• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Aktansial Arakian dan Adat Lamalera: Mengungkapkan ketegangan

Penangkapan ikan paus terikat pada tata aturan tradisi yang diwariskan secara turun temurun dan dari generasi ke generasi diantaranya Perra Koteklema jika ada ikan paus nampak ke permukaan laut (biasanya disertai dengan semburan air laut) maka langkah pertama yang dilakukan adalah layar dan tiang diturunkan dengan cara seperti ini memberikan simbol bahwa perahu tersebut sedang menyiapkan diri untuk menangkap ikan paus.

Setelah layar dan tiang diturunkan pemimpin lamafa dan seluruh awak perahu berdoa bersama kemudian lamafa memercikkan ari berkat/suci sebagai tanda menyucikan diri. tahapan ini merupakan masa tabu. Semua awak perahu tabu untuk mengucapkan kata-kata kasar/tidak senonoh terhadap satu dengan yang lainnya. Disamping itu, para wak perahu tabu menyebutkan/memanggil nama awak perahu yang berhubungan dengan nama tempat: Serani, Kupa. Pantangan ini ditaati oleh seluruh awak perahu jika ada pelanggaran terhadap pantangan ini akan muncul musibah (Oleona dan Bataona,2001:89-90)

Pergulatan yang dialami oleh Arakian mengantarkan Arakian menjadi lamafa yang begitu lemah dengan beban masa lalu. Peledang sudah tidak melaut lagi selama beberapa tahun terakhir karena Arakian lumpuh menjadi seorang lamafa namun peledang Martiva Pukan harus diperbaharui tanpa adanya pengakuan dosa dan pertobatan diri sendiri oleh Arakian.

Pergulatan itu kembali berkelanjutan diantara Arakian dan Lelarat, kebencian yang dibawah Lelarat sampai ke laut menunjukan bahwa akan terjadi sebuah musibah yang menimpa mereka. Hal ini akan ditunjukkan melalui.

43

(32) “Huh, dasar banci!” Lelarat meludah sebelum pergi. Kebencian pada Arakian memang sudah berurat akar. Sejak Ina Yosefina meninggalkannya dan memilih Arakian (Banda:2017:59)

Arakian mengalami pergulatan batin dengan dirinya sendiri bahkan menimbulkan kebencian dalam hati Lelarat semua perasaan itu akhirnya dibongkar ketika mereka berada di atas peledang dan di tengah laut. Pengakuan tersebut mendapatkan sebuah musibah dengan terseretnya peledang Martiva Pukan selama beberapa hari di laut samudra tanpa mengetahui tujuan ke mana perahu itu berjalan dan tibalah mereka di Australia dan diselamatkan kapal pesiar Australia.

Fungsi-fungsi aktan yang terdapat pada novel Suara Samudra Catatan

dari Lamalera dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6

Skema Aktansial Arakian dan Adat Lamalera

PENOLONG (helper)

Pater Lama, kakek, Kia, Pito, Lelarat dan Ama Bisu

PENENTANG (opponent)

Ritual adat dan Batin Arakian PENGIRIM (Sender) Adat Lamalera OBJEK (object) Pertobatan Lamafa PENERIMA (receiver)

Arakian dan Lamalera

SUBJEK (subject) Arakian

44

Dari skema aktan pada (tabel 6) fungsi atau kedudukan masing-masing aktan sebagai berikut.

2.4.1 Pengirim

Pengirim atau Sender dalam novel ini adalah ritual adat dan kepercayaan masyarakat Lamalera. Kerpercayaan masyarakat Lamalera mengantarkan Arakian pada sebuah pergulatan batin. Peledang sudah lumpuh bertahun-tahun karena dosa masa lalu Arakian dan Mariana semuanya dipendam oleh Arakian selama bertahun-tahun, ketika mengalami pergulatan batin sedemikian Arakian diminta oleh masyarakat Lamalera untuk menjadi lamafa dan memperbahrui peledang untuk kembali berlayar tanpa terlebih dahulu memberikan Arakian kesempatan untuk melakukan pertobatan suci . Hal ini dapat ditujuk melalui kutipan. (33) “Mama”Arakian mengeluh dengan sedih. engko juga mesti bersih.

Kalo engko bersih, bersihmu akan melindungi semua orang yang ola nua di lauan bersamamu,”suara kakek. (Banda,2017:192)

(34) Pada malam itu pata tetua suku, keluarga Arakian, ata mola, melakukan duduk bersama membicarakan kembali seluruh proses pembuatan peledang yang dimulai dari peenebangan pohon sampai

Peledang siap turun ke laut. Pertemuan yang sifatnya reflektif ini

dilakukan agar tidak ada kerikil-kerikil yang masih ada dan belum diselesasikan(Banda, 2017:90).

2.4.2 Objek

Objek atau Object dalam novel ini adalah ikan paus. Seluruh masyarakat Lamalera memberikan harapan dan kepercayaan kepada seluruh nelayan untuk kembali membawa ikan paus yang merupakan sumber kehidupan mereka. Pada tahap Lamafa mulai mempersiapakan diri untuk menikam ikan pasu, lamafa dibantu oleh breung alep (asisten

45

lamafa untuk memperlancar proses penikam ikan paus dengan

menggunakan tempuling.

(35) Tahun pada musim leva. Sang raja laut menanam ikan yang sudah siap dipanen. Karena kolamnya adalah kolam raksasa, maka ikan yang ditanam oun jenis ikan raksasa. Koteklema atau ikan paus. Musim leva dimulai satu mei dan berakhir tiga puluh satu Oktober setiap tahun. Jika di kolam raksasa ini panenan tiba sebelum waktunya, itulah rahmat yang mesti disambut dengan tarian gembira. (Banda,2017:129).

2.4.3 Subjek

Subjek atau subject adalah aktan pahlawan (sesuatu atau seseorang) yang ditugasi pengirim untuk mendapatkan objek dalam novel ini yang menjadi subjek adalah Arakian yang merupakan seorang ;amafa yang diberi kerpercayaan penuh oleh masyarakat Lamalera untuk menikam ikan paus di samudra dan membawa kembali ke Lamalera dengan selamat untuk dipotong dan dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat Lamalera. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(36) “ini kesempatanmu Arakian! Kesempatan emas di depan mata! Kembalikan keperkasaanmu sebagai lamafa! Sekarang juga! Ayoh, loncat!” Arakian memerintah dirinya sendiri. Dia ragu-ragu. Sudah begitu lama tidak memegang tlake si bambu tempat pegangan kaffe

numung, tidak meloncat ke atas langit dan menjatuhkan kaffe numung

atau tempuling ke tubuh koteklema dengan segenap kekuatan dirinya. (Banda, 2017:165).

2.4.4 Penolong

Penolong atau helper adalah aktan seseorang yang membantu subjek untuk mendapatkan objek. Arakian sebagai subjek mengalami pergulatan dalam hatinya ada ketakutan terbesar dalam dirinya menjadi seorang lamafa bahkan untuk menaklukan Koteklema namun Arakian tidak

46

sendirian dia di bantu oleh Kakek, Ama bisu, Kia, Pito dan Lelarat dalam menaklukan Koteklema.

Arakian melakukan kesalahan saat menikam ikan paus, Arakian menikam ikan paus yang seguni artinya ikan paus tersebut memiliki anak dan masih menyusui dalam tradisi penangkapan ikan paus itu sangat dilarang keras tetapi Arakian melalukan kesalahan tersebut.

(37) “Jika engko jadi lamafa, engko harus kenal bae-bae setiap koteklema. Jangan tikam bayi koteklema. Jangan tikam koteklema yang ada kasih susu dia punya anak..”ambilah yang boleh engko ambil. Kalu salah ambil tidak hanya koteklema yang marah, tetapi laut ikut marah, angina, bulan, bintang dan matahari juga. (Banda,2017: 190)

2.4.5 Penentang

Penentang atau opponent adalah aktan seseorang yang menghalangi usaha subjek untuk mencapai objek. Penentang dalam novel ini adalah ritual atau adat yang dipercayai oleh masyarakat Lamalera. Masyaraat Lamalera mempercayai bahwa seorang Lamafa harus seseorang yang bersih hati, bersih perbuatan dan bersih pikiran sedangkan Arakian dengan masa lalu yang belum terselesaikan dituntut untuk menjadi seorang

lamafa. Hal ini dapat ditunjukkan melalui:

(38) Pertemuan yang sifatnya reflektif ini dilakukan agar tidak ada kerikil-kerikil yang masih ada dan belum diselesaikan. Supaya lurus jalan menuju laut (Banda, 2017:90).

Pergulatan batin yang dialami oleh Arakian ketika berada di

Peledang membuat Arakian kembali mengingat masa lalu bersama

47

dirasakan oleh Arakian belum terselesaikan ketika berada di darat. Hal ini ditunjukkan melalui:

(39) Benarkah yang mampu menghapus luka hanya pertobatan dan rekonsiliasi. Benarkan mereka berada bersama ikan raksana yang datang menyerahkan diri. Ya Tuhan ampunilah kesalahanku (Banda, 2017:167)

(40) “saya sudah menebusnya!’ kata arakian. “sudah lebih dua puluh tahuan. Saya pikir sudah menebusnya. Inilah saat yang tepat untuk kembali seperti dulu. Martiva Pukan berlayar lagi.” (Banda, 2017:93) (41) Ina, ama, koda kefoko bergetar hati Arakian saat leluhur dihadirkan.

Maaf, maaf, maaf Arakian berseru dalam hati. Sudah begitu lama diam, sendiri, sepi, sunyi, merana, kehilangan jiwa karena dipisahkan dari laut, dayung, pedayung, breung alpe dan uri (Banda,2017:67)

Leluhur Lamalera telah marah, Arakian salah menikam ikan paus dan melanggar semua aturan ketika berada di darat, Peledang Arakian, Kia, Pito, Ama Bisu dan Lelarat akhirnya ditarik oleh ikan paus menuju ke tengah laut samudra karena Arakian salah menikan ikan paus dan beberapa nelayan meninggal di laut atas perbuatan Arakain. Semua kejadian itu membuat Arakian semakin merasa bersalah dan meminta ampun kepada leluhur dan kesempatan untuk kembali ke Lamalera dan melakukan pertobatan suci. Hal ini ditunjukkan melalui:

(42) Ini seguni yang beranak. Seguni kasih suus anak. Kita tidak boleh mengambilnya. Terdengar sebuah suara di dalam Martiva Pukan (Banda, 2017:163)

2.4.6 Penerima

Penerima atau receiver adalah seseorang yang menerima objek yang diusahakan. Masyarakat Lamalera sangat menanti kepulangan para nelayan karena kepulangan mereka membawa ikan paus ke darat yang

48

menjadi sumber kehidupan mereka, tanpa ikan paus masyrakat Lamalera tidak bisa bertahan hidup karena struktur tanah tidak memungkin mereka bercocok tanam. Hal ini ditunjukkan melalui.

(43) Kali ini koteklema menyerahkan diri pada bulan maret. Hati Arakian berbunga-bunga karena dia dapat memenuhi permintaan Anthony untuk mendapat dan membawa daging ikan paus yang masih segara ke lembata besok.(Banda, 2017: 129).

(44) Martiva Pukan kian lama kian dekat. Para awalnya berupaya menghindari anak panah yang berterbangan. Beberapa laki-laki terjun ke laut untuk merampok langsung pelendang. Suasana begitu ramai antara mempertahankan dan mendapatkan (Banda,2017:106)

Semua bencana yang menimpa para nelayan terutama Arakian membuat Arakian menyadari bahwa bencana yang terjadi karena perbuatan dirinya sendiri dan dosa yang dibawa. Dengan semua bencana ini Arakian ingin kembali ke Lamalera dengan selamat dan mengakui dosa serta meminta maaf kepada seluruh masyarakat Lamalera.

Di tengah samudra, Arakian meminta kesempatan kepada leluhur untuk bisa kembali di Lamalera dan melakukan pertobatan suci. Hal ini dapat ditunjukkan melalui.

(45) Dia menyadari kini hubungannya dengan Mariana mesti diakhiri dengan tanggung jawab dan keberanian untuk mengakui dengan jujur dan memohon maaf kepada Mativa Pukan (Banda,2017:76)

(46) Martiva Pukan dan para nelayan yang telah kembali akan disambut denan acara adat dan misa syukur (Banda, 2017:436)

49