• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Landasan Teori

Teori Naratif merupakan bentuk dari teori struktural, sehingga suatu struktur naratif harus mempuyai unsur-usur pembangun yang terdiri atas unsur-unsur tertentu. Teori naratif juga merupakan salah satu pendekatan objektif karena dasar kerja teori ini pada bentuk naratif. Tujuan dari analisis struktur naratif adalah untuk mendapat susunan teks (Sonia dan Abrams Bani dalam Sugihastuti,2011:51).

Algirdas Julius Greimas (1917-1992) merupakan seorang ahli bahasa dan ahli semiotik yang berasal dari Lithuania dan banyak meneliti mitologi Lithuania, Greimas melakukan penelitian terhadap naratologi yang merupakan kombinasi antara model paradigmatis Levi-Strauss dengan model Sintagmatis Propp. Di dalam penelitian ini menggunakan naratologi A.J.Greimas (Ratna,2004:137).

Dalam melakukan perbandingan dengan penelitian Propp, objek penelitian yang dilakukan oleh Greimas tidak terbatas pada genre tertentu yaitu dongeng, tetapi diperluas pada mitos. Dengan memanfaatkan fungsi-fungsi yang sama, Greimas memberikan perhatian pada relasi, menawarkan konsep yang lebih tajam, dengan tujuan yang lebih umum yaitu tata bahasa naratif universal. Dengan menolak aturan, dikotomi yang kaku sebagaimana dipahami strukturalisme awal. Greimas pada giliran ini lebih memntingkan aksi daripada pelaku. Tidak ada subjek di balik wacana, yang ada hanya subjek, manusia semu yang dibentuk oleh tindakan, yang disebut actans dan acteurs. (Ratna 2004:138-139).

12

Taum (2011:141) mengatakan analisis naratif Greimas, meliputi dua tahapan struktur, yaitu (1) struktur lahir, yakni tataran bagaimana cerita dikemukakan dan (2) struktur batin, yakni tataran imanen, yang meliputi (a) tataran naratif analisis sintaksis (skema aktan dan struktur fumgsional) dan (b) tataran diskursif.

1.6.1 Skema Struktur Aktansial

Teori A.J Greimas sebenarnya perhalusan dari atas teori Prop, sebelumnya Propp sudah memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah karya sastra yang disebut sebagai fungsi berdasarkan teori Propp inilah Greimas mengemukakan teori aktan yang menjadi dasar sebuah analisis naratif universal (Todorov dan Teeuw dalam Taum,2011:142-143).

Greimas menyederhanakan fungsi-fungsi Propp dari 31 fungsi menjadi 20 fungsi, kemudian dikelompokan menjadi tiga struktur dalam tiga pasang oposisi biner dan dari tujuh tindakan disederhanakan menjadi enam aktan (peran, pelaku, para pembuat) yang dikelompokan menjadi tiga pasangan oposisi biner, yaitu: subjek versus objek, pengirim (kekuasaan) dan penerima (orang yang dianugerahi), dan penolong versus penentang.

Greimas tidak hanya berhenti sampai pada satu jenis tunggal melainkan sampai pada perumusan sebuah tata bahasa naratif (narrative grammar) yang universal dengan menerapkan analisis semantik atas struktur kalimat. Sebagai penganti terorinya Propp, Greimas memberikan tiga oposisi biner yang meliputi enam aktan atau peran yaitu: subjek versus objek, pengirim versus penerima, dan penolong versus penentang. (Taum, 2011: 142).

13

Ketiga pasangan oposisi biner ini merupakan pola dasar yang selalu berulang dalam semua cerita yang membentuk tata bahasa penceritaan

(narrative grammar) .

Jika disusun dalam sebuah tabel pola peranan aktansial, ketiga oposis fungsi aktan yang terdiri dari enam aktan tersebut tampak dalam sebuah bagan alur (flow chart) sebagai berikut (Taum, 2011:143).

Tabel 1

Pola Aktansial Greimas

Yang dimaksud dengan aktan adalah satuan naratif terkecil, berupa unsur sintaksisi yang mempunyai fungsi tertentu. Aktan merupakan peran-PENGIRIM (Sender) OBJEK (Object) PEMBANTU (Helper) PENENTANG (Opponent) PENERIMA (Receiver) SUBJEK (subject)

14

peran abstrak yang dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku. Fungsi adalah satuan dasar cerita yang menerangkan tindakan logis dan bermakna yang membentuk narasi.

Tanda panah dalam skema pada tabel merupakan unsur penting yang menghubungkan fungsi sintaksis naratif masing-masing aktan. Tanda panah dari pengirim yang mengarah ke objek berarti ada keinginan dari pengirim untuk mendapatkan, menemukan, atau memilih objek. Tanda panah dari objek ke penerima berarti objek yang diusahakan oleh subjek dan dinginkan oleh pengirim diserahkan atau ditujukan kepada penerima. Tanda panah dari pembantu menunjukkan bahwa pembantu memudahkan subjek untuk mendapatkan objek. Sebaliknya tanda panah dari penentang mempunyai kedudukan untuk menentang, menghalangi, mengganggu, merusak atau menolak usaha subjek. Tanda panah dari subjek menuju objek berarti subjek bertugas menemukan atau mendapatkan objek yang dibebankan oleh pengirim (Taum, 2011:145).

Adapun fungsi dari masing-masing aktan sebagai berikut:

1) Pengirim (Sender) adalah aktan (seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita.

2) Objek (object) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang dituju, dicari, diburu atau diinginkan oleh subjek atas ide dari pengirim. 3) Subjek (subject) adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang)

yang ditugasi pengirim untuk mencari dan mendapatkan objek. 4) Penolong (helper) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

membantu atau mempermudah usaha subjek atau pahlawan untuk mendapatkan objek.

5) Penentang (Opponent) adalah aktan (seseorang atau sesuatu) yang menghalangi usaha subjek atau pahlawan dalam mencapai objek. 6) Penerima (Receiver) adalah aktan (sesuatu atau seseorang) yang

menerima objek yang diusahakan atas atau dicari oleh subjek. (Zaimar dan Suwondo dalam Taum,2011:146)

15 1.6.2 Struktur Fungsional

Struktur fungsional berfungsi untuk menguraikan peran subjek dalam melaksanakan tugas dari pengirim yang terdapat dalam peristiwa yang yang dialami oleh subjek (Taum,2011:146)

Struktur fungsional dibagi menjadi tiga bagian yaitu (I) situasi awal, (II) transformasi, dan (III) situasi akhir. Struktur fungsional dibentuk bagan sebagai berikut.

Tabel 2 Model Fungsional

I II III Situasi Awal Transformasi Situasi Akhir Tahap Uji Kecakapan Tahap Utama Tahap Kegemilangan 1) Situasi Awal

Cerita mengambarkan keadaan sebelum ada suatu peristiwa yang mengganggu keseimbangan (harmoni). Dalam tahap awal, subjek mulai mencari objek, terdapat berbagai rintangan, disitulah subjek megalami kecakapan (Taum, 2011:47).

2) Transformasi

Tahap transformasi meliputi tahap uji kecakapan, tahap utama dan tahap kegemilangan, ketiga tahapan cobaan ini menunjukan usaha subjek untuk mendapatkan objek.

16

Dalam tahap ini muncul pembantu dan penentang. Tahap cobaan utama berisi gambaran hasil usaha subjek dalam mendapatkan objek. Dalam tahap utama ini sang pahlawan pulang. Tahap cobaan kegemilangan merupakan bagian subjek dalam menghadapi pahlawan palsu maka subjek adalah pahlawan palsu (Taum, 2011:147).

3) Situasi akhir

Situasi akhir berarti keseimbangan, situasi telah kembali seperti semula dan semua konflik telah berakhir. Disinilah cerita akhir dengan subjek yang berhasil atau gagal mencapai objek (Taum, 2011:147).

1.6.3 Poros Semantik

Poros semantik digunakan untuk mengungkapkan tujuan cerita. Menurut Greimas, analisis naratologi harus sampai pada tataran diskursif, yaitu kajian untuk mengungkap tiga poros semantik dan menjelaskan secara detail hierarki oposisi dalam teks berdasarkan gerak pencarian antara subjek dan objek. (Astuti dan Taum,2018:38)

Diantara ketiga oposisi biner, pasangan oposisi subjek-objek adalah manusia yang terpenting pada subjek terdiri atas pelaku sebagai manusia sedangkan objek merupakan sebuah kehendak yang mesti dicapai seperti kebebasan, keadilan dan kekayaan. (Ratna,2004:139)

17

Tabel 3 Poros Semantik

Poros Komunikasi

Pengirim OBJEK Penerima

Poros Pencarian (desire)

Penolong SUBJEK Penentang

Poros Kekuatan

Tiga poros semantik Greimas diantaranya.

1. Poros Pengetahuan --- Axis of Knowlegde adalah poros pengetahuan merefleksikan dinamika kepemilikan pengetahuan (dinamics of

knowledge possession ) antara pengirim (sender) dan penerima (receiver)

2. Poros Pencarian --- Axis of Desire hal yang dinginkan atau diperjuangkan oleh subjek dari objek.

3. Poros Kekuatan ---Axis of Power adalah kekuatan atau kemampuan yang dimiliki untuk mencapai keinginan, atau justru sebaliknya kekuatan penentang yang menghambat tercapainya tujuan (Eldridge, 2017: 146-147).