• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN “DASAR-DASAR MANAJEMEN MUTU”

N/A
N/A
Guzel Almeda

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN “DASAR-DASAR MANAJEMEN MUTU”"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas menunjukkan kelengkapan operasional organisasi sesuai dengan kode etik dan standar, sehingga dapat menimbulkan kepuasan pasien (Muninjaya dalam Witriasih (2012) mengatakan bahwa untuk mencapai kepuasan pelanggan, organisasi harus memberikan kualitas pelayanan yang sesuai antar pelanggan. harapan dan pelayanan yang dirasakan atau diterima Pengukuran kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara mengukur lima dimensi kualitas, sehingga kita dapat mengetahui apakah layanan tersebut berkualitas baik atau tidak. Kelima dimensi kualitas tersebut adalah bukti fisik, empati, keandalan, kualitas pelayanan. penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan melalui berbagai alat seperti akreditasi, manajemen mutu total (TQM), kelompok kendali mutu (GKM) dan sistem manajemen mutu organisasi internasional untuk standardisasi (SMM ISO) (Maharani, 2009).

Delapan prinsip manajemen mutu yang diperlukan dalam penerapan SMM ISO adalah sesuai dengan lima dimensi mutu, sehingga kajian terhadap lima dimensi mutu digunakan untuk menilai kepuasan pasien di pusat kesehatan yang memiliki sertifikat SMM ISO. Puskesmas diharapkan mampu menerapkan manajemen yang baik, menambah wawasan untuk mampu memberikan pelayanan yang berkualitas.

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

PEMBAHASAN

Pengertian Dimensi Mutu

Pelayanan kesehatan yang tepat waktu, masuk akal secara geografis, dan diberikan dalam kondisi di mana keterampilan dan sumber daya sesuai dengan kebutuhan medis. Pelayanan kesehatan yang kualitasnya tidak berbeda karena karakteristik pribadi seperti jenis kelamin, ras, etnis, lokasi geografis, atau status sosial ekonomi. Dengan kata lain, penggunaan yang kurang dan berlebihan harus dihindari. Dalam hal ini, Efektivitas mengacu pada layanan yang didasarkan pada penggunaan sistematis bukti yang diperoleh untuk menentukan apakah intervensi, seperti layanan pencegahan, tes diagnostik, atau terapi, memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan alternatif lain, termasuk alternatif tidak melakukan apa pun.

Ketepatan waktu merupakan karakteristik penting dari layanan apa pun dan memiliki nilai serta nilai yang terbukti dalam upaya yang berfokus pada peningkatan layanan kesehatan dan industri lainnya. Dalam sistem pelayanan kesehatan yang efisien, sumber daya digunakan untuk memperoleh nilai terbaik dari uang yang dikeluarkan (Palmer dan Torgerson, 1999).

Tabel Enam Dimensi/Area Mutu (World Health Organisation,2006)  Dimensi Mutu  Penjelasan
Tabel Enam Dimensi/Area Mutu (World Health Organisation,2006) Dimensi Mutu Penjelasan

Total Quality Management (TQM)

Salah satunya adalah Bill Crash, 1995 yang mengatakan bahwa program TQM harus memiliki empat prinsip agar berhasil dalam implementasinya. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan kualitas proyek atau menciptakan operasi yang lebih baik, lebih jelas, dan lebih mudah dipahami oleh karyawan. Konsistensi (konsistensi) Perusahaan harus menghasilkan produk dengan kinerja yang konsisten, misalnya spesifikasi yang akurat, jadwal yang akurat, pengiriman yang akurat, dll.

Kompetensi (competency) Perusahaan harus membekali pekerja dengan keterampilan atau kompetensi yang unggul untuk melaksanakan tugas. Kontak (hubungan) Perusahaan harus dapat menjalin hubungan yang baik dengan konsumen, karena tujuan perusahaan adalah menawarkan produk yang memenuhi harapan dan keinginan konsumen. Komunikasi (communication) Perusahaan harus dapat menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen agar spesifikasi produk yang diinginkan konsumen dapat diterjemahkan dengan baik oleh perusahaan.

Courtesy (kesopanan) Pelaku usaha harus menunjukkan sikap sopan terhadap konsumen, khususnya karyawan yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Kolaborasi (kolaborasi) Perusahaan harus mampu menciptakan lingkungan kerjasama yang baik, baik antar karyawan maupun antara perusahaan dengan konsumen. Kapabilitas Perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan penyediaan produk atau jasa.

Confidence (kepercayaan) Perusahaan harus mempunyai keyakinan bahwa perusahaan mampu menawarkan produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan dan harapan konsumen. Rasa percaya diri ini harus ditanamkan pada seluruh karyawan. Kritik (kritik) Perusahaan harus rela menerima kritik dan masukan dari siapapun, baik karyawan maupun pihak luar, terutama kritik dari konsumen. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia sangat membutuhkan layanan kesehatan untuk menjamin kualitas hidup yang lebih sehat dan baik.

Salah satu strategi tersebut adalah meningkatkan pelayanan kesehatan yang adil, terjangkau, berkualitas dan merata, serta berdasarkan bukti; dengan prioritas pada upaya promosi – preventif. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan modern serta pemerataan akan meningkatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau sesuai kemampuan masyarakat.

Standar Mutu Pelayanan Kesehatan

Semakin baik pejabat (profesional) memenuhi standar pelayanan, semakin tinggi pula kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil adalah hasil yang diperoleh dari suatu proses. Hasil dari layanan kesehatan dapat berupa layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat dapat pulih dan sehat. Hasil yang diperoleh merupakan pendekatan tidak langsung, namun sangat berguna untuk mengukur kualitas layanan di pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, atau tempat layanan kesehatan lainnya.

Permasalahan prioritas yang perlu segera diatasi di DTPK antara lain persoalan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, penambahan sumber daya manusia kesehatan yang diikuti dengan pemerataan sumber daya manusia tersebut, serta sistem rujukan di fasilitas kesehatan. Permasalahan utama sistem rujukan terletak pada pelayanan kesehatan tambahan seperti dukungan puskesmas (pustu) dan puskesmas yang dekat dengan rumah sakit seperti yang terdapat pada salah satu kabupaten yaitu Kabupaten Raja Ampat yang merupakan salah satu daerah tertinggal dengan minimnya pelayanan kesehatan. fasilitas kesehatan. Keadaan fasilitas pelayanan kesehatan masih terbatas pada puskesmas (tersedia di setiap kabupaten), pustu, poliklinik kota/desa (polindes), pos malaria desa (posmaldes) dan puskesmas keliling (hanya dimiliki 4 unit) yang berfungsi. untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan, disediakan untuk berobat ke puskesmas di ibukota kabupaten.

Keterbatasan fasilitas dan pelayanan kesehatan membuat kualitas kesehatan masyarakat di wilayah perbatasan masih tergolong rendah, terlepas dari kondisi lingkungan perumahan dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Proses yang dilakukan Kementerian Kesehatan di DTPK meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas dan merata di DTPK, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit di DTPK, meningkatkan pembiayaan kesehatan, pengadaan perbekalan, obat-obatan dan medis. peralatan. Selain itu, upaya inovatif juga dilakukan dengan menyediakan rumah sakit keliling, layanan medis terbang, menyediakan pusat kesehatan keliling untuk wilayah darat dan perairan serta mengembangkan dokter dengan kewenangan tambahan.

Dan anggaran bidang kesehatan yang dialokasikan minimal 10% dari APBD, di luar gaji dan 50% untuk program promotif dan preventif.

Pengukuran Mutu Layanan Kesehatan Standarisasi (ISO)

Mekanisme perizinan tidak sepenuhnya menjamin kompetensi profesi pelayanan kesehatan yang ada atau mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Akreditasi merupakan pengakuan bahwa suatu institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu secara bersamaan adalah pengukuran mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan pada saat pelayanan kesehatan sedang dilaksanakan atau diberikan.

Checklist merupakan alat yang dapat digunakan untuk memudahkan observasi selama proses pelayanan kesehatan. Isi rekam medis merupakan hak milik pasien dan harus dijaga kerahasiaannya terutama oleh tenaga kesehatan yang bertugas di ruangan selama pasien dirawat. Pengukuran mutu retrospektif merupakan pengukuran mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan pelayanan kesehatan selesai.

Review rekam medis pasien atau rekam medis lainnya sangat bermanfaat sebagai kegiatan awal kelompok penjaminan mutu pelayanan kesehatan. Informasi tersedia dan kelompok penjaminan mutu layanan kesehatan akan dengan mudah meninjau dan mengevaluasi hasil penilaian. Data yang tidak lengkap dan akurat akan menghasilkan pengukuran yang tidak akurat, terkadang data yang baik tidak berkorelasi dengan standar pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pelayanan kesehatan justru memburuk karena petugas kesehatan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuat pencatatan yang lengkap. Saat ini banyak digunakan rekam medis yang berorientasi pada masalah, yang mudah digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Program Penjaminan Mutu Internal merupakan organisasi yang bertugas menyelenggarakan program pemeliharaan mutu di lingkungan lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan.

Untuk itu dibentuklah suatu organisasi di lembaga pelayanan kesehatan ini yang khusus menangani dan diberi tanggung jawab terhadap pelaksanaan program pemeliharaan mutu. Saran yang diberikan mungkin tidak sesuai dengan visi dan misi institusi pelayanan kesehatan yang menjadi mitra kerja Badan Organisasi di luar institusi tersebut.

Pengukuran Mutu Layanan Kesehatan Melalui , Lisensi, Sertifikasi

Program Penjaminan Mutu Eksternal (External Quality Assurance) adalah organisasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Pemeliharaan Mutu, yang dibentuk di luar organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar pelayanan yang ditetapkan pemerintah dengan memperhatikan masukan dari organisasi profesi. Memperjelas batasan kewenangan masing-masing kategori tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai bidang keahliannya.

Biasanya akreditasi dilakukan secara bertahap, yaitu sesuai dengan kemampuan institusi kesehatan dan/atau tenaga pelaksana pemberi pelayanan kesehatan. Kendala lainnya adalah tidak semua surveyor terlatih dari lintas program dapat ditugaskan karena sibuk menyelesaikan tugasnya masing-masing; proposal survei menumpuk di akhir tahun; Kinerja komisi akreditasi FKTP belum optimal karena belum adanya ruang khusus untuk komisi akreditasi FKTP, pendataan akreditasi masih bersifat manual karena belum berkembangnya sistem informasi.Selain rumah sakit dan puskesmas, penjaminan mutu juga belum optimal. untuk kembali. pelayanan kesehatan juga harus dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan penunjang lainnya. meliputi fasilitas kesehatan tingkat dasar dan fasilitas kesehatan rujukan, seperti puskesmas, laboratorium kesehatan, pelayanan darah (UTD), pelayanan kesehatan di klinik utama atau klinik calon pekerja migran Indonesia (CTKI), Praktek Mandiri (Perawat, Bidan, Fisioterapi) dan lain-lain. pelayanan kesehatan. Tren kepemimpinan saat ini untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat merupakan hal yang tidak dapat dihindari.

Kelompok fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang relatif lebih maju dan terakreditasi adalah pelayanan laboratorium kesehatan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 298 Tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan lain di luar laboratorium kesehatan masih terfragmentasi dan pengembangannya belum mendapat perhatian maksimal. Akibatnya, pengembangan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan terkadang cenderung hanya mengacu pada program yang dikembangkan. jika ada), atau sesuai dengan kerangka pembangunan yang dibuat oleh masing-masing lembaga sesuai dengan kebijakan pemangku kepentingan terkait.

Pembangunan kesehatan saat ini menghadapi tantangan pemerataan dan disparitas, khususnya pelayanan kesehatan antar wilayah dan antar kelompok pendapatan. Akses terhadap layanan kesehatan primer masih terbatas, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Mutu pelayanan belum optimal karena banyak faskes primer yang belum memenuhi standar kesiapan pelayanan dan belum adanya pedoman standar pelayanan kesehatan.

Gambar upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

PENUTUP

Kesimpulan

Pembinaan dan pemantauan upaya kesehatan dilakukan secara bertahap melalui standardisasi, sertifikasi, perizinan, akreditasi, dan penegakan hukum, yang dilakukan oleh pemerintah bersama organisasi profesi dan masyarakat.

Saran

Gambar

Tabel Enam Dimensi/Area Mutu (World Health Organisation,2006)  Dimensi Mutu  Penjelasan
Gambar mutu pelayanan kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

KATAPENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, atas berkah dan limpahan karunia-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis atau Tugas Akhir Program Magister

“dalam melaksanakan pengawasan atau evaluasi program, selain mengadakan rapat bulanan untuk seluruh guru dan para staf. Saya adakan rapat yang sifatnya insidental. Hal ini

Dalam hal pelaksanaan Manajemen Laboratorium, pengelolaannnya sudah dilakukan dengan komitmen untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan program studi yang telah

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas

semua materi ditulis secara jelas dan sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditentukan, Menangani semua unsur program dengan teliti dan profesional untuk menjamin kualitas

Penilaian Mandiri Kualitas Data Rutin (PMKDR) adalah suatu metode yang dirancang untuk staf pengolah data program kesehatan pada tingkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota

• Menyediakan kesempatan bagi semua pihak terkait dengan program akreditasi untuk belajar bersama, lebih memahami peran dan harapan masing-masing, serta meningkatkan kerjasama

Asas desentralisasi yaitu tata kelola sekolah dan kegiatan dalam pembelajaran tidak dapat menghindari masalah dan kesulitan, untuk itu diperlukan desentralisasi, asas swakelola tidak