• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah 04, Pengembangan Instrumen dan Asessment Pengetahuan

N/A
N/A
FaiQ Himma

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah 04, Pengembangan Instrumen dan Asessment Pengetahuan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGEMBANGAN INSTRUMENT ASSESMENT PENGETAHUAN(KOGNITIF)

Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu:

Dr. Suwarno, M. Pd.

Di susun oleh:

Miftachul Rochmaniyah NIM: 221101070032

Aini Faiqotul Himmah NIM: 222101070004

Ahmad Afton Alfarizi NIM: 221101070041

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS MATEMATIKA 2024

PEMBAHASAN

A. Pengembangan instrument dan assessment pengetahuan (Kognitif)

(2)

Penilaian Pendidikan menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Prinsip dan standar penilaian menekankan dua ide pokok yaitu penilaian harus meningkatkan belajar peserta didik dan penilaian merupakan sebuah alat yang berharga untuk membuat keputusan pengajaran. Penilaian tidak sekedar pengumpulan data peserta didik, tetapi juga pengolahannya untuk memperoleh gambaran proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian tidak sekedar memberi soal peserta didik kemudian selesai, tetapi pendidik harus menindaklanjutinya untuk kepentingan pembelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik penilaian juga harus dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan peserta didik (Agus Budiman, 2014).

Mengembangkan kemampuan berpikir harus terus dilakukan karena dapat membentuk individu yang berhasil dalam menghadapi segala tantangan.

Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya,terutama dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu kemampuan berpikir yang harus dimiliki peserta didik adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Proses berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam mengingat kembali pengetahuan yang sudah tersimpan di dalam memorinya untuk suatu saat dipergunakan dalam menerima informasi, mengolah, dan menyimpulkan sesuatu (Rany Widyastuti, 2015).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi, dapat membuat seorang individu mampu menafsirkan, menganalisis atau memanipulasi informasi yang diperoleh.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan peserta

(3)

didik pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi. Selain itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya memerlukan kemampuan mengingat saja, akan tetapi dalam praktiknya, juga memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Apabila peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis, maka peserta didik akan mampu mengembangkan diri dalam membuat keputusan, penilaian dan menyelesaikan masalah dengan tepat.

Dalam revisi Kurikulum 2013 yang diberlakukan difokuskan pada penyempurnaan dua bagian besar kurikulum, yaitu standar isi dan standar penilaian. Pada standar isi dirancang agar peserta didik mampu berpikir kritis dan dan analitis sesuai dengan standar internasional yang dilakukan dengan mengurangi materi yang tidak relevan dan pendalaman serta perluasan materi yang relevan bagi peserta didik, sedangkan pada standar penilaian dilakukan dengan mengadaptasi model-model penilaian standar internasional secara bertahap. Penilaian hasil belajar lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) (Kemendikbud, 2017).

Penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dilakukan berdasarkan hasil studi internasional Programme for Internasional Student Assessment (PISA) yang memperlihatkan data bahwa prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) peserta didik Indonesia sangat rendah. Maka dari itu diperlukan adanya perubahan sistem dalam pembelajaran. (Kemendikbud, 2016).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang dilakukan harus memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas dan bermakna. Oleh karena itu dalam revisi K 2013 menekankan harus mengintegrasikan (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam pembelajaran.

Hal ini menunjukkan pembelajaran harus memberikan pelatihan bukan hanya

(4)

untuk pembelajaran mendasar siswa pemahaman secara konseptual, tetapi juga kemampuan tingkat tinggi siswa.

Dalam penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Guru harus benar-benar menguasai materi dan strategi pembelajaran dan guru juga dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan siswa. Pembelajaran akan bermakna jika siswa diajak berpikir tingkat tinggi.

Keberhasilan penguasaan suatu konsep akan didapatkan ketika siswa sudah mampu berpikir tingkat tinggi, dimana siswa tidak hanya dapat mengingat dan memahami suatu konsep, namun siswa dapat menganalisis serta mensintesis, mengevaluasi, dan mengkreasikan suatu konsep dengan baik, konsep yang telah dipahami tersebut dapat melekat dalam ingatan siswa dalam waktu yang lama, sehingga penting sekali bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Laily, 2013).

Menurut Heong, et al (2011) higher order thinking is using the thinking widely to find new challenge. Higher order thinking demands someone to apply new information or knowledge that he has got and manipulates the information to reach possibility of answer in new situation.

Dalam HOTS siswa menggunakan pemikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru. Pemikiran tingkat tinggi menuntut seseorang untuk menerapkan informasi atau pengetahuan baru yang dia dapatkan dan memanipulasi informasi untuk mencapai kemungkinan jawaban dalam situasi baru. Beberapa penelitian menuliskan definisi HOTS bahwa HOTS merupakan suatu proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang yang ditandai oleh beberapa karakteristik sebagai berikut:

(1) Melibatkan lebih dari satu jawaban benar;

(2) Berbicara tentang tingkat pemahaman;

(3) Ditandai dengan tugas yang kompleks; dan

(4) Bebas konten dan sekaligus content-related, Astutik, (tth, p. 343); Zaini (2015).

(5)

Di dalam HOTS selain mengandung kemampuan berpikir tingkat tinggi juga di dalamnya memuat berpikir kreatif. Pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi diungkapkan oleh Fensham (2012) agar dapat bersaing dalam dunia kerja dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan untuk memecahkan masalah. HOTS berdasarkan Taksonomi Bloom masuk pada lima level tertinggi yaitu analisis (C4), evaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Secara umum alur aktivitas guru di kelas, mulai dari menyampaikan informasi (metode sekolah) yang kemudian diakhiri dengan guru memberikan penilaian. Penilaian dalam pembelajaran merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi, untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-soal untuk melaksanakan penilaian dan untuk menguji pemahaman siswa

Pentingnya penilaian dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat penilaian merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru sebagai pengelola pembelajaran dituttut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan prosedur yang benar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai.

Taksonomi Bloom yang telah direvisi dibedakan proses berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah Lower Order Thinking Skill (LOTS). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan kemampuan mengingat (C1), memahami (C2) dan menerapkan (C3) sementara dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6) (Krathworl dan Anderson, 2001).

(6)

HOTS sangat penting untuk diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran. Jika siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka dalam pembelajaran pun akan mampu menggunakan cara pemecahan masalah dengan baik, tepat dan dengan percaya diri. Ketika kegiatan pembelajaran memfokuskan pada target pengembangan HOTS maka sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang lebih efektif, kemampuan intelektual guru dan siswa menjadi lebih terlatih, dalam evaluasinya guru harus selalu menyiapkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara sederhana oleh siswa yang tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Hanya saja beberapa hasil penelitian memperlihatkan ternyata kualitas pendidikan masih lemah dengan ditandai oleh salah satu cirinya yaitu proses pendidikan yang memberikan sebanyak mungkin bahan pelajaran untuk mencapai target kurikulum, sedangkan kapasitas berpikir tidak ditingkatkan kepada tarap yang optimal (higher order thinking skills), Al Muhtar (2007); Abdul Karim (2011).

Data temuan lainnya menunjukan bahwa para guru memahami ada revisi dalam K 2013 diantaranya harus mengembangkan HOTS dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam pengembangan instrumen penilainnya, tapi mereka mengalami kesulitan dalam merumuskan Indikator yang ada dalam HOTS menjadi instrumen penilaian (Hanifah, 2017)

Dalam pengembangan instrumen asesmen pengetahuan menjadi sangat penting karena membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa sejauh mana pemahaman siswa.

Contoh soal:

1. Seorang penjual ikan mendapatkan 32 kg ikannya terjual dengan harga jual Rp.

15. 000, kg ikan. Penjual tersebut mendapatkan keuntungan 20% dari hasil penjualan dan sisanya adalah modal menjual ikan. Di mana keuntungan tersebut akan digunakannya untuk membeli udang dengan harga Rp. 12. 000/ kg. Berapa Kilogram udang yang dapat dibeli penjual tersebut dan berapakah modal untuk menjual ikan?

(7)

Jawab:

Ikan yang terjual = 32 Kg

Hasil penjualan = 32 x Rp. 15.000, = Rp. 480.000, Keuntungan = Rp. 480.000, x 20% = Rp. 96.000, Udang yang dapat dibeli = Rp. 96. 000, : Rp. 12.000, = 8 Kg udang Persentase modal ikan = 100% - 20% = 80%

Modal menjual ikan = Hasil penjualan x 80%

= Rp. 480.000, x 80%

= Rp. 384.000,

2. Di sebuah lapangan Nana memainkan sebuah drone yang diterbangkan setinggi 423m dari permukaan tanah. Dikarenakan banyak burung yang beterbangan drone tersebut diturunkan ketinggiannya 157 m. Karena burung-burung tadi semakin banyak Nana menurunkan ketinggian drone miliknya setinggi 132 m.

Setelah burung-burung tersebut menjauh, Nana menaikan drode menjadi 2 kali lipat lebih tinggi. berapakah ketinggian drone yang dimainkan Nana saat ini?

Jawaban:

Ketinggian awal = 423 m Turun l = 157 m

Turun 2 = 132 m

Naik 2 kali lebih tinggi ketinggian saat ini =...?

Ketinggian saat ini = (ketinggian awal - 157 m - 132 m) x 2

= (423 – 157 - 132) x 2 m

= 134 x 2m

= 268 m dari permukaan tanah.

3. Seorang pedagang membeli 20 kg salak seharga Rp 140.000,00. Setengahnya ia jual kembali dengan harga Rp 10.000,00/kg dan setengahnya lagi ia jual dengan harga Rp 6.000,00 karena sudah mulai rusak. Jika seluruh salak terjual habis, maka keuntungan yang diperoleh pedagang adalah …

Pembahasan:

(8)

Harga jual I:

Harga jual = Rp 10.000,00 × 10 Harga jual = Rp 100.000,00 Harga jual II:

Harga jual = Rp 6.000,00 × 10 Harga jual = Rp 60.000,00 Harga jual total:

Harga jual = harga jual I + harga jual II Harga jual = Rp 100.000,00 + Rp 60.000,00 Harga jual = Rp 160.000,00

Keuntungan:

Untung = harga jual − harga beli

Untung = Rp 160.000,00 − Rp 140.000,00 Untung = Rp 20.000,00

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. P., Prasetyo, A. P. B., & Rahayu, E. S. (2014). Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains Pada Materi Sistem Ekskresi. Journal UNNES, 43(2), 94–102.

Budiman, A., & Jailani, J. (2014). Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking Skill (Hots) Pada Mata Pelajaran Matematika Smp Kelas Viii Semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 139.

https://doi.org/10.21831/jrpm.v1i2.2671

Hanifah, N. (2019). Pengembangan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar. Conference Series Journal, 1(1), 18–23.

Referensi

Dokumen terkait

beberapa masalah yang berhubungan dengan topik penelitian ini sebagai berikut. 1) Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa masih kurang. 2) Kurangnya kemampuan siswa dalam

Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal uraian dapat menggambarkan tingkat penguasaan konsep siswa dan dari proses berpikir siswa tersebut, dapat dilihat

Tabel 4.14 Korelasi antara Motivasi serta Penalaran dan Penguasaan konsep terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

dilakukan agar siswa lebih memahami materi dan dapat berpikir secara kritis. serta siswa dapat mengingat kembali konsep-konsep yang telah

mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tinggi dengan cakupan materi yang luas. Namun peserta didik tidak mengembangkan sendiri

Tipe hasil belajar ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti atau konsep,

BAB V.. Pengembangan Instrumen Penilaian Testlet untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi Elektrokimia untuk Siswa SMK. Muhammad Masykuri, M.Si.,

Tes memilih jawaban benar – salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir tingkat rendah, yaitu kemampuan