• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT MA’ASYARA SYABAB DALAM MEMBENTUK AKHLAK PEMUDA DI DESA SUMBER TAMAN PROBOLINGGO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "UPAYA MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT MA’ASYARA SYABAB DALAM MEMBENTUK AKHLAK PEMUDA DI DESA SUMBER TAMAN PROBOLINGGO SKRIPSI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT MA’ASYARA SYABAB DALAM MEMBENTUK AKHLAK PEMUDA DI

DESA SUMBER TAMAN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

BUDI SASMITO NIM: T20161001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

▸ Baca selengkapnya: sholawat haibah dan artinya

(2)

ii

UPAYA MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT MA’ASYARA SYABAB DALAM MEMBENTUK AKHLAK PEMUDA DI

DESA SUMBER TAMAN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

BUDI SASMITO NIM. T20161001

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Matkur, S.Pd.I., M.Si.

NIP.198106022005011002

(3)

iii

UPAYA MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT MA’ASYARA SYABAB DALAM MEMBENTUK AKHLAK PEMUDA DI

DESA SUMBER TAMAN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Rabu Tanggal : 29 Juni 2022

Tim Penguji Ketua

Dr. Ubaidillah, M.Pd.I

NIP. 198512042015131002

Sekretaris

Ulfa Dina Novienda, S.Sos.I., M.Pd NIP. 201812173

Anggota :

1. Dr. Mukaffan, M.Pd.I ( ) 2. Dr. H. Matkur, S.Pd.I, M.Si ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni`ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

(4)

iv

MOTTO

ِن ْو ُرُفْكَت َلَ َو ْيِل ا ْو ُرُكْشا َو ْمُك ْرُكْذَا ْْٓيِن ْو ُرُكْذاَف

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada- Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Al-Baqarah, 152).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2007).

(5)

v

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim, Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya Skripsi ini dengan baik dan lancar. Teriringi doa serta terima kasih saya persembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Kedua orang tua, Moh. Fadil dan Suharni, yang sudah mendidik dan membesarkan saya hingga menjadi seperti sekarang ini. Semoga saya dapat selalu berbakti dan bisa membahagiakan kedua orang tua saya, Aamiin...

2. Segenap para guru yang senantiasa membantu dan mendukung untuk penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. H. Matkur S.Pd.I., M.Si. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang selalu memberikan semangat, semoga kesabarannya dalam mendidik dan mengarahkan penulis bernilai ibadah. Aamiin ya rabb.

4. Kepada teman dan sahabat-sahabat yang telah mendukung dan selalu mengingatkan untuk segara menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikannya bernilai ibadah. Aamiin

(6)

vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga sampai saat ini masih bisa merasakan kenikmatannya Iman dan Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Pendidikan Akhlak Bagi Pemuda Ma’asyara Syabab Melalui Pembacaan Dzikir Dan Sholawat Di Desa Sumber Taman Probolinggo.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun mudah- mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekurangannya.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya Kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember

2. Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KHAS Jember

3. Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku Kepala / Ketua Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa

(7)

vii

4. Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

5. Dr. H. Matkur, S.Pd.I, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ustd Maulana Malik Ibrahim S.Ag selaku Khodimul Majelis Ma’asyara Syabab yang telah besedia dan meluangkan waktunya memberikan kesempatan untuk membantu penulis dalam penelitian.

7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan Ilmunya kepada kami.

Akhir kata, semoga segala kebaikan yang telah Bapak/ Ibu dan teman- teman berikan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari Allah SWT, Aamiin.

Jember, 07 Juni 2022 Penulis

BUDI SASMITO NIM: T20161001

(8)

viii ABSTRAK

Budi Sasmito,2022: Upaya Majelis Dzikir Dan Sholawat Ma’asyara Syabab Dalam Membentuk Akhlak Pemuda Di Desa Sumber Taman Probolinggo.

Kata kunci: Upaya majelis dzikir dan sholawat, membentuk akhlak pemuda Pada era saat ini pendidikan akhlak masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh untuk membangun kecerdasan sekaligus kepribadian manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan akhlak secara terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Maka dari itu, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan khususnya dalam segi akhlak, karena akhlak sendiri menjelaskan tentang norma-norma, budi pekerti, sopan santun, dan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo? 2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya mjelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo? 2) Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat upaya majelis dzikir dan sholawat dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo?

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan situasi tertentu berdasarkan data yang diperoleh dilapangan secara terperinci. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancaram dokumentasi dan observasi langsung di Majelis Ma’asyara Syabab Desa Sumber Taman Probolinggo. Dalam pemilihan informan penulis menggunakan purposive sampling.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa 1) jenis kegiatan majelis dzikir dan sholawat Ma’asyara Syabab adalah: rutinan pembacaan dzikir, sholawatan dan dilanjut kajian keilmuan yang dilaksanakan setiap malam jum’at dan sabtu. 2) Upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda menggunakan teori pendidikan akhlak seperti metode keteladanan, nasihat dan motivasi, kisah, dan pembiasan. 3) faktor pendukung yaitu dukungan langsung dari masyarakat sekitar, semangat yang tinggi dari para pemuda. 4) faktor penghambat yaitu adanya pengaruh dari pergaulan luar, sarana prasarana yang kurang.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Fokus penelitian ... 6

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 7

E. Definisi istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

A. Penelitian terdahulu ... 12

B. Kajian teori ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 40

C. Subyek Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan data ... 43

E. Analisis Data ... 45

F. Keabsahan Data ... 47

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 48

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 53

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 53

B. Penyajian Data dan Analisis ... 59

(10)

x

C. Pembahasan Temuan ... 68

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

2.1 Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Terdahulu... 15 3.1 Daftar Informan Penelitian ... 42 4.1 Presentase Mata Pencaharian Penduduk Kota Probolinggo ... 55

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Era digital dan perkembangan zaman memiliki dampak yang begitu luar biasa terutamanya bagi kalangan pemuda. Sehingga tidak heran datangnya kecanggihan teknologi membuat kalangan pemuda memiliki hak kebebasan dalam mencari informasi ataupun mengakses dunia luar. Dalam situasi seperti ini, kecanggihan teknologi bisa menjadikan hal positif dan hal negatif bagi pemuda khususnya.

Meskipun demikian perlu adanya filter sebagai penopang dari kecanggihan teknologi. Karena ketika melihat fenomena yang terjadi banyak kalangan pemuda mengalami perubahan akhlak terutama dari segi kultur dan budaya identitas. Maka tidak heran diwilayah perkotaan ketika melihat para pemuda serta pemudinya ketika berpakain, bergaul, bersosial menggunakan cara-cara barat. Fenomena seperti ini dapat menimbulkan kasus-kasus kriminal dan kejahatan nantinya, seperti perampokan, tawuran antar pemuda pelecehan seksual dan lain-lain. Untuk meminimalisir kejadian-kejadian tersebut pemuda seharusnya diberikan pendidikan tentang akhlak baik disekolah, tempat ibadah, dan juga dilingkungan masyarakat.

Pendidikan sendiri adalah suatu hal yang begitu penting bagi manusia.

Sebagai pondasi manusia dalam menjalani alur kehidupan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003,2 tentang Sistem

2 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

(13)

Pendidikan Nasional, yang berbunyi ”Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Sehingga pendidikan menjadi hal yang begitu pokok baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Selain itu pendidikan dapat menghantarkan seseorang hidup bermartabat, beriman, dan bertakwa kepada Allah, memiliki akhlak yang luhur, terampil, sosial, cerdas, dan mandiri. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk akhlak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan ajaran agama islam.3

Pada era saat ini pendidikan akhlak masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh untuk membangun kecerdasan sekaligus kepribadian manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan akhlak secara terus- menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan. Yang mana sesuai dengan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

3 Drs. Anas Salaludin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung:Pustaka Setia, 2013), 41.

(14)

undang-undang.”4 Maka dari itu, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan khususnya dalam segi akhlak.

Akhlak adalah sebuah sifat yang dibawa oleh manusia sejak manusia itu lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada pada diri manusia itu sendiri.

Sifat yang lahir dalam perbuatan baik itu merupakan akhlak mulia, sedangkan perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tercela. Maka dari itu akhlak merupakan suatu ajaran tidak dapat ditinggalkan, karena akhlak sendiri menjelaskan tentang norma-norma, budi pekerti, sopan santun, dan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sangatlah penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Hancur tidaknya suatu bangsa dan masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya, apabila akhlaknya baik, maka akan sejahtera lahir batinya, dan apabila akhlaknya buruk rusaklah lahir batinnya. Di dalam hadis dari Abu hurairah Radhiyallahu’Anhu, Rasulullah SAW bersabda:

ِقلاْخَلأا َم ِراَكَم َمِ مَتُلأ ُتْثِعُب اَمَّنِإ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Dari hadis tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah telah mengajarkan adab atau dengan kata lain akhlak mulia kepada umatnya disegala kehidupan.

Maka dari itu akhlak merupakan dasar dan landasan yang kokoh untuk

4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

(15)

kehidupan manusia. Karena dengan dibentuknya akhlak yang baik akan menjadikan hidup manusia bermanfaat, baik itu dirumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

Dalam mewujudkan akhlak yang baik tidaklah mudah, deperlukan adanya kesadaran serta kerja sama antar pihak yang terlibat dalam pendidikan, seperti orang tua, sekolah, dan masyarakat guna mengarahkan terhadap pembangunan manusia yang seutuhnya untuk membentuk sumber daya manusia yang baik secara lahir dan batinnya. Agar dapat terwujudnya sumber daya manusia tersebut diperlukannya beberapa upaya antara lain dengan meningkatkan pendidikan keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan akhlak yang dilaksanakan dengan lebih memperdalam pengetahuan, pemahaman dan peningkatan pengalaman ajaran serta nilai-nilai agama islam untuk membentuk akhlak mulia dalam menghadapi perkembangan zaman.

Pembentukkan akhlak ini bisa dilakukan melalui pendidikan formal, seperti sekolah, dan pendidikan non formal, seperti dirumah, mesjid, dan di masyarakat. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus membahas tentang pembentukaan akhlak yang dilakukan melalui pendidikan non formal, yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti manaqib, burdah, rotibul hadad, yasin dan tahlil, majelis ilmu, ataupun majelis dzikir dan sholawat. Adapun tujuan yang dilakukan semata-mata ingin mangharap ridho Allah dan syafaat Nabi Muhammad saw. Salah satu kegiatan tersebut diterapkan salah satunya oleh majelis dzikir dan sholawat Ma’asyara Syabab, yang berada di desa Sumber Taman Probolinggo.

(16)

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan, bahwasanya di majelis Ma’asyara Syabab terdapat kegiatan-kegiatan yang diantaraya kegiatan pembacaan burdah, sholawatan yang diiringi musik hadroh, dilanjut dengan acara dzikiran dan juga kajian-kajian keilmuan tentang akhlak yang dipimpin langsung oleh khodimul majelis Ma’asyara Syabab. Yang mana kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan rutin setiap malam jum’at dan malam sabtu. Hal ini bertujuan agar para generasi muda memperoleh pengetahuan tentang dasar-dasar dan wawasan keislaman, seperti masalah ibadah, aqidah, fiqih, dan akhlak. Yang mana jama’ahnya mayoritas anak muda dan masyarakat umum yang berada disekitar wilayah desa Sumber Taman, tetapi yang diprioritaskan di majelis ini adalah pemuda karena anak muda merupakan generasi penerus bangsa di masa depan. Maka dari itu Ustd Malik selaku khodimul majelis memberi nama majelis ini dengan nama “Ma’asyara Syabab” yang memeiliki arti “perkumpulan pemuda.” Dinamakan demikian karena melihat pemuda secara umum mengalami krisis moral dan etika padahal pemuda adalah para penerus suatu bangsa nantinya.5

Berdasarkan latar belakang dari masalah inilah yang mendorong penulis mencoba menyusun skripsi dengan judul “Upaya Majelis Dzikir Dan Shalawat Ma’asyara Syabab Dalam Memebentuk Akhlak Pemuda Di Desa Sumber Taman Probolinggo.

5 Observasi di Majelis Dzikir dan Sholawat Ma’asyara Syabab, 13 Oktober 2021

(17)

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional, yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.6 Berdasarkan latar belakang yang telah ditetapkan diatas, maka dapat ditetapkan fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakuakan penelitian. Tujuan penelitian ini harus mengacu pada konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sebelumnya.7 Tujuan penelitian untuk:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo.

6 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember : UIN KHAS Jember Press, 2021), 44.

7 Tim Penyusun, 45.

(18)

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kointribusi apa yang diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa teoritis dan kegunaan praktis seperti kegunaan bagi penulis, institusi, dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis.

Berdasarkan penjabaran tersebut maka tersusun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mendalam tentang bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo.

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya dan juga referensi dan memperkaya khazanah keilmuan di lembaga perguruan tinggi khususnya UIN KHAS Jember.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

1) Sebagai bahan studi empiris bagi penyelesaian skripsi di UIN KHAS Jember dan sekaligus menjadi bahan kajian, mengembangkan pemikiran tentang bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat

(19)

ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo.

2) Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal awal untuk mengadakan penelitian dimasa mendatang.

b. Bagi Majelis Ma’asyara Syabab

Diharap hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi pemikiran dan dijadikan sebagai bahan kajian dalam pendidikan akhlak.

c. Bagi Kepala Perputakaan UIN KHAS Jember

Penelitian ini dapat dijadikan kajian untuk melengkapi kepustakaan dan tambahan referensi kepustakaan bagi seluruh civitas akademika UIN KHAS Jember sehingga dapat menyempurnakan kajian atau penelitian yang berhubungan dengan bagaimana upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa sumber taman probolinggo.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan masyarakat untuk mengetahui dan mempelajari tentang pendidikan akhlak.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak

(20)

terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.

Definisi istilah menurut peneliti dalam penelitian adalah:

1. Upaya

Upaya adalah bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Majelis Dzikir dan Sholawat Ma’asyara Syabab

Majelis dzikir dan sholawat Masyara Syabab adalah sebuah perkumpulan yang didalamnya terdapat kegiatan yaitu dzikir dan sholawat, kajian keilmuan, dan sebagian besar anggotanya adalah para remaja atau pemuda.

3. Akhlak

Akhlak amerupakan suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al- Hadits yang mana akan timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan- kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan pembimbing terlebih dahulu.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi yang bertujuan untuk mengetahui secara global dari seluruh pembahasan yang ada. Bagian pada sistematika pembahasan ini dimaksud untuk menunjukkan pengorganisasian atau garis besar dalam penelitian ini sehingga akan lebih memudahkan dalam menanggapi isinya. Masing-masing

(21)

bab ini disusun dan dirumuskan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I pada bab I berisi terkait pendahuluan, yang memuat dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Pada bab ini dijelaskan terkait gambaran umum study case yang akan dijadikan sebuah penelitian, yakni gambaran secara umum terkait dengan judul penelitian.

BAB II Pada bab II berisi uraian terkait Kajian pustaka, yang berisi tentang kajian kepustakaan yang meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori. Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan dan berisi uraian terkait pembahasan teori yang dijadikan prespektif oleh peneliti.

BAB III Berisi Metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap penelitian.

BAB IV Pada bab IV ini diuraikan terkait penyajian data dan analisis data, yang berisi tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data, dan analisis serta pembahasan temuan peneliti yang diperoleh dalam penggunaan metode yeng diterapkan.

(22)

BAB V Bab ini berisi penutup, berisi tentang kesimpulan dari semua pembahasan yang telah di uraikan, sekaligus penyampaian saran bagi pihak yang terkait.

(23)

12 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti akan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka dapat dilihat sampai sejauh mana orisinilitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.8 Peneliti terdahulu mendasari penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tetapi setiap penelitian terdapat keunikan tersendiri. Hal ini karena adanya perbedaan tempat penelitian, objek penelitian, dan literatur yang digunakan peneliti.

Penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu hasil penelitian Oktaviyan Galang A.S, 2013 UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta dengan judul “Pendidikan Akhlak Pada Remaja Dusun Tanjung Umbulmartani Ngemplak Sleman (Studi Kasus Majelis Sholawat Wahdatul Muqorrobin).”

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

a. pendidikan akhlak yang dikemas melalui kesenian hadroh yang mengiringi pembacaan sholawat sehingga memunculkan perasaan

8 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember : UIN KHAS Jember Press, 2021), 73.

(24)

senang, gembira dan semangat untuk lebih memperbaiki diri. Selain itu pesan-pesan yang terkandung dalam bait-bait syair dalam lagu sholawat yang mudah meresap dan mudah dipahami sehingga dapat menjadi media pendidikan yang efektif.

b. Pelaksanaan pendidikan akhlak yang dilakukan diantaranya dengan penyampaian materi mengenai akhlak, disampaikan dengan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, keteladanan serta dengan nasehat-nasehat, namun dapat juga disampaikan melalui syair-syair sholawat dari bahasa jawa maupun arab yang terdapat banyak pesan tentang kebaikan.9

2. Penelitian terdahulu hasil penelitian Fahrurrozi, 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Peranan Majelis Dzikir Dan Shalawat Dalam Pembentukan Akhlak Remaja.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan proses untuk menghasilkan uot put yang mengarah pada pengembangan sumberdaya manusia (SDM) berkualitas tinggi. Sehingga manusia dapat hidup mempertahankan eksistensinya dalam masyarakat yang terus berkembang. Kondisi masyarakat yang plural menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan dalam mengakomodir seluruh perbuatan tersebut.10

9 Oktaviyan Galang S.A, “Pendidikan Akhlak Pada Remaja Dusun Tanjung Umbulmartani Ngeplak Sleman (Studi Kasus Majelis Sholawat Wahdatul Muqorrobin)”. (Skripsi: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013).

10 Fahrurrozi, “Peranan Majelis Dzikir Dan Shalawat Dalam pembentukan Akhlak Remaja”,

(Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).

(25)

3. Penelitian terdahulu hasil penelitian Arifin Yahya, 2018 UIN Mataram dengan judul “Peranan Majelis Dzikir Dan Sholawat Dalam Membina Akhlak Remaja Di Dusun Dasan Aman Desa Peresak Kecamatan Batu Kliang Lombok Tengah.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, jenis kegiatan majelis dzikir dan sholawat Islahul Ummah adalah : rutinan majlis dzikir dan sholawat Islahul Ummah setiap malam sabtu shalawatan dan malam senin yaitu Hiziban, majlis dzikir dan sholawat Islahul Ummah keliling setiap 1 bulan sekali, menghadiri majlis lain. Adapun peranan majlis dzikir dan sholawat Islahul Ummah dalam membina akhlak remaja antara lain :

a. melalui keteladanan, dengan keteladan ini remaja perlahan-lahan akan mengikuti sesuai dengan apa yang diteladani,contohnya sopan santun dalam bergaul,

b. melalui pembiasaan dengan ini majlis dzikir dan shalawat Islahul Ummah membiasakan para remaja untuk selalu bersikap atau berakhlak yang baik kepda orang tua dan masyarakat,

c. melalui nasehat, dengan selalu memberikan nasehat remaja perlahan- lahan akan sadar dan akan merubah sikapnya yang kurangbaik menjadi lebih baik,

(26)

d. melalui pendidikan, majlis dzikir dan shalawat ini berperan melalui pendidikan karena dengan pendidikan anak maupun remaja dapat dibina akhlaknya.11

Tabel 2.1

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

NO Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Oktaviyan Galang S.A

“Pendidikan Akhlak Pada Remaja Dusun Tanjung Umbulmartani Ngemplak Sleman (Studi Kasus Majelis Shalawat Wahdatul

Muqorrobin).” Tahun 2013

Sama-sama membahas tentang pembentukan akhlak para remaja

Terdapat pada fokus penelitian dan objek penelitian

2 Fahrurrozi

“Peranan Majelis Dzikir Dan Shalawat Dalam Memebentuk Akhlak Remaja.” Tahun 2013

Sama-sama membahas tentang pembentukan pendidikan akhlak bagi remaja

Terdapat pada fokus penelitian dan objek penelitian

3 Arifin Yahya

“Peran Majelis Dzikir Dan Shalawat Dalam Memebina Akhlak Remaja Di Dusun Dasan Aman Desa Peresek Kecamatan Batu Kliang Lombok Tengah.” Tahun 2018

Sama-sama membahas tentang pembentukan pendidikan akhlak terhadap para remaja

Terdapat pada fokus penelitian dan objek penelitian

11 Arifin Yahya, “Peranan Majelis Dzikir Dan Sholawat Dalam Membina Akhlak Remaja di Dusun Dasan Aman Desa Peresak Kecamatan Batu Kliang Lombok Tengah”, (Skripsi:

Universitas Islam Negeri Mataram, 2018).

(27)

B. Kajian Teori

Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai prespektif dalam penelitian. Pembahasan teori yang terkait dengan penelitian secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Posisi teori dalam penelitian kualitatif diletakan sebagai perspektif, bukan untuk diuji sebagaimana dalam penelitian kuantitatif.12

1. Upaya Majelis Dzkir Dan Sholawat a. Pengertian Upaya

Dalam kamus besar bahasa Indonesia uapaya merupakan suatu usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, mencari jalan keluar, memecahkan persoalan, daya upaya.13 Sedangkan menurut departemen pendidikan nasional upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Poewardaminta mengatakan bahwa upaya adalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa upaya adalah bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini ditekankan pada bagian upaya majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab dalam membentuk akhlak pemuda.

12 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: UIN KHAS Jember Press, 2021), 46.

13 Indrawan WS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), 568.

(28)

b. Pengertian Majelis

Majelis menurut bahasa adalah duduk atau tempat duduk.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pengertian majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.14 Sedangkan menurut istilah majelis adalah suatu lembaga pendididkan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dibimbing oleh para alim Ulama, yang bertujuan untuk membina dan mengajarkan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, dan antara manusia dengan sesama manusia yang bertujuan untuk membina pemuda yang bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian majelis adalah salah satu lembaga pendidikn non formal yang memiliki kurikulum tersendiri, dan mempunyai banyak jamaah serta diselenggarakan secara berkala dan teratur. Adapun tujuan dan fungsi majelis, yaitu:

1) Sebagai tempat menimba ilmu yang mana majelis ini bertujuan untuk manambah ilmu dan keyakinan agama yang akan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama dikalangan masyarakat khususnya bagi para jamaah

2) Maningkatkan amal ibadah masyarakat

3) Sebagai tempat untuk kontak sosial atau silaturahmi

14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka,

1999), 615.

(29)

c. Pengertian Dzikir dan Sholawat 1) Pengertian Dzikir

Dzikir dalam kamus bahasa Arab berasal dari kata,

ا ًرْكِذ , ُرُكْذَي

,

َرَكَذ

yang berarti “menyebut atau mengucapkan”.15 Dzikir dalam arti lain “renungan, pengajaran”.16 Istilah dzikir sama halnya dengan menghapal, hanya saja bedanya dalam menghapal mengandung makna menyimpan, sedangkan dzikir mengandung makna mengingat. Sesuai dengan ayat Al Qur’an:















”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152).

Maksud dari ayat Al-Qur’an diatas bahwa Allah menyuruh kaum muslimin untuk selalu mengingat-Nya dan Allah menjanjikan balasan yang besar bagi mereka yang selalu mengingat-Nya. Maksud ingat disini yaitu kita selalu mengingat nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, dan cara mengingatnya dengan cara kita melafalkan pujian atau dzikir kepada Allah SWT, baik yang diucapkan secara lisan maupun dengan hati.

Dzikir merupakan amalan yang paling utama untuk mendapatkan keridaan Allah, senjata yang paling ampuh untuk

15 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 448.

16 Mawardi Labay El Sulthani, Zikir dan Doa Dalam Kesibukan, (Departemen Penerangan RI 1992), 15.

(30)

mengalahkan musuh dan perbuatan yang paling layak untuk memperoleh pahala. Dzikir adalah bendera Islam, pembersih hati, inti ilmu agama, pelindung dari sifat munafik, ibadah yang paling mulia, dan kunci semua keberhasilan. bentuk penglihatan ini diberikan kepada orang yang selalu bermawas diri (muraqabah), bertafakur (fikr), dan bersiap diri (iqbal) bagi kehidupan akhirat.17

Dzikir bisa dilakukan dengan lisan, sesuai dengan kalimat yang diajarkan Nabi Muhammad saw, mengingat Allah di dalam hati, dengan lisan dan hati, yakni menyebut nama Allah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:





































“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka , dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepadanya, bertambah imannya, sedang mereka itu bertawakkal kepada Allah SWT.”

(QS. Al-Anfal: 2).

Dapat disimpulkan dari ayat Al-Qura’an diatas bahwa dengan berdzikir kepada Allah itu, umat manusia akan mendapatkan pembinaan iman, bisa memperteguh keyakinan, bisa memperdalam cinta kita kepada Allah SWT bisa tahan dan tangguh dalam menghadapi godaan iblis dan syaithan, bisa kuat jiwa dalam menghadapi segala tipu daya hawa nafsu yang angkara

17 Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, energy zikir dan shalawat, ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta 1998), 11.

(31)

murka, bisa juga senjata yang paling ampuh dalam menghadapi semua rintangan dan cobaan dalam berjihad di jalan Allah SWT.

Berikut ini merupakan macam-macam dzikir, antara lain:

a) Dzikir Sirr (Diam) dan Jahar (Bersuara)

Dzikir kepada Allah disyariatkan baik secara diam-diam maupun dengan bersuara, Rasulullah telah menganjurkan dzikir dengan kedua macam ini. Akan tetapi, para ulama syariat menetapkan bahwa dzikir bersuara lebih utama, jika terbebas dari hasrat pamer dan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, sedang membaca Al-Qur’an atau sedang tidur.18

Imam Nawawi telah mengkompromikan antara keduannya dengan mengatakan bahwa dzikir secara rahasia lebih utama apabila seseorang takut akan hasrat pamer. Dzikir besuara lebih utama dalam kondisi selain itu. Sebab, amal dzikir lebih baik faedahnya dapat menular kepada orang yang mendengarkannya, dapat menghilangkan ngantuk dan dapat menambah semangat dalam berdzikir.19

Oleh karena itu, bahwa mengetahui larangan mengeraskan suara dalam berdzikir dan berdoa tidaklah mutlak. Nawawi menegaskan bahwa mengeraskan suara dalam dzikir tidak dilarang dalam syariat, tapi justru di syariatkan dan hukumnuya sunnah. Menurut mazhab syafi’ih,

18 Abdul Qadir Isa, Hakekat tasawuf, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), 97.

19 Abdul Qadir, 99.

(32)

“mengeraskan suara dalam dzikir lebih utama dari pada melirihkan”.20

Sebagian kalangan memilih bahwa yang dilarang adalah mengeraskan suara secara berlebihan atau melampaui kebutuhan. Sementara berdzikir dengan mengeraskan suara secara seimbang dan sesuai sengan kebutuhan termasuk yang diperintahkan.

b) Dzikir Lisan dan Dzikir Hati

Para ulama sepakat bahwa dzikir dengan lisan dan hati dibolehkan bagi orang yang sedang berhadas, orang yang sedang junub, wanita yang sedang haid dan wanita yang nifas.

Dan dzikir yang dimaksud adalah tasbih, tahmid, takbir, shalawat kepada Nabi Muhammad saw dan lain sebagainya.21

Dalam hati orang yang lalai terdapat penutup, sehingga dia tidak dapat merasakan manisnya buah dzikir dan ibadah lainnya. Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan tidak ada kebaikan pada dzikir yang dilakukan dengan hati yang lalai dan lupa.

Yang kita maksud adalah bukanlah bahwa seseorang harus meninggalkan dzikir di kala manusia lalai. Orang yang memiliki niat yang luhur akan berjuang melawan hawa nafsunya dan mengawasi hatinya, sehingga dia dapat beralih

20 Abdul Qadir, 102.

21 Abdul Qadir, 105.

(33)

berdzikir dengan hati yang penuh konsentrasi.22 c) Dzikir sendiri dan Dzikir Berjamaah

Ibadah yang dilakukan secara berjama’ah, termasuk di dalamnya dzikir kepada Allah, lebih utama dari pada ibadah yang dilakukan sendirian.

Dzikir yang dilakukan secara berjama’ah dapat mempertemukan banyak hati, mewujudkan sikap saling tolong-menolong, sehingga yang lemah mendapat bantuan dari yang kuat, yang berada dalam kegelapan mendapat bantuan dari yang tersinari, yang kasar mendapat bantuan dari yang lembut, dan yang bodoh mendapat bantuan yang pintar.23

Para ulama salaf dan khalaf telah sepakat bahwa dzikir yang diselenggarakan secara berkelompok di dalam masjid atau lainnya adalah dianjurkan. Kecuali apabila dzikir jahar mereka itu mengganggu orang sedang tidur, sedang shalat atau sedang membaca al-Qur’an, sebagaimana telah ditetapkan dalam kitab-kitab fikih.24

2) Pengertian Sholawat

Shalawat dalam kamus bahasa arab adalah bentuk jama’

22 Abdul Qadir, 106.

23 Abdul Qadir, 107.

24 Abdul Qadir, 109.

(34)

dari kata sebagaimana terdapat dalam kamus Munjid,

ﺓلاﺼﻟا ﺓلاﺼﻟا ﺝ ﺕاﻮﻠﺻ

yang berarti doa. 25 Jika bentuknya tunggal, shalat. Jika berbentuk jama’ shalawat, yang berarti doa untuk mengingat Allah swt terus- menerus. Arti shalawat secara istilah shalawat adalah rahmat yang sempurna, kesempurnaan atas rahmat bagi kekasihnya. Disebut rahmat yang sempurna, karena tidak diciptakan shalawat, kecuali pada Nabi Muhammad saw.

Shalawat adalah yang ditunjukan pada Rasullullah saw sebagai bukti cinta dan hormat kita padanya, ia juga doa para malaikat, bahkan Allah SWT memerintahkan malaikat untuk mendoakan mereka yang bershalawat, sebagaimana yang tergantung dalam firman-Nya:





























“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi (Muhammad saw). Wahai orang-orang yang beriman!

Bershlawat untuk Nabi (Muhammad saw) dan ucapkanlah salam dengan penuh kehormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memberitakan kepada hamba-hamba Nya tentang kedudukan Nabi Muhammad saw, yang berada di derajat paling tinggi di sisi-Nya. Oleh sebab itu, Allah kemudian memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman yang ada di dunia untuk juga bershalawat dan

25 Luwis Ma’luf, Al-Munjid, (Bairut: Dar el-MasSyriq, 1986), 434.

(35)

memberikan penghormatan kepada Nabi Muhammad saw agar pujian yang ada di alam langit dan alam dunia terhimpun untuk Nabi Muhammad saw.

Shalawat juga sebuah sarana untuk menambah iman kita kepada Allah swt dan cinta kita kepada Nabi Muhammad saw.

Serta mengetahui tentang sunnah-sunah Nabi Muhammad saw agar manusia mengamalkannya apa yang telah Nabi ajarkan kepada hambanya untuk berbuat baik sesama dan sebagainya.

Shalawat mempunyai makna yang berbeda bergantung subyek pembacanya:

a) Sholawat dari Allah

Imam Bukhori dan Abu Aliyah berkata dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir Shalawatnya Allah swt terhadap Nabi Muhammad saw adalah merupakan pujian atas Nabi Muhammad saw di hadapan para malaikat.26

Dalam buku Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

Maksud dari surat Al-Ahzab ayat 56 adalah, bahwa Allah mengabarkan kepada para hamba-Nya, tentang kedudukan hamba dan Nabi Muhammad saw dan di sisi para makhluk yang tinggi (Malaikat). Dan bahwasanya Allah memuji beliau di hadapan para Malaikatnya, dan para Malaikat pun bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian Allah

26 Imam Abi al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, (Bairut: Darul Fikr 1986), Juz 3, 507.

(36)

memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad saw supaya terkumpul pujian terhadap beliau dari peghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama. Jadi Shalawat Allah kepada Nabi berarti Allah memberikan curahan rahmat-Nya.

b) Sholawat dari Malaikat

Imam Bukhori dan Abu Aliyah berkata dalam bukunya Tafsir Ibnu Katsir shalawatnya para Malaikat adalah doa.

Makna shalawat Allah atas Nabi Muhammad saw adalah pujian-Nya terhadap Rasulullah saw dan penjagaan-Nya terhadap beliau, penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah. Jadi Shalawatnya para malaikat doa kepada Nabi berarti permohonan rahmat Allah kepadanya.

c) Solawat dari sesama manusia

Dan shalawat manusia kepada Nabi Muhammad saw adalah kita memohon kepada Allah tambahan di dalam pujian- Nya kepada Rasulullah saw, dan penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah.

Makna shalawat dari Allah kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemualian dan

(37)

keberkahan dari-Nya. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman Allah:





























“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzaab: 43).

Shalawat orang-orang mukmin kepada nabi adalah sebagai perwujudan rasa kecintaan kepada beliau, dan sebagai petunjuk cara yang terbaik dalam mensyukuri dan memelihara hubungan kita dengan Nabi. Sedangkan untuk memelihara hubungan baik antar sesama manusia yaitu dengan saling menebarkan salam.

Allah dan para malaikat-Nya terus menerus menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 56 dalam ayat itu, orang-orang beriman pun diperintahkan untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. Riwayat menyebutkan, pembacaan shalawat Nabi Muhammad saw mestilah menyertakan keluarganya.

(38)

Menurut Imam Ghazali, di saat orang mencintai sesuatu, ia akan selalu menyebutnya. Di saat ia mencintai Allah swt, ia akan selalu mengingat dan berzikir kepada-Nya. Begitu pula di saat ia mencintai Rasulullah saw, ia tentunya akan memperbanyak shalawat kepadanya. Apabila seorang hamba banyak berzikir kepada Allah, tetapi ia tidak bershalawat atau kurang bershalawat kepada Rasulullah SAW, zikirnya itu tidaklah sempurna. Shalawat merupakan sebuah cahaya yang mengeluarkan kita dari kegelapan.

Shalawat adalah sebuah sarana untuk menambah iman kita kepada Allah swt dan cinta kita kepada Rasulullah saw.

Shalawat merupakan rasa terima kasih kita kepada pribadi yang paling mulia, yang mengiringi kita dan mengajarkan kita untuk mencapai kebahagiaan dan keindahan nan abadi.

Shalawat menjadi rukun dalam shalat. Kita diwajibkan membacanya pada saat tasyahud. Jika tidak, shalat kita menjadi tidak sah. Pada praktik lainnya, mislanya dalam berdoa, kita juga dianjurkan membaca shalawat agar doa kita makbul dan mencapai keberkahan.

Dari kesimpulan diatas adalah bahwasannya Allah swt memberitahukan kepada hamba-hambanya tentang kedudukan Nabi Muhammad saw di sisinya. Dan Allah swt memujinya dihadapan para malaikat dan Allah swt menyeruh seluruh

(39)

penduduk bumi dengan bershalawat dan keselamatan atasnya, sehingga terkumpul semua puji- pujian atas Nabi dari seluruh penduduk bumi dan langit.

2. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak secara estimologis berasal dari kata “khuluq”

dan jamaknya “akhlak” yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak berarti character, deposition dan moral constitution.

Al–Ghazali berpendapat bahwa manusia memiliki citra rahiriah yang disebut dengan khalq, dan citra batiniah yang disebut khulq. Khalq merupakan citra fisik manusia, sedang khulq merupakan citra psikis manusia. berdasarkan kategori ini maka khulq secara etimologi meiliki gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa melibatkan unsur lahirnya.

Sedangkan menurut istilah akhlak berarti ilmu yang menentukan antara yang baik dan buruk, antara yang terbaik dan yang tercela, tentang perbuatan manusia lahir dan batin. Imam al Ghazali mengartikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.27

Dengan demikian dapat dipahami bahwa akhlak adalah suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam

27 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 3.

(40)

jiwa yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits yang mana timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Jiwa kehendak jiwa itu menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan- kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan akhlak yang tercela.

b. Pembagian Akhlak

Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua bagian, antara lain:

1) Akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu’ (rendah hati), husnudzan (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain- lain.

2) Akhlak yang tercela yaitu akhlak yang tidak dalam control ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkar syaitoniyah dan dapat membawa suasana negative bagi manusia tersebut.

Contohnya seperti takkabur (sombong), su’udzan (berprasangka buruk), tamak atau rakus, psimis, dusta, malas dan lain-lain.

Selain dari pengertian tersebut Imam Al-Ghazali juga menggunakan kata istilak “Munjiat” untuk akhlak yang mahmudah dan “Muhlihat”

(41)

untuk akhlak yang madzmumah.28 Sementara itu menurut obyek atau sasarannya akhlak dapat digolongkan menjadi tig macam, yaitu:

1) Akhlak kepada Allah (Hablum Minallah), antara lain beribadah kepada Allah, berdzikir kepada Allah, berdo’a kepada Allah, tawakkal kepada Allah, tawadhu’ kepada Allah.

2) Akhlak kepada Makhluk (Hablum Minnas), antara lain akhlak kepada sesama manusia, maksudnya adalah saling menghormati antara manusia satu dengan yang lainnya.

3) Aklak kepada lingkungan hidup (Hablum Minalalam) antara lain, seperti sadar dan memelihara kelestarian alam sekitar, menjada dan memanfaatkan alam, terutama hewan dan nabati.

28 A Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 197.

(42)

c. Metode Akhlak

Berbicara mengenai masalah pembinaan dan pembentukan akhlak sama dengan berbicara mengenai tujuan pendidikan. Karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan dan pembinaan akhlak mulia. Ada dua pendapat terkait dengan masalah pembinaan akhlak. Pendapat pertama mengatakan bahwa akhlak tidak perlu dibina, menurut aliran ini akhlak tumbuh dengan sendirinya tanpa dibina, akhlak adalah gambaran batin yang tercermin dalam perbuatan.

Pendapat kedua mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras serta sungguh- sungguh. Menurut Imam Al Ghazali berpendapat sekiranya tabi’at manusia tidak dapat dirubah, tentu nasehat dan bimbingan tidak ada gunanya. Beliau menegaskan. Sekiranya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan niscaya fatwa, nasehat dan pendidikan itu adalah hampa.29

Namun dalam kenyataannya dilapangan banyak usaha yang telah dilakukan orang dalam membentuk akhlak yang mulia. Lahirnya lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka pembinaan akhlak akan semakin memperkuat pendapat bahwa akhlak memang perlu dibina dan dilatih. Karena islam telah memberikan perhatian yang besar dalam

29 Fatiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazali, (Bandung: al-Ma’arif, 1986), 66.

(43)

rangka membentuk akhlak mulia. Akhlak yang mulia merupakan cermin dari keimanan yang bersih.

Dalam kamus umum bahasa indonesia, metode diartikan dengan cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dalam hal ini cara penyajian bahan pengajaran dalam majelis dzikir dan shalawat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, makin baik metode yang dipilih maka makin efektif pencapaian tujuan yang diinginkan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun dalam metode pendidikan akhlak dalam majelis yang sifatnya non formal tidak menggunakan semua metode yang ada. Adapun metode pendidikan akhlak yang diterapkan di majelis dzikir dan sholawat ma’asyara syabab antara lain :

1) Metode keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik didalam ucapan maupun perbuatan.30

Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasululullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan banyak yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil. Abdullah Ulwan misalnya sebagaiman dikutip oleh Hery Noer Aly mengatakan bahwa pendidik

30 Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV Mustika Galiza, 1999), 135.

(44)

akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan.

Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya.31

Hal ini disebabkan karena secara psikologis anak adalah seorang peniru yang ulung. Murid-murid cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segaal hal.

2) Metode Pembiasaan

Pembiasaan menurut M.D Dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Aly merupakan proses penanaman kebiasaan. Sedang kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya).32

Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan pada tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan pola berfikir.

Pembiasaan ini bertujuan untuk mempermudah melakukanya.

Karena seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melakukannya denagn mudah dan senang hati. Bahkan sesuatu yang telah dibiasakan dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam usia muda itu sulit untk dirubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.

31 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos Wancana Ilmu, 1999), 178.

32 Hery, 134.

(45)

Maka diperlukan terapi dan pengendalian diri yang sangat serius untuk dapat merubahnya.

3) Metode Memberi Nasihat dan Motivasi

Abdurrahman al Nahlawi sebagaiman dikutip oleh Hery Noer Aly mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nasehat adalah penjelasan kebenaran dan kemaslahatan denagn tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.33

Dalam metode memberi nasehat ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk menagrahkan peserta dididk kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan umat. Diantaranya dengan menggunakan kisah-kisah Qur’ani, baik kisah Nabawi maupun umat terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

Sedangkan metode motivasi dalam bahasa arab disebut dengan Uslub al targhib wa al tarhib atau metode targhib dan tarhib.

Targhib berasal dari kata kerja Raggaba yang berarti menyenangi, menyukai, dan mencintai. Kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan yang

33 Hery, 190.

(46)

mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.34

Metode ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang menarik dan menyakinkan pihak yang mendengar. Oleh hendaknya pendidik bisa menyakinkan muridnya ketika menggunakan metode ini. Namun sebaliknya apabila bahasa yang digunakan kurang menyakinkan maka akan membuat murid tersebut malas memperhatikannya.

Sedangkan Targhib berasal dari Rahhaba yang berarti menakut-nakuti atau mengancam. Manakut-nakuti dan mengancamnya sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah.35

Penggunaan metode motivasi sejalan dengan apa yang ada dalam psikologi belajar disebut sebagai Law of Happines atau prinsip yang mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar.36 Sedang metode intimidasi dan hukuman baru digunakan apabila metode-metode lain seperti nasehat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil untuk mewujudkan tujuan.

4) Metode Kisah

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik seseorang agar mengambil pelajaran dari kejadian dimasa lampau.

34 Syahidin, 121.

35 Syahidin, 121.

36 Hery, 197.

(47)

Apabila kejadiantersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikuti, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang berentangan dengan agama islam maka harus dihindari.

Metode ini sangat digemari khususnya oleh anak kecil, bahkan sering kali digunakan oleh seorang ibu ketika anak tersebut akan tidur. Apabila metode ini disampaikan oleh orang yang pandai bercerita, akan menjadi daya tarik tersendiri. Namun perlu diingat bahwa kemampuan setiap murid dalam menerima pesan yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesulitan bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, hendaknya setiap pendidik bisa memilih bahasa yang mudah dipahami oleh setiap anak.

Lebih lanjut an-Nahlawi menegaskan bahwa dampak penting pendidikan melalui kisah adalah:

a) Kisah dapat mangaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaiaan dan keterlambatan sehingga dengan kisah, setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.

b) Interaksi kisah Qur’ani dan Nabawi dengan diri manusia dalam keutuhan relitasnya tercermin dalam pola terpenting yang hendak ditonjolkan oleh Al Qur’an kepada manusia di dunia dan hendak mengarahkan perhatian pada setiap pola yang selaras dengan kepentingan.

(48)

c) Kisah-kisah Qur’ani mampu membina perasaan keutuhan melalui cara-cara berikut:

1) Mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi, rela dan lain lain.

2) Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu kepada satu kesimpulan yang menjadi akhir cerita.

3) Mengikut sertakan unsur psikis yang membawa pembaca larut dalam setting emosional cerita sehingga pembaca, dengan emosinya, hidup bersama tokoh cerita.

4) kisah Qur’ani memilki keistimewaan karena, melalui topik cerita, kisah dapat memuaskan pemikiran, seperti pemberian sugesti, keinginan, dan keantusiasan, perenungan dan pemikiran.37

d. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak dalam ajaran islam agar setiap orang memiliki budi pekerti (berakhlak), beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama islam.

Mustafa Zuhri mengatakan bahwa akhlak bertujuan untuk membersihkan kalbu (hati) dan kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang yang dapat Nur cahaya Tuhan.38

37 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat,(Banding: CV. Doponegoro, 1992), 242.

38 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Ramadhani, 1997), 13.

(49)

Dari keterangan tersebut memebrikan petunjuk bahwa akhlak bertujuan memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menentukan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya dan mendapatkan manfaat dan keuntungan pada dirinya.

Sedangkan dengan mengetahui yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkan dan ia akan terhindar dari bahaya yang menyesatkan.

Maka dari itu akhlak pada akhirnya adalah untuk membentuk kepribadian muslim yang sempurna jasmani dan rohani. Objek yang dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir, adapun tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan lahir dan gerak gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak.

(50)

39 BAB III

METODE PENELITAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dikarenakan peneliti dapat secara langsung terlibat dan berinteraksi dengan subjek penelitian.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.39

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran utuh mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang teliti dan juga data-data empiris yang mendukung. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan kreativitas peserta didik dalam upaya majelis dzikir dan sholawat Ma’asyara Syabab dalam membentuk akhlak pemuda di desa Sumber Taman Probolinggo.

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif

39 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatan Kualitatif dan kuantitatif R&D (Bandung Alfabeta. 2014), 9.

(51)

memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tampa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu variabel.40

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Jln.Sunan Giri, Kelurahan Sumber Taman, Kecamatan Wonoasih, Probolinggo, Jawa Timur. Penentuan Lokasi penelitian ini Dilakukan secara sengaja dengan dasar pertimbangan kemiripan Antara teori prodi Pendidikan Agama Islam dengan kondisi lapangan.

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini pemilihan subjek penelitian menjadi kunci keberhasilan bagi peneliti. Pemilihan subjek penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam dan dianggap sebagai orang paling ahli yang menguasai tentang permasalahan penelitian. Teknik pemilihan informasi yang dipilih peneliti adalah menggunakan purposive. Purposive adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang tersebut yang di anggap paling tahu tentang apa yang di harapakan oleh peneliti.41 Beberapa kriteria subyek pokok yang telah ditentukan dalam penelitian sebagai berikut:

40 Juliansyah Noor, Metode Penelitian: Skripsi,Tesis,Disertasi & karya Ilmiah, (Jakarta:

Kencana,2012), 34-45.

(52)

1. Subyek adalah seseorang yang telah menguasai dan memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, melainkan juga dihayati. Proses enkulturasi tersebut maksudnya adalah proses mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman yang diperoleh, sehingga. menghasilkan pengetahuan yang tidak akan hilang meskipun dalam jangka waktu yang panjang.

2. Subyek adalah seseorang yang memiliki waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi. Maksudnya adalah informan harus benar-benar seseorang yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan dan informasi penelitian kepada peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan bisa selesai berdasarkan waktu yang telah ditentukan dan menghasilkan data yang valid sesuai informasi di lapangan

3. Subyek adalah seseorang yang tidak menyampaikan informasi dari hasil mengarang. Seseorang yang dapat dikatakan pantas menjadi informan pokok adalah seseorang yang memberikan informasi berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan tanpa adanya unsur dibuat-buat.

Dalam penelitian ini untuk pencairan data diperoleh dari informan dengan menggunakan tehknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sebagai pen

Gambar

Gambar 1. Wawancara dengan Ustd Maulana Malik Ibrahim selaku khodimul  majelis dzikir dan sholawat Ma’asyara Syabab, Sumber Taman Probolinggo
Gambar 2. Wawancara dengan Ustd Ulil Hadi selaku ketua hadrah majelis dzikir  dan sholawat Ma’asyara Syabab, Sumber Taman Probolinggo
Gambar 3. Wawancara dengan Dovid selaku ketua pemuda majelis dzikir dan  sholawat Ma’asyara Syabab, Sumber Taman Probolinggo
Gambar 4. Wawancara dengan mamad salah satu anggota majelis dzikir dan  sholawat Ma’asyara Syabab, Sumber Taman Probolinggo
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait