• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MACHIAVELLIAN, EQUITY SENSITIVITY DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PERSEPSI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of MACHIAVELLIAN, EQUITY SENSITIVITY DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PERSEPSI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

899

MACHIAVELLIAN, EQUITY SENSITIVITY DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PERSEPSI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau)

Nadya Berlianti1, Siti Samsiah2, Annie Mustika Putri3, R. Septian Armel4, Siti Rodiah4

1,2,34Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru Indonesia

*Corresponding author: siti.samsiah@umri.ac.id ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Machiavellian, Equity Sensitivity, Religiusitas Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak di Universitas Muhammadiyah Riau. Saat ini mahasiswa telah mempelajari mata kuliah perpajakan dan etika bisnis dan dalam penelitian ini apakah variabel-variabel tersebut mempengaruhi persepsi etika penggelapan pajak terhadap mahasiswa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Uji coba instrumen dianalisis dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 29. Dari hasil yang telah dilakukan terhadap Machiavellian, equity sensitivity dan religiusitas menunjukkan hasil positif yang signifikan mempengaruhi persepsi etika penggelapan pajak yang dilakukan pada mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau.

Kata kunci: Persepsi Etika Penggelapan Pajak, Machiavellian, Equity Sensitivity, Religiusitas.

Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang perekonomiannya terutama dibentuk oleh pajak. Pajak Sendiri Menurut Undang-Undang Nomor 24.2007 Ketentuan umum tentang perpajakan adalah kewajiban hukum orang pribadi atau badan hukum terhadap negara dan melayani kepentingan negara dan kesejahteraan rakyat, tanpa menerima langsung kompensasi.

Menteri Keuangan (MenKeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pendapatan negara APBN Tahun 2022 terealisasi Rp2.626,4 triliun atau 115,9% dari target berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 sebesar Rp2.266,2 triliun. Realisasi ini tumbuh 30,6% sejalan dengan pemulihan ekonomi yang semakin kuat dan terjaga serta dorongan harga komoditas yang relatif masih tinggi. Dari total realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp2.034,5 triliun atau 114% dari target Perpres 98/2022 sebesar Rp1.784 triliun, tumbuh 31,4% dari realisasi tahun 2021 sebesar Rp1.547,8 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan ini didukung oleh penerimaan pajak dan kepabeanan dan cukai. Penerimaan pajak berhasil mencapai Rp1.717,8 triliun atau 115,6% berdasarkan target Perpres 98/2022, tumbuh 34,3% jauh melewati pertumbuhan pajak tahun 2021 sebesar 19,3% (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2023).

Namun realisasi yang tercapai tidak sesuai dengan beberapa oknum yang masih melakukan penggelapan pajak, masih banyak oknum yang melakukan tindakan penggelapan pajak dengan berbagai cara. Di Indonesia, kasus penggelapan pajak meningkat dari tahun ke tahun, hal ini tidak dapat dipungkiri karena dari yang kita tahu bahwasanya penerimaan dari sektor pajak meningkat namun belum mencapai target. Menurut data dari Direktorat Jendral Pajak, Kementrian Keuangan mencatat masih tingginya kasus penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari (Riau1.com, 2022) terdapat kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh Direktur Utama PT. UG berinisial AA. Tim penyidik Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Riau, Rizal Fahmi mengatakan bahwa AA menjadi pelaku penggelapan pajak karena AA tidak melaporkan faktur pajak yang telah diterbitkan oleh PT UG sebagai pajak keluaran dalam SPT Masa PT UG. Tersangka AA

(2)

900 juga tidak menyetorkan PPN kurang dibayar dalam masa Januari dan Maret 2013, Januari sampai dengan Desember 2014, dan Januari sampai dengan Juni 2015. Kerugian negara yang ditimbulkan sebesar Rp 222 Milsebagaianiar, Atas perbuatannya, tersangka AA dinilai telah melakukan tindak pidana perpajakan. Pasal yang disangkakan yaitu pasal 39 ayat 1 huruf d dan i Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Kasus ini sebagai peringatan bagi para pelaku wajib pajak dan calon wajib pajak.

Tindakan hukum ini juga guna mengamankan penerimaan negara demi tercapainya pemenuhan pembiayaan negara dalam APBN.

Penggelapan pajak yang dimaksud adalah melakukan pengurangan jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan hingga tidak membayarkan pajak terutangnya lewat cara-cara yang ilegal. Penghindaran pajak yang dilakukan berulang bisa menjadi pemicu wajib pajak dalam melakukan penggelapan pajak. Sering kali persepsi bahwa pajak akan mengurangi jumlah pendapatan yang diperoleh wajib pajak yang memicu untuk melakukan berbagai upaya untuk menghindari pajak secara ilegal. Dalam hal pelanggaran yang dilakukan adalah wajib pajak cenderung melakukan upaya untuk tidak melaporkan jumlah pajak yang sebagaimana mestinya. Tentu hal ini termasuk tindakan kriminal karena menyalahi aturan yang berlaku dan mencakup perbuatan sengaja tidak melaporkan secara lengkap serta menyembunyikan sebagian dari penghasilan wajib pajak (Maulida, 2022)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi etika penggelapan pajak salah satunya adalah sifat Machiavellian. Sifat Machiavellian adalah salah satu sifat yang membentuk triad kegelapan (dark triad). Dark triad terbagi tiga salah satunya sifat machiavellianism. Machiavellianism dikaitkan dengan kepribadian manipulatif dan eksploitatif yang dilakukan oleh orang- orang yang berkuasa dengan bersikap manipulatif, karena penipuan dipengaruhi oleh etika dan perilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari et al., 2021) dan yang menemukan bahwa sifat Machiavellian terhadap persepsi penggelapan pajak berpengaruh positif signifikan. Dan didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Delmiyetti et al., 2022) yang menemukan hasil Machiavellian berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

Faktor kedua adalah Equity Sensitivity, Equity Sensitivity yaitu Persepsi etis seseorang yang dipengaruhi oleh prinsip keadilan. Semakin tinggi equity sensitivity yang dimiliki maka semakin tinggi perilaku etis yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki titik keseimbangan antara input dan outcomes cenderung bertindak lebih etis dibanding seseorang yang tidak memiliki sifat equity sensitivity terutama dalam membayar pajak. Equity sensitivity adalah sebuah konsep perbedaan individu dalam cara individu memandang dan bereaksi terhadap situasi yang melibatkan ekuitas atau kesetaraan. (Dwitia et al., 2020).

Penelitian yang mendukung pernyataan mengenai equity sensitivity yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Navalina et al., 2020) dan (Sari & Widanaputra, 2019) yang menunjukkan bahwa equity sensitivity berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

Faktor ketiga yang juga mempengaruhi seseorang melakukan penggelapan pajak adalah Religiusitas.Kepercayaan agama yang kuat dapat mencegah individu untuk perilaku tidak etis dengan memunculkan perasaan bersalah untuk melakukan penggelapan pajak (Karlina, 2020), karena keyakinan agama seseorang memungkinkannya untuk mengembangkan nilai- nilai moral dan mempengaruhi perilakunya dalam pengalaman hidupnya.Dengan demikian, tingkat religiusitas seseorang yang tinggi akan membuat tingkat keinginan melakukan penggelapan pajak menjadi rendah.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewanta & Machmuddah, 2019) dan (Intan Kusumawathi Nikara Ida Ayu Gde & Mimba, 2019) dengan hasil yang menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak

(3)

901 dan persepsi mahasiswa akuntansi yang artinya semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh seorang mahasiswa maka akan meningkatkan persepsi etis penggelapan pajak.

Berdasarkan pernyataan yang telah dijabarkan dan adanya perbedaan persepsi dalam penggelapan pajak (tax evasion), juga banyaknya kasus – kasus penggelapan pajak yang telah terjadi di jajaran pemerintah. Memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian pada mahasiswa S1 di Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan dalam mengembangkan pemahaman tentang bagaimana berbagai variabel machiavellian, love of money, equity sensitivity dan religiusitas terhadap persepsi etika penggelapan pajak dalam persepsi mahasiswa akuntansi. Banyak faktor yang dimungkinkan mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang praktik penggelapan pajak, diantaranya adalah pengetahuan pajak, etika, dan peran dosen (Sawitri et al., 2022). Alasan yang lebih spesifik adalah Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau disediakan berbagai ilmu mengenai perpajakan, salah satunya mengenai penggelapan pajak. Selain kemampuan teknis yang diajarkan, Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau membekali mahasiswanya dengan pendidikan etika dalam kurikulum pembelajarannya. Salah satu mata kuliah wajib yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran adalah etika profesi. Tujuan dengan adanya mata kuliah ini adalah mempersiapkan para lulusannya agar memiliki moralitas yang baik sebelum terjun ke dunia kerja serta dapat membentuk karakter mahasiswa menjadi lebih baik agar mahasiswa dapat melihat fenomena yang terjadi saat ini khususnya mengenai penggelapan pajak dari berbagai sudut pandang, tidak hanya dari sisi fiskus tetapi juga dari sisi wajib pajak.

Dengan penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat lebih meredam perilaku penggelapan pajak (tax evasion) serta tantangan dalam mengumpulkan pajak akan semakin besar dan mengingat kasus-kasus penggelapan pajak terhadap kewajiban membayar pajak semakin banyak. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi dari gabungan penelitian Andri Waskita Aji, Teguh Erawati, dan Novi Satria Dewi (2021) dan penelitian dari Navalina, Ekasari, dan Susilowati (2020). Peneliti melakukan Modifikasi dari penelitian berdasarkan fenomena gap dan research gap, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Machiavellian, Equity Sensitivity dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau)”.

Literatur Review dan Pengembangan Hipotesis Teori Atribusi

Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider (1958) yang mengatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor- faktor yang berasal dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Variabel tersebut terdiri atas dua komponen yaitu lokus pengendalian internal (internal locus of control) dan lokus pengendalian eksternal (external locus of control). Lokus pengendalian internal yaitu perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa ia mampu mempengaruhi kinerja serta perilakunya secara personal melalui kemampuan, keahlian, dan usahanya (Lubis, 2017).

Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Persepsi etika penggelapan pajak adalah tanggapan seseorang dalam menilai tindakan baik atau buruknya seseorang dalam melakukan penggelapan pajak (Ningsih & Pusposari, 2015) Persepsi etika penggelapan pajak juga merupakan suatu asumsi atau suatu informasi dari seseorang yang didapat dari pengalaman masa lalu yang sudah pernah dirasakan sendiri

(4)

902 oleh indera orang tersebut, dimana keinginan seseorang dalam membuat keputusan dan dilihat dari informasi yang diberikan oleh orang lain dalam menilai pelanggaran atau tindakan yang berlawanan dengan hukum ketika wajib pajak melakukan tindakan seperti, tidak melaporkan pendapatan yang sebenarnya atau menyembunyikan aset yang dimiliki agar jumlah pembayaran pajak menjadi lebih kecil (M. Farhan et al., 2019) menyimpulkan bahwa persepsi etika penggelapan pajak merupakan proses mengelola dan menilai informasi dari objek kejadian yang terjadi dalam tindakan usaha untuk mengurangi atau menghapus hutang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku dengan melanggar perundang-undangan.

Persepsi etika penggelapan pajak timbul dikarenakan adanya faktor-faktor yang masuk ke dalam psikologi seseorang dan akan merasuk ke dalam pikiran seseorang yang menyebabkan individu mampu mempengaruhi tindakannya dalam menilai penggelapan pajak (Mediatrix Ratna Sari et al., 2019)

1. Penggelapan pajak dikatakan tidak pernah etis karena terkait dengan adanya kewajiban manusia terhadap Tuhan, negara dan masyarakat

2. Penggelapan pajak dikatakan selalu etis terkait dengan anggapan bahwa pemerintah sepatutnya tidak menerima uang dari pembayaran pajak.

3. Penggelapan pajak mempunyai kemungkinan etis karena adanya kebenaran, situasi dan kondisi.

Dari beberapa pendapat penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa persepsi etika penggelapan pajak adalah tanggapan atau pendapat yang dimiliki setiap individu dalam memahami seseorang dengan menilai tindakan dan perilaku seseorang dalam memandang suatu pelanggaran perundang-undangan atau tindakan yang berlawanan dengan hukum, seperti dengan melakukan tindakan penggelapan pajak dan mahasiswa akan menilai bahwa perilaku tersebut etis atau tidak etis untuk dilakukan oleh seorang wajib pajak.

Machiavellian

Kepribadian Machiavellian adalah istilah untuk mereka yang punya kecenderungan berpikir strategis, menipu, dan bahkan manipulatif dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka (Sydney Anglo, 2005).

McLaughlin (1970) menyatakan bahwa manusia dalam berperilaku yang tidak etis, diekspektasikan sebagai konstruk tambahan dari pengaruh sifat Machiavellian dan membantu menstimulasi perbedaan perilaku etis. Seseorang dengan sifat Machiavellian yang tinggi cenderung memiliki sikap manipulatif, melakukan perilaku yang persuasif dalam mencapai tujuan pribadinya, lebih bersifat agresif, dan lebih suka berbohong (Farhan et al., 2019).

Beberapa keadaan di mana individu dengan karakter Machiavellian yang tinggi berkembang baik, pertama ketika mereka berinteraksi secara langsung dengan individu lain, kedua adalah ketika mereka berada pada situasi yang sedikit peraturan, sehingga kebebasan improvisasi memungkinkan terjadi dan yang ketiga adalah keterlibatan emosional dengan detail-detail yang tidak relevan dengan keberhasilan mengganggu individu Machiavellian yang rendah (Robbins dan Judge, 2008:139). Karena seseorang yang memiliki perilaku Machiavellian yang tinggi akan cenderung bertindak tidak etis dan akan melakukan penggelapan pajak daripada seseorang yang memiliki perilaku Machiavellian yang rendah.

Equity Sensitivity

Equity sensitivity didefinisikan sebagai prinsip keadilan dan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam berperilaku etis (Arthalin, 2021). Equity sensitivity merupakan suatu persepsi seseorang terhadap keadilan dengan membandingkan antara inputs dan outcomes yang diperoleh dari orang lain (Asih & Dwiyanti, 2019) . Equity sensitivity merupakan karakter individu yang berkembang bersamaan dengan perkembangan kecerdasan

(5)

903 emosional seseorang, sehingga individu dapat membuat pilihan dalam bertindak baik atau tepat tidak selalu dikaitkan langsung dengan rasa keadilan (Dwitia et al., 2020). (Asih &

Dwiyanti 2019) Berpendapat equity sensitivity cenderung menghubungkan antara perilaku dengan berbagai konsekuensinya baik manfaat atau kerugian yang mungkin akan diperolehnya apabila berperilaku tersebut (outcome evaluation).

Diantara ketiga karakter individu tersebut, individu “benevolents” sangat toleran terhadap situasi menerima bayaran yang rendah. Tingkat ketidakpuasan dan bertekad untuk keluar sangat rendah dibanding individu lainnya dalam situasi menerima bayaran yang rendah. Sebaliknya, karakter individu “benevolents” lebih memilih rasio yang relatif tinggi terhadap hasil inputs dan outcomes dari organisasi mereka. Mereka juga peduli menjaga hubungan baik dengan orang lain dan lebih menekankan pada penghargaan intrinsik (rasa bangga, kepuasan pribadi, memperoleh keterampilan baru dan merasa seperti bagian penting dalam sebuah organisasi).

Religiusitas

Religiusitas adalah sikap percaya pada Tuhan yang disertai oleh komitmen setiap individu dalam mengekspresikan ajaran-ajaran agama di kehidupan sehari-hari (Dharma et al., 2016). Menurut (Driyarkarya, 1996), kata religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya religare yang berarti mengikat. Religiusitas adalah salah satu Lembaga sosial yang paling umum yang memiliki pengaruh pada sikap masyarakat, nilai-nilai, dan perilaku baik pada tingkat individu maupun masyarakat (Karlina, 2020). (Karlina, 2020) mengatakan bahwa religiusitas merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etis individu, religiusitas ini dipercaya sebagai pencegah perilaku yang tidak etis atau pembentukan moral dan perilaku yang baik.

Hipotesis Penelitian dan Kerangka Penelitian

Kerangka pemikiran yaitu suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual

l

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Machiavellian (X1) terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y)

Machiavellianisme merupakan kepribadian yang melekat pada individu dengan indikasi kepribadian manipulatif, memiliki kecenderungan berbohong, selalu mengejar keuntungan, memiliki tingkat penyesalan yang rendah, tingkat empati rendah, serta cenderung menolak tanggung jawab atas tindakannya. Individu yang memiliki sifat ini memiliki kecenderungan

PENGARUH MACHIAVELLIAN (X1)

EQUITY SENSITIVITY (X2)

RELIGIUSITAS (X3)

PERSEPSI PENGGELAPAN PAJAK(Y)

(6)

904 untuk melakukan hal yang tidak etis dan merugikan orang lain dengan rasa penyesalan yang rendah (Wiharsianti et al., 2023).

Pendekatan Teori Atribusi dan Machiavellian didefinisikan sebagai proses dimana manipulator mendapatkan imbalan karena mereka memanipulasi sesuatu. Individu Machiavellian yang tinggi akan berbohong sehingga lebih mungkin berisiko dalam melakukan tindakan seperti penggelapan pajak dibandingkan individu dengan machiavellian yang rendah. Menurut Teori Atribusi, sifat Machiavellian adalah tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internalnya sendiri sepanjang tingkah laku itu terkendali. Sedangkan penggelapan pajak merupakan tindakan faktor eksternal yang berasal dari teori atribusi yang dipengaruhi oleh faktor internal seseorang.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari et al., 2021), (Delmiyetti et al., 2022), (Dwitia et al., 2020), (Valenty, 2022) dan (Lestari et al., 2022) yang hasil nya menunjukkan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi penggelapan pajak. Artinya semakin tinggi sikap machiavellian akan berdampak pada meningkatnya persepsi penggelapan pajak,

H1: Diduga Machiavellian berpengaruh positif terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Equity Sensitivity (X3) terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y)

Equity Sensitivity adalah tingkatan toleransi individu terhadap negative inequity atau positive inequity. Jika seseorang memiliki toleransi yang tinggi terhadap negative inequity mereka akan lebih menjaga perilaku etis mereka dan tidak terlalu mementingkan hasil kerja yang melampaui rekan kerjanya yang lain. Equity sensitivity disebut juga dengan prinsip keadilan. Prinsip keadilan ini juga mempengaruhi seseorang dalam bertindak etis dan tidak etis. Sifat-sifat yang dimiliki individu dalam equity sensitivity tersebut mempengaruhi seseorang terhadap perilakunya. Equity sensitivity ini sesuai dengan teori atribusi, dimana teori Atribusi menjelaskan kombinasi antar faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Navalina et al., 2020), (Sari & Widanaputra, 2019), menemukan bahwa equity sensitivity berpengaruh positif terhadap persepsi penggelapan pajak dan persepsi etika mahasiswa akuntansi. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3: Diduga Equity Sensitivitas berpengaruh positif terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Religiusitas (X4) terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y)

Religiusitas adalah kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti ajaran-ajaran yang diyakini oleh Allah SWT (McDaniel & Burnett, 1990). Tingkat religiusitas memegang peranan penting dalam penyelenggaraan perpajakan, dalam hal ini tidak lepas dari jenis kejujuran yang harus dimiliki oleh wajib pajak, praktisi, dan petugas pajak. Pendekatan antara Teori Atribusi sesuai dengan religiusitas yang termasuk ke dalam faktor internal yang dikendalikan di dalam diri seseorang. dan dipengaruhi oleh faktor eksternal yang dikendalikan oleh lingkungan disekitarnya

Dari penelitian yang dilakukan oleh (Dewanta & Machmuddah, 2019) dan (Intan Kusumawathi Nikara Ida Ayu Gde & Mimba, 2019) mendapatkan hasil dari religiusitas terhadap persepsi penggelapan pajak berpengaruh signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4: Diduga Religiusitas berpengaruh positif terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

(7)

905 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kuantitatif terhadap data berjenis kuesioner dikirimkan kepada responden penelitian ini. Daftar pertanyaan dibuat dengan memakai skala likert yang berisi pernyataan akan sikap individu terhadap sesuatu. Deskriptif analitik digunakan pada penelitian ini sebagai proses transformasi data ke dalam bentuk tabel untuk memudahkan pemahaman dan pengolahan data. Dalam penelitian ini data yang

digunakan adalah Data Primer dan Data sekunder yang dipergunakan untuk penelitian ini ialah jurnal, buku, literatur serta data lainnya yang mempunyai kaitannya sesuai tujuan dalam studi.

Populasi dalam tinjauan ini adalah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Riau Pekanbaru, dengan 343 populasi sampel. Tata cara pengumpulan informasi menggunakan penyebaran kuesioner yang berisikan sebagian item statement yang menciptakan jawaban yang setuju sampai jawaban sangat tidak setuju dengan rentang nilai 1- 5 (Sugiyono, 2019).

Serta menggunakan IBM SPSS Statistic 29, saat sebelum menguji hipotesis, terlebih dulu dicoba uji instrumen, kemudian melakukan uji anggapan klasik ialah uji normalitas, uji multikolinearitas, serta uji heteroskedastisitas.

Hasil dan Pembahasan Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dikenal sebagai tes yang berfungsi mengukur kuesioner berupa indikator dari suatu variabel. Diukur hanya sekali, lalu hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya. Uji reliabilitas dilakukan karena masalah kepercayaan pada instrumen. Instrumen dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) apabila hasil pengujian instrumen menunjukkan hasil yang konsisten. Sebuah variabel dianggap kredibel jika Cronbach’s alpha > 0.60, jika tidak maka data tidak reliabel.

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai

Cronbach Alpha

Reli abel

Kesimpulan

Persepsi Etika Penggelapan Pajak 0,824 0,60 Reliabel

Pengaruh Machiavellian 0,702 0,60 Reliabel

Equity Sensitivity 0,904 0,60 Reliabel

Religiusitas 0,921 0,60 Reliabel

(Sumber: data diolah oleh peneliti, 2023)

Dari tabel 1 tersaji hasil dari pengujian reliabilitas terhadap tiap variabel dengan nilai > 0,60, artinya data reliabel. “Bila angka reliabel lebih kecil dari 0,60 (<0,60) maka dinilai kurang baik, artinya pengukuran yang digunakan tidak reliabel”.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Pelaksanaan penelitian dengan penggunaan analisis regresi linier berganda dengan tujuannya berupa mengetahui gambaran tentang pengaruh Machiavellian, Love of Money, Equity Sensitivity dan Religiusitas Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak. Hasil analisis regresi linier berganda tersaji pada tabel 2:

(8)

906 Tabel 2. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized

Coefficients B

1

(Constant) 20.550

Pengaruh

Machiavellian .206

Equity Sensitivity .204

Religiusitas .176

a. Dependent Variable: Persepsi Etika Penggelapan Pajak

(Sumber: data diolah oleh peneliti, 2023)

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hasil dari analisis regresi linear berganda Yakni:

Y = 20.550 + 0,206 X1 + 0,204 X2 + 0,176 X3 + e dari persamaan tersebut, maka penjelasannya adalah:

a. “Konstanta (a) = 20.550 menampilkan nilai konstan, dimana jika nilai variabel independen sama dengan nol, maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) sama dengan 20.550”.

b. “Koefisien X1 (b1) = 0,206, artinya jika Pengaruh Machiavellian (X1) meningkat satu satuan maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) akan meningkat sebesar 0,206”. Koefisien bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif dari variabel Pengaruh Machiavellian (X1) terhadap variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y).

Semakin tinggi angka nilai Pengaruh Machiavellian (X1), maka nilai Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila variabel Pengaruh Machiavellian (X1) mengalami penurunan, maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan mengalami penurunan sebesar 0,206.

c. “Koefisien X2 (b2) = 0,204, artinya jika Equity Sensitivity (X3) meningkat satu satuan maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) akan meningkat sebesar 0,204”.

Koefisien bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif dari variabel Equity Sensitivity terhadap variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak. Semakin tinggi angka nilai Equity Sensitivity, maka nilai Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila variabel Equity Sensitivity mengalami penurunan, maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan mengalami penurunan sebesar 0,204.

d. “Koefisien X3 (b3) = 0,176, artinya jika Religiusitas (X4) meningkat satu satuan maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) akan meningkat sebesar 0,176”.

Koefisien bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif dari variabel Religiusitas terhadap variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak. Semakin tinggi angka nilai Religiusitas, maka nilai Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila variabel Religiusitas mengalami penurunan, maka variabel Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) juga akan mengalami penurunan sebesar 0,176

(9)

907 Uji t (Uji Signifikansi)

Uji t pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing- masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018). Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%), dengan kriteria jika nilai signifikan < 0,05 atau Thitung > Ttabel maka hipotesis diterima.

Ttabel pada penelitian ini yaitu 1,9669 yang didapat dari nilai df = 339 (343-4). Tersaji pada tabel 3:

Tabel 3. Uji t (Uji Signifikansi)

Model t Sig

.

1

(Constant) 12.691 <.000

Pengaruh Machiavellian 6.021 .001

Equity Sensitivity 4.057 001

Religiusitas 2.397 .017

a. Dependent Variable: Persepsi Etika Penggelapan Pajak

(Sumber: data diolah oleh peneliti, 2023)

Berdasarkan nilai signifikansi, hasil regresi linear yakni nilai signifikansi, hasil regresi linear maka secara parsial dinyatakan bahwa signifikansi variabel Pengaruh Machiavellian (X1) yaitu sebesar 0,001 < 0,05 yang hasilnya H0 diterima artinya Pengaruh Machiavellian (X1) secara parsial memiliki keterkaitan positif dan signifikan pada Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y). Nilai signifikansi variabel Equity Sensitivity (X2) yaitu sebesar 0,001

< 0,05 artinya Equity Sensitivity (X3) secara parsial memiliki keterkaitan positif dan signifikan pada Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y). Nilai signifikansi variabel Religiusitas (X4) yaitu sebesar 0,017 < 0,05 hasilnya H0 diterima artinya Religiusitas (X4) secara parsial memiliki keterkaitan positif dan signifikan pada Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y).

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi Adjusted R2 yang kecil (mendekati nol) berarti kemampuan variabel- variabel tidak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tidak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi Adjusted R2 yang mendekati satu berarti variabel- variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel bebas berikut terlihat di tabel 4:

Tabel 4. Koefisien Determinasi

M

odel R

R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .516a .266 .259 1.540

(Sumber: data diolah oleh peneliti, 2023)

Berdasarkan pada tabel 4, terlihat yakni “nilai koefisien determinasi Adjusted R2 terletak pada kolom Adjusted R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar R2 = 0,259 nilai tersebut berarti Pengaruh Machiavellian (X1), Equity Sensitivity (X2) dan Religiusitas (X4) secara bersama-sama mempengaruhi Persepsi Etika Penggelapan Pajak (Y) sebesar 25,9% sisanya sebesar 74,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian”.

(10)

908 Pembahasan

Pengaruh Machiavellian Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Pengaruh Machiavellian berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada persepsi mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau, yang artinya semakin tinggi pengaruh Machiavellian maka semakin tinggi pula etika penggelapan pajak. lebih tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Machiavellian terhadap persepsi mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau besar akan menurunkan persepsi kepatuhan wajib pajak karena calon wajib pajak lebih mementingkan keuntungannya sendiri dengan melakukan sesuatu yang diinginkannya dengan cara memanipulasi sesuatu untuk menghindari pajak yang besar, sehingga semakin besar juga sifat Machiavellian mempengaruhi persepsi tersebut.

Mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau Sebagai calon wajib pajak, mahasiswa akan berusaha menghindari pajak. Semakin tinggi pajak yang harus dibayar, semakin besar kemungkinan mahasiswa sebagai calon wajib pajak akan menghindari pajak dan berusaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Kondisi ini akan ditanggapi negatif oleh negara, tercermin dari penerimaan pajak yang belum terealisasi. Pendidikan etika yang telah diberikan nampaknya masih belum cukup untuk membuat pola pikir yang etis pada mahasiswa akuntansi. Pola pikir tidak etis mahasiswa bisa dilatar belakangi oleh faktor lingkungan dan modernisasi. Kurangnya penerapan etika juga merupakan salah satu faktor yang menjadikan mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Riau memiliki kecenderungan untuk memanipulasi orang lain, hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian kuesioner dengan tingkat machiavellian yang tinggi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori atribusi yang menjelaskan 2 faktor yaitu faktor internal yang dipengaruhi oleh diri seseorang dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purnamasari et al., 2021), (Delmiyetti et al., 2022), (Dwitia et al., 2020), (Valenty, 2022), (Lestari et al., 2022) dan (R. I. Farhan, 2022) yang hasil nya menunjukkan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi penggelapan pajak. Artinya semakin tinggi sikap machiavellian akan berdampak pada meningkatnya persepsi penggelapan pajak.

Equity Sensitivity Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Equity Sensitivity berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada persepsi mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau, yang artinya semakin tinggi pengaruh Machiavellian maka semakin tinggi pula etika penggelapan pajak. Mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau sebagai individu benevolent merupakan individu yang murah hati, digambarkan sebagai seorang yang lebih sering memberi daripada menerima. Sebaliknya, mahasiswa akuntansi dengan sifat entitled ini lebih suka menerima daripada memberi dan lebih banyak menuntut haknya daripada memikirkan apa yang dapat diberikannya, sehingga individu ini cenderung melakukan tindakan tidak etis.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Navalina et al., 2020), (Sari & Widanaputra, 2019), (Arthalin & Triyani, 2021), (Ramadhani, 2015) (R. I. Farhan, 2022) menemukan bahwa equity sensitivity berpengaruh positif terhadap persepsi penggelapan pajak dan persepsi etika mahasiswa akuntansi.

Hal ini menunjukkan bahwa calon wajib pajak atau mahasiswa universitas muhammadiyah riau memiliki niat untuk melakukan tindakan yang tidak etis, dalam hal ini penggelapan pajak

(11)

909 berdasarkan derajat keadilan yang diterimanya, karena keadilan bersifat relatif, artinya memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang. Suatu tindakan yang dianggap benar oleh seseorang belum tentu dianggap benar oleh orang lain dan sebaliknya. Dengan demikian, equity sensitivity yang mempengaruhi persepsi etis penggelapan pajak.

Religiusitas Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga, hasil penelitian ini menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak pada persepsi mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau yang artinya semakin rendah religiusitas maka semakin rendah sikap moral, semakin rendah moralitas, semakin tinggi penggelapan pajak.

Mahasiswa dengan derajat religiusitas yang kurang baik memiliki keinginan yang meningkat untuk berbuat yang tidak baik dan kecenderungan untuk menambah kejahatan seperti keinginan untuk melanggar peraturan perpajakan berupa keinginan untuk melakukan penggelapan pajak. Hal ini sesuai dengan teori atribusi yaitu faktor intrinsik, dimana keyakinan agama atau religiusitas mahasiswa yang kurang baik memotivasi siswa untuk berperilaku kurang baik dan dapat menjadi faktor pendukung dan pengontrol untuk tidak melakukan kesalahan, penggelapan pajak.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewanta & Machmuddah, 2019) dan (Intan Kusumawathi Nikara Ida Ayu Gde & Mimba, 2019) dengan hasil yang menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak dan persepsi mahasiswa akuntansi yang artinya semakin tinggi religiusitas yang dimiliki oleh seorang mahasiswa maka akan meningkatkan persepsi etis penggelapan pajak.

Kesimpulan

Setelah melalui beberapa tahapan yang telah dilakukan yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data, maka hasil analisis terkait dengan Machiavellian effect, Equity sensitivity dan Religiusitas untuk persepsi etika penggelapan pajak. Machiavellian memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan persepsi etika penggelapan pajak, yang artinya semakin tinggi Machiavellian maka semakin tinggi pula etika penggelapan pajak.

lebih tinggi. Equity Sensitivity berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi etika penggelapan pajak pada persepsi mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau, yang artinya semakin tinggi pengaruh Machiavellian maka semakin tinggi pula etika penggelapan pajak. Religiusitas berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak pada persepsi mahasiswa akuntansi universitas muhammadiyah riau yang artinya semakin rendah religiusitas maka semakin rendah sikap moral, semakin rendah moralitas, semakin tinggi penggelapan pajak.

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari keterbatasan, diantaranya ialah objek yang menjadi penelitian dilakukan hanya pada angkatan 2016 hingga 2019 dan hanya pada Universitas Muhammadiyah Riau.

Kuesioner yang disebarkan oleh peneliti hanya berupa pernyataan dengan skala likert tanpa menyediakan informasi penjelasan dan alasan responden dalam memilih jawaban tersebut, sehingga pendapat dari responden tidak dapat diperoleh lebih dalam. Berdasarkan keterbatasan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran yang dapat diajukan, diantaranya ialah, Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda, sehingga hasil penelitian dapat memberikan gambaran hasil yang lebih luas. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dalam pembuatan kusioner dapat menambahkan informasi atau pendapat dari responden agar informasi yang diperoleh lebih mendalam sehingga dapat digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan

(12)

910 dapat menambahkan variabel independen lainnya yang tidak ada dalam penelitian ini, seperti sistem perpajakan, teknologi dan informasi, pemahaman perpajakan, sanksi perpajakan, dll.

Daftar Pustaka

Arthalin, C., & Triyani, Y. (2021). PENGARUH LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN DAN EQUITY SENSITIVITY TERHADAP PERSEPSI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK PADA WAJIB PAJAK PRIBADI YANG DIMODERASI DENGAN VARIABEL RELIGIUSITAS.

Delmiyetti, F., Mawarni, E., & Syafei, J. (2022). PENGARUH LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN, RELIGIUSITAS DAN IDEALISME TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis (JIMBis), 1(2), 204–213. https://doi.org/10.24034/jimbis.v1i2.5371

Dewanta, M. A., & Machmuddah, Z. (2019). Gender, Religiosity, Love of Money, and Ethical Perception of Tax Evasion. Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 6(1), 71–84.

https://doi.org/10.24815/jdab.v6i1.10990

Dwitia, E., Putu Eka Widiastuti, N., & Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, U. (2020).

Taxpayer Perception Related to Love of Money, Machiavellian, and Equity Sensitivity on Tax Evasion Ethics. Jurnal Akuntansi & Perpajakan, 2(1).

Farhan, M., Helmy, H., Afriyenti, M., & Universitas, E. (2019). Pengaruh Machiavellian dan Love of Money Terhadap Persepsi Etika Penggelapan Pajak Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Di Kota Padang). Jurnal

Eksplorasi Akuntansi, 1(1), 470–486.

http://jea.ppj.unp.ac.id/index.php/jea/issue/view/4

Farhan, R. I. (2022). Pengaruh Pengetahuan Etika, Religiusitas, Love of Money, Machaivellian, dan Equity Sensitivity Terhadap Persepsi Etis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung).

Intan Kusumawathi Nikara Ida Ayu Gde, & Mimba, N. P. S. H. (2019). Pengaruh Love of Money, Machiavellian, Idealisme dan Religiusitas pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi, 536. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p20 Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023, January 4). Menkeu: Kinerja Penerimaan

Negara Luar Biasa Dua Tahun Berturut-turut.

Https://Www.Kemenkeu.Go.Id/Informasi-Publik/Publikasi/Berita-Utama/Kinerja- Penerimaan-Negara-Luar-Biasa.

Lestari, R., Junaidi, J., & Patra, I. K. (2022). Pengaruh Religiusitas Machiavellian dan Love Money terhadap Penggelapan Pajak. Owner, 7(1), 243–253.

https://doi.org/10.33395/owner.v7i1.1284

Lubis, A. I. (2017). Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat.

Maulida, R. (2022, November 18). Mengenal Tax Evasion, Contoh, hingga Sanksinya.

Https://Www.Online-Pajak.Com/Mengenal-Tax-Evasion-Contoh-Hingga-Sanksinya.

Navalina, I. L. P., Ekasari, K., & Susilowati, K. D. S. (2020). Dampak Perilaku Machivelliandan Equity SensitivityTerhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi Manajemen Politeknik Negeri Malang). Jurnal Nusantara

Aplikasi Manajemen Bisnis, 5(2).

https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/article/view/14472/1822

Ningsih, D. C. N., & Pusposari, D. (2015). Determinan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya).

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=285351&val=6467&title=

Determinan%20Persepsi%20Mengenai%20Etika%20Atas%20Penggelapan%20Pajak

%20Tax%20Evasion%20Studi%20Pada%20Mahasiswa%20Jurusan%20Akuntansi%2 0Fakultas%20Ekonomi%20dan%20Bisnis%20Universitas%20Brawijaya

(13)

911 Purnamasari, P. P. D., Sari, M. M. R., Sukartha, I. M., & Gayatri. (2021). Religiosity as a moderating variable on the effect of love of money, machiavellian and equity sensitivity on the perception of tax evasion. Accounting, 7(3), 545–552.

https://doi.org/10.5267/j.ac.2021.1.004

Ramadhani, T. S. (2015). Jom. FEKON Vol. 2 No. 2 Oktober 2015 1PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN, LOCUS OF CONTROL, DANEQUITY SENSITIVITY TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK DENGAN KEPUTUSAN ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Usaha dan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Pekanbaru Senapelan). Jom. FEKON, 2(2).

Riau1.com. (2022, September 9). Penyidik Kanwil DJP Riau Serahkan Tersangka Penggelapan Pajak ke Kejari Inhu. Riau1.Com.

Sari, N. L. P. W. A., & Widanaputra, A. A. G. P. (2019). Pengaruh Love of Money, Equity Sensitivity, dan Machiavellian Pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi, 28(2), 1522. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v28.i02.p27

Sawitri, K. Y., Aji, A. W., & Primastiwi, A. (2022). PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, ETIKA, DAN PERAN DOSEN TERHADAPPERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTIK PENGGELAPAN PAJAK. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 13(1), 54–66.

Valenty, Y. A. (2022). Determinan persepsi wajib pajak mengenai tax evasion Peran norma

subjektif dan machiavellian. NCAF, 4, 488–495.

https://doi.org/10.20885/ncaf.vol4.art61

Referensi

Dokumen terkait

PEMBAHASAN PENELITIAN Pengaruh Pelatihan, Kompetensi, dan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan Hasil olah data uji F menunjukkan bahwa variabel pelatihan, kompetensi, dan

Various types of IDS/IPS used in Cloud computing There are mainly four types of IDS used in Cloud: Host based intrusion detection system HIDS, Network based intrusion detection system