KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM PENGENDALIAN PENDUDUK PENDATANG DENGAN MELIBATKAN
DESA PAKRAMAN
1Oleh :
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi2 Abstract
Population has been a complex problem in development these days, especially in Denpasar, rapid population growth with limited support and capacity is the main problem. In conncetion to that, this research is aiming to find out 2 (two) things: first, to know juridical regulation for migrants in Denpasar. Second, to know about the involment of Pakraman Village (Customary Village) in managing migrants. This research uses statute approach. According to research it is concluded that: first, to anticipate rapid population growth or manage migrants in legal area of Denpasar, Government of Denpasar bases its authority in 1945 Constitution of the Repulic of Indonesia, Law Number 23 of 2014, Law Number 23 of 2006 as amended in Law Number 24 of 2013, Local Government of Bali Act Number 10 of 1998, Local Government of Bali Act Number 3 of 2001, Local Government Act Number 5 of 2014 concerning Amendement of Local Government Act of Denpasar Number 6 of 1996 concerning Framework Implementation for Population Registration in Population Management Information System, Mayor Act Number 593 of 2000 concerning Migrants Management. This act is also amended to Mayor Act Number 610 of 2002 concerning Amandement of Mayor Act Number 539 of 2000. Second, the involment of Pakraman village in managing migrants in Denpasar is regulated under the said Local Government Act, Mayor Act and Agreement between Government with Pakraman Village in Denpasar. The regulation is clear, giving the village authority to manage migrants in accordance to local customary law in force (awig-awig). This Research recommends that a clearer regulation in awig-awig and implementation of policies concerning migrants management is needed.
Keywords: Authority, Migrants, Pakraman Village Abstrak
Masalah kependudukan telah menjad persoalan yang sangat kompleks dalam perkembangan dewasa n, khususnya d Kota Denpasar, pertumbuhan penduduk sangat pesat dengan daya dukung serta daya tampung sangat terbatas menjad persoalan utama. Berhubungan dengan hal tersebut maka dlakukan peneltan untuk mengetahu 2 (dua) hal yatu : pertama, untuk mengetahu pengaturan secara yurds penduduk pendatang d Kota Denpasar. Kedua, untuk mengetahu mengena keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang.
Pendekatan yang dgunakan adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statue approach). Berdasarkan hasl peneltan dapat dsmpulkan sebaga
1 Penuls adalah Dosen Fakultas Hukum Unverstas Udayana Denpasar Bal, emal : aratudew@
gmal.com
berkut : pertama, untuk mengantspas ledakan kependudukan ataupun pengendalan penduduk pendatang d wlayah hukum Kota Denpasar, Pemerntah Kota Denpasar mendasarkan kewenangannya dengan UUD Negara Republk Indonesa Tahun 1945, UU 23 Tahun 2014, UU 23 Tahun 2006 sebagamana telah dubah dengan UU Nomor 24 Tahun 2013, Perda Provns Bal 10 Tahun 1998, Perda Provns Bal 3 Tahun 2001, Perda 5 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dalam Kerangka Sstem Informas manajemen Kependudukan (SIMDUK), Keputusan Walkota Nomor 593 Taun 2000 tentang Penertban Penduduk Pendatang. Keputusan n juga terjad perubahan yatu Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002 tentang Perubahan Keputusan Walkota Denpasar Nomor 539 Tahun 2000. Kedua, mengena pelbatan Desa Pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang d Kota Denpasar datur secara jelas d dalam Perda, Keputusan Walkota dan Kesepakatan Kerja sama antara Phak Kednasan dengan Phak Desa Pakraman d Kota Denpasar. Pengaturan secara jelas keterlbatan Desa Pakraman, memberkan otortas kepada Desa Pakraman dalam pengendalan Penduduk pendatang sesua dengan awig-awig desa pakraman setempat. Rekomendas peneltan adalah perlu adanya pengaturan lebh jelas dalam awg-awg desa pakraman dan penerapan kebjakan-kebjakan hukum yang sungguh-sungguh terkat dengan pengendalan penduduk pendatang.
Kata kunc : Kewenangan, Penduduk Pendatang, Desa Pakraman.
I. PENDAHULUAN
Parwsata telah banyak memberkan kontrbus bag perkembangan masyarakat Bal secara menyeluruh. Namun mesk dsadar sebaga sebuah ndustr yang mampu menghdup sebagan besar masyarakat, dampak negatf parwsata pun cukup banyak. Keberhaslan parwsata d Bal d aku menjad sebab bertambahnya mgras ke Bal, salah satu dampak yang dtmbulkan dar keberhaslan parwsata adalah masalah kependudukan. Sebagamana dkatakan Ptana bahwa masalah kependudukan dapat menmbulkan dampak sekunder yang beranta sepert pengangguran, gelandangan dan
pengems, prosttus, penyalahgunaan obat terlarang, tndakan krmnal atau berbaga penyakt sosal lannya. D berbaga tempat masalah kependudukan dapat menmbulkan konflk sosal antar ras, suku, agama ataupun masalah ekonom. Apabla masalah kependudukan n tdak dkelola dengan bak akan berdampak negatf bag kelangsungan parwsata d Bal.
Menurut Ptana3, masalah kependudukan telah menjad persoalan yang sangat kompleks dalam perkembangan parwsata d Kuta. Hal n sangat drasakan oleh semua lapsan masyarakat d Kuta
3 Ptana, I Gde, 2000, Kuta Cermin Retak Pariwisata Bali, Upada Sastra.
bak kalangan brokrat maupun para usahawan yang bergerak d bdang ekonom. Masalah kependudukan juga merupakan pusat perhatan, dmana dkatakan bahwa Bal sebaga tempat aktvtas masyarakat nasonal maupun nternasonal bak dalam kegatan ekonom, pemerntahan, penddkan dan kebudayaan akan menmbulkan suatu permasalahan yang sangat strategs yatu “masalah kependudukan “.
Masalah kependudukan n tdak dapat dpandang sebelah mata karena masalah kependudukan merupakan masalah yang mult dmensonal dan mult effect.
Sebaga gambaran awal, berdasarkan data BAPPEDA provns Bal bahwa laju Pertumbuhan Penduduk Bal Mencengangkan. Laju pertumbuhan penduduk Bal dalam 5 (lma) tahun terakhr rentang 2010-2015 sangat pesat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Bal mencapa 3.890.800 jwa, Tahun 2011 mencapa 3.957.600 jwa, tahun 2012 mencapa 4.007.200 jwa, tahun 2013 mencapa 4.056.300 jwa, tahun 2014 mencapa 4.104.900 jwa dan 2015 mencapa 4,125.800 jwa4. Data n menunjukkan bahwa 5 (lma) tahun terakhr penduduk Bal semakn menngkat dengan mencapa 1.17 persen pada tahun 2015.
Selanjutnya data yang dungkap Bal Post bahwa pertambahan penduduk pendatang d Denpasar setap tahunnya terus menngkat.
Bahkan, laju pertambahan penduduk
4 www.bappeda.balprov.go.d, diakses tanggal 18 Oktober 2016.
pendatang mengalahkan pertumbuhan penduduk tetap. Data terbaru menyebutkan pertumbuhan penduduk pendatang d Denpasar mencapa 0,12 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk tetap hanya 0,02 persen. Jumlah penduduk pendatang yang menuju Denpasar per tahunnya mencapa 4.000 orang. Jka raso pertumbuhan n terus terpolakan maka margnalsas penduduk lokal sangat terbuka.
Selanjutnya berdasarkan data dar Badan Pusat Statstk Kota Denpasar, laju pertumbuhan penduduk setap tahunnya menngkat. Pada tahun 2015 mencapa 1.97 persen dengan jumlah penduduk mencapa 880.600 jwa. Laju pertumbuhan dmaksud ada dalam matrk:
Laju pertumbuhan penduduk d Kota Denpasar berdasarkan data BPS Kota menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk d Kota Denpasar melebh laju pertumbuhan penduduk d provns Bal. In menunjukkan bahwa d Kota Denpasar pertambahan penduduk sangat sult dkendalkan sehngga memerlukan strateg untuk mengendalkan laju pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan gambaran tersebut, jka kehadran urban ke Bal khususnya ke kota denpasar yang tdak terkontrol sangat potensal menmbulkan gesekan tata ruang serta lahrnya kantong- kantong kemsknan d tengah kota, tdak hanya tu degradas budaya juga terbuka lebar.
D ss lan, salah satu lembaga adat yang merupakan wadah masyarakat adat d Bal dalam membna kehdupannya yang sosal relgus adalah desa pakraman.
Dalam katannya tersebut desa pakraman mempunya otonom bak dalam menetapkan aturan hukum yang berlaku d lngkungan wlayahnya (awig-awig) termasuk mengatur masalah kependudukan bak sebaga krama desa dan krama tamu (penduduk pendatang).
Desa pakraman juga mempunya otonom dalam menyelenggarakan organsasnya yang sosal relegus, serta berwenang menyelesakan permasalahan hukum khususnya
permasalahan hukum adat yang terjad d wlayahnya. Permasalahan hukum adat tersebut dapat berupa pelanggaran hukum adat maupun sengketa adat. Mengngat pentngnya peran desa pakraman dalam penataan kependudukan khususnya penduduk yang ada d wlayahnya, maka dar tu pelbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang perlu mendapat perhatan yang serus, sebab dalam pelaksanaan kebjakan pemerntah dbdang kependudukan, (pengendalan penduduk), sebaga ujung tombak yang langsung berhadapan dengan penduduk pendatang adalah pemerntahan desa.
Pemerntahan desa d Bal melngkup Desa Dnas dan Desa Pakraman. Masng-masng Desa
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Denpasar, 2001-2015
Tahun/ Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk
(1) (2) (3)
2001 532 921 36,57
2002 555 174 3,20
2003 578 201 4,15
2004 602 018 4,12
2005 626 641 4,09
2006 652 110 4,06
2007 678 193 4,00
2008 705 115 3,97
2009 732 897 3,94
2010 788 589 7,60
2011 810 900 2,83
2012 828 900 2,22
2013 846 200 2,09
2014 863 600 2,06
2015 880 600 1,97
Sumber : Badan Pusat Statstk Kota Denpasar5
5 http://denpasarkota.bps.go.d/, dakses tanggal 18 Oktober 2016.
tersebut mempunya fungs dan kewenangan tersendr dalam pengaturan dan pengendalan penduduk pendatang. Dengan demkan, peneltan n pentng untuk dlakukan dalam rangka untuk menjawab keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang d Kota Denpasar. Hal n pentng untuk dketahu karena: pertama, bahwa desa pakraman sebaga salah satu bentuk desa yang ada d Bal yang juga mempunya kewenangan mengurus penduduk pendatang sehngga pelbatan desa pakraman pentng agar tdak terjad konflk kewenangan dalam pelaksanaan tugas.
kedua, desa pakraman berkepentngan untuk dlbatkan karena menyangkut penduduk yang memasuk dan hdup d wlayahnya.
Tujuan Peneltan adalah untuk mengetahu kewenangan Pemerntah Daerah Kota Denpasar dalam Pengendalan Penduduk Pendatang dan untuk mengetahu bentuk-bentuk keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang.
Berdasarkan paparan d atas maka dpandang perlu dlakukan peneltan dan kajan lmah terkat dengan kewenangan Pemerntah Kota Denpasar dalam pengendalan penduduk pendatang dan bentuk keterlbatan Desa Pakraman dalam Pengendalan Penduduk Pendatang.
II. METODE PENELITIAN Menurut Morrs L. Cohen dan Kent C. Olson mengemukakan bahwa “Legal research is an essential component of legal practice. It is the process of finding the law that governs an activity and materials that explain or analyze that law”.6 Dalam peneltan n dgunakan Jens peneltan normatf, peneltan n dgunakan untuk membedah permasalahan yang terkat dengan kewenangan Pemerntah Daerah dalam pengendalan penduduk pendatang yang fokus kajan pada kebjakan-kebjakan hukum Pemerntah Kota Denpasar dalam pengendalan penduduk pendatang dan mengkaj juga mengena bentuk- bentuk keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang tersebut.
Sumber bahan hukum yang dgunakan adalah bahan hukum prmer dan dahan hukum sekunder.
Bahan hukum prmer mencakup UUD NRI Tahun 1945, UU 24 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Admnstras Kependudukan, Perda 10 Tahun 1998 tentang Pengendalan Kependudukan Dalam Wlayah Propns Daerah Tngkat I Bal, Perda Kota Denpasar 5 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
6 Morrs L. Cohen dan kent C. Olson, 2000, Legal Research In A Nutshell, Seventh Edton, ST. Paul, Mnn, West Group, hlm. 1.
Penduduk dalam Kerangka Sstem Informas manajemen Kependudukan (SIMDUK), SK Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 tentang Penertban Penduduk Pendatang d Kota Denpasar, SK Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002 tentang Perubahan Keputusan Walkota Denpasar nomor 539 Tahun 2000 Tentang Penertban Penduduk Pendatang, SK Walkota Denpasar Nomor 585 Tahun 2002 tentang Perubahan Lampran tentang Keputusan Walkota Denpasar Tanggal 13 Desember 2001 Nomor 1002 Tahun 2001 tentang Standarsas Pungutan Desa/ Sumbangan Kelurahan d Kota Denpasar. Bahan hukum sekunder melngkup bahan-bahan penunjang bak tu berupa buku, jurnal dan bahan nformas lannya. Selanjutnya Bahan hukum yang telah terkumpul bak dolah dan danalss secara kualtatf dengan menggunakan nterpretas hukum. Interpretas yang dgunakan adalah terkat dengan hermeneutka hukum.7 Hermeneutka hukum pada ntnya adalah metode nterpretas atas teks hukum, yang menamplkan seg tersurat yakn buny teks hukum dan seg tersrat yang merupakan gagasan yang ada d belakang teks hukum tu.8
Keseluruhan hasl analss, selanjutnya dsajkan secara deskrptf yatu dengan memaparkan secara lengkap segala persoalan yang terkat dengan masalah yang dtelt dserta dengan memberkan ulasan-ulasan secara krts
III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kewenangan Pemerintah Kota
Denpasar Dalam Pengendalian Penduduk Pendatang
Pemahaman Kewenangan dapat dlhat dar beberapa pendapat para sarjana, dantaranya P. Ncola, menyebut bahwa kewenangan merupakan kemampuan untuk melakukan suatu tndakan hukum tertentu. Tndakan tersebut dmaksudkan untuk menmbulkan akbat-akbat hukum, dan mencakup mengena tmbul dan lenyapnya akbat hukum. Selanjutnya dalam stlah Belanda dsebut “Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingn (handeling die op rechtsgevoleg gericht zijn en dus ertoe strekken dat bepaalde rechtsgovelgen onstaan of teniet gaan). Een recht houdt in de (rechten gegeven) aanspraak op het verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert een verplichting om een bepaalde handeling te verrichten of na te laten”.9Phlpus M. Hadjon juga menyatakan bahwa kewenangan
7 Lhat Soelstyowat Iranto, “Memperkenalkan Stud Sosolegal …”, Ibid., hlm. 181
8 Dadaptas dar Gede Marhaendra Wja Atmaja, “Poltk Pluralsme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unverstas Brawjaya, Malang, 2012, hlm.
17-18.
9 Rdwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta, hlm.102.
dalam membuat suatu keputusan dapat dperoleh dengan 2 cara, yatu dengan atrbus dan delegas.10 Menurut Indroharto11 menyatakan bahwa wewenang dperoleh secara atrbus, delegas dan mandat. Lukman Hakm12 juga menyatakan bahwa sumber kewenangan ada tga yatu atrbus, delegas dan mandat.
Merujuk pendapat P. Ncola bahwa kewenangan tu dapat dartkan sebaga kemampuan untuk melakukan tndakan hukum tertentu (yatu tndakan-tndakan yang dmaksudkan untuk menmbulkan akbat-akbat hukum, dan mencakup mengena tmbul dan lenyapnya akbat hukum)13. Pemahaman yang demkan menempatkan pemahaman pada bahwa hak bers kebebasan untuk melakukan atau tdak melakukan tndakan tertentu atau menuntut phak lan untuk melakukan tndakan tertentu, sedangkan kewajban memuat keharusan untuk melakukan tndakan tertentu. Mendasarkan pada pendapat P Ncola, bahwa Pemerntah
Kota Denpasar berwenang dalam melakukan tndakan yatu dalam konteks melakukan pengendalan penduduk pendatang.
Dalam konteks sosologs, sebagamana data yang d tamplkan pada latar belakang yang menunjukkan bahwa setap tahu laju pertumbuhan penduduk d Kota Denpasar semakn menngkat, bahkan melebh laju pertumbuhan Provns Bal.
Menngkatnya laju pertumbuhan penduduk d Kota Denpasar yang mencapa 1.97 dengan daya tampung yang terbatas bermplkas terhadap ledakan penduduk yang memcu problem-problem sosal, sepert kemsknan, kejahatan dan sebaganya.
Kota Denpasar sebaga tempat aktvtas masyarakat nasonal maupun nternasonal bak dalam kegatan ekonom, pemerntahan, penddkan dan kebudayaan akan berdampak menmbulkan suatu permasalahan yang sangat kompleks, dantaranya adalah masalah kependudukan.
Masalah kependudukan n tdak dapat dpandang sebelah mata karena masalah kependudukan merupakan masalah yang dmensonal dan mult efek. Penduduk yang menjad sumber daya manusa akan menjad modal atau pendukung pembangunan apabla memlk keteramplan dan kualtas yang bak. Penduduk yang banyak dengan kualtas yang rendah akan menjad beban pembangunan.
Kehadran Urbansas ke Kota
10 Phlpus M. Hadjon, et.al, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Introduction to the Indonesian Administrative law, Gadjah Mada Unversty Press, Yogyakarta, hlm.
130.
11 Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang- Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta, hlm.90.
12 Lukman Hakm, 2012, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah Perspektif Teori otonomi & Desentralisasi dalam Penyelengaraan Pemerintahan Negara Hukum dan Kesatuan, Setara Press Malang, hlm. 126. Lhart juga Jum Anggran, 2012,
“ Hukum Adminsitrasi Negara”, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 92.
13 Rdwan HR, 2006, Ibid.
Denpasar yang tdak terkontrol berpotens menmbulkan gesekan tata ruang, tmbulnya berbaga macam permasalahan-permasalahan sosal, lahrnya kantong-kantong kemsknan d tengah-tengah kota serta degradas budaya yang terbuka lebar. Dengan demkan, perlu ada upaya dan komtmen dar pemerntah Kota Denpasar agar kemsknan dapat d tanggulang. Oleh sebab tu, Pemerntah Kota Denpasar perlu mengantspas mengena pengendalan kependudukan melalu penertban penduduk, khususnya memnmalsas penduduk pendatang. Untuk tu perlu dlakukan strateg dar Pemerntah Kota yatu dengan merumuskan kebjakan-kebjakan pemerntah d bdang kependudukan.
Dalam melakukan pengendalan penduduk pendatang, Pemerntah Kota Denpasar mendasarkan pada kewenangannya sesua dengan Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 mengatur mengena penduduk yatu dalam Pasal 26 ayat (2) yang berbuny ”Penduduk alah warga negara Indonesa dan orang asng yang bertempat tnggal d Indonesa”. Pada ayat (3) dnyatakan ”Hal-Hal mengena warga negara dan penduduk datur dengan Undang-Undang”. Dalam pemahaman UUD NRI Tahun 1945 n adalah ada dasar pengaturan penduduk dalam konteks n penduduk pendatang.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan
Daerah juga jelas datur tentang Kependudukan yatu dalam Pasal 12 Ayat (2) huruf F yang menyatakan bahwa dalam bdang Admnstras Kependudukan dan Pencatatan Spl merupakan urusan wajb. Pengaturan Admnstras Kependudukan juga dapat dlhat dalam lampran huruf L khususnya dalam bdang Admnstras Kependudukan dan Pencatatan Spl, dmana kewenangan Kabupaten/
Kota adalah pelayanan pendaftaran penduduk. Mendasarkan pada Pasal d atas dapat dpaham bahwa ada kewenangan dar Kota Denpasar untuk mengatur admnstras kependudukan termasuk d dalamnya d dalamnya pengaturan penduduk pendatang.
Selanjutnya secara materl pengaturan penduduk pendatang juga dapat dlhat dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admnstras Kependudukan.
Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013, pengaturan mengena penduduk terdapat dalam Pasal 1 angka 2 yang menyatakan ”Penduduk adalah Warga Negara Indonesa dan Orang Asng yang bertempat tnggal d Indonesa”. Rumusan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 n sama dengan rumusan yang terdapat dalam UUD 1945. Mengena pendaftaran penduduk terdapat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa Pendaftaran Penduduk merupakan pencatatan bodata Penduduk,
pelaporan Perstwa Kependudukan, pendataan serta penerbtan Dokumen Kependudukan yang berupa kartu denttas ataupun surat keterangan kependudukan. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 11 dengan jelas mengatur perstwa kependudukan yang d dalamnya termasuk penduduk pendatang. Selanjutnya norma pasal 1 angka 11 UU Admnduk menyatakan
“Perstwa Kependudukan merupakan kejadan yang dalam Penduduk dan harus dlaporkan karena membawa akbat terhadap penerbtan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk.
Perlu juga dpaham bahwa perubahan UU Nomor 23 Tahun 2006 tdak serta merta menggantkan UU Nomor 23 Tahun 2006, melankan ada beberapa Pasal dalam UU 23 Tahun 2006 yang berubah. Dengan demkan ada ketentuan-ketentuan pada UU 23 Tahun 2006 mash berlaku.
D Dalam katannya dengan pendaftaran penduduk, dalam UU 23 Tahun 2006 datur dalam Bab IV mengena Pendaftaran Penduduk.
Khusus mengena penduduk pendatang datur dalam Bab IV bagan kedua Paragraf 2 tentang Pndah Datang Penduduk. Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 memberkan kewenangan kepada pemerntah provns untuk menyelenggarakan admnstras kependudukan. Selanjutnya dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 juga memberkan kewenangan
pada pemerntah Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan admnstras kependudukan. Mengena tekns dan tata cara pendaftaran penduduk datur dalam Peraturan Presden Nomor 25 Tahun 2008 yatu datur dalam Pasal 21 mengena Pendaftaran Pndah Datang Penduduk WNI.
Dalam tataran peraturan lokal yatu Peraturan Daerah Propns Bal Nomor 10 Tahun 1998 tentang Pengendalan Kependudukan Dalam Wlayah Propns Daerah Tngkat I Bal, secara jelas mengatur mengena penduduk pendatang yang terdapat dalam Pasal 1 huruf q yatu ”Pendatang baru adalah penduduk yang datang akbat mutas kepndahan dar luar daerah dan telah memenuh syarat- syarat yang telah dtetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah”. Selan tu dalam Pasal 1 huruf p juga datur mengena penduduk sementara yatu
“penduduk yang tdak menetap yang berada dalam wlayah daerah dengan jn tnggal terbatas”. Pasal 1 huruf r mengatur mengena penduduk musman yatu “setap orang Indonesa yang datang dar luar daerah dan bertempat tnggal tdak terus-menerus”. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 1998 n darahkan pada pengendalan kuanttas dan kualtas penduduk serta mobltas penduduk daerah. Pernyataan tersebut sebagamana terdapat dalam Pasal 8 yang menegaskan bahwa Gubernur berwenang membentuk aturan tentang pengendalan penduduk pendatang yang berdasarkan kesembangan
daya dukung dan daya tampung.
Selanjutnya dalam Pasal 9 menegaskan mengena kualtas penduduk, dmana Gubernur menetapkan kebjakan penyelenggaraan pengembangan kualtas penduduk dengan memperhatkan nla-nla agama, etka dan socal budaya. Dalam Pasal 10 juga dtegaskan mengena mobltas penduduk yatu bahwa ada kewenangan Kepala Daerah untuk menetapkan kebjakan terkat dengan pengarahan mobltas dan penyebaran penduduk yang optmal yang berdasarkan pada daya dukung dan daya tampung.
Dengan demkan dapat dpaham bahwa arah dan tujuan dar pengendalan penduduk adalah bahwa pengaturan kependudukan darahkan kepada pengendalan kuanttas penduduk, pengembangan kualtas penduduk serta pengarahan mobltas penduduk daerah. Sedangkan tujuan pengendalan kependudukan adalah untuk mewujudkan keserasan, keselarasan dan kesembangan antara kuanttas, kualtas serta persebaran penduduk agar terjad keserasan, keselarasan dan kesembangan hubungan antara sesama manusa, hubungan manusa dengan lngkungan serta hubungan manusa dengan Tuhan (sebagamana dalam konsep Tr Hta Karana).
Sebagamana d perntahkan oleh Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006, Pemerntah kabupaten/
kota berkewajban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
Admnstras Kependudukan, yang dlakukan oleh bupat/walkota.
Hal n mempunya makna bahwa Pemerntah Kota Denpasar mempunya kewajban dan bertanggungjawab dalam melakukan admnstras kependudukan. Bentuk kewajban dan tanggung jawab Pemerntah Kota Denpasar tersebut dtuangkan dalam Kebjakan-Kebjakan Tertb admnstras Kependudukan Kota Denpasar.
Mengena penyelenggaraan admnstras kependudukan d Kota Denpasar datur dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Admnstras Kependudukan. Mengena Penduduk pendatang dapat dlhat pengaturannya dalam Pasal 1 angka 30 yang menyatakan bahwa pndah datng penduduk adalah perubahan lokas tempat tnggal untuk menetap karena perpndahan dar tempat yang lama ke tempat yang baru. Selanjutnya secara eksplst mengena penduduk pendatang datur dalam Bab IV tentang Pendaftaran Penduduk bagan kedua tentang pendaftaran kependudukan paragraf 1 tentang pendaftaran pndah datang penduduk dalam wlayah Negara Republk Indonesa. Dalam Perda 5 tahun 2014 n Sangat jelas datur mengena penduduk pendatang mula dar kedatangan sampa proses pelaporan serta syarat-syarat yang harus dpenuh. Adapun klasfkas perpndahan penduduk sebagamana datur dalam Pasal 22 ayat (6) Jelas
datur perpndahan penduduk tu dapat terjad dalam satu desa, antar desa, antar kecamatan, antar kabupaten atau kota dan antar provns.
Dalam Pasal 22 ayat (1) juga ada mengatur ketentuan bahwa penduduk yang bermaksud pndah yang mash dalam wlayah Negara Republk Indonesa wajb melapor kepada Dnas Kependudukan dan Pencatatan Spl untuk mendapatkan surat keterangan pndah. Hal n menunjukkan agar tdak terjad perpndahan penduduk yang gelap dalam art perpndahan penduduk yang tdak sah. Selanjutnya dalam Pasal 23 juga jelas datur mengena pelaporan pendaftaran perpndahan penduduk WNI yang harus dlengkap dengan surat pengantar Kepala Dusun/Lngkungan, KK, KTP untuk mendapatkan surat keterangan pndah. Untuk lebh lanjut pengaturan penduduk pendatang Perda n mendelegaskan dalam bentuk peraturan walkota.
Dasar kewenangan pemerntah Kota Denpasar dalam pengendalan penduduk pendatang juga dapat dlhat dalam Keputusan Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 sebagamana yang telah dubah menjad Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002. Pada dasarnya Keputusan n mengatur mengena prosedur dan tatacara pengaturan penertban penduduk pendatang d Kota Denpasar dtuangkan dalam Keputusan Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 yang telah dubah menjad Keputusan Walkota Denpasar Nomor
610 Tahun 2002. Dalam Pasal 1 Ayat (1) Keputusan Walkota menyatakan:
“Setap orang yang berasal dar luar Kota Denpasar dan ngn menjad penduduk pendatang wajb memenuh persyaratan tertentu”. Selanjutnya persyaratan penduduk pendatang datur dalam Pasal 1 Ayat (3)Keputusan Walkota yatu :
a. Menyerahkan fotocopy KTP/
Surat Keterangan pndah.
b. Memlk penjamn;
c. Surat Keterangan perjalanan dar Kepala Desa/Kelurahan daerah asal penduduk pendatang.
d. Keterangan keahlan/
kemampuan/keteramp lan penduduk pendatang dan Desa/
Kelurahan dan atau Instans yang berwenang d daerah asalnya.
e. Menyerahkan rekomendas dar Banjar Adat atas nama Desa Pakraman setempat.
Setelah penduduk pendatang memenuh persyaratan tertentu sesua dengan Pasal 1 Ayat (3) maka keputusan tu dcatat oleh perangkat desa/Kelurahan setempat dalam regster penduduk pendatang dan kemudan dberkan kartu denttas penduduk pendatang (KIPP) (Pasal 4 Ayat(1)). KIPP yang telah dberkan tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 (tga) bulan dan KIPP tersebut hanya dapat dperpanjang untuk jangka waktu palng lama 3 (bulan). Dalam hal KIPP telah dterma penduduk pendatang maka akan dkenakan baya admnstras sesua dengan Keputusan Desa/Kelurahan setempat.
Dalam Keputusan Walkota Nomor 610 Tahun 2002 juga datur mengena tatacara dan prosedur penjamn, sebagamana dnyatakan dalam Pasal 6 menyatakan bahwa kewajban melalu Kepenjamn adalah:
a. Melaporkan penduduk pendatang yang djamn kepada Bendesa Pakraman melalu Kelan Banjar Adat setempat.
b. Bertanggung jawab atas tngkah laku/perbuatan kepada phak berwajb apabla penduduk pendatang yang djamn melanggar ketentuan berlaku.
Terhadap tenggang waktu penjamnan maka dberkan jangka waktu 3 bulan, dan apabla dalam tenggang waktu tu, yang bersangkutan telah mendapat pekerjaan maka dwajbkan untuk surat keterangan jamnan bekerja. Selanjutnya KIPP hanya dapat dperpanjang dengan menggunakan dasar surat keterangan jamnan bekerja. Dan apabla tenggang waktu penjamnan n telah berakhr dan yang bersangkutan belum mendapatkan pekerjaan maka penjamn wajb memulangkan penduduk pendatang ke daerah asalnya.
Terkat dengan jumlah pungutan terhadap penduduk pendatang datur dengan Keputusan Walkota Nomor 585 tahun 2002 tentang Perubahan Lampran Keputusan Walkota Denpasar Tanggal 13 Desember 2001 Nomor 1002 tahun 2001 tentang
Standarsas Pungutan/Sumbangan Kelurahan D Kota Denpasar.
Pernyataan tu sebaga berkut :
Laporan pendatang yang akan menjad penduduk pendatang atau penduduk :
a. Jens pungutan dar luar Denpasar dalam Propns Bal dkenakan baya pungutan sebesar Rp. 50.000,-
b. Jens pungutan dar luar Propns Bal dkenakan baya pungutan sebesar Rp. 100.000,-.
Adapun phak-phak yang terlbat dalam pendaftaran penduduk pendatang d Kota Denpasar adalah sebaga berkut :
1. Persyaratan Penduduk Pendatang:
a. Fotocopy KTP/Surat Keterangan Pndah.
b. Memlk Penjamn.
c. Surat Keterangan Perjalanan dar daerah asal.
d. Keterangan keahlan/
keteramplan.
e. Rekomendas Banjar Adat atas nama Bendesa Adat.
2. Persyaratan Kewajban Penjamn:
a. Melaporkan penduduk pendatang kepada Kelan Banjar Adat (palng lambat 2 X24 jam).
b. B e r t a n g g u n g j a w a b atas segala perbuatan penduduk pendatang yang bersangkutan.
c. Surat Pernyataan Penjamn.
d. Penjamn adalah warga setempat ber-KTP Denpasar.
e. Memulangkan penduduk pendatang apabla tenggang waktu penjamnan telah berakhr/belum mendapat pekerjaan.
3. Tugas Klan Banjar Adat:
a. Mendukung dalog dengan penduduk pendatang bersama dengan penjamn.
b. Menerbtkan rekomendas.
c. Melaporkan kepada kepala desa pakraman.
d. Memungut baya admnstras sesua dengan ketentuan yang berlaku.
4. Tugas Kepala Dusun/Kepala Lngkungan :
a. Mencatat dalam regster penduduk pendatang b. Membuat pengantar kepada
kepala desa/Lurah untuk proses KIPP.
5. Tugas kepala desa/lurah:
a. Menelt dan mencatat dalam regster penduduk pendatang.
b. Baya admnstras sesua dengan ketentuan yang berlaku.
c. Menertbkan KIPP
d. Menertbkan penduduk pendatang bersama dengan Tm melbatkan Bendesa Pakraman.
6. Tugas Camat
a. Menertbkan penduduk
pendatang bersama TIM melbatkan BPPLA.
b. Melaporkan penduduk lar yang terjarng ke nstans yang berwenang.
c. Membuat laporan kependudukan secara rutn setap bulan.
Mendasarkan pada aturan-aturan hukum yang terkat dengan penduduk pendatang, bahwa Pemerntah Kota Denpasar berwenang dalam pengendalan penduduk pendatang.
3.3. Bentuk keterlibatan Desa Pakraman dalam Pengendalian Penduduk Pendatang di Kota Denpasar
Berdasarkan pada prnsp otonom daerah, yang menegaskan bahwa Pemerntah Daerah dber kewenangannya untuk menyelenggarakan pemerntahnya.
Memaham pemaknaan prnsp otonom sebagamana dkemukakan oleh logeman14 yatu kebebasan dan kemandran tetap bukan kemerdekaan. Selanjutnya J. Wajong15 juga mengutarakan bahwa otonom adalah kebebasan untuk memelhara dan memajukan kepentngan khusus daerah, dengan keuangan sendr,
14 Y.W. Sunndha, 1987, Praktek Penyelenggaran Pemerintahan di Daerah, Bna Aksara Jakarta, hlm. 35.
15 Lukman Hakm, 2012, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah Perspektif Teori Otonomi &Desetralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Hukum dan Kesatuan, Setara Press Malang hlm, 35.
menentukan hokum sendr dan pemerntahan sendr. Lebh lanjut Lukman Hakm16 menyatakan bahwa Apabla otonom dartkan sebaga segala tugas yang ada pada daerah atau dengan kata lan apa yang harus dkerjakan oleh pemerntah daerah, maka melekat kewenangan yang melput kekuasaan, hak atau kewajban yang dberkan kepada daerah dalam menjalankan tugasnya.
Mendasarkan pada kewenangan Pemerntah Kota Denpasar dalam pengendalan penduduk pendatang yatu mendasarkan pada Keputusan Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 sebagamana yang telah dubah menjad Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002, member kewenangan pada desa pakraman untuk berpartspas dalam pengendalan penduduk pendatang. Dasar yurds keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang d atur dalam Pasal 8 Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002 dengan ketentuan sebaga berkut : (1) Bendesa pakraman dberkan
kewenangan melakukan pembnaan dan pengawasan/
pengendalan terhadap keberadaan penduduk pendatang yang berada d wlayahnya.
(2) Bendesa pakraman dalam melaksanakan kewenangannya dlaksanakan oleh perangkat Banjar Adat dmana penduduk
pendatang dmaksud berada.
(3) …
(4) …
Memaham Pasal 8 d atas bahwa desa pakraman dber kewenangan dan terlbat dalam pengendalan penduduk pendatang yang dalam konteks n dlaksanakan oleh banjar adat sebaga garda terdepan yang menyarng penduduk pendatang.
Keterlbatan Desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang juga dapat dlhat dalam Peraturan Daerah Propns Bal Nomor 10 Tahun 1998 dalam BAB VI tentang Peran Serta Masyarakat yang dtegaskan dalam Pasal 11 ayat (2) yatu
” bahwa Peran serta yang dmaksud adalah peran serta masyarakat bak tu lembaga swadaya ataupun Organsas masyarakat termasuk pasuka-dukaan Banjar, phak swasta dan perorangan secara sukarela. Perda 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman, juga mengatur tentang peran serta dalam admnstras kependudukan. Peran serta tersebut terdapat dalam Pasal 5 huruf d yang menyatakan “salah satu tugas desa pakraman adalah …bersama- sama Pemerntah melaksanakan pembangunan d segala bdang…”.
Kemudan Pasal 6 menyatakan bahwa salah satu wewenang desa pakraman adalah “…turut serta menentukan setap keputusan dalam pelaksanaan pembangunan yang ada d wlayahnya…”. Ketentuan- ketentuan tersebut datas semakn mempertegas dan menguatkan
16 Ibid, hlm.37.
pelbatan Desa Pakraman dalam kegatan pembangunan termasuk dalam hal penanganan penduduk pendatang.
Selanjutnya keterlbatan Desa pakraman juga dapat dlhat dalam Instruks Gubernur Nomor 12 tahun 1992 tentang Pengawasan dan Penngkatan Tertb Admnstras Kependudukan Propns Daerah Tngkat I Bal yatu “ …tetap berupaya menngkatkan partspas masyarakat dalam mewujudkan tertb admnstras kependudukan”.
Selan datur dalam Peraturan Daerah, Keterlbatan Desa Pakraman dalam Pengendalan penduduk Pendatang datur secara jelas dalam Keputusan Walkota No.593 tahun 2000, khususnya Bab III Pasal 9 tentang Peranan Desa Adat. Ketentuan n dubah dengan Keputusan Walkota Nomor 610 Tahun 2002, Pasal 8 yang memberkan kewenangan dalam kependudukan yang secara rnc datur dalam beberapa ayat dantaranya : (1) Bendesa Pakraman dberkan
kewenangan melakukan pembnaan dan pengawasan/
pengendalan terhadap keberadaan penduduk pendatang yang berada d wlayahnya.
(2) Bendesa Pakraman dalam melaksanakan kewenangannya dlaksanakan oleh perangkat Banjar Adat dmana penduduk pendatang dmaksud berada.
(3) Kewenangan perangkat banjar adat dmaksud ayat (2) pasal n
adalah memberkan keterangan atau rekomendas mengena keberadaan penduduk pendatang dwlayahnya, sebagamana dmaksud pasal 1 ayat (3) huruf e dan keterangan dmaksud merupakan persyaratan untuk dapat berlangsungnya proses admnstras kependudukan.
(4) Banjar Adat dalam melaksanakan kewenangan dmaksud ayat (3) dlaporkan kepada Desa Pakraman yang mewlayah nya.
Pelbatan Desa Pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang oleh Pemerntah Kota Denpasar juga tertuang dalam Kesepakatan Bersama antara Forum kepala Desa/Lurah Kota Denpasar dengan Parum Bendesa Desa Pakraman Kota Denpasar Tentang Penertban Penduduk Pendatang D Kota Denpasar. Nomor : 11/FK/
IX/2002 (Phak Pertama) yatu Forum Kepala Desa/Lurah dan Nomor : 003/
PBDA/IX/2002 (Phak Kedua) yatu Parum Bendesa Pakraman. Dalam kesepakatan bersama n terdapat 4 (empat) Pasal yatu :
Pasal 1 terdapat dua (2) pont :
1. Phak pertama dengan phak kedua secara bersama melakukan Pembnaan dan Penertban Penduduk Pendatang.
2. Phak kedua wajb mendata Penduduk Pendatang.
Selanjutnya dalam Pasal 2 dsebutkan bahwa phak pertama dan kedua berkoordnas untuk tercapanya
daya guna dan hasl guna yang optmal.
Dalam Pasal 3 dnyatakan bahwa dalam pendataan penduduk pendatang dapat memungut uang pendaftaran sesua dengan pararem desa pakraman dan penggunaan hasl pungutan tu datur melalu paruman desa adat/desa pakraman setempat.
Berdasarkan pada pemahaman Pasal 3 bahwa desa pakraman dberkan otortas untuk memungut uang pendaftaran penduduk pendatang sesua dengan pararem, maka Parum Bendesa Desa Pakraman Kota Denpasar membuat Keputusan Manggala Parum Bendesa Desa Pakraman Kota Denpasar Nomor : 005/
PBDA/XI/2002 tentang Standarsas pungutan Desa Pakraman Atas Baya Admnstras Penduduk Pendatang D Kota Denpasar. Standarsas pungutan Desa Pakraman atas baya admnstras Penduduk Pendatang terdapat dalam Pasal 1 yatu penduduk yang berasal dar luar Denpasar dalam Propns Bal dpungut sebesar Rp. 50.000,- (lma puluh rbu rupah) dan penduduk yang berasal dar luar Propns Bal maka dpungut Rp. 100,000,- (seratus rbu rupah). Pengalokasan pungutan datur dalam pasal 2 yatu “ 20 % dperuntukkan Desa Pakraman, 20 % dperuntukkan Banjar yang bersangkutan, 60% dperuntukkan baya operasonal petugas dan admnstras blanko-blanko.
Terkat dengan bentuk rl keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang
dapat dlhat dalam awg-awg desa pakraman padangsamban. Dalam Pawos 6 awg-awg desa pakraman padangsamban dtentukan “ Indik karma tamiu lan tamiu kadabdab olih banjar pakraman soang- soang”. Menndak lanjut ketentuan Pasal 6 tersebut Bendesa Pakraman menetapkan keputusan desa pakraman Nomor : 05 / KEP / DP.Pds / 14 tentang Kontrbus Baya Ketertban dan Keamanan Sosal d Wlayah Desa Pakraman Padangsamban. Apabla dlhat dar konteks lahrnya Keputusan Bendesa Pakraman Padangsamban n menunjukkan bahwa telah ada koordnas phak desa pakraman dengan phak desa dnas untuk bekerja sama dalam pengendalan penduduk pendatang.
Hal n dapat dlhat adanya rapat koordnas Bendesa Pakraman Padangsamban Kelhan Majels Paruman Krama Desa Pakraman Padangsamban dengan Lurah Padangsamban, Kepala Desa Padangsamban Kelod, Kepala Desa Padangsamban Kaja, Kepala Desa Tegal Harum, Kelhan Banjar, Kepala Lngkungan, Kepala Dusun, Babnsa dan Babhnkamtbmas pada har Rabu, 18 Jun 2014 d Kantor Lurah Padangsamban yang menghaslkan keputusan desa pakraman Nomor : 05 / KEP / DP.Pds / 14 tentang Kontrbus Baya Ketertban dan Keamanan Sosal d Wlayah Desa Pakraman Padangsamban. Berdasarkan hasl rapat tersebut menghaslkan 6 pon:
1. Penermaan krama tamu dan tamu yang baru datang dan tnggal menetap maupun sementara dalam jangka waktu tertentu d Kelurahan Padangsamban, Desa Padangsamban Kaja, Desa Padangsamban Kelod dan Desa Tegal Harum yang menjad bagan wlayah Desa Pakraman Padangsamban wajb:
a. membawa persyaratan surat pndah dar daerah asal;
b. memperoleh KIPPS dan STPPTS sebaga persyaratan admnstras penduduk baru yang dkeluarkan dar Desa dan Kelurahan d wlayah Desa Pakraman Padangsamban;
c. memperoleh rekomendas pndah sebaga krama tamu dan tamu dar Bendesa Desa Pakraman Padangsamban dengan menunjuk pelaksana tekns kepada Kelhan Banjar.
2. Untuk menjamn ketertban dan keamanan sosal-nya bag krama tamu dan tamu yang baru datang dan tnggal menetap maupun sementara dalam jangka waktu tertentu, dkenakan kontrbus baya sebesar Rp.
100.000,- (seratus rbu rupah) bag penduduk pendatang luar Provns Bal dan penduduk pendatang luar Denpasar dalam Provns Bal sebesar Rp 25.000,- (dua puluh lma rbu rupah). Penggunaan kontrbus
baya tersebut akan datur dan dsumbangkan sebagan kepada Desa dan Kelurahan yang ada d wlayah Desa Pakraman Padangsamban sebaga wujud snerg dan koordnas dalam pengendalan kependudukan (terlampr dalam Keputusan).
3. Pengenaan kontrbus baya sebagamana dmaksud pon kedua, dbayar pada saat krama tamiu dan tamiu yang telah memenuh kelengkapan persyaratan admnstras kependudukan mendaftar d Kelhan Banjar yang melaksanakan rekomendas
Bendesa Pakraman
Padangsamban..
4 Terhadap Dusun/Lngkungan/
Banjar yang belum memlk Kelhan Banjar defntf, rekomendas Bendesa Desa Pakraman Padangsamban dapat dlaksanakan oleh Kelhan Banjar Pakraman terdekat..
5. Apabla d kemudan har terdapat kekelruan dalam penerbtan Keputusan n akan dlakukan perubahan sebagamana mestnya.
6. Keputusan n berlaku sejak tanggal dtetapkan.
Dalam awig-awig Banjar Adat Robokan Desa Adat Kerobokan juga mengatur mengena penduduk pendatang sebagamana terdapat dalam Pawos 4 kaping 2 huruf ca menentukan :
Krama Padgata Kala, inggih punika karma sane magama Hindu utawi magama siyosan, sane during pastika ajeg jenek ring wawidangan Banjar Robokan, saha kacacah ring pipil karma padgata kala Banjar Robokan.
Selanjutnya dalam dalam pawos 6 awig-awig tersebut juga dtentukan tentang kewajban krama padgata kala yatu : “ Swadarma Krama Banjar Padgata Kala :
• Tinut ring daging awig-awig puniki, utamanyane indik karma padgata kala.
• Nawur Pacingkrem manut pararem Banjar Adat Robokan.
Hal d atas dapat dpaham bahwa dalam awig-awig Banjar Adat Robokan Desa Pakraman Kerobokan juga datur mengena krama tamiu dan tamiu (penduduk pendatang). Bahwa penduduk pendatang harus patuh terhadap s awig-awig dan membayar urunan sesua dengan pararem Banjar Adat Robokan.
Untuk mengetahu besaran urunan yang dmaksud dalam awig- awig Banjar Adat Robokan dapat dlhat dalam Pararem Awig-Awig Banjar Adat Robokan. Dalam Pawos 5 Pararem tersebut menentukan bahwa
“karma saking dura Negara banjar Robokan sane jenek saha maderbe umah/jero/griya utawi nyewa umah/
tanah sekirangnyane 5 (limang) warsa ring wewidangan Banjar Robokan patut mekrama banjar dinas, tata caranyane manut ring uger-uger Guru
Wisesa lan pararem Banjar Adat Robokan inggih punika nawur dana Yatra ageng ipun Rp. 1.000.000,- (a yuta rupiah).” Ketentuan n dapat dmakna bahwa penduduk pendatang yang tnggal kurang dar 5 tahun d banjar adat Kerobokan membayar uran 1.000.000, (satu juta rupaah).
Terkat dengan kewajban penduduk pendatang yang tnggal d banjar adat Kerobokan yatu sebagamana datur dalam Pawos 6 kapng 3 yang menentukan :
Swadarma Krama Banjar Padgata kala “:
Nawur pacingkreman manut pararem Banjar Adat Roboksn inngih punika :
1. Nawur pacingkreman ageng ipun Rp. 5.000,- (limang tali rupiah) nayabaran a bulan.
2. Krama Padgata kala saking dura Bali patut meduwe KIPS lan nawur Rp. 100.000 (satus tali rupiah) adiri nyabaran 3 (tigang) bulan sane keepah dados kalih inngih punika ring banjar Robokan Rp. 50.000,- (seket tali rupiah) lan ring desa Dinas Rp. 50.000,- (seket tali rupiah).
3. Krama Padgata Kala saking Bali sane meduwe KTP ring luar Kota Denpasar patut meduwe KIPS lan nawur Rp. 25.000,- (slae tali rupiah) a nyabaran 6 (enem) bulan sane keepah dados kalih inggih punika ring banjar Robokan Rp. 20.000,- (duang
dasa tali rupiah) lan ring desa dinas Rp. 5.000,- (limang tali rupiah)
4. Krama Padgata Kala sane kari ngeranjing nenten keni dana KIPS lan uran.
Mendasarkan pada awig-awig Desa Pakraman Padangsamban dan Awig-awig Banjar adat Robokan Desa Adat Kerobokan, jelas ada pengaturan mengena penduduk pendatang dan tata cara menangan penduduk pendatang.
Salah satu yang dapat dlakukan oleh desa pakraman dan banjar adat adalah dengan mengenakan uran bag penduduk pendatang yang tnggal d wlayah desa adat dan banjar adat. Hal n juga perlu dpaham bahwa bentuk keterlbatan desa pakraman dan banjar adat dalam pengendalan penduduk pendatang adalah dengan membuat aturan yang jelas tentang penduduk pendatang dan membuat pararem yang dengan jelas juga mengatur tata cara pengaturan penduduk pendatang. Tata cara tersebut juga mengatur secara jelas tentang berapa uran yang akan dkenakan pada penduduk pendatang.
Dengan adanya aturan yang member kewenangan pada desa pakraman melalu banjar adat untuk kut serta dalam pengendalan penduduk pendatang dan tu dtuangkan dalam pararem banjar adat. In menunjukan bahwa salah satu bentuk keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang.
Seturut dengan ketentuan yang telah tertuang dalam awig-awig
desa pakraman serta pararem desa pakraman d atas, nampaknya senada dengan keputusan Majels Utama Desa Pakraman (MDP) Bal Nomor;
050/Kep/Psm-1/MDP Bal/III/2006, Jumat 3 Maret 2006,yang menjelaskan beberapa pont yatu :
1. Penduduk Bal berdasarkan agama yang danut dan tempatnya berdomsl, dkelompokkan menjad tga yatu : krama desa (penduduk beragama Hndu dan mpl atau tercatat sebaga anggota d desa pakraman);
krama tamiu (penduduk yang beragama Hndu dan tdak mipil atau tercatat sebaga anggota desa pakraman); dan tamiu (penduduk non-hndu dan bukan anggota desa pakraman).
2. Masng-masng golongan penduduk tersebut berlaku swadarma (kewajban) yang berbeda terhadap desa pakraman.
Perbedaan tu hendaknya memberkan kenyamanan kepada ketga golongan penduduk tersebut.
3. Krama tamiu dan tamiu berdasarkan aktvtasnya d desa pakraman, dapat dbedakan menjad dua yatu : a) krama tamiu dan tamiu yang hanya berdomsl d desa pakraman;
dan b) Krama tamiu dan tamiu yang berdomsl dan atau membuka usaha d desa pakraman.
Keputusan Majels Desa
Pakraman n dapat juga dpaham bahwa setap penduduk pendatang (karma tamiu dan tamiu) mempunya kewajban berbeda apabla tnggal d wlayah desa pakraman. Perbedaan kewajban tersebut dtuangkan dalam awig-awig dan pararem desa pakraman. Lebh lanjut keputusan Majels Desa Pakraman tersebut juga menyatakan bahwa pertama, karma tamu wajb mencptakan kesukertan (kedamaan) desa pakraman bersama-sama dengan krama desa bak yang menyangkut parahyangan (keyaknan), pawongan (aktvtas kemanusaan) serta palemahan (kelestaran lngkungan alam), kedua, bahwa kewajban tu dtuangkan dalam bentuk skap salng menghormat dserta urunan dan ayah-ayahan(wajb kerja) yang dapat dgant dengan uang dan jumlah keduanya tdak lebh dar 10 % dar pada kewajban karma desa, serta dapat memberkan dana puna (sumbangan sukarela).
Selanjutnya dalam keputusan MUDP tersebut juga mengatur kewajban tamu (kraman non hndu) yatu pertama, tamu wajb mencptakan kesukerta desa pakraman bersama- sama karma desa dan karma tamu dan aktvtas lannya yang berhubungan dengan kemanusaan dan kelestaran lngkungan alam, sepanjang tdak terkat langsung dengan parhyangan (keyaknan beragama menurut ajaran hndu). Kedua, kewajban tersebut dtuangkan dalam bentuk skap salng menghormat dserta dengan urunan
dan ayah ayahan yang dapat dgant dengan uang dan jumlah keduanya tdak lebh dar pada 30 % dar pada kewajban karma desa serta dapat memberkan dana puna (sumbangan sukarela).
Dengan demkan bahwa desa pakraman yang ada d Kota Denpasar, perlu memperhatkan ketentuan- ketentuan yang ada dalam keputusan Majels Desa Pakraman, sehngga ada kesatuan tafsr terkat kewajban karma tamu dan tamu yang berdomsl d Kota Denpasar.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraan d atas, dapat dsmpulkan sebaga berkut : 1. Bahwa kewenangan
Pemerntah Kota Denpasar dalam pengendalan penduduk pendatang adalah ddasarkan pada kewenangannya sesua dengan Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 mengatur mengena penduduk yatu dalam Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3) yang pemahamannya bahwa mengena warga negara dan penduduk datur dengan Undang-undang. Selanjutnya dasar kewenangannya dapat juga dlhat dalam pasal 12 huruf F Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah yang menyatakan bahwa dalam bdang Admnstras Kependudukan dan Pencatatan Spl merupakan
urusan wajb. Pengaturan Admnstras Kependudukan juga dapat dlhat dalam lampran huruf L khususnya dalam bdang Admnstras Kependudukan dan Pencatatan Spl. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admnstras Kependudukan member dasar kewenangan untuk mengatur admnstras kependudukan termasuk d dalamnya pengaturan penduduk pendatang. Pengaturan penduduk pendatang dalam tataran loka juga datur dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1998 tentang Pengendalan Kependudukan. Dalam pasal 9 Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 10 Tahun 1998 dnyatakan bahwa Gubernur menetapkan kebjaksanaan untuk mengarahkan kualtas penduduk dengan memperhatkan nla- nal agama, etka dan sosal budaya. Selanjutnya dasar kewenangan Kota denpasar dalam pengendalan penduduk Pendatang adalah ddasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Admnstras Kependudukan, Selanjutnya pengendalan penduduk pendatang lebh rnc dapat dlhat dalam Keputusan Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 sebagamana yang
telah dubah menjad Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002. Terkat dengan pungutan terhadap penduduk pendatang dapat dlhat dalam keputusan Walkota Nomor 585 tahun 2002 tentang Perubahan Lampran Keputusan Walkota Denpasar Tanggal 13 Desember 2001 Nomor 1002 tahun 2001 tentang Standarsas Pungutan/
Sumbangan Kelurahan D Kota Denpasar.
2. Bentuk keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang d Kota Denpasar adalah mendasarkan pada Keputusan Walkota Nomor 593 Tahun 2000 sebagamana yang telah dubah menjad Keputusan Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002, member kewenangan pada desa pakraman untuk berpartspas dalam pengendalan penduduk pendatang, yang secara rnc datur mengena kewenangan desa pakraman dalam melakukan pengawasan penduduk pendatang. Pemahaman terhadap ketentuan tersebut dtndak lanjut oleh desa pakraman d Kota Denpasar. Sebagamana telah djelaskan dalam pembahasan yang menyatakan bahwa dalam awg-awg Banjar Adat Robokan Desa Adat Kerobokan juga mengatur mengena penduduk pendatang. Besaran urunan
dalam ketentuan awg-awg Banjar Robokan khususnya dalam pararemnya adalah ketentuan n dapat dmakna bahwa penduduk pendatang yang tnggal kurang dar 5 tahun d Banjar Adat Robokan membayar uran 1.000.000, (satu juta rupah). Selan tu ada kewajban lan yang harus dpenuh oleh penduduk pendatang yatu membayar uang urunan yang bervaras yatu Rp5000,- setap bulan, Rp100.000, setap tga bulan yang mempunya KIPS dan membayar 25.000,- bag penduduk yang telah mempunya KTP. Dengan adanya aturan yang member kewenangan pada desa pakraman melalu banjar adat untuk kut serta dalam pengendalan penduduk pendatang dan tu dtuangkan dalam pararem banjar adat.
In menunjukkan bahwa salah satu bentuk keterlbatan desa pakraman dalam pengendalan penduduk pendatang.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Snar Grafka, jakarta.
Bambang Sunggono, 2003, Metodelog Peneltan Hukum. Rajawal Pers Jakarta.
Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta.
Jum Anggran, 2012, “ Hukum Administrasi Negara”, Graha Ilmu, Yogyakarta
Lukman Hakm, 2012, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah Perspektif Teori Otonomi & Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Hukum dan Kesatuan, Setara Press Malang
Majels Utama Desa Pakraman, 2010, Himpunan Hasil-Hasil Pesamuhan Agung III MDP Bali, Majels Utama Desa Pakraman Bal, Dnas Kebudayaan Provns Bal.
Morrs L. Cohen dan kent C. Olson, 2000, Legal Research In A Nutshell, Seventh Edton, ST.
Paul, Mnn, West Group.
Marhaendra Wja Atmaja, Gede
“Poltk Pluralsme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Unverstas Brawjaya, Malang, 2012.
Oka Parwata, A A Gede, 2003,
“Pola Hubungan Antara Desa Dnas dengan Desa Adat dalam Penanganan Penduduk Pendatang d Kecamatan Ubud Kabupaten Ganyar”, Kerjasama Lembaga Peneltan dengan BAPPEDA Kabupaten Ganyar.
Phlpus M. Hadjon, et.al, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Introduction to the Indonesian Administrative law, Gadjah Mada Unversty Press, Yogyakarta.
Prajud Atmosudrjo,1994, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kesepuluh, Ghala Indonesa, Jakarta.
Ptana, I Gde, 2000, Kuta Cermin Retak Pariwisata Bali, Upada Sastra.
Prajud Atmosudrjo,1994, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kesepuluh, Ghala Indonesa, Jakarta.
Peter Mahmud Marzuk, 2005, Penelitian Hukum, Cetakan ke- 1, Kencana, Jakarta
Rdwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta.
Sadjjono, H 2011, Bab- Bab Pokok Hukum Administrasi, Cetakan II, Eds II, Laksbang Pressndo, Yogyakarta
Soepomo, 2000, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramta Jakarta.
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Unverstas Indonesa (UI) Press), Jakarta --- dan Sr Mamuj,
1986, Peneltan Hukum Normatf suatu Tnjauan Sngkat, CV Rajawal Jakarta.
Sudantra, I Ketut, 2001, “Pola Penyelesaan Persoalan- persoalan Hukum oleh Desa
Adat”, Dnamka Kebudayaan, Vol III No. 1, Lembaga Peneltan Unverstas Udayana.
---, 2005, Peran Serta masyarakat Dalam Pengendalan Kependudukan khususnya Penduduk Pendatang D Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung.
Saly Falk Moore, 2001, Hukum dan Perubahan Sosial: Bidang Sosial Semi Otonom sebagai suatu topic studi yang Tepat dalam TO Ihrom, antropolog Hukum Sebuah Bunga Rampa, Yayasan Obor Indonesa.
W. Sunndha, 1987, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah, Bna Aksara Jakarta.
Tm Pusat Stud Hukum Adat,2001, Kedudukan Desa Pakraman Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa setelah berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 di Kabupaten Gianyar, Laporan Peneltan, Denpasar Kerjasama antara BAPPEDA Kabupaten Ganyar dan Lembaga Peneltan Unverstas Udayana.
Talzuduhu Ndraha, 1986, Pembangunan Masyarakat, Departemen Penddkan dan Kebudayaan
Wnda P dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga dokumentas dan publkas Fakultas hukum Unverstas Udayana.
Yudh Setawan, 2009, Instrumen
Hukum campuran
(gemeenscapelijkrecht) dalam Konsolidasi Tanah, PT. Raja Grafndo Persada, Jakarta
Peraturan
Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admnstras Kependudukan.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admnstras Kependudukan
Peraturan Daerah Propns Bal Nomor 10 Tahun 1998 tentang Pengendalan Kependudukan Dalam Wlayah Propns Daerah Tngkat I Bal.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dalam Kerangka Sstem Informas manajemen Kependudukan (SIMDUK).
SK Walkota Denpasar Nomor 593 Tahun 2000 tentang Penertban Penduduk Pendatang d Kota Denpasar.
SK Walkota Denpasar Nomor 610 Tahun 2002 tentang Perubahan Keputusan Walkota Denpasar nomor 539 Tahun 2000 Tentang Penertban Penduduk Pendatang.
SK Walkota Denpasar Nomor 585 Tahun 2002 tentang Perubahan Lampran tentang Keputusan Walkota Denpasar Tanggal 13 Desember 2001 Nomor 1002 Tahun 2001 tentang Standarsas Pungutan Desa/ Sumbangan Kelurahan d Kota Denpasar.
Kesepakatan Bersama antara Forum Kepala Desa /Lurah Kota Denpasar dengan Parum Bendesa Pakraman Kota Denpasar tentang Penertban Penduduk Pendatang d Kota Denpasar.
SK Manggala Parum Bendesa Desa Pakraman Kota Denpasar Nomor 005/PBDA/XI/2002 tanggal 18 Nopember 2002 tentang Standarsas Pungutan Desa Pakraman atas Baya Admnstras Penduduk Pendatang d Kota Denpasar.
Awg-Awg Banjar Kaja, Desa Adat Pakraman Sesetan, 2014.
Awg-Awg Desa Pakraman Padang Samban tahun 2007.
Awg-Awg Banjar Adat Robokan Tahun 2014.
Pararem Awg-Awg Banjar Adat Robokan 2014.