Tujuan dari analisis struktur naratif adalah untuk mendapat susunan teks (Sonia dan Abrams Bani dalam Sugihastuti,2011:51).

Algirdas Julius Greimas (1917-1992) merupakan seorang ahli bahasa dan ahli semiotik yang berasal dari Lithuania dan banyak meneliti mitologi Lithuania, Greimas melakukan penelitian terhadap naratologi yang merupakan kombinasi antara model paradigmatis Levi-Strauss dengan model Sintagmatis Propp. Di dalam penelitian ini menggunakan naratologi A.J.Greimas (Ratna,2004:137).

Dalam melakukan perbandingan dengan penelitian Propp, objek penelitian yang dilakukan oleh Greimas tidak terbatas pada genre tertentu yaitu dongeng, tetapi diperluas pada mitos. Dengan memanfaatkan fungsi-fungsi yang sama, Greimas memberikan perhatian pada relasi, menawarkan konsep yang lebih tajam, dengan tujuan yang lebih umum yaitu tata bahasa naratif universal. Dengan menolak aturan, dikotomi yang kaku sebagaimana dipahami strukturalisme awal. Greimas pada giliran ini lebih memntingkan aksi daripada pelaku. Tidak ada subjek di balik wacana, yang ada hanya subjek, manusia semu yang dibentuk oleh tindakan, yang disebut actans dan acteurs. (Ratna 2004:138-139).

(28)

12

Taum (2011:141) mengatakan analisis naratif Greimas, meliputi dua tahapan struktur, yaitu (1) struktur lahir, yakni tataran bagaimana cerita dikemukakan dan (2) struktur batin, yakni tataran imanen, yang meliputi (a) tataran naratif analisis sintaksis (skema aktan dan struktur fumgsional) dan (b) tataran diskursif.

1.6.1 Skema Struktur Aktansial

Teori A.J Greimas sebenarnya perhalusan dari atas teori Prop, sebelumnya Propp sudah memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah karya sastra yang disebut sebagai fungsi berdasarkan teori Propp inilah Greimas mengemukakan teori aktan yang menjadi dasar sebuah analisis naratif universal (Todorov dan Teeuw dalam Taum,2011:142-143).

Greimas menyederhanakan fungsi-fungsi Propp dari 31 fungsi menjadi 20 fungsi, kemudian dikelompokan menjadi tiga struktur dalam tiga pasang oposisi biner dan dari tujuh tindakan disederhanakan menjadi enam aktan (peran, pelaku, para pembuat) yang dikelompokan menjadi tiga pasangan oposisi biner, yaitu: subjek versus objek, pengirim (kekuasaan) dan penerima (orang yang dianugerahi), dan penolong versus penentang.

Greimas tidak hanya berhenti sampai pada satu jenis tunggal melainkan sampai pada perumusan sebuah tata bahasa naratif (narrative grammar) yang universal dengan menerapkan analisis semantik atas struktur kalimat. Sebagai penganti terorinya Propp, Greimas memberikan tiga oposisi biner yang meliputi enam aktan atau peran yaitu: subjek versus objek, pengirim versus penerima, dan penolong versus penentang. (Taum, 2011: 142).

(29)

13

Ketiga pasangan oposisi biner ini merupakan pola dasar yang selalu berulang dalam semua cerita yang membentuk tata bahasa penceritaan

(narrative grammar) .

Jika disusun dalam sebuah tabel pola peranan aktansial, ketiga oposis fungsi aktan yang terdiri dari enam aktan tersebut tampak dalam sebuah bagan alur (flow chart) sebagai berikut (Taum, 2011:143).

Tabel 1

Pola Aktansial Greimas

Yang dimaksud dengan aktan adalah satuan naratif terkecil, berupa unsur sintaksisi yang mempunyai fungsi tertentu. Aktan merupakan peran-PENGIRIM (Sender) OBJEK (Object) PEMBANTU (Helper) PENENTANG (Opponent) PENERIMA (Receiver) SUBJEK (subject)

(30)

14

peran abstrak yang dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku. Fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan tindakan logis dan bermakna yang membentuk narasi.

Tanda panah dalam skema pada tabel merupakan unsur penting yang menghubungkan fungsi sintaksis naratif masing-masing aktan. Tanda panah dari pengirim yang mengarah ke objek berarti ada keinginan dari pengirim untuk mendapatkan, menemukan, atau memilih objek. Tanda panah dari objek ke penerima berarti objek yang diusahakan oleh subjek dan dinginkan oleh pengirim diserahkan atau ditujukan kepada penerima. Tanda panah dari pembantu menunjukkan bahwa pembantu memudahkan subjek untuk mendapatkan objek. Sebaliknya tanda panah dari penentang mempunyai kedudukan untuk menentang, menghalangi, mengganggu, merusak atau menolak usaha subjek. Tanda panah dari subjek menuju objek berarti subjek bertugas menemukan atau mendapatkan objek yang dibebankan oleh pengirim (Taum, 2011:145).

Adapun fungsi dari masing-masing aktan sebagai berikut:

1) Pengirim (Sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita.

2) Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari, diburu atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. 3) Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang)

yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. 4) Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan objek.

5) Penentang (Opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek. 6) Penerima (Receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

menerima objek yang diusahakan atas atau dicari oleh subjek. (Zaimar dan Suwondo dalam Taum,2011:146)

(31)

15 1.6.2 Struktur Fungsional

Struktur fungsional berfungsi untuk menguraikan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam peristiwa yang yang dialami oleh subjek (Taum,2011:146)

Struktur fungsional dibagi menjadi tiga bagian yaitu (I) situasi awal, (II) transformasi, dan (III) situasi akhir. Struktur fungsional dibentuk bagan sebagai berikut.

Tabel 2 Model Fungsional

I II III Situasi Awal Transformasi Situasi Akhir Tahap Uji Kecakapan Tahap Utama Tahap Kegemilangan 1) Situasi Awal

Cerita mengambarkan keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan (harmoni). Dalam tahap awal, subjek mulai mencari objek, terdapat berbagai rintangan, disitulah subjek megalami kecakapan (Taum, 2011:47).

2) Transformasi

Tahap transformasi meliputi tahap uji kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan, ketiga tahapan cobaan ini menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

(32)

16

Dalam tahap ini muncul pembantu dan penentang. Tahap cobaan utama berisi gambaran hasil usaha subjek dalam mendapatkan objek. Dalam tahap utama ini sang pahlawan pulang. Tahap cobaan kegemilangan merupakan bagian subjek dalam menghadapi pahlawan palsu maka subjek adalah pahlawan palsu (Taum, 2011:147).

3) Situasi akhir

Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali seperti semula dan semua konflik telah berakhir. Disinilah cerita akhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011:147).

1.6.3 Poros Semantik

Poros semantik digunakan untuk mengungkapkan tujuan cerita. Menurut Greimas, analisis naratologi harus sampai pada tataran diskursif, yaitu kajian untuk mengungkap tiga poros semantik dan menjelaskan secara detail hierarki oposisi dalam teks berdasarkan gerak pencarian antara subjek dan objek. (Astuti dan Taum,2018:38)

Diantara ketiga oposisi biner, pasangan oposisi subjek-objek adalah manusia yang terpenting pada subjek terdiri atas pelaku sebagai manusia sedangkan objek merupakan sebuah kehendak yang mesti dicapai seperti kebebasan, keadilan dan kekayaan. (Ratna,2004:139)

(33)

17

Tabel 3 Poros Semantik

Poros Komunikasi

Pengirim OBJEK Penerima

Poros Pencarian (desire)

Penolong SUBJEK Penentang

Poros Kekuatan

Tiga poros semantik Greimas diantaranya.

1. Poros Pengetahuan --- Axis of Knowlegde adalah poros pengetahuan merefleksikan dinamika kepemilikan pengetahuan (dinamics of

knowledge possession ) antara pengirim (sender) dan penerima (receiver)

2. Poros Pencarian --- Axis of Desire hal yang dinginkan atau diperjuangkan oleh subjek dari objek.

3. Poros Kekuatan ---Axis of Power adalah kekuatan atau kemampuan yang dimiliki untuk mencapai keinginan, atau justru sebaliknya kekuatan penentang yang menghambat tercapainya tujuan (Eldridge, 2017: 146-147).

(34)

18

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data penulis menggunakan metode studi pustaka dalam mengumpulkan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera. Sedangkan sebagai refrensi penunjang, penulis menggunakan data-data sumber tertulis atau pustaka lain seperti buku, artikel, jurnal, skripsi yang terdapat pada laman internet.

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah dengan metode formal (struktur) adalah metode yang untuk menganalisis unsur-unsur karya sastra sesuai dengan peralatan yang dikandung. (Ratna,2004:49) untuk menerapkan teroi struktural dalam penelitian ini. Struktralisme A.J.Greimas mengungkapkan bagan aktansial, struktur fungsional dan poros semantik dalam novel yang dikaji.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, Metode deskriptif kualitatif adalah memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif. Deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta fenomena, dan variabel yang terjadi secara apa adanya di lingkungan masyarakat (Ratna, 2004:46).

1.7.4 Sumber Data

Dalam Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda.

(35)

19

Novel : Suara Samudra Catatan dari Lamalera Pengarang : Maria Matildis Banda

Tahun Terbit : 2017 Peneribt : PT Kanisius Jumlah : 485 Halaman Cetakan : Pertama ISBN : 978-979-21-5289-0 1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian yang berjudul “Analisis Struktur Naratif novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda: Kajian Naratologi A. J Greimas terbagi menjadi lima bab dalam penelitian.

Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab kedua berisi pembahasan terkait struktur aktansial dalam novel Suara

Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda. Bab ini akan

dipaparkan aktan pengirim dan aktan penerima, aktan subjek dan aktan objek, dan aktan penentang dan aktan penolong.

Bab ketiga berisi struktur fungsional dalam novel dalam novel Suara Samudra

(36)

20

awal, transformasi yang meliputi uji kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan.

Bab keempat berisi poros semantik dalam novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera karya Maria Matildis Banda. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai

poros semantik yang meliputi poros pencarian, poros kekuatan, dan poros komunikasi yang terdapat dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda.

Bab kelima berisi kesimpulan dan saran yaitu simpulan terhadap struktur naratif dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera karya Maria Matildis Banda.

(37)

21

BAB II

ANALISIS STRUKTUR AKTANSIAL

NOVEL SUARA SAMUDRA CATATAN DARI LAMALERA

2.1 Pengantar

Novel Suara Samudra Catatan Lamalera karya Maria Matildis Banda akan dikaji struktur aktansial dalam naratologi A.J Greimas. Bab ini akan membahas Struktur Aktansial dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera yang dimiliki oleh tokoh utama yaitu Lyra dan Arakian, Lyra dan Mariana dan Arakian dan Adat Lamalera. Bab ini akan menentukan tiga oposis biner yaitu subjek-objek, pengirim-penerima, dan penolong–penentang, Sebelum membahas oposisi biner penulis akan memaparkan Lamalera dan tradisi penangkapan ikan paus yang menjadi motif kuat dalam novel ini.

Lamalera merupakan salah satu desa di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lamalera terletak di selatan kabupaten Lembata dan diapiti oleh dua buah Tanjung Sarabia dan Bao Futung. Pantai teluk yang lingkar luarnya dipeluk deretan naje sebagai tempat bernaung Pelendang ketika tidak melaut. Rumah penduduk terletak di ketinggian batu padas dan kering, dan bukit-bukit karang yang kian ke atas kian tinggi (Banda, 2017:36).

Proses penangkapan ikan, secara teknis sangat ditentukan oleh adanya saran dan prasarana yang memadai di samping faktor manusia penentu utama. Perahu sebagai saran utama harus dilengkapi dengan senjata-senjata serta sarana penunjang lainnya yang dipakai untuk memburu dan menangkap ikan paus di antaranya Kaffe/Tempuling yaitu senjata yang ditempa dari besi, berbentuk

(38)

22

lonjang panjang, pada bagian ujungnya, Kenatte, senjata yang digunakan untuk mengaitkan ikan paus dan jenis ikan yang lainpada saat ikan telah mati, dibuat dari besi, berbentuk kait dengan fungsi untuk mencegah agar ikan yang telah mati tetap terapung di atas permukaan air, Beladda, sejenis sangkur yang akan ditautkan pada ujung galah untuk menusuk tubuh ikan dalam mempercepat proses kematiannya, Duri, sejenis pisau panjang yang berfungsi untuk membelah dan menolong ikan dan Tale/Tali, sarana penunjang lainnya melengkapi senjata-senjata tersebut di atas merupakan rangkaian kelengkapan senjata-senjata yang tidak dipisahkan satu dengan yang lainnya adalah tale/tali. Tali berfungsi sebagai pegangan tempuling yang dipakai untuk menyeret setiap tangkapan ke pinggir perahu sampai menemui ajalnya (Oleona dan Bataona,2001:69-70)

Perahu/Peledang (tena lamafli) dapat dipakai sebagai sarana utama dalam usaha penangkapan ikan paus di laut, bentuk serta proses pembuatannya harys mengikuti bentuk serta tata cara yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang. pembuatan perahu/peledang meliputi beberapa tahap disertai rangkaian upacara adat yang harus dipantuhi secara cermat (Oleona dan Bataona,2001:44)

Dalam kajian ini, penulis akan membagi tiga struktur aktansial, yaitu (1) Lyra dan Arakian, (2) Lyra dan Mariana, dan (3) Arakian dan adat Lamalera. Ketiga struktur aktansial ini memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda sehingga perlu dibedakan dan dikaji secara mendalam dalam novel Suara Samudra Catatan dari

(39)

23

(1) Struktur Aktansial Lyra dan Arakian memiliki hubungan ayah dan anak. Gejolak batin yang dialami oleh Lyra untuk mencari tahu asal-usul menjadi dorongan yang begitu kuat untuk pergi ke kampung halamannya dan mencari tahu semua keberanaran. Pencarian Lyra terhenti ketika sampai di Lamalera dan bertemu dengan Arakian.

(2) Struktur Aktansial Lyra dan Mariana memiliki hubungan anak dan ibu. Mariana tidak menutupi masa lalunya walaupun sudah memiliki keluarga yang baru bersama Romansyah di Bali namun Mariana tidak ingin anak-anaknya melupakan siapa ayah kandung mereka, melalui foro dan cerita Mariana mengisahkan tentang lamafa yang berani dan tegar dalam menghadapi cobaan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(3) Ibu menggantung sebuah foto besar masing-masing di kamar Dika dan kamar Lyra. Ia bercerita kepada keduanya bahwa itu foto nelayan Lamalera yang menaklukkan ikan paus di tengah samudera luas. Sengaja foto itu dipajang agar Lyra dan Dika belajar dari ketegaran dan keberanian laki-laki nelayan (Banda,2017:331)

(3) Struktur Aktansial Arakian dan Adat Lamalera. Hubungan Arakian dan adat Lamalera memperlihatkan ketegangan. Arakian menyimpan sebuah dosa masa lalu dalam hati bahkan bertahun-tahun tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang terjadi antara peledang dan Arakian, Arakian kehilangan segalanya bahkan harga dirinya. Belum ada pengakuan dan perobatan suci dirinya sendiri sebelum mengarungi samudra bersama Martiva Pukan. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(40)

24

(4) Ketika tidak sanggup lagi menjadi lamafa dan tidak dapat menjelaskan kepada segenap keluarganya mengapa Arakian lumpuh tiba-tiba dan mati-matian tidak mau meluat bersama Martiva Pukan (Banda:2017:65)

2.2 Struktur Aktansial Lyra dan Arakian: Mengungkap Relasi Anak dan Ayah

Suara Samudra Catatan dari Lamalera adalah novel yang muncul dari rasa

keprihatinan terhadap tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera yang diungkapkan Maria Matildis Banda dalam ungkapan fiktif tokoh Lyra dan Arakian. Lyra dan Arakian tidak bisa terhindarkan dari tradisi atau ritual masyarakat nelayan Lamalera dalam mencari tahu kebenaran dan asal-usul tentang jati dirinya.

Dalam novel ini digambarkan bagaimana Lyra dengan kegigihan dan tekat yang bulat pergi seorang diri dari Bali ke Lamalera untuk bertemu dengan Arakian dan mengetahui asal-usul dirinya.

Jika ditinjau dari sudut ini bisa dikatakan bahwa dorongan batin Lyra untuk mencari tahu asal usulnya menjadi pengirim atau pengerak dalam novel Suara

Samudra Catatan dari Lamalera. Gejolak batin Lyra yang sudah dipendam 27

tahun memunculkan keberanian dalam dirinya Lyra untuk pergi ke Lamalera dan bertemu dengan Arakian (ayah biologisnya). Hal ini ditunjukkan melalui kutipan berikut:

(5) Apakah ini saat yang tepat? Saat yang tepat untuk mendengarkan langsung suara-suara yang dating dari samudra tempatku berasal? Di mana langit, matahari, bintang-bintang, laut dan cakrawala mengirim pesannya untukku? (Banda,2017:3).

(41)

25

Lyra menempati fungsi subjek dalam novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera untuk berjuang mencari dan menemukan objek (Arakian dan leluhur)

objek yang dicapai subjek adalah dengan bertemu dengan Arakian dan kembali ke kampung halaman dapat diilustrasikan dalam tabel 4.

Fungsi-fungsi aktan yang terdapat pada novel Suara Samudra Catatan

dari Lamalera dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Skema Aktansial Lyra dan Arakian

Berdasarkan skema aktansial di atas (lihat Tabel 4). Fungsi atau kedudukan masing-masing aktan sebagai berikut:

OBJEK Arakian dan Leluhur

PENERIMA Lyra dan Arakian

PEMBANTU Antony, Lelarat, Mariana

PENENTANG Boli, Agustina, Kia, Pito PENGIRIM

Dorongan Batin Lyra

SUBJEK Lyra

(42)

26 2.2.1 Pengirim

Pengirim atau sender novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera adalah dorongan batin Lyra. Gejolak batin yang dialami oleh Lyra yang sudah dipendam 27 tahun lalu. Ketika mendengar berita terseretnya 17 orang nelayan dari Lamalera oleh ikan paus dan mendapatkan kabar bahwa salah satu nama dari 17 orang nelayan tersebut bernama Arakian membuat Lyra semakin bertekat bulat untuk pergi ke Lamalera dan mencari tahu bagaimana keadaan para nelayan tentu berharap bahwa Arakian masih hidup.

Aktan pengirim dalam novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera Lyra dan Arakian adalah dorongan batin Lyra yang sudah

bertekat untuk pergi ke Lamalera. Dorongan batin Lyra menjadi pengerak dalam cerita ini dan memberikan karsa atau keinginan kepada subjek (Lyra) untuk bertemu dengan objek (Arakian dan Leluhur). Hal ini dapat ditunjukkan melalui kutipan:

(6) Lyra menyesal mengapa baru sekarang hatinya bergemuruh hatinya bergemuruh untuk pergi. Mengapa tidak sejak dulu didengarnya suara hatinya sendiri. Kali ini tidak ada seorang pun yang akan dibiarkan menghentikan langkahnya untuk terbang jauh ke Lamalera. Kali ini suara dalam hatinya lebih menggema. Dia harus pergi sebelum semuanya terlambat (Banda,2017:21)

2.2.2 Objek

Dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera Lyra dan Arakian, objek yang dicari oleh subjek atas ide dari pengirim adalah

(43)

27

Arakian dan Leluhur. Lyra sebagai subjek berusaha untuk bisa menemukan Arakian dan Leluhur sebagai objek tentu usaha subjek mengalami beberapa tantangan dalam menemukan objek tetapi karena kegigihan dari subjek akhirnya subjek bisa menemukan objek.

Aktan objek dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera adalah Arakian dan Leluhur dan pada akhirnya Lyra berhasil bertemu dengan Arakian dan Leluhur dengan pergi ke Lamalera. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(7) Bapa? Tuhan! Aku yang dimaksudnya dengan Bapa bukan?”Arakian ingin mendekat dan bertanya, apa kabar anakku, selamat datang, selamat pulang. Mari kita pulang ke rumah kita. Akan tetapi langkahnya terasa berat. Dia menoleh tepat ketika Lyra juga menoleh dan mengangguk padanya lagi. (Banda,2017: 432).

(8) Diperhatikan dnegan jelas wajah bapanya. Sungguh tidak jauh berbeda dari juru tikam puluhan tahun. Wajah yang mirip dengan Dika Saudara kembarnya (Banda,2017:246)

2.2.3 Subjek

Subjek adalah pahlawan yang ditugaskan pengirim untuk mendapatkan objek. Dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera yang menjadi subjek adalah Lyra. Saat, ia sedang studi di Bali, mendapatkan berita mengejutkan tentang tragedi terseretnya 17 orang nelayan Lamalera oleh ikan paus selama 4 hari, dalam tragedi itu 10 orang berhasil diselamatkan sebuah kapal pesiar dan 7 orang belum ditemukan, Lyra memanfaatkan momen penting ini untuk mencari ayahnya.

(44)

28

Lyra memberanikan diri untuk pergi dari Bali ke Lamalera dan bertemu dengan Arakian, apapun yang terjadi Lyra harus sampai di Lamalera dengan berkat yang diberikan oleh Pater Dika-Saudara kembar Lyra membuat Lyra semakin yakin dengan keputusan yang diambil. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan:

(9) Pada awalnya dia memastikan bahwa Pater memberikan restu. Berkat yang diberikan Pater Dika membuatnya merasa sudah sampai di Lamalera (Banda,2017:22).

2.2.4 Penolong

Dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera bagian Lyra dan Arakian ditemukan tiga orang yang berada dalam aktan penolong. Masing-masing di antaranya ada Mariana, ibu dari Lyra dan Dika yang sudah membantu Lyra mengetahui asal-usul dari cerita yang sering dibagikan oleh ibunya ketika masih kecil dulu. hal ini ditunjukkan melalui kutipan:

(10) Mariana tidak ingin anak-anaknya melupakan siapa sesungguhnya ayah kandung mereka sehingga Mariana selalu membagikan cerita tentang seorang lamafa dari gambar yang selalu dipanjang di kamar anak-anaknya (Banda,2017:16).

Penolong kedua adalah Anthony yang sudah membantu Lyra dalam perjalanan dari Kupang-Waibalun dan Lamalera. Lyra mendapatkan kabar tentang tragedi terseretnya nelayan oleh ikan paus dari sebuah surat yang dibawa Anthony untuk Lyra di Bali tetapi semua itu menjadi sebuah tanda tanya besar dalam hati Lyra siapa sesungguhnya yang sudah mengirim surat itu untuk Lyra namun pergulatan batin itu dipendam oleh Lyra

(45)

29

karena sekarang Lyra merasa beruntung dengan kehadiran Anthony bisa membawa Lyra sampai di Lamalera dengan selamat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kutipan:

(11) Saya tidak mengenal siapapun di sana,” jawab Lyra.Ada Anthony ”jawab Anthony dengan yakin.”percayalah!” (Banda,2017:353)

Penolong ketiga adalah Paulus Lelarat. Lelarat membantu Lyra untuk mencari tahu kebenaran dan asal-usul yang sengaja disembunyikan oleh orang-orang Lamalera. Lelarat adalah saudara dari Arakian walaupun Lelarat membenci Arakian tetapi dengan bencana yang dialami ketika berada di Samudra, Lelarat berubah menjadi bapak yang baik untuk Lyra dan membantu Lyra mencari tahu asal-usulnya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kutipan:

(12) Gerbang Lamalera adalah laut dan pantai Lamalera. Ina Lera sudah berani datang dari gerbang, dan pulanglah juga dari gerbang. Pulanglah dengan kebenaran (Banda,2017:481)

Kehadiran aktan penolong seperti Mariana, Anthony dan Lelarat membantu Lyra untuk menemukan Arakian dan Leluhur di Pantai Lamalera, ada beberapa tokoh yang tidak dimasukkan dalam aktan penolong seperti Ibu Mien dan Dika karena kedua tokoh ini hanya sebagai tokoh yang menunjang alur cerita dalam novel ini.

2.2.5 Penentang

Penentang (opponent) adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha subjek untuk mendapati objek. Aktan penentang yang

(46)

30

muncul diantaranya Romansyah, Boli, Agustina, Kia dan Pito, kelima Aktan penentang ini berusaha untuk menghalangi perjalanan Lyra untuk tidak sampai di Lamalera dan bertemu dengan Arakian. Masing-maisng aktan memiliki tujuan tersendiri dalam menghalangi Lyra.

Aktan penentang pertama adalah Romansyah yang merupakan Ayah tiri Lyra, masa kecil Lyra dihabiskan bersama ayah tiri dan bahkan Lyra mendapatkan perlakuan kasar dari ayah tirinya dengan semua kejadian itu akhirnya Lyra menyadari bahwa Romansyah bukan ayah kandungnya tidak berhenti sampai di situ Romansyah tidak ingin Lyra dan Dika mengetahui siapa ayah kandung mereka. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(13) Laki-laki ini! Laki-laki ini” Roman merobek-robek foto dengan kebencian. Diam-diam kamu ajarkan sejak kecil pisah dari saya, ayah mereka (Banda,2017:332)

Aktan penentang kedua adalah Boli. Boli tidak ingin Lyra sampai ke Lamalera karena jika Lyra sampai ke Lamalera, semua rencana yang sudah disusun Boli bisa terbongkar dan Boli tidak ingin Lyra bertemu dengan Arakian di Lamalera. Hal ini dapat ditunjuk melalui:

(14) Kamu sanggup ke Lembata? Sanggup jalan kaki di atas tebing sejauh 45Km? sudahlah pikirkan hal lain saja jangan Lamalera (Banda,2017:47)

Aktan penentang ketiga Agustina, kekasihnya Boli yang berada di Lamalera. Rencana yang disusun Boli sudah matang dia menyuruh Agustina untuk melancarkan rencananya dan membuat Lyra untuk tidak

(47)

31

sampai ke Lamalera. Agustina melakukan segala perintah Boli dengan baik dalam perjalanan menuju ke Lamalera di dalam kapal Feri Ile Boleng Agustina menjalankan rencananya. Hal ini ditunjukkan melalui:

(15) Banyak orang berduka karena persitiwa ini untuk apa Lyra ke sana ingin mencari apa di sana, anda mau juga dimarahi kah? kata agustin (Banda, 201:292).

Aktan penentang keempat adalah Kia dan Pito. Masa lalu Arakian menjadi duka untuk masyarakat Lamalera terutama Kia dan Pito. Kebencian yang terpancari di mata Kia dan Pito. Dendam masa lalu membuat Kia dan Pito begitu membenci Mariana maupun keluarganya. Hal ini ditunjukkan melalui:

(16) tidak penting, Bu! Sama sekali tidak penting. Arakian akan mengusir mereka seperti dulu Arakian diusir. Saya pun tidak mau melihat luka batinnya berdarah lagi. Saya juga akan berdiri di depan dan menghadang kedatangannya dengan cara saya!”. “mungkin saja anaknya yang datang. Kalau benar-benar mereka memiki anak.” “saya hadang dan tendang,”jawab Kia. (Banda, 2017:323 ).

Setiap aktan penentang berusaha menjalankan fungsinya masaing-masing dengan baik. Masa lalu Arakian dan Mariana membawa luka dan duka cita untuk masyarakat Lamalera terutama untuk Kia dan Pito, semua bencana yang terjadi mengingatkan mereka pada dosa masa lalu yang belum terselesaikan antara Arakian dan Mariana bahkan kehadiran Lyra di Lamalera mendapatkan penolakkan dari masyarakat Lamalera terutama Kia dan Pito karena Lyra dianggap sebagai anak dari dosa masa lalu.

(48)

32 2.2.6 Penerima

Penerima atau receiver adalah aktan sesuatu atau seseorang yang menerima objek yang diusahakan atau dicari subjek. Dalam novel ini penerimanya adalah Lyra dan Arakian. Keduanya akhirnya dipertemukan di Lamalera bisa saling memanggil anak dan bapak.

Dengan perjalanan yang begitu panjang dialami oleh Lyra dan Arakian akhirnya mereka bisa dipertemukan di Lamalera kembali. Lyra melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Bali menuju ke Kupang lalu dari Kupang ke Larantuka dan akhirnya tiba di Lamalera dan Arakian pun melakukan perjalanan panjang dari Australia menuju ke Kupang lalu ke Larantuka dan sampai ke Lamalera.

Sudah 27 tahun mereka berdua dipisahkan namun dengan kejadian ini akhirnya Lyra dan Arakian kembali dipertemukan di Lamalera tempat asal-usul Lyra dan Arakian. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(17) “Bapa,” Lyra memanggil perlahan dan membuka mata hitamnya. Arakian menoleh dan tatapan mata anak dan bapanya tak terhindarkan lagi. Saling menatap. Lyra benar-benar terlena dalam tarikan mata Arakian (Banda,2017:432).

Kajian pertama dalam novel Suara Samudra Catatan dari Lamlera, skema aktansial melibatkan Lyra dan Arakian. Dalam skema ini Lyra sebagai subjek berusaha untuk mencari dan menemukan objek yaitu Leluhur dan Arakian. Perjalanan Lyra begitu panjang dari Bali menuju ke Kupang, Larantuka dan Lamalera.

(49)

33

Pergulatan batin yang dirasakan Lyra membuat Lyra memberanikan diri untuk pergi ke Lamalera seorang diri dan mencari tahu asal-usul dirinya namun keberanian Lyra diuji ketika berada di Kupang dan bertemu dengan Agustina, Kia dan Pito, ketiga orang Lamalera ingin tidak menerima kedatangan Lyra di Lamalera karena dianggap membuka luka masa lalu dengan kehadiran Lyra akan menambah luka untuk masyarakat Lamalera, ketiga orang ingin berusaha untuk mengusir Lyra kembali ke Bali tetapi Anthony menolong Lyra dalam perjalanan itu dengan kehadiran Anthony membuat Lyra merasa lebih baik dari sebelumnya bahkan satu-satunya orang Lamalera yang menerima Lyra adalah Paulus Lelarat.

2.3 Struktur Aktansial Lyra dan Mariana: Mengungkap Relasi Anak dan Ibu

Kajian Struktur Aktansal ini menceritakan bagaimana perjalanan kisah cinta dari Arakian dan Mariana hingga melahirkan Lyra dan Dika. Kepergian Mariana dari kehidupan Arakian membuat Arakian menjadi seorang lamafa yang lemah dengan memikul beban masa lalu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang terjadi dengan peledang ini dan tahun-tahun yang pahit ketika Arakian kehilangan segalanya bahkan harganya dirinya sendiri.

Peledang telah dinodai, anak-anak dan perempuan menangis karena lamafa

tidak pergi ke laut setelah bertahun-tahun. Semua kekacauan itu dirasakan oleh Arakian. Masa lalu mengantarkan Arakian pada luka yang dialami oleh masyarakat Lamalera karena Arakian sudah tidak pergi melaut dan sudah lama lumpuh menjadi lamafa.

(50)

34

Ketika beranjak dewasa, Lyra memberanikan diri untuk pergi ke Lamalera dan mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi, begitu banyak teka-teki yang muncul tentang peledang dan gripe bahkan ketika Lyra memutuskan untuk mencari tahu asal-usul dan ayah biologis. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(18) Rahasia apakah yang disembunyikan ibu dengan peledang ini?” Lyra bertanya-tanya dalam hati, (Banda; 2017:458).

(19) Ibu, ada apa dengan gripe?. Beberapa kali dia mencoba mengerti apa makna gripe bagi ibunya, tetapi dia tidak menemukan jawaban apa-apa. (Banda,2017:460)

Dalam perjalanan Lyra ke Lamalera mendapatkan banyak tantangan baik dari Boli yang sudah sakit hati atas perbuatan Arakian dan Marianan karena melukai

Peledang dengan perbuatan mereka dan meninggal luka untuk masyarakat

Lamalera. Hal ini dapat ditunjukkan melalui

(20) Peledang sudah bertahun-tahun tidak menjalankan fungsinya. Luka hati palendang telah berkarat.aku anak cucu tanah, rumah adat dan suku yang dikhianati sejak kesucian pelendang dilanggar. (Banda, 2017:33)

(51)

35

Fungsi-fungsi aktan yang terdapat pada novel Suara Samudra Catatan dari

Lamalera dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5

Skema Aktansial Lyra dan Mariana

Dari skema aktan pada gambar 5, fungsi atau kedudukan masing-masing aktan pada novel Suara Samudra Catatan dari Lamalera adalah sebagai berikut.

2.3.1 Pengirim

Pengirim atau sender adalah kisah cinta Arakian dan Mariana. Kisah keduanya sebagai pengantar awal dalam alur cerita novel Suara

Samudra Catatan dari Lamalera Menimbulkan konflik ketika cinta

Arakian dan Mariana tidak mendapatkan restu dari orangtua Mariana.

PENGIRIM

Kisah cinta Arakian dan Mariana

OBJEK

Arakian, Peledang dan Gripe

PENERIMA

Arakian dan Lyra

PENOLONG

Anthony dan Lelarat

PENENTANG

Boli, Kia dan Pito

SUBJEK

(52)

36

Arakian bahkan direndahkan dan dilaporkan ke polisi oleh orangtua Mariana. Keduanya dipisahkan secara kejam tetapi tanpa diketahui banyak Mariana diam-diam sudah mengandung anak kembar: Lyra dan Dika.

(21) Setelah kabar lulus, Mariana nekat ikut lagi tetapi kali ini tanpa ijin orang tua. Orang tuanya marah besar sampai melaporkan Arakian ke polisi. Ternyata urusannya jadi panjang. Konsentrasi pada beasiswa jadi terbengkelai. Hanya karena mau memperjuangkan cintanya pada Mariana. Yang penting bagi Mariana dan hanya Mariana. (Banda,2017:308)

2.3.2 Objek

Objek (object) yang dicari dalam novel ini ada dua. Objek pertama adalah Arakian, dan objek kedua adalah Peledang dan Gripe. Peledang adalah sebuah simbol luka batin yang di alami oleh masyarakat Lamalera karena perbuatan masa lalu Arakian dan Mariana. Peledang menjadi saksi perjalanan kisah Arakaian dan Mariana, Arakian dan Mariana telah melakukan hubungan terlarang di dalam Peledang bukan hanya kenangan tentang Peledang ternyata ada Gripe.

Gripe menyimpan begitu banyak kenangan antara Arakian dan Mariana. Gripe sendiri merupakan tangan penghubung antara Lamalera A dan Lamalera B. Ketika Mariana pergi dan menghilang dari kehidupan Arakian. Peledang menjadi tidak terurus bahkan kenangan bersama Mariana selalu membuat Arakian menjadi laki-laki yang lemah untuk menghadapi semuanya itu dan tidak ingin pergi ke laut dalam beberapa

(53)

37

tahun dan tidak menjadi seorang lamafa. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(22) “Lamalera sudah hancur sejak gripe dicemarkan “Tanya pada ibu Anda! Ibu Anda pasti akan menjelaskan apa itu gripe dan mengapa

gripe sampai hancur. (Banda,2017:418).

(23) Peledang, sudah bertahun-tahun tidak menjalankan fungsinya. Luka hati Peledang telah berkarat. (Banda,2017:33)

2.3.3 Subjek

Subjek (subject) dalam novel ini Lyra sebagai subjek yang ingin mencari tahu bagaimana objek (Arakian, Peledang dan Gripe) yang sengaja ditutupi selama 27 tahun oleh Arakian dan Mariana ketika sampai di Lamalera Lyra ingi mencari tahu apa sesungguhnya yang ditutupi oleh Arakian dan Mariana tentang Peledang dan Gripe dan kenapa begitu banyak hati yang terluka dengan itu. Hal ini ditunjukkan melalui:

(24) Bapa Aku datang ke tanah yang asing ini untukmu. Sendirian. Berani karena tujuan. Maukah engkau mendengarkan kisahku tentang rindu (Banda,2017:28).

(25) Ibu, saya ada di sini. Apa yang engkau tahu tentang gripe,Bu? kuatkanlah saya, bu sebentar lagi putrimu akan menjejakkan kakinya di tanah leluhurnya (Banda,2017:419)

2.3.4 Penolong

Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang membantu atau mempermudah subjek dalam mendapatkan objek. Aktan penolong yang membantu Lyra menemukan jawaban Peledang dan Gripe adalah Anthony dan Lelarat. Perjalanan Lyra tidak berhenti ketika dia

(54)

38

sampai di Lamalera tetapi semua kejadian masa lalu Arakian dan Mariana menjadi salah satu tujuan Lyra menginjakkan kaki di Lamalera, kehadiran Anthony dan Lelarat membantu Lyra membuka semua dosa dan luka masa lalu yang sudah dipendam begitu lama oleh Arakian dan Mariana. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(26) Sebagaimana ina ingin memulai dari Gripe, saya juga sesungguhnya selalu mulai dari sana. Gripe sebuah tempat pertemuan dan perpisahaan. Sebuah tempat harapan dan tujuan. (Banda,2017:479)

Banyak orang yang tidak menginginkan kehadiran Lyra di Lamalera karena kedatangan Lyra dianggap sebagai sebuah bencana dan membuka luka lama untuk masyarakat Lamalera bahkan saudara Arakian baik Kia maupun Pito tidak ingin Lyra sampai ke lamalera tetapi Lyra mendapatkan dukungan dari Lelarat. Lelarat adalah sepupu dari Arakian. Hal ini dapa ditunjukkan melalui:

(27) Tidak apa-apa. Cari kebenaran itu sampai ketemu. Jangan takut. Hadapi kebenaran denngan berani karena ina benar kata Lelarat dengan yakin. (Banda,2017:444)

2.3.5 Penentang

Penetang atau oppoment dalam novel ini adalah aktan seseorang yang menghalangi usaha Lyra sebagai subjek untuk mendapatkan objek. Kedatangan Lyra di Lamalera tidak disambut dengan baik oleh Kia dan Pito, kedua sepupu Arakian ini begitu membenci Lyra karena mereka tahu bahwa Lyra adalah anak dari Arakian dan Mariana, dengan kehadiran Lyra

(55)

39

di Lamalera akan membuktikan bahwa Arakian sudah gagal menjadi seorang lamafa dan mempunyai dosa masa lalu.

Kia dan Pito menyusun rencana dan menyampaikan kepada Arakian untuk mengusir Lyra dari Lamalera karena kehadiran Lyra akan membuka kembali luka lama yang sengaja ditutup dan Arakian akan dikenal sebagai lamafa yang tidak bersih dan jujur. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(25) Kalau anak itu juga tiba bersama kita di Lamalera, itu sama dengan kita telanjangi diri kita sendiri di hadapan semua orang dari suku, semua rumah adat dan semua perahu. (Banda,2017:400)

(26) Akan jelas di mata semua orang Engko Lamafa. Engko tidak bersih. Dia anak haram dan segala rasa sakit yang pernah dijejalkan ke dalam hati dan pkiran kita sejak dulu samapi sekarang. (Banda,2017:401).

(27) Bagaimana kalau itu anak perempuan tetap pulang ke lamalera tanya Pito. (Banda, 2017:408)

(28) Harga diri, martabat, adat, suku, pelendang dan keluarga besar kita. Sadarlah arakian. Engko tidak boleh jerumuskan kami semua, keluargamu, rumahmu, anak cucu kita (Banda,2017:402)

Boli meyakinkan dirinya sambil mengatur rencana. Ia akan segera menyampaikan apa yang harus dilakukan Agustin tunangannya untuk menghentikan Lyra dan tidak membiarkan dia sampai ke Lamalera dengan selamat. Jika berhadapan dengan Lyra di Pelabuhan Bolok Kupang, Agustin harus menjelankan tugas yang diberikan oleh Boli karena masa lalu Mariana dan Arakian sudah membuat Peledang tidak menjalankan

(56)

40

fungsinya lagi bahkan kesucian Peledang sudah dilanggar dan dihianati. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan :

(29) Luka hati Peledang telah berkarat. Aku anak cucu tanah, rumah adat, suku yang dikhianati sejak kesucian peledang dilanggar. Biar saja!Biar saja balasan itu menghadang di tempat kejadian perkara! (Banda,2017:33-34).

2.3.6 Penerima

Penerima atau (receiver) adalah aktan seseorang yang menerima objek yang diusahakan oleh subjek. Aktan penerima adalah Arakian dan Lyra setelah melewati begitu banyak tantang dalam perjalanan menuju ke Lamalera, akhirnya Lyra sampai di lamalera dengan selamat.

Kedatangan Lyra di lamalera tentu memunculkan konflik baik dari keluarga Arakian maupun dari dalam dirinya Lyra sendiri namun berkat tekad yang bulat akhirnya Lyra dipertemukan dengan Arakian dan sambil memanggil anak dan ayah.

Lyra akhirnya mengetaui asal-usul dirinya bahkan Lyra mengetahui siapa sebenarnya yang sudah mengirimkan kain untuk diirnya waktu di lamalera. Permintaan maaf Arakian dan pertobatan yang dilakukan oleh Arakian untuk kembali menjadi seorang Lamafa yang Ola

nula, kembali bersih dengan menerima segala bentuk dosa masa lalu.

(31) Sejak melihatnya di Pelabuhan Waibalun, Arakian tahu itulah Aurelia Lamberta Lyra anaknya. Kakak kembar Pater Lama. Arakian terpana. Hatinya menjeritkan permohonan maaf dan rasa rindu yang meluapkan dalam dada. Dia ingin berlari memeluk anak perempuannya itu (Banda,2017: 403).

(57)

41

Dalam kajian struktur aktansial yang kedua ini adalah Lyra dan Mariana. Pergulatan batin yang dialami oleh Lyra membuat ia bertekat bulat untuk pergi ke Lamalera seorang diri. Dalam perjalanan Lyra mendapatkan tantangan yang begitu banyak baik dari Boli, Kia dan Pito namun tidak menghentikan langkah Lyra untuk sampai ke Lamalera.

Lyra sudah sampai di Lamalera dan menemukan banyak sekali teka-teki di masa lalunya Arakian dan Mariana. Kedua orang tua Lyra tersebut ternyata menyimpan begitu banyak luka dan duka di masa lalu mereka.

Peledang dan gripe menjadi saksi bisu kisah Arakian dan Mariana. Lyra

berusaha untuk mencari tahu semuanya itu dengan bantuan Anthony dan Lelarat, Lyra akhirnya mengetahui bahwa Peledang adalah sebuah perahu yang digunakan masyarakat Lamalera untuk menangkap ikan paus sudah tidak suci lagi karena perbuatan kedua orangtuanya bahkan gripe sebuah tangga yang digunakan oleh masyarakat Lamalera menjadi penghubung jalan Lamalera A dan Lamalera B sudah menyimpan begitu banyak kenangan antara Arakian dan Mariana.

Luka batin itu bermula ketika Mariana pergi karena dijemput paksa oleh orangtuanya, Arakian dipenjarakan selama beberapa hari dan Arakian berhenti menjadi seroang Lamafa karena Mariana.

Gambar

Tabel 2 Model Fungsional
Tabel 3   Poros Semantik  Poros Komunikasi
Tabel 10  Poros semantik

Referensi

Dokumen terkait